Sunday, December 5, 2010

Pencabutan QURAN (Ep 20)

EPISODE 20

Nahed : Pemirsa yang saya kasihi, selamat datang di episode baru program kami “Questions About Faith” (Pertanyaan-pertanyaan Tentang Iman). Kami senang dapat melakukan Tanya-jawab yang berlangsung terus dan dapat menjawab semua pertanyaan Anda. Juga merupakan kehormatan bagi kami dengan kehadiran Bapa Zakara Boutros. Selamat datang Bapak Pendeta.

Bpk. Zakaria : Terima kasih banyak.

Nahed : Di akhir episode yang lalu, Anda telah menyinggung satu topic yang sangat penting dan serius, yaitu isu tentang abrogation (pencabutan). Tetapi pertanyaan ini tentu saja membutuhkan banyak penjelasan dan diskusi. Kami disini ada banyak pertanyaan dan bila Tuhan menghendaki, Anda dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Bpk. Zakaria : Kata “abrogate” (mencabut) berarti menyalin, yang berarti seseorang menulis sesuatu disini dan menyalinnya disana. Dan secara khusus didalam Quran sehubungan topic ini, kata tersebut berarti memindahkan sebuah ayat atau menggantikan sebuah ayat dengan ayat yang lain, atau menggantikan aturan sebuah ayat dengan aturan yang lain. Seperti yang dikatakan Ibn Katheer dalam ulasannya jilid 1 halaman 154 dengan mengutip Ibn Gareer.

Ibn Katheer mengatakan bahwa arti kata ‘pencabutan’ adalah mengganti sesuatu yang sah kedalam sesuatu yang tidak sah, dan menggantikan sesuatu yang tidak sah kedalam sesuatu yang sah. Mencabut sebuah ayat disini bisa diartikan ‘membalikkan – nya’. Yang berarti melampirkan sebuah aturan yang berbeda dari nya. Jadi kata ‘mencabut’ berarti memindahkan, mengganti, membalikkan, merubah. Dengan kata lain mencabut berarti sebuah ayat membatalkan sebuah ayat sebelumnya. Benar bukan?

Nahed : Ada berapa banyak ayat yang telah dicabut didalam Qur’an?

Bpk. Zakaria : Baiklah, Abo Gaafar Al Nahhas, juga yang lainnya seperti dia yang telah menulis mengenai isu ‘The Abrogating and the Abrogated’ (Pencabutan dan Dicabut) memperkirakan ada sebanyak 71 Surat. Qur’an sendiri memiliki 114 Surat, itu berarti 71 Surat adalah lebih dari setengahnya, yang mengandung ayat-ayat yang mencabut dan dicabut. Jadi secara perkiraan, kalau saya hitung dengan persentase, saya mendapatkan angka 92,28% ayat yang dicabut.

Nahed : Itu angka yang cukup besar.

Bpk. Zakaria : Ya. 92,27% ayat dari 62,5% Surat. Secara kasar, 62,5% Surat Qur’an memiliki ayat-ayat yang mencabut dan dicabut. Saya bukan orang yang mengatakan hal itu. Melainkan para ahli yang mengerti tentang ‘pencabutan’.

Nahed : Itu adalah sebuah kenyataan. Qur’an sudah tersedia, dan mereka dapat merujuk kepadanya.

Bpk. Zakaria : Oh, ya. Mereka dapat merujuk kepadanya.

Nahed : Ada berapa macam tipe ayat yang mencabut dan dicabut?

Bpk. Zakaria : Para ahli dibidang ‘pencabutan’ membagi ayat-ayat yang dicabut kedalam 3 kategori. Saya akan menggunakan terminologi mereka, dan saya akan menjelaskannya. Mereka ini adalah ayat-ayat yang tulisannya telah dicabut, namun aturannya masih berlaku. Kemudian yang tulisannya masih ada, namun aturannya telah dicabut. Dan yang tulisan dan aturannya telah dicabut.

Nahed : Wah, saya belum dapat memahaminya.

Bpk. Zakaria : Baiklah. Berapa banyak pemirsa yang dapat memahaminya? Yang tulisannya telah dicabut. Tulisan berarti huruf-hurufnya sendiri. Dicabut berarti dibatalkan.

Nahed : Juga berarti dipindahkan.

Bpk. Zakaria : Itu berarti dipindahkan dari Qur’an. Hanya aturannya yang tinggal. Artinya, orang bertindak masih berdasarkan pada sebuah ayat yang telah dipindahkan dan dicabut.

Nahed : Walaupun kenyataannya ayat itu sudah tidak ada.

Bpk. Zakaria : Walaupun kenyataannya ayat itu sudah tidak ada.

Nahed : Namun masih berlaku.

Bpk. Zakaria : Dan masih berpengaruh. Dan ini adalah yang disebut …

Nahed : Apakah ada contoh?

Bpk. Zakaria : Oh ya, tentu saja. Dan itu adalah yang disebut ‘pencabutan huruf’. Tulisannya telah dipindahkan dari Qur’an, tetapi orang masih bertindak berdasarkan ayat tersebut hingga hari ini. Bukti dari pernyataan ini adalah ayat tentang lempar batu, yaitu tentang menghukum lempar batu pada para penzinah. Dulu ini adalah sebuah ayat selama masa nabi Muhammad. Ayat ini telah dipindahkan dan dibatalkan dari Qur’an. Tulisannya tidak lagi tercantum dalam Qur’an. Uthman ibn Affan tidak memilikinya tertulis dalam salinannya, dalam Qur’an yang dimilikinya. Tetapi hingga hari ini orang masih mengukum lempar batu kepada para penzinah. Ini adalah hukum hingga hari ini di Saudi Arabia. Mereka melempar batu kepada para penzinah. Dapatkah kita menemukan ayat ini dalam Qur’an? Ayat ini telah dicabut. Aturannya telah dicabut, tidak ada lagi di dalam Qur’an. Maaf, maksud saya adalah tulisannya telah dicabut, namun aturannya masih efektif. Ini adalah satu contoh ayat yang dipindahkan dari Qur’an dan,

Nahed : Yang aturannya masih efektif.

Bpk. Zakaria : Ya, dan aturannya masih efektif. Ayat ini mengenai merawat seorang dewasa.

Nahed : Apakah ini benar-benar sebuah ayat yang berasal dari Qur’an?

Bpk. Zakaria : Ini adalah ayat Qur’an. Aisha telah menyebutnya. Dia mengatakan bahwa ayat ini dulu ada di Qur’an.

Nahed : Ada di Qur’an?

Ya ada di surat Moshaf, berdasarkan kesaksian para ahli dibidang ‘pencabutan’.

Kalau begitu, ini akan membutuhkan banyak penjelasan.

Sayang, waktu yang kita punya untuk episode ini sangat pendek.

Tidak, silahkan pakai waktu Anda.

Aisha telah menyebutkan bahwa dulu ada sebuah ayat, karena ketika dia ingin menemui seorang pria. Itu tidak mungkin bagi seorang asing akan mendekai nya, karena dia menggunakan kerudung. Menggunakan kerudung merupakan keharusan bagi mereka, kaum perempuan. Jadi, dia dulu menyuruh keponakan perempuannya untuk menyusui siapa saja yang ingin dia temui. Kita disini berbicara tentang seorang laki-laki dewasa. Perempuan itu ingin merawatnya. Dan mengapa? Dia ingin agar laki-laki itu dapat menjadi seorang kerabat dekat. Seolah-olah laki-laki itu adalah keponakannya, karena keponakan perempuannya lah yang merawat dia. Lalu dia ingin bertemu dengan laki-laki itu. Dan dalam Hadist Al Bokhary ada sebuah cerita. Masih cerita tentang Aisha, tetapi dalam hadist Al Bokhary, disebutkan tentang seorang wanita yang datang kepada nabi dan berkata, “suami saya cemburu terhadap budak kami yang masih muda dan tinggal dirumah kami, dan sekarang dia merasa cemburu, dan dia tidak dapat bertoleransi dengan laki-laki itu.” Kemudian nabi berkata: “Baiklah, pergi dan rawatlah budak itu.”

Seorang wanita dewasa merawat seorang budak dewasa?

Ya, merawat seorang budak dewasa. Perempuan itu berkata: “Nabi, laki-laki itu sudah menjadi seorang pria dewasa.” Nabi itu menjawab: “Saya tahu laki-laki itu seorang yang sudah dewasa. Pergi rawatlah dia.” Perempuan itu pergi dan mengasuhnya dan laki-laki itu menjadi seorang kerabat dekatnya. Dan suaminya berhenti merasa cemburu terhadapnya.

Perempuan itu sendiri merawatnya?

Perempuan itu sendiri merawatnya. Jadi dia menjadi sama seperti seorang saudara laki-laki, maaf, maksud saya seperti seorang anak laki-laki baginya. Jadi, suaminya tidak lagi merasa cemburu terhadapnya. Perempuan kembali kepada utusan Allah yang berkata kepada nya : “Lalu, bagaimana keadaan sekarang?” Perempuan itu menjawab: “Semua sudah jelas, suami saya tidak cemburu lagi terhadapnya.” Kemudian Aisha melanjutkan proses ini dan dia berkata: “Jika ada seorang pria manapun yang ingin saya temui, saya akan meminta seseorang untuk merawatnya.”

Untuk alasan inilah Aisha menyuruh keponakan perempuannya merawat mereka.

Itu berarti keponakan perempuannya menjadi ibu bagi mereka.

Dan dia sendiri menjadi seperti …?

Dia sendiri menjadi seperti seorang nenek bagi mereka.

Dan sekarang laki-laki itu menjadi seorang kerabat. Ini adalah metode mengkaryakan orang.

Ini adalah ayat tentang merawat orang dewasa dan Aisha menyatkan bahwa dulu ada sebuah ayat tentang merawat orang dewasa. Dan tentu saja Aisha yang dibicarakan oleh nabi Muhamad dalam hal ini, nabi berkata kepada mereka: “Ambil setengah dari agamamu dari wanita yang bermuka merah.” Benar bukan? Ini adalah tipe kesatu tentang ayat yang mencabut dan dicabut.” Tipe kedua adalah yang aturannya telah dicabut, namun tulisannya tinggal. Ini adalah ayat-ayat yang masih ada di Qur’an, tetapi mereka tidak lagi digunakan. Dan ada 550 ayat dari tipe kedua ini.

550 ayat?

Ya, ada di dalam Qur’an, namun tidak lagi diaplikasikan. Saya akan memberikan satu contoh sederhana saja mengingat waktu yang kita miliki. Saya ingin jujur, isu tentang pencabutan ini seharusnya membutuhkan paling sedikit 5 episode, dan paling banyak 10 episode, karena topic sangat luas. Saya akan mencoba membuatnya menjadi lebih singkat, karena waktu yang ada hanya tinggal setengah jam. Sebagai contoh adalah masalah ayat-ayat tentang perdamaian. Ketika Utusan berada di Mekah, dia menyebarkan perdamaian: “Janganlah bertengkar dengan para ahli Kitab kecuali dengan sikap sopan, dan berkata, kami percaya pada apa yang telah diturunkan kepadamu, dan apa yang telah diturunkan kepada kami. Allah mud an Allah kami adalah Allah yang sama.” Dan semua ayat-ayat seperti ini. 124 ayat tentang perdamaian dan satu ayat telah mengakhiri 124 ayat-ayat tersebut, maksud saya 124 ayat-ayat tersebut. Satu ayat itu adalah ayat tentang pedang.

Dimanakah hal itu bisa ditemukan, Bapak?

Itu ada di dalam Surat 9 (Al Toba) ayat 5. Itu adalah satu ayat. Dan satu ayat yang sama ada di dalam Surat 9 (al toba) ayat 29. Jadi, Surat 9 (Al Toba) ayat 5 mengatakan, “Bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka.” Jadi bunuh mereka dimanapun kamu bertemu dengan mereka. Dan dalam surat 9 ayat 29, mengatakan: “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak pula pada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (yaitu agama Islam). Orang-orang yang mana? Orang-orang yang diberikan Alkitab. “Sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” Hal ini memalukan. Dikatakan “bunuh mereka”. Lalu kemana perginya ayat yang mengatakan “Kamu memiliki agamamu dan aku memiliki agamaku?” Dan semua yang seperti itu sering kami dengar sekarang ini, kapanpun mereka berbicara tentang orang-orang Kristen. “Kami percaya kamu memiliki agamamu dan kami memiliki agama kami, kami tidak diijinkan bertengkar denganmu kecuali dengan sikap yang sopan.” Tetapi kemana perginya ayat tentang pedang? Ayat yang telah mencabut. Para ahli ‘pencabutan’ mengatakan bahwa ayat tentang pedang telah mencabut 124 ayat. Jadi, Anda memiliki 124 ayat dalam Qur’an, ya, tetapi mereka semua nol dan kosong.

Tidakkah itu mungkin kalau mereka akan menyatakan bahwa ayat-ayat ini masih efektif dan itu lebih kepada ayat tentang pedang yang telah dicabut? Apakah itu mungkin, atau apakah itu adalah apa yang Anda katakan pasti berdasarkan pendapat para ahli Muslim?

Ada sebuah aturan. Ada sebuah aturan dalam Qur’an, yang perlu diketahui. Dikatakan bahwa ayat-ayat yang datang kemudian mencabut ayat-ayat yang datang sebelumnya.

Yaitu Surat 9 (Al Toba) mencabut semua ayat yang datang sebelumnya.

Surat 9 sebagai informasi Anda sendiri. Berdasarkan nabi Muhammad, ini adalah Surat terakhir yang diturunkan kepada nya, yang terakhir dari semuanya.

Surat ini adalah satu-satunya Surat yang tidak menunjukkan sifat Allah yang penuh kasih dan pengampun sebagai judul.

Itu adalah Surat terakhir, sesudah itu dia meninggal. Kami belum selesai. Kami telah berbicara tentang ‘yang tulisannya telah dicabut namun aturannya masih berlaku’. Dan ‘yang tulisannya masih tinggal namun aturannya sudah tidak berlaku’. Dan sekarang tinggal tipe yang ketiga yaitu : ‘yang tulisan dan aturannya sama sekali telah dicabut’.

Artinya keseluruhannya telah dipindahkan dari salinan.

Benar-benar dipindahkan.

Dari salinan Qur’an dan dari aturan-aturannya.

Sebagai contoh, dalam sebuah buku yang ditulis oleh Gamal el Deen ibn El Joozy, tentang ayat-ayat yang mencabut yang ada di Qur’an, halaman 33, dia mengatakan bahwa seorang teman terbangun pad malam hari dan mencoba untuk mengingat satu ayat yang telah dikatakan nabi kepada mereka, ayat yang telah dinyatakan kepada nabi, dan orang itu hanya dapat mengingat bagian yang mengatakan, “Dalam nama Allah yang penuh kasih dan pengampun”, jadi dia pergi sendiri kepada nabi keesokan paginya dengan maksud untuk bertanya kepada nabi. Tetapi dia menemukan kerumunan orang dan bertanya kepada mereka apa yang mereka ingin lakukan. Mereka menjawab, “ini mengenai ayat yang telah disebut nabi kemarin, tetapi kami lupa.” Dia berkata, “hal yang sama pun terjadi pada saya, saya juga lupa.” Mereka berkata, “Kalau begitu, mari kita tanyakan kepada nabi.” Dan ketika nabi dating, mereka menanyakannya dan dikatakan, buku ini mengatakan, bahwa nabi telah menghabiskan waktu 1 jam hingga dia menjawab. Nabi juga sedang mencoba untuk mengingat-ingat ayat tersebut dan dia tidak dapat mengingatnya, sehingga dikatakan, “ayat apapun yang kami batalkan atau sebabkan dilupakan, kami memberikan satu ayat yang lebih baik dari pada sebelumnya atau paling sedikit, sesuatu yang sama dengan ayat tersebut.” Itu adalah prinsip dari pencabutan. Ayat apapun yang kami batalkan atau sebabkan dilupakan, kami kami memberikan satu ayat yang lebih baik dari pada sebelumnya atau paling sedikit, sesuatu yang sama dengan ayat tersebut. Ini benar-benar merupakan prinsip dari pencabutan ayat dalam Qur’an. Jadi dia melupakan nya. Dia tidak hanya lupa dan mengatakan demikian, tetapi setelah satu jam diam, dia berkata kepada mereka, “Allah telah mencabut ayat tersebut tadi malam.”

Dan itulah mengapa ayat itu telah dibatalkan dari pikiran-pikiran mereka.

Dan dri Qur’an dan dari aturannya. Apakah Anda mengerti? Seluruhnya dihapuskan. Aisha mengatakan bahwa dalam Surat 33 dulu ada 200 ayat sewaktu nabi Muhammad menceritakan tentang hal itu kepada mereka. Ada 200 ayat. Tetapi dalam salinan Uthman, hanya tinggal 73 ayat. Lalu kemana perginya jumlah yang besar ini? Tidak ada sama sekali. Ayat-ayat ini telah dicabut, keduanya baik tulisan dan aturannya. Anda mengerti? Omar ibn Al Khatab berkata, dan perkataannya direkam, dan ada di semua bukunya yang membahas tentang pencabutan. Omar Ibn Al Khatab berkata,

Bisakah Anda mengulangi nama dari referensi tersebut, sehingga para pemirsa dapat merujuk kepada buku tersebut?

Gamal El Deen Ibn El Joozy on Nawasekh Al Qur’an dan Abo Gaafar Al Nahhas, juga bukunya yang disebut al Nasekh We Al mansokh. Apa yang dikatakan Omar? Banyak ayat dalam Qur’an telah hilang dan tidak ada. Anda juga dapat menemukan hal ini dalam Al Etqan Fi Uloum Al Qur’an halaman 56. Itu ada disana. Banyak ayat dalam Qur’an telah hilang. Tidak ada lagi disana. Sekarang, kemana perginya? Mereka mengatakan bahwa mereka telah dicabut. Ini adalah tipe pencabutan. Semuanya ada 3 tipe.

OK. Sekarang kita tiba pada pertanyaan yang sangat serius dan penting. Apa yang berbahaya sehubungan dengan pencabutan?

Sekarang, Anda yang mengatakannya.

Seberapa bahayakah?

Itu benar. Seseorang mungkin berkata: “Tidak masalah bila mereka tidak ada, atau mereka dicabut ataupun tidak. Itu adalah kehendak Tuhan. Itu adalah scenario Allah. Apakah Anda bermasalah dengan hal itu?

Oh, tidak. Anda tidak dapat mengatakan, “Itu benar-benar kehendak Alah, bersabarlah.” Mengapa demikian? Karena hal pencabutan ini, prinsi ini, bertentangan dengan pernyataan yang ada dalam Surat 6 ayat 34, juga banyak ayat lainnya, yang mengatakan, “Tak ada seorangpun yang dapat mengganti perkataan Allah, tak ada seorangpun merubah perkataan Allah.” Lalu bagaimana bisa ada ayat-ayat yang mencabut dan dicabut? Mengetahui bahwa pencabutan adalah pengubahan ayat, apakah itu berarti Qur’an menyangkal apa yang tertulis didalamnya sendiri? Anda mengerti, bukan?

Disinilah letak permasalahannya. Anda sedang berbicara tentang pencabutan, tetapi jika Anda menuntut, maka Anda akan berselisih dengan fakta yang lain, yang mengatakan: tidak ada yang dapat mengubah perkataan Allah. Ini adalah fakta yang pertama. Konflik yang kedua adalah dengan Surat 85 ayat 22 dan 23 yang mengatakan, “Al Qur’an yang mulia, yang dipelihara dalam sebuah catatan yang dilindungi.” Lalu, catatan yang dilindungi ini, apakah berisi ayat-ayat yang mencabut dan dicabut? Atau hanya yang mencabut, atau hanya yang dicabut? Ataukah catatan itu berisi konflik dan pertentangan? Dan apakah Allah, di dalam catatan yang dilindungi, tidak mengetahui peristiwa yang akan terjadi, sehingga Dia menyimpannya, dan menggantinya dengan itu, kemudian merubahnya denganyang ini? OK.. Ketika Muhamad lupa dengan ayat tersebut, bukankah ayat itu ada didalam catatan yang dilindungi? Tidak dapatkah malaikat Jibril mengingatkannya sekali lagi? Tidak dapakah dia menyentakkan ingatannya? Jadi, ada sebuah konflik. Isu ini tidak dengan mudah dipecahkan. Seseorang yang ingin berpikir sesuai dengan mental abad 21, harus mengambil isu ini, bila perlu. Tetapi jika anda ingin mengikuti mental Bedouin, atau sikap pengabaian seperti pada abad ke 1 setelah Hegra, maka Anda dapat tinggal dalam pengabaian Anda. Tidak masalah menjadi seorang yang bodoh, selama anda dapat memiliki sebuah kehidupan. Tidak dapat dibayangkan. Isu ini berisi sebuah konflik. Anda tahu, ada ketidaksesuaian antara yang satu dengan yang lainnya. Surat 15 ayat 9, dikatakan: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Qur’an, dan sesungguhnya Kamilah yang memeliharanya.” Apa yang dimaksud dengan memelihara?

Anda tahu apa yang dikatakan para komentator mengenai arti memelihara? Meskipun mereka benar-benar tidak memiliki pengertian sepenuhnya tentang isu ini, mereka hanya menjelaskan nya secara sedikit demi sedikit, yaitu: melindunginya dari perubahan, penggantian dan dari modifikasi. Bukankah ini semua tentang pencabutan? Mereka berkata, “Tidak, mereka dua hal yang berbeda.” Mereka tidak mengerti seluruhnya, semuanya itu tidak klik dengan mereka.

Anda tahu, dimanakah masalahnya? Orang seharusnya memiliki mental penggabungan. Itu adalah sebuah keharusan untu, menggabungkan yang ini degnan yang itu, fakta ini dengan fakta yang itu. Tetapi bila Anda hanya mengambil satu fakta ini saja, atau fakta itu saja, Anda tidak akan ada dimanapun. “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Qur’an, dan sesungguhnya Kamilah yang memeliharanya.” Sehingga bagimana bisa tulisannya telah dicabut, sementara aturannya masih berlaku? Dan bagimana bisa tulisannya ada, sementara aturannya telah dicabut? Dan bagimana bisa tulisan dan aturannya telah dicabut? Bagaimana bisa semuanya tejadi bila Allah memang memeliharanya?

Jadi, dalam hal ini ada sebuah konflik, sebuah yang bertabrakan. Tetapi orang yang berakal budi akan melihat dengan tajam, akan berpikir. Isu apa ini? Apa masalahnya?

Dan Anda tahu, isu tentang ayat mencabut dan dicabut, hingga saat ini tetap tak terpecahkan. Hingga saat ini para ahli pencabutan telah menulis tentang hal ini, dan samasekali masih belum ditemukan solusinya. Sekarang perhatikan bahayanya, bahaya yang besar. Dalam Surat 4 ayat 82, dimana dikatakan, “Kalau kiranya Al Qur’an bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang banyak di dalamnya.”

Ya, mohon ayat nya diulang sekali lagi.

“Kalau kiranya Al Qur’an bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang banyak di dalamnya.”

Dan referensi nya juga sekali lagi.

Surat 4 ayat 82.

OK.

“Kalau kiranya Al Qur’an bukan dari sisi Allah”. Hari ini, bila Anda menemukan banyak pertentangan, kesimpulan apa yang Anda dapatkan?

Itu bukan berasal dari Allah.

Bukan berasal dari Allah. Oh, ini adalah inti permasalahan, yang harus mereka hadapi. OK, bila itu memiliki banyak pertentangan.” Berdasarkan kesaksian para ahli pencabutan, ada 71 Surat dari 114 Surat dalam Qur’an yang mengandung unsur pencabutan, dan ada banyak pertentangan di dalam Qur’an. Jadi, ada banyak pertentangan di dalamnya. Lalu bukti ini menyatakan apa? Saya menyerahkannya kepada para pemirsa untuk menilai mereka sendiri. Kami tidak ingin menghakimi, jadi kami serahkan kepada mereka untuk menilai.Dan bila dia tidak mempercayainya, biarkan orang itu belajar dan bertanya dan menyelidiki. Anda paham?

Saya tidak ingin mereka percaya. Saya ingin mereka merujuk kembali pada Qur’an.

Tentu.

Dan merujuk pada buku-buku yang telah Bapak Pendeta sebutkan. Dan biarkan mereka belajar untuk kebaikan mereka sendiri dan menerima kebenaran ini.

Itu benar.

Mereka tidak harus mengambil perkataan kita sebagai jaminan. Tidak sama sekali. Kami hanya membicarakan hal ini untuk diselidiki, dan untuk dibahas dan kami harap setiap orang akan berpikir sesuai dengan mental abad 21, untuk tujuan mencapai kebenaran mereka sendiri.

Benar. Anda tahu, keseluruhan masalah, adalah bahwa orang berpikir seperti seekor burung unta. Apa yang saya maksud dengan seperti seekor burung unta? Unta memasukkan kepalanya kedalam pasir, agar aman dari bahaya. Bila pemburu sedang mengejarnya dan unta itu merasa kelelahan karena berlari, Anda tahu, dia memasukkan kepalanya ke dalam pasir, seakan-akan tidak terlihat oleh si pemburu dan dia merasa aman. Dan sayang sekali, inilah yang mereka sedang lakukan. Mereka berkata: “Anda tahu, kami tidak ada hubungan dengan masalah ini. Iblis ada dalam hal-hal rinci. Tidak perlu diselidiki. Anda adalah orang kafir, pemikir bebas.” Jangan selidiki. Jangan Bicara. Terimalah apa adanya. Ini bukan mental orang dewasa.

Anda tahu, Bapak Pendeta, itulah mengapa saya katakan saya ingin mereka menyelidiki nya sendiri dan mencari hal-hal kita sedang bicarakan.

Apakah maksud sebenarnya dibalik program ini? Ini adalah sebuah panggilan untuk berpikir, sebuah undangan untuk pencerahan, sebuah undangan untuk kebebasan. Kebebasan berpikir dari berpikiran sempit. Dan sekali pikiran dibebaskan, akan diperoleh pencerahan, dan akan mendapatkan pelajaran, dan setelah itu, akan menjadi bertanggung jawab sebelum Tuhan bagi keputusannya sendiri. Maksud saya, kita telah hidup selam 14 abad, dan bahkan lebih, sejak terjadinya migrasi dan Qur’an sudah ada. Tidak hanya sejak migrasi, tapi juga sejak pengutusan nabi. Benar, bukan? Qur’an sudah ada. Tak seorangpun berani menolak nya.

Dan tak seorangpun berani memikirkannya. Haruskah itu dibenarkan? Bagaimana seseorang dapat menyerahkan takdirnya, masa depannya, keabadiannya, kepada fakta yang belum pernah dia selidiki dan pelajari? Anda tahu, ketika Anda mencari sebuah pekerjaan, Anda memeriksa pro dan kontra dari pekerjaan tersebut, dan resikonya sebelum Anda melamar pekerjaan tersebut.

Dan dimanakah berkat kecerdasan yang telah dianugerahkan Tuhan pada manusia untuk membedakannya dari ciptaan Tuhan lainnya?

Ya, dan karenanya manusia bertanggungjawab atas keputusannya sendiri. Tuhan telah menciptakan manusia sebagai makhluk dengan kehendak bebas, dengan pemikiran yang bebas, dan ada tanggung jawab. Tuhan akan berkata kepadanya: “Aku telah memberikan mu pikiran dan kebebasan memilih dan kebebasan berkehendak. Sekarang kamu harus mempertanggungjawabkannya. Apa yang telah kamu hasilkan? Apa yang telah kamu kerjakan?” Dan itulah mengapa saya mengajak semua pemirsa untuk menggunakan kemuliaan yang diberikan kepeda mereka oleh Tuhan dan menghargai tanggung jawab yang Tuhan berikan kepada mereka untuk mempertanggungjawabkan. Kemudian Tuhan akan bertanya: “Apa yang telah kamu perbuat?” Orang itu akan menjawab: “Baiklah, saya hanya seseorang seperti yang telah Engkau cipta.” Lalu Tuhan akan berkata: “Telah menciptakan mu? Apakah engkau sedang mengatakan bahwa Aku telah menciptakan mu dari awal seperti ini? Aku telah memberi mu pikiran untuk berpikir, untuk menilai dan untuk meneliti segala sesuatu, untuk mencari kebenaran, dimana saja itu ditemukan. Dan kemudian engkau memeluknya agar kamu tahu apa tanggung jawab mu.” Saya benar-benar jujur kepada Anda, saya takut bila semua diantara pemirsa yang beragama Muslim akan mendapatkan pada hari terakhir bahwa,

Semuanya sudah terlambat.

Mereka akan menemukan nya setelah kematian menghampiri. Penyesalan tidak akan banyak membantu. Tidak akan membantu. Oleh karena itu saya menyerukan kepada pemirsa yang kami kasihi, untuk memeriksa apa yang telah kami katakan. Saya akan menyimpulkan apa yang telah kami katakan, sebagai berikut. Apa yang dimaksud … ini adalah pertanyaan Anda. Apa yang dimaksud dengan ayat-ayat mencabut dan dicabut? Kami telah menyebut Surat 2 ayat 106: “Ayat mana saja yang kami nasakhkan, atau kami jadikan manusia lupa kepadanya, kami datangkan yang lebih baik dari padanya atau yang sebanding dengannya.” Mencabut berarti apa? Itu berarti, kami mengganti, kami mengubah, dan kami membuat sebuah ayat yang mengijinkan kami untuk melarang ayat lainnya. Yaitu, kami menggantikannya dengan ayat lain dengan menyatakan bahwa ayat sebelumnya terlarang. Dan siapa yang mengatakan itu? Dia adalah Ibn Katheer yang mengatakan hal ini. Dan lagi, kami berbicara tentang jumlah ayat-ayat yang dicabut. 62,28% dari jumlah Surat yang ada di Qur’an. Jumlah ini lebih dari 50% yang terkena pencabutan.

Tipe-tipe pencabutan apa saja yang ada? Yang tulisan nya telah dicabut namun aturannya tinggal, yang tulisannya tinggal namun aturannya telah dicabut, yang tulisan dan aturannya telah dicabut. Yang terakhir ini tidak tertulis lagi di Qur’an dan tidak berlaku lagi.

Maaf. Saya ingin menanyakan satu pertanyaan sekarang. Mereka mungkin menuntut bahwa ayat-ayat ini tidak pernah ada disana. Mereka mungkin akan mengatakan bahw Anda telah mengarang. Mereka akan mengatakan itu.

Baik. Saya akan merujuk kepada buku-buku tentang pencabutan, yang telah saya sebut. Gamal El Deen.

Maksud Anda, pernyataan itu telah terekam dalam buku-buku itu?

Mereka semua telah direkam.

Dan dia mengatakan dalam bukunya bahwa ayat-ayat itu tidak ada lagi disana.

Tepat sekali. Di dalam buku-buku ini, Gamal El Deen El Joozy in Nawasekh Al Qur’an halaman 39. Dan Al Etqan Fi Ulum Al Qur’an by Al Siouty. Dia juga seorang yang sudah terkenal. Dan kemudian Abo Gaafar Al Nahhas dalam bukunya Al Nasekh Wa Al Mansookh. Dan Hebato Allah juga menulis sebuah buku dengan judul yang sama dengan yaitu Al Nasekh Wa Al Mansookh. Ini adalah buku-buku tentang Al Nasekh Wa Al Mansookh. Bahkan ini adalah sebuah ilmu pengetahuan. Di Al Azhar University, ilmu pengetahuan tentang pencabutan disebut ilmu pengetahuan Al Nasekh Wa al Mansookh. Itu terjadi ketika suatu hari saya bertemu dengan 8 para cendekiawan dari Perguruan Tinggi Azhar dan Hukum dari Negara-negara lain. Mereka ada 8 orang. Dan kami telah membahas topic ini, topic tentang pencabutan. Kapan saja saya berbicara tentang pencabutan, mereka berkata: “Oh, tetapi Injil juga mempunyai ….”

“Tidak ada hubungannya dengan apa yang Injil miliki.”

Maaf, Bapak Pendeta, saya perlu satu menit saja, karena kita selalu berhadapan dengan pertanyaan ini. Mereka mengatakan, “Yesus datang dan mencabut kitab Perjanjian Lama.” Yang dimaksud adalah kitab Taurat, seperti yang mereka nyatakan.”

Ini adalah apa yang mereka nyatakan. Tetapi kata pencabutan tidak pernah disebut di dalam Alkitab, tidak juga di dalam Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru. Tidak ada Nasekh dan Mansookh.

Apa yang telah dikatakan Yesus, kata demi kata, dan seseorang seharusnya mengerti? Dia berkata, “I did not come to destroy, but to fulfill.” Jadi, Dia tidak dating untuk mencabut. Mencabut sama artinya dengan merusak, Dia datang lebih kepada tujuan penggenapan. Dan penggenapan tidak ada hubungannya dengan pencabutan. Saya akan berikan contoh. Seorang siswa pada sekolah dasar, kemudian setelah dia lulus dari sekolah dasar, dia meneruskan ke sekolah lanjutan. Apakah mereka membatalkan semua pengetahuan yang telah dipelajariny di sekolah dasar? Apakah mereka akan mengatakan kepadanya, “Lupakan semuanya!” Semuanya telah dibatalkan. Kami akan memberikan mu sesuatu yang lain. Tidak pernah. Mereka justru akan mengatakan: Engkau telah belajar sesuatu di sekolah dasar, yang sesuai dengan tingkatan mu, tetapi di sekolah lanjutan, kami akan menambahkan kepada pengetahuan mu, dan di sekolah lanjutan atas kami akan menambahkannya lebih lagi, dan di perguruan tinggi, kami akan menambahkannya juga. Kami tidak mencabut, ataupun merusak, ataupun merubah yang sah menjadi tidak sah ataupun yang tidak sah menjadi sah. Tuhan Yesus telah dating hanya untuk menggenapi. Anda tahu bahwa Perjanjian lama berisi symbol-simbol dan mereka telah digenapi di dalam Nya. Saya akan berikan contoh. Binatang dikorbankan, domba, kambing, lembu, sapi atau lainnya, adalah symbol akan penebusan di atas kayu salib. Sehingga ketika Kristus datang, Dia menggenapi.

Jadi, mereka dibuat tidak ada.

Ya, tidak ada.

Tidak dicabut …

Mereka digenapi di dalam Kristus,

Dengan darah Kristus,

Digenapi di dalam darah Kristus. Persis seperti yang telah saya katakan pada episode yang lalu, ketika seseorang ingin membangun sebuah gedung untuk mu, dia pertama membawa maket bangunan kepadamu. Maket itu kelihatan sempurna dan tanpa cacat. Kemudian Anda akan mengatakan, “Maket ini bagus sekali, sekarang Anda bisa lanjutkan.” Lalu dia pergi dan merealisasikan maket tersebut, karena maket itu hanyalah sebuah symbol dari bagunan sebenarnya. Kita tidak dapat berkata bahwa dia kemudian merusak maket itu.

Sebenarnya, hal ini adalah satu topic yang sangat luas dan membutuhkan lebih banyak episode.

Tentu.

Oleh kemuliaan Allah, kami akan memiliki lebih banyak tanya jawab dengan Anda. Dan kami sangat berterima kasih atas penjelasan-penjelasan ini, Bapak Pendeta. Dan Tuhan menghargai apa yang telah Anda lakukan dan memberkati pelayanan Anda.

Satu kata singkat sebelum kita mengakhiri …

Oh, silahkan.

Saya tidak ingin para pemirsa hanya menerima dan menyelidiki pengetahuan, tetapi juga menyerahkan hatinya kepada Tuhan. Dan mengatakan kepada Nya, “Tuhan, terangi jalanMu. Tunjukan jalanMu kepadaku, buatlah kebenaran menyinariku, sehingga aku mengikuti Mu.” Dan Tuhan akan segera memberikan respon.

Amen.

Segera katakan kepadaNya, “Tuhan, aku buka hatiku, agar Engkau masuk kedalam hidupku dan membuatnya bersinar. Aku ingin Engkau memiliki ku sepenuhnya. Amen.”

Para pemirsa yang saya kasihi, saya meminta dalam nama Tuhan, yang Anda sembah, untuk mengirim pertanyaan-pertanyaan Anda kepada kami. Katakan kepada kami bila anda membutuhkan Alkitab atau buku-buku rohani lainnya. Kirimkan surat dan kami akan mengirimkannya free of charge ke alamat yang telah Anda berikan kepada kami. Terima kasih banyak dan sampai jumpa.

No comments:

Post a Comment