Wednesday, December 8, 2010

Kesaksian Muhammad dan Pendahuluan tentang Penarikan Kembali (Ep 21)

Episode 21

Kesaksian Muhammad dan Pendahuluan tentang Penarikan Kembali

Muhammad : Pemirsa budiman, selamat datang di episode yang baru dalam program “Pertanyaan-pertanyaan tentang Iman, merupakan kebahagian bagi saya sebagai pembawa acara program ini. Saya Muhammad Saeed, menemani anda pada episode-episode selanjutnya dengan tamu kehormatan kita Bapak Pdt. Zakaria Botros. Selamat datang pak pendeta.

Bp. Zakaria : Terima kasih.

Muhammad : Pemirsa terkasih, sebelum kita mulai saya akan memperkenalkan diri saya terlebih dahulu. Saya dibesarkan atau bertumbuh dalam sebuah keluarga muslim, dengan pengaruh Islam dan belajar disebuah sekolah Islam, di sebuah negara Arab.Sejak saya kecil ibu saya menanamkan dalam hati saya hal yang paling penting, yaitu mengasihi Allah.Bahkan sebagai seorang anak kecil saya memiliki gairah dan kerinduan kepada Allah Yang Maha Tinggi. Saya memiliki kerinduan yang begitu kuat untuk menyenangkan Allah dan menaatiNya dan ada dalam kehendakNya Sebagai seorang dewasa saya berkeliling ke banyak negara bersamaan dengan pertumbuhan saya. Saya berusaha sedapat mungkin untuk menjalankan semua doa-doa dengan pengajaran Muslim dan berpuasa, dan sebagainya. Selama perjalanan saya pula, saya berpergian ke Saudi Arabia ,saya begitu tertarik untuk mengunjungi Mekah dan El Kaaba (Ka’bah), dimana saya berdoa dan mencari Tuhan. Selanjutnya, saya bertemu dengan seorang teman Kristen yang mulai bercerita tentang Kristus kepada saya, dan dia juga mengatakan kepada saya tentang keselamatan, penghakiman, dan dosa. Hal ini semua baru bagi saya, saya tidak pernah berpikir tentang semua itu sebelumnya.

Teman ini mulai membagikan kepada saya beberapa hal dari Alkitab, Injil. Saya akan membacakan beberapa ayat yang sangat berkesan yang menjamah hati saya, ayat-ayat itu terdapat di Injil Matius pasal 5, Kristus berkata,”Berbahagialah orang yang miskin dalam roh (di hadapan Allah) karena mereka yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah karena upahmu besar di sorga sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” Dan saya terjamah oleh kata-kata,”Dipanggil anak-anak Allah”. Hal ini membuat saya berpikir “Dapatkah saya menjadi seorang anak Allah?” Saya selalu berpikir bahwa saya adalah hamba Allah, saya selalu berpikir Allah sebagai Yang Maha berdaulat, Maha suci, Maha Kuasa, Maha Perkasa, Maha Pengasih, Maha Pengampun, tetapi orang ini mulai memberitahu saya bahwa Allah adalah Kasih atau Allah adalah kasih itu sendiri. Setelah 3 tahun berdialog dan mencari yang melibatkan banyak kesulitan dan waktu-waktu sukar. Pemirsa terkasih saya betul-betul datang mencari kebenaran Allah sendiri, saya katakan pada Allah,” Tuhan,Engkaulah kebenaran itu dan saya mau mengenalMu.” Allah sendiri berperkara dengan saya melalui rohNya dan saya mengenal kebenaran itu, bahwa saya adalah seorang berdosa dan seorang yang berdosa, tidak dapat berdiri di hadirat Allah karena Allah teramat kudus dan kita ciptaanNya, karena dosa keturunan, kita mati secara roh dan terpisah dari Allah akibat dosa-dosa kita. Saya bertanya kepada Allah,”Bagaimanakah saya dapat didamaikan denganMu?” Dan jawabanNya kepada saya hanyalah melalui Kristus. Ini mungkin sulit bagi Anda, begitupun bagi saya. Tapi Kristus berkata, “Datanglah padaKu hai kamu semua yang berbeban berat dan Aku akan memberikan kelegaan padamu.” Dia juga menyatakan, “Jikalau kamu percaya dengan hatimu dan mengaku dengan mulutmu bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan kamu akan diselamatkan.” Teman-teman terkasih, semua kata- kata tadi sulit dimengerti bagi saya sebagai seorang Muslim. Saya terus berdoa kepada Allah. Saya bersujud dan berlutut dengan kaki saya dan memohon padaNya untuk menolong saya untuk mengerti, dan saya juga memohon keselamatan. Saya mencari keselamatan saya, keselamatan dari dosa, dari penghakiman dan saya memiliki kerinduan yang kudus supaya nama saya tercatat dalam kitab kehidupan. Saya datang untuk mengenal pribadi Yesus Kristus. Saya menerima Dia sebagai Juru Selamat pribadi saya dalam hidup saya. Dan sekarang saya percaya, saudara-saudara terkasih, bahwa nama saya telah tertulis dalam kitab kehidupan. Ini merupakan kerinduan hati kami dan doa kami melalui program-program ini untuk mengkomunikasikan kepad anda kebenaran secara Alkitabiah. Selamat datang pak pendeta. Pada episode acara terdahulu , Bapak telah membahas perihal Penarikan Kembali dalam Al-Qur’an dan issue hal ini telah terangkat kepermukaan sampai beberapa surat kabar mulai menulis perihal tersebut. Namun apa yang dikatakan pada topik itu jelas dan padat dan telah membangkitkan rasa penasaran orang-orang untuk tahu lebih banyak lagi. Apakah ada yang mau Bapak sampaikan lagi mengenai topik yang serius ini untuk memuaskan ketertarikan para pemirsa? Kami telah menerima banyak pertanyaan, salah satunya adalah,”Ketika Bapak membahas tentang penarikan kembali dan ayat-ayat dalam Al Qur’an yang ditarik kembali, sudikah Bapak menyimpulkan kepada para pemirsa yan belum sempat menonton episode terdahulu, sebelum kita melanjutkan topik-topik yang lain.

Bpk. Zakaria : Terima kasih banyak. Sesungguhnya, program ini sudah memiliki sebuah dampak pada opini publik, saya telah menerima banyak surat melalui internet dan surat kabar-surat kabar dan majalah. Contohnya, majalah Al Esboua “The Week” pada tanggal 19 January 2004, pada halaman 2. Dalam artikel pada halaman 2 seorang editor berkomentar. Pertama-pertama dia menyebutkan nama bintang tamu dalam acara ini, yang adalah saya sendiri dan topiknya adalah penarikan kembali ayat-ayat dan ayat-ayat yang ditarik kembali. Dalam komentarnya, beliau mengatakan,”Topik ini sulit dan rumit dan banyak cendikiawan-cendikiawan Muslim menghindar dari topik ini, karena itulah saya memutuskan untuk mengikuti acara ini sampai selesai. Saya lebih tertarik dengan ide bahwa seorang pendeta berurusan dengan issue ini”. Para pemirsa ingin tahu lebih banyak hal karena Allah menciptakan manusia dengan sebuah akal budi, ini merupakan ciri khas yang membedakan manusia dari bintang-binatang yang tidak memiliki intelligensi. Manusia harus menggunakan pemikirannya, manusia berkeinginan untuk mengetahui dan mengerti dan dia mau memperoleh kebenaran, namun tidak ada seorangpun yang berbicara tentang kebenaran tepat seperti yang dikatakan oleh editor itu. Bahwa para cendikiawan Muslim menghindari pembicaraan tentang topik-topik yang sulit, saya berharap para cendikiawan Muslim yang terkasih mau mengisi celah bagi orang lain, namun saya bersyukur pada Tuhan atas TV Al Hayat, yang memberikan kami kesempatan untuk berbicara mengenai subjek-subjek tersebut. Ketika saya sedang membahas subjek ini, saya tidak berbicara berdasarkan keingintahuan, tapi lebih kepada bagian yang penting dari dialog agamawi.

Muhammad : Mengapa Bapak membahas tentang penarikan kembali?

Bpk. Zakaria: Sebenarnya, pada episode-episode terdahulu kami menegur isu penarikan kembali karena hal itu bersangkutan dengan sebuah pertanyaan tentang kontradiksi didalam Alkitab. Para penanya menajukan pertanyaan … karena ini merupakan sebuah acara tentang pertanyaan-pertanyaan seputar iman, dia memiliki kebebasan untuk menanyakan … Para penanya mengatakan, Alkitab memiliki pertentangan-pertentangan dan kami hanya mencoba menjawabnya. Alkitab, seperti yang kita tahu dengan baik, tidak terdapat kontradiksi mungkin kelihatannya terdapat kontradiksi, tapi ketika seseorang mempelajari ayat-ayat dalam konteks, setiap bagian, kontradiksi tidaklah dapat ditemukan. Contohnya, seseorang mengatakan ada dalam peristiwa perubahan wujud (transfigurasi), dalam salah satu injil menyatakan bahwa hal tersebut terjadi setelah 6 hari. Dan di pasal lainnya menyatakan hal itu terjadi setelah 8 hari, dan mereka berkata bahwa hal ini jelas merupakan sebuah kontradiksi. Apakah itu terjadi setelah 6 hari atau 8 hari? Namun ketika kita menganalisanya dengan tepat, kita temukan bahwa pada contoh pertama penulis tidak menghitung hari pada saat Yesus membuat pernyataan tersebut, juga tidak menghitung hari ketika Yesus berubah rupa itu sendiri. Jadi ada 6 hari tersisa diantaranya, penginjil yang lain menghitung hari dimana Yesus berubah rupa dan hari ketika pernyataan itu dibuat, dan 8 hari semuanya. Ini semua membuktikan kontradiksi-kontradiksi tetapi lebih dalam mempelajari akan menunjukan pada kita apa yang sebenarnya terjadi. Dengan tanda yang sama, kami sudah menerima pertanyaan-pertanyaan tentang kontradiksi-kontradiksi dalam Qur’an, dan kontradiksi-kontraiksi ini diberi nama penarikan kembali dan ditarik kembali. Pertanyaan-pertanyaan. Karena itulah saya harus mempelajari subjek ini.

Muhammad : Apakah arti kata penarikan kembali?

F: sesungguhnya, penarikan kembali memiliki 2 arti: arti secara lingual dan arti secara teknis. Secara lingual, berarti batal dan meniadakan, ada arti lainnya, yaitu menyalin. Contohnya, menyalin sebuah buku. Arti secara teknis, yang telah menjadi lahan pembelajaran bagi para cendikiawan Muslim dan dengan hormat saya hanya menyatakan apa yang mereka katakan saya tidak memberikan diri saya hak untuk memberikan opini legal atau fatwa. Jadi ijinkan saya menyatakan pada anda apa yang Ibnu Katheer katakan mengutip Ibnu Gareer, Ibnu Katheer berkata dalam komentarnya, pada volume 1 halaman 104, mengomentari ayat yang saya katakan:”Kami tidak membatalkan ayat apapun tidak juga membiarkannya dilupakan… dan seterusnya. Beliau menyatakan,”Membatalkan berarti menukar apa yang sah dengan apa yang tidak sah dan apa yang tidak sah menjadi sah, untuk membuat pengesahan yang tidak sah dan ketidakpenerimaan menjadi penerimaan”. Dalam komentar Al Nassafy pada ayat yang sama, volume 1 halaman 116, beliau mengatakan,”Penarikan kembali merupakan peralihan dan pembatasan dari efek atau akibat legal”

Muhammad: Tetapi Qur’an menyatakan dalam Surah 13 (Ar Ra’du) ayat 39,”Allah menghapus apapun yang Dia kehendaki”. Bagaimana Bapak menanggapi hal ini?

Bpk. Zakaria : Ya, Qur’an menambahkan arti yang lain lagi dari penarikan kembali, yaitu penghapusan. Dan terdapat banyak ayat dalam Qur’an yang bersangkutan dengan penarikan ulang dan pembatalan. Maka Allah menarik kembali, artinya “membatalkan” atau Dia menghapus, yang berarti Dia menukar seluruhnya. Jadi kata tersebut mempunyai beberapa arti, seperti para komentator telah katakan.

Muhammad : Apakah topik yang penting dari penarikan kembali menurut Qur’an?

Bpk. Zakaria : Ini adalah isu yang lebih serius, kami hanya dapat menyatakan apa yang para cendikiawan atau ahli hukum angkat ke permukaan. Saya sudah membaca banyak buku tentang hal ini, seperti “Penarikan kembali ayat-ayat dan ayat-ayat yang ditarik kembali di dalam Qur’an”, oleh Hebatu Allah salama Ibnu Nasser, Ibnu Aly Bojhdady, yang sudah wafat pada tahun 410 setelah Hegra. Juga “Penarikan kembali dalam Al Qur’an” oleh Abo Goafar Al Nahhas. Ada sejumlah buku, yang tidak disebut di website-website Islam. Buku-buku ini menjelaskan pentingnya penarikan kembali. Mereka mengklaim bahwa Qur’an tidak dapat dimengerti kecuali seseorang sudah mengerti penarikan kembali. Jadi, sebagai contoh, jika seseorang mendapati sebuah penilaian tertentu yang sah dalam Qur’an, tetapi hal tersebut telah dibatalkan atau ditarik kembali, dia akan berakhir dengan mengartikan penilaian penarikan kembali yang lama, tidak mengetahui bahwa itu telah dibatalkan dan itu akan membawa pada kebingungan. Dan kejadian demikian terjadi pada Aly Ibn Aby Taleb. Dikatakan tentang Ali Ibn Aby Taleb bahwa beliau pergi kesebuah masjid di Koofa dan mendapati seorang pria dikelilingi oleh banyak orang, nama pria tersebut adalah Abd El Rahman Ibn Dad, beliau adalah teman dari Moosa Al Ashaary. Jadi beliau adalah seorang yang terkenal. Beliau mendengar orang itu memberikan opini-opini legal atau “fatwa-fatwa”. Beliau mendengarkan orang tersebut dan tidak suka dengan apa yang orang itu harus katakan, beliau bertanya kepadanya,”Apakah Anda tahu tentang penarikan kembali?” orang itu menjawab,”tidak”. Lalu Ali berkata kepadanya,”Engkau binasa dan engkau telah menyebabkan orang lain binasa.” Beliau memegang telinganya dan memutarnya dengan keras, membawanya keluar masjid dan berkata padanya,” Saya tidak mau melihat kamu lagi disini.” Mengapa? Karena dia membawa orang-orang pada kebinasaan, jadi kami menyimpulkan dari cerita ini bahwa kita harus tahu tentang penarikan kembali supaya kita tahu penilaian-penilaian yang mana yang masih berlaku.

Muhammad : Informasi yang Bapak jelaskan tadi tertulis dalam buku yang berjudul “Al Nasekh kaum Al Mansookh” oleh Hebato Allah Al Boghdady halaman 12 dan pemirsa dapat mengeceknya sendiri.

Bpk. Zakaria : Terima kasih.

Muhammad : Pertanyaan selanjutnya darimanakah ide penarikan kembali dalam Qur’an berasal atau muncul?

Bpk. Zakaria : Ini adalah pertanyaan yag sangat penting dan serius, karena dalam Qur’an terdapat beberapa ayat yang secara terbuka menyatakan penarikan kembali terjadi pada beberapa ayat. Dan ayat yang paling terkenal dengan hormat adalah yang terdapat di Surah 2 (Al Baqarah) ayat 106, mengatakan,”Mana saja yang Kami nasakhkan dari suatu ayat atau Kami jadikan lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya” Ada juga ayat yang lain, dalam Surah 16 ( An Nahl) ayat 101, yang mengatakan,”Dan apabila Kami letakkan suatu ayat ditempat ayat yang lain sebagai penggantinya padahal Allah lebih mengetahui apa yang diturunkan-Nya, mereka berkata : “Sesungguhnya kamu adalah orang yang mengada-adakan saja”. Bahkan kebanyakan mereka tiada mengetahui”. Karena itulah ada penggantian, ada ayat dari Surah 13 (Ar Ra’du) yang baru saja Anda katakan. Ayat 39,”Allah menghapus dan menetapkan apapun yang Dia inginkan, Dia memegang teguh buku utamanya”. Dan dalam Surah 22 ayat 52 mengatakan bahwa “Allah akan menghilangkan apapun yang setan palsukan.” Ada ayat-ayat tertentu lainnya, tapi semua ini adalah yang paling menarik perhatian yang membicarakan tentang penarikan kembali dan ditariknya ayat-ayat dalam Qur’an.

Muhammad : Secara pribadi saya dikonfrontasi dengan pertanyaan yang terdapat pada pemikiran seorang Muslim, bahwa Allah seperti dikatakan dalam Surah16 (An Nahl) ayat 101: berhati-hati dengan apa yang Dia kirim/utus ke bawah dan kita tahu bahwa Allah Maha Kuasa. Apa pendapat Bapak tentang komentar ini?

Bpk. Zakaria : Baik sekali. Allah Maha Kuasa, Dia melakukan apapun yang Dia ingini namun Allah menghormati intelektual manusia yang Dia sudah ciptakan. Dia tidak akan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan intelektual tersebut. Dia bisa saja melakukan sesuatu melampaui akal pikiran, tapi Dia tidak akan pernah bisa menentang intelektual dan pada waktu yang bersamaan, Dia membuat saya mengerti arti dari hal itu, hikmat dibalik ini. Jadi sebagai seorang manusia, Allah menganugerahkan saya dengan intelektual dan saya harus menggunakannya untuk mengerti. Saya sudah seharusnya belajar, jadi itu memang benar Allah bebas melakukan apapun yang Dia inginkan, tapi itu tidak harus bertentangan dengan intelektual dan akal sehat. Itu haruslah sesuatu yang dapat kita pahami dan mengerti dan tahu alasan-alasan dibaliknya.

Muhammad : Ya, pertanyaan lain apakah arti dari “membiarkannya dilupakan?”

Bpk. Zakaria : Itu berarti Allah membuat utusanNya melupakan hal itu. ”Kami tidak membatalkan ayat apapun atau mengijinkannya dilupakan”. Ada beberapa tradisi tentang Muhammad, nabinya orang Islam akan dampak bahwa dia lupa banyak ayat. Dalam Sahheh Al Bokhary, tradis no.5092, mengutip beberapa orang yang kembali kepada Aisah. Dia mengatakan,”Utusan Allah semoga doa-doa Allah ada padamu, mendengar seseorang menceritakan/mengotbahkan sebuah Surah di malam hari. Dia katakan,”Kiranya Allah menunjukan anugerah padanya, ia telah mengingatkan saya akan suatu hal, sebuah ayat yang saya sengaja lupakan dari sebuah Surah, “diciptakan untuk melupakannya”. Bentuk kalimat pasif disini tertuju kepada Allah dalam Saheeh oleh Muslim.

Muhammad : Namun ini hanya secara alami, Nabi Muhammad sendiri menyatakan, saya hanyalah seorang manusia biasa sama seperti kalian.

Bpk. Zakaria : Boleh saya memberi tanda disini?

Muhammad : Ya

Bpk. Zakaria : Saya mau menekankan bahwa Muhammad tidak sekedar lupa, tapi dibuat lupa, sebagaimana Qur’an meletakannya. Ini adalah kata kerja transitif dalam bahasa Arab. Allah membuatnya lupa ayat itu. Muhammad tidak lupa. Bukan, dia dibuat lupa, saya mau menjelaskan sesuatu disini dan ini adalah pertanyaan yang sangat penting

Muhammad : Ya benar pertanyaannya sendiri, akankah Allah membuat seseorang lupa akan ayat yang Dia telah wahyukan kepadanya?

Bpk. Zakaria : Bukan sekedar seorang pria, seorang Nabi bagaimana mungkin Allah kemudian mengatakan: kami telah mengutus ke bawah pengingat dan kami melindunginya? Pak Muhammad, ini adalah topik yang amat banyak yang dikedepankan dan kami mau para cendikiawan Muslim yang kami kasihi, mereka yang ahli dalam bidang ini muncul di layar TV, pada chanel satelit manapun dan mencoba menjawab celah-celah itu yang terdapat dalam pikiran-pikiran orang. Orang-orang ingin tahu mengapa Allah memberi Muhammad ayat-ayat ini, kalau Dia mengijinkan Muhammad lupa ayat-ayat tersebut di kemudian hari? Sebagai seorang pembaca, saya harus menanyakan pertanyaan ini. Bukan memprotes atau keberatan atau bersaing, tapi Allah telah memberikan saya akal budi dan akal budi ini yang membuat say ingin tahu, dan buku-buku Islam seperti yang anda lihat cukup beredar di pasaran. Dan kami mempelajarinya agar kami mengerti, tetapi saya, saya harap beberapa cendikiawan dari Al Azhar tertarik. Dan muncul di layar kaca dan memberitahukan kita,“Baiklah saudara-saudara inilah yang benar dan ini yang salah, hanya untuk menjelaskan apakah semua ini. Contohnya, dalam tradisi no.1874 dalam Sheeh Muslim, mengutip Aisah juga. Dia menyatakan,” sang Nabi mendengarkan ceramah seorang pria di dalam masjid. Pria itu berkata,”Kiranya Allah menunjukan anugerah padanya, dia mengingatkan saya pada sebuah ayat yang saya sengaja lupa”. Hal ini juga telah disebutkan oleh Ibn Katheer dalam komentarnya volume 1 halaman 104. Dia mengatakan kutipan Ibn Gareer, bahwa sang Nabi menceramahkan sebuah bagian dari Qur’an dan kemudian dia sengaja lupa ayat tersebut.

Muhammad : Dia dibuat lupa ayat itu, bukan dia lupa.

Bpk. Zakaria : Ibn Abbas membuat kesalahan ini, dan mengatakan lupa bukan sebaliknya dibuat lupa. Dia menyatakan dalam satu contoh “Pewahyuan diturunkan pada sang Nabi di malam hari dan suatu saat nanti dia lupa akan hal itu”. Namun disinilah letak kesalahannya, dia tidak lupa ayat itu, dia dibuat lupa. Ya benar, oleh Allah. Dan disinilah keseriusan dari pertanyaan tersebut, jika Allah membuatnya lupa ayat itu, mengapa awalnya Dia memberikan kepada Muhammad? Seorang yang pandai dan pemikir pasti menanyakan pertanyaan ini, dan dia berhak untuk dijawab. Anda tahu, Pak Muhammad apa masalah sesungguhnya? Sederhana saja bahwa orang-orang begitu seenaknya saja, begini kata Allah dan kata Nabi. Ya, tapi mengapa Allah memberikan intelektual kepada kita? Tentu saja untuk berpikir, jadi isunya sederhana saja berpikir dan ingin tahu. Jadi para cendikiawan Muslim yang terhormat akan menjawab demikian, yang akan memuaskan pikiran-pikiran mereka sendiri yang agamawi.

Muhammad : Sekarang kita tiba pada pertanyaan, mengapa Allah memberi atau mewahyukan ayat ini memulainya dengan dan kemudian di masa depan menyebabkan ayat ini dilupakan? Dan jika sang Nabi dapat lupa jadi bagaimana dengan Qur’an?

Bpk. Zakaria : Benar sekali, jika sang Nabi sendiri bisa lupa bagaiman dengan mereka yang ingin menghafal Qur’an, sebelum Qur’an ditulis Allah juga membuat mereka lupa?

Muhammad : Pertanyaan lain yang bersangkutan dengan hal ini, apakah arti dari expresi Qur’an: “lebih baik dari ayat itu?”

Bpk. Zakaria : Benar-benar pertanyaan yang bagus ini adalah salah satu pertanyaan yang tertuju pada mereka sendiri pada pemikiran seseorang, ijinkan saya bertanya sebuah pertanyaan tanpa memperdebatkan pemberlakuan atau apapun. Jika ada sebuah ayat yang lebih baik dari yang lainnya tidakkah itu berarti bahwa dalam firman Allah ada firman yang bagus dan yang lebih bagus?

Muhammad : Saya kira Bapak menunjuk pada Surah 2 (Al Baqarah) ayat 106 yang mengatakan,” Mana saja yang Kami nasakhkan dari suatu ayat atau Kami jadikan lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya” dan sebut saja, bahwa Allah sanggup mewahyukan sebuah ayat yang lebih baik dari pada ayat yang terdahulu.

Bpk. Zakaria : Apakah Allah memiliki firman yang baik dan lebih baik ? Jika Dia memiliki perkataan yang baik dan yang lebih baik, maka Dia, Allah melarang firman yang jelek.

Muhammad : Benar, jadi Dia seharusnya, sejak semula menyatakan yang paling baik dalam hal ini. Apakah ada perbandingan dalam pewahyuan Allah?

Bpk. Zakaria : Ya, tentu saja jika menganggapnya demikian, itu berarti ada perbandingan jika kita menggunakan kata “lebih baik” yang menunjukkan perbandingan. Maka kita sedang membicarakan tentang perbandingan ada sebuah issue yang lebih penting yang tidak hanya lebih baik darinya, tapi serupa dengannya. Mengapa Allah tidak mengingatkan Muhammad akan ayat yang sama persis, bukan sesuatu yang serupa dengan ayat itu? Semua ini adalah pertanyaan, yang muncul dalam pikiran orang-orang, apakah keuntungan dari mewahyukan sebuah ayat yang serupa, kenapa tidak Allah mewahyukan ayat yang sama persis?

Muhammad : Lalu apakah firman yang sama persis tertulis dalam loh batu?

Bpk. Zakaria Ya, sekarang issue ini menjadi lebih kacau. Bagaimana dengan loh batu? Apa yang menyebabkan dia dibuat lupa? Bagaimana dengan Allah memberi ayat-ayat yang lebih baik? Nah, bagaimana dengan firman-firman yang ada dalam loh batu? Apakah mereka yang baik atau yang lebih baik atau ayat-ayat yang dihapus secara menyeluruh, atau dibuat untuk dilupakan? Ini benar-benar suatu kekacauan.

Muhammad : Benar, apakah orang-orang muslim percaya bahwa ada penarikan kembali di dalam Qur’an?

Bpk. Zakaria : Jujur saja, ini adalah sebuah pertanyaan penting dan diluar bacaan saya, saya akan memberitahu anda opini-opini dari cendikiawan-cendikiawan ahli hukum Muslim. Misalnya, Ibn Katheer dalam komentarnya volume 1 halaman 105 beliau mengatakan,”Semua orang Muslim setuju bahwa ini adalah diperbolehkan untuk menarik kembali penilaian-penilaian Allah dan mereka semua memegang, bahwa ayat itu berlaku”. Jadi, terjadilah demikian Al Iman Al Nassafy, juga dalam komentarnya dalam volume 1 halaman 116 mengatakan,”Diijinkan untuk menarik kembali bagian-bagian dalam Qur’an dan Sunna (tradisi Muhammad), baik oleh persetujuan ataupun tanpa persetujuan, seperti dengan penambahan pada tulisan dan membuatnya lupa, yang berarti ingatan akan ayat tersebut akan hilang dari pikiran. Dan juga dalam ensiklopedia Islam, volume 3 halaman 9900, mengatakan :’Penarikan kembali dari Allah adalah sebuah proses yang diberlakukan secara sadar, direncanakan di depan dan berniat untuk diberlakukan pada isi pewahyuan”. Dalam website Al Azhar yang adalah sebuah referensi penting, Prof. Dr. Abd El Fattah Mahmoud Edrees menulis sebuah artikel tentang penarikan kembali, beliau mengatakan :”Mayoritas para ahli hukum dan pendiri-pendiri sepakat pada fakta bahwa penarikan kembali adalah diijinkan secara logika dan hukum”. Juga dalam buku “Al Nasekh dan Al Mansookh dalam Qur’an” oleh Abo Gafaar Al Nahaas halaman 6, ada bagian yang sangat bagus yang saya tujukan kepada:”Penarikan kembali dalam kitab suci Qur’an adalah sebuah fakta yang tergenapi, dipanggil oleh kepentingan hukum”. Oleh karena itu kita tiba untuk menyadari bahwa penarikan kembali mengambil tempat dalam Qur’an pada buku yang sama halaman 7 penulis menyatakan dalam pendahuluannya:”kita harus menunjuk pada hal penyangkalan akan penarikan kembali dalam kitab suci Qur’an yang merupakan issue lama yang dikedepankan oleh Abu Muslim Al Ashahany”.

Muhammad : Terima kasih banyak Bapak Pendeta waktu kita telah habis, ada banyak pertanyaan yang muncul. Pemirsa terkasih; Apakah anda percaya pada penarikan kembali? Apakah saudara percaya bahwa Allah menempatkan ulang sebuah ayat dengan ayat yang lainnya, bahwa Allah akan menghapus sebuah ayat dan demikian seterusnya dengan ayat yang lain? Apakah Allah berubah pikiran? Kami menerima semua pertanyaan Anda. Anda dapat menghubungi kami melalui internet atau surat. Kami menyambut semua pertanyaan saudara-saudara dan terima kasih banyak sampai bertemu lagi pada episode berikutnya.

Bpk. Zakaria : Terima kasih.

No comments:

Post a Comment