Tuesday, December 21, 2010

Penarikan Kembali Ayat-Ayat Quran (Ep 24)

Episode 24

(sambungan 4 + ayat-ayat yang tidak ada)

Pembawa Acara : Pemirsa terkasih, selamat datang sekali lagi di episode kami yang baru dalam acara “Questions about Faith.” Pada episode terdahulu, kami berbicara tentang menarik kembali dan ayat-aya yang ditarik kembali. Saya ingin menyebutkan sebuah ayat dari Quran, yang sudah saya baca dalam salah satu Surah, Surah 12, Yunes ayat 94 yang berbunyi, “Jikalau kamu ragu mengenai apa yang telah kami turunkan kepadamu maka bertanyalah kepada mereka yang sudah membaca Buku/Kitab sebelum kamu, kebenaran sudah datang kepadamu dari Tuhanmu, jadi janganlah menjadi orang yang bimbang” Dan selamat datang kepada Bapak Pendeta Zakaria Botros, tamu kita yang sudah ada bersama-sama dengan kita. Silahkan Bapak memberikan ringkasan kepada kita mengenai topic penarikan kembali sekali lagi, agar kita bisa melanjutkan topik ini.

Bpk. Zakaria : Penarikan kembali di dalam Qur’an berarti sebuah pemindahan (penggantian) aturan-aturan dari ayat-ayat tertentu, dan bukan hanya aturan semata, tapi hal-hal yang lain juga, seperti penghapusan, penggantian dan alterasi/peralihan seperti yang telah kita saksikan di episode-episode terdahulu. Ya, dan kita berhenti pada bahasan kita tentang jenis-jenis dari penarikan kembali, seperti yang ditetapkan oleh cendikiawan-cendikiawan penarikan kembali di Islam. Kami sudah katakan bahwa mereka terdiri dari 3 kategori. Yang pertama adalah penarikan kembali huruf atau tulisan dari sebuah ayat, tetapi aturannya tetap berpengaruh. Apa artinya “tulisan”? Artinya teks dari ayat itu sendiri, firman yang tertulis dalam Qur’an, teksnya sudah ditarik kembali, kita bisa bilang sudah tidak ada lagi di Qur’an. Sudah dibatalkan, tetapi aturannya masih ada. Dan apa maksudnya?

Maksudnya ialah aturannya masih berlaku. Orang-orang Islam masih menjalankan aturan-aturan mereka? Ya, sebuah contoh apa yang kami sudah sebutkan di episode yang lalu, tentang penjinah baik laki-laki dan perempuan yang harus dirajam sampai mati. Omar Ibn El Khattab berkata, “Ayat ini sebelumnya ada dalam Qur’an dan karena takut aku dituduh menambahkan kitabnya Allah, aku akan menulis ayat ini sendiri dengan tanganku sendiri.” Dan orang-orang Muslim masih merajam laki-laki dan perempuan yang berjinah.

Pembawa Acara : Kategori kedua?

Bpk. Zakaria : Kategori yang lain adalah benar-benar kebalikannya, ada sangkut pautnya dengan ayat yang aturannya telah ditarik kembali, tetapi tulisannya masih diterima dalam Qur’an. Artinya firmannya tetap ada namun mereka tidak berlaku. Contoh yang kita sudah bicarakan disini adalah contoh 124 ayat dalam Qur’an yang mendorong umat Muslim untuk berurusan dengan orang-orang non-Muslim secara damai, seperti: “Jika mereka cenderung kepada perdamian, demikian jugalah kamu.” “Kamu memiliki agamamu dan aku memiliki agamaku.” Lalu sebuah ayat dalam Surah AtTaubah ayat 5 yang memerintahkan umat Muslim untuk membunuh orang-orang non-Muslim, satu ayat ini telah membatalakan 124 ayat. 124 ayat tersebut masih ada dalam Qur’an namun aplikasinya sudah dihentikan. Jika anda berbicara pada beliau dan berkata, “Mengapa anda tidak berargumentasi dengan kami dengan cara yang sopan?” Beliau akan menjawab anda, “Oh, tidak ayat ini sudah batal, ini sudah ditarik kembali. Tidak ada jalan lain kecuali membunuh. Kamu pilih memeluk Islam atau kamu dibunuh.” “Perangilah mereka yang tidak percaya kepada Allah yang juga tidak melarang apa yang Allah dan utusannya telah larang, yang tidak percaya pada agama yang sejati yaitu Islam, bahkan mereka orang-orang yang Kitab.” Itu berarti, orang-orang yang sebelumnya berdamai dengan dia, sekarang sudah dia batalkan. Jadi sekarang kita sudah membahas tentang ayat-ayat yang tulisannya telah ditarik kembali, tetapi aturan mereka tetap diterima, dan sebaliknya, yaitu ; ayat-ayat yang aturan dan tulisannya kedua-duanya sudah ditarik kembali. Baik ayat-ayat dalam Qur’an ataupun aturannya sudah tidak dapat diberlakukan lagi.

Pembawa Acara : Namun kemana ayat-ayat itu telah pergi?

Bpk. Zakaria : Itu dia pertanyaannya. Sebenarnya, kita menujukan pertanyaan ini kepada cendikiawan-cendikiawan penarikan kembali, dan sungguh mereka datang dengan jawaban-jawaban yang keluar jalur. Apa yang kita mau adalah cendikiawan-cendikiawan universitas Al Azhar menjelaskan situasi ini, kita membaca hal-hal tersebut. Ketika saya bertanya (meminta) kepada salah seorang cendikiawan untuk menjelaskan hal-hal itu maksud saya tidak sekedar menjawab dengan satu kata saja dan bilang, “Tidak, itu salah.” Saya mebutuhkan beberapa penjelasan, sesuatu yang menghargai pikiran pemirsa tolong koreksi kami jika itu salah, dan mengapa demikian. Dan jelaskanlah jika hal itu terdengar masuk akal atau tidak. Al Zohary mengatakan dalam bukunya, “Nawasek El Qur’an” “Penarikan kembali dalam Qur’an” oleh Gamal El Deen Ibn el Joozy, halaman 33. Mari kita baca cerita yang sangat aneh ini tentang nabi Muhammad. Ayat itu mengatakan, “Abu Imama memberitahuku bahwa sejumlah teman-teman nabi berkata kepada beliau bahwa ada seseorang diantara mereka terjaga ditengah malam, ingin mengucapkan sebuah Surah yang sudah dia hafalkan,” sebuah Surah Qur’an. Dia mengingat-ingatnya. Jadi sepanjang malam dia bangun untuk mengucapkannya. Namun dia tidak bisa mengingat bagian apapun kecuali bagian yang berkata, “Dalam nama Allah, Maha Pengasih, Maha Pengampun”, jadi dimana ayatnya? Dia lupa. Lalu apa yang dia lakukan orang itu? Pagi harinya dia pergi kepada nabi. Siapa yang menceritakan kami hal ini? Sekali lagi Al Zohary dalam bukunya yang berjudul “Nawasekh Al Qur’an” “Penarikan kembali dalam Qur’an” sebuah buku ditulis oleh Gamal El Deen Ibn El Joozy. Ini bukanlah penemuan kami sendiri.

Pembawa Acara : Dan saya kira buku ini sedang beredar dan seseorang mungkin membacanya.

Bpk. Zakaria : Ya, ada di toko buku-buku Islam. Ketika paginya dia datang dan bertanya kepada nabi tentang hal itu, lalu nabi berkata, “Orang lain datang juga dengan tujuan yang sama.” Jelas sekali, ada orang-orang lain yang pernah mendengar dan menghafalnya, dan ketika mereka mau mengingatnya, mereka tidak bisa, hilang begitu saja. Jadi pagi itu mereka semua datang dan berkumpul bersama dengan maksud ingin bertanya kepada nabi. “Nabi memberi ijin kepada mereka, jadi mereka bertanya kepada nabi tentang Surah itu.” Artinya nabi mengijinkan mereka untuk berbicara, maka mereka mulailah berbicara, ”Semalam kami sudah mencoba menghafal sebuah Surah sedemikian rupa, tapi kami lupa begitu saja. Ini apa yang Al Zohary katakan dalam bukunya: ”Muhammad terdiam selama 1 jam penuh dan tidak memberi jawaban apapun kepada mereka.” Satu jam penuh. Mungkin beliau sendiri sedang mencoba untuk mengingat surah itu atau suatu hal. “ Lalu beliau berkata … Surah itu sudah ditarik kembali semalam.” Dan demikianlah jawabannya, surah itu sudah ditarik kembali di waktu lampau. Anda tahu, pertanyaan yang terus menghantui saya adalah ayat yang anda sebutkan: ”Kami telah mengirim pengingat dan kami bermaksud menjaganya,” atau memeliharanya. Seberapa efektifnyakah ayat ini? Dari mana ayat ini bertindak dalam peristiwa ini? Anda tahu apa jawaban yang paling sederhana yang mereka berikan kepada anda? Sesuatu yang biasa kita dengar, mereka katakan bahwa tradisi ini lemah, ditulis oleh seorang manusia. Ini dibuat-buat, tidak sempurna, tidak selaras. Atau mereka memberikan kepada anda salah satu dari 35 kelemahan tradisi.

Pembawa Acara : Pertanyaan saya adalah adakah jawaban yang obyektif untuk pertanyaan-pertanyaan ini?

Bpk. Zakaria : Ya dan masuk akal juga. Abu Bakr El Razy mengomentari issue ini, beliau mengomentari bagian Penarikan kembali, “yang ceritanya dan aturannya telah dibatalkan”. Apa yang El Razy katakan? “Hal ini mungkin hanya diselesaikan oleh Allah yang menyebabkan mereka lupa dan memindahkan ayat-ayat itu dari ingatan mereka, dan memerintahkan mereka untuk berhenti menceritakan dan menulis ayat-ayat itu dalam Qur’an. Dan waktu itu mereka akan jatuh ke dalam kelalaian.” Sekarang dimanakah Abu Bakr El Razy mengatakan hal ini? Mengacu pada buku, “Al Itqan Fi Ulum El Qur’an” oleh Galal El Deen Siouty, volume 2, halaman 26, dalam bahasa Arab. Lalu mengapa Allah mewahyukan ayat ini jika Ia akan menghapusnya dan menyebabkan ayat ini dilupakan? Ini adalah tanda tanya besar. Dengan segala hormat kepada para cendikiawan, seharusnya ada jawabannya, sudah jelas? Itu satu contoh, sekarang mari kita ke surah Al Ahzab. Silahkan, dalam surah 33 di Uthmanic Qur’an. Shareek Ibn A’assem memberitahukan karangan-karangan Zerr berikut ini: “Obayy Ibn Abi Ka’ab berkata kepadaku, bagaimana kamu membaca surah Al Ahzab? Aku menjawab 73 ayat. Ini adalah ayat-ayat dalam Qur’an, beliau menjawab, aku bersumpah, ayat ini telah diwahyukan kepada Muhammad dan ayat ini sama dengan surah Al Baqara atau mungkin lebih besar dari itu.” Apakah anda tahu terdapat berapa ayat dalam surah El Baqara? 286 ayat, darisini kita rangkum bahwa surah Al Ahzab memiliki 286 ayat atau lebih sekarang hanya tersisa 73 ayat saja, anda dapati semua ini tertulis dalam sebuah buku berjudul “Al Tah Theeb” volume 10, halaman 42 sampai 44 dalam bahasa Arab, anda temui hal ini juga dalam buku “Nawasekh El Qur’an” oleh Gamal El Deen Ibn El Joozy halaman33.

Pembawa Acara : Saya bertanya-tanya kemana ayat-ayat tersebut hilang.

Bpk. Zakaria : Allah mengangkat mereka, menghapus mereka dan sengaja dibuat lupa, itulah jawabannya. Bagaimana lagi mereka bisa menjawabnya?

Pembawa Acara : Kami mau menjawab pertanyaan ini.

Bpk. Zakaria : Hal yang ketiga, anda tahu topik ini sangat luas begitu besar dan apa yang anda dengar sangatlah aneh, benar-benar ganjil. Itulah mengapa orang itu berkata dalam bukunya: “Banyak cendikiawan dan komentator Islam menghindar hal ini, ini adalah issue yang sulit dan sukar (Dia sedang membicarakan penarikan kembali), dan banyak cendikiawan dan komentator Islam menghindar terlibat dalam pembahasan ini secara terinci. Tidak heran. Anda tahu apa yang saya maksudkan? Inilah kesaksian Aisyah. Apa yang Aisyah katakan? Dia bilang, surah Al Ahzab telah diceritakan pada zaman nabi, lebih dari pada 200 ayat. Namun ketika Uthman menulis salinannya, kita hanya memperoleh apa yang ada sekarang, yaitu 73 ayat. Perkataan ini terdapat dalam sebuah buku ditulis oleh Galal El Deen Siouty dengan judul, “Al Etkan fi Ulum El Qur’an” volume 2 halaman 26. Permasalahan yang sama lagi. Jadi kita punya kesaksian dari nabi sendiri yang menyatakan ayat ini telah diangkat dan dihapus malam sebelumnya, lalu kesaksian tentang surat Al Ahzab, yang mereka bilang tadinya panjang, lalu dikurangi menjadi 73 ayat saja. Sekarang kita tiba pada kesaksaian Omar Ibn El Khattab. Omar Ibn El Khattab mengatakan, “Janganlah kiranya seorang dari padmu berkata aku sudah menerima seluruh Qur’an. Bagaimana kamu tahu arti dari seluruh Qur’an? Banyak dari isi Qur’an yang hilang.” Banyak dari isi Qur’an sudah hilang? Ini adalah kesaksian dari salah satu penjelasan khalif . Kemudian beliau berkata, “Tapi sekiranya dia berkata aku telah menerimanaya yang telah datang kepada terang.” Ini sungguh aneh. Jadi dimana referensi ini? Ini ada di Galal El Deen El Siouty, dalam bukunya Al Etqan Fi Ulum El Qur’an, volume 2 halaman 26.

Pembawa Acara : Bapak katakan bahwa kemudian sebuah bagian dari Qur’an telah hilang dan Bapak bertanya dimana itu.

Bpk. Zakaria : Benar. Mari kita baca lebih lanjut. Al Siouty bilang dalam karangan-karangan Abdy, putra Abdy: “ Omar berkata kepada El Rahman Ibn O’uf: “Tidakkah kamu dapati diantara yang sudah diwahyukan (dinyatakan) kepada kita perintah yang mengatakan: “Berjuanglah seperti pertama kali kamu telah berjuang, karena kami tidak mendapatinya lagi.” Belaiu menjawabnya, “Ayat itu sudah ditinggalkan diantara ayat-ayat yang dikeluarkan dari Qur’an.” Inilah yang Al Siouty katakan bahwa ayat itu sudah dikeluarkan begitu saja.

Pembawa Acara : Ini sungguh tidak masuk akal.

Bpk. Zakaria : Sangat susah untuk dimengerti. Tapi dimanakah pikiran-pikiran yang akan percaya hal ini sekarang? Mengapa mereka tidak mau umatnya berpikir?

Bukankah seharusnya anda memperkenalkan agama anda secara menyeluruh dengan cara yang masuk akal, untuk meyakinkan akal budi? Tidakkah anda saudara-saudara Muslim terkasih, bangga akan kenyataan bahwa Islam adalah sebuah agama yang masuk akal? Bukankah demikian? Baiklah, kalau begitu bicaralah pada kami perihal issue ini dengan akal budi. Anda tahu, pernah dengar tentang Uthman Ibn Affan? Bapak sendiri mendengar tentang salinan Qur’an beliau? Ya. Apakah anda memperhatikan perubahan-perubahan yang dibuat didalamnya?

Pembawa Acara : Maksud Bapak bahwa dalam salinan itu, ada perubahan?

Bpk. Zakaria : Baiklah dengarkan ini. Haggang Ibn Joreih memberitahu kita: “Abi Hamida berkata kepadaku pada karangan-karangan Hamida, putri Yunis. Dia mengatakan, “Ketika ayahku berumur 80 tahun beliau bercerita kepadaku dari salinan Aisyah , sebagai berikut – ‘Allah dan malaikat-malikatNya, berdoa bagi nabi, hai kamu yang percaya berdoalah baginya dan berdamailah bagi mereka yang berdoa dibarisan depan.’ Lalu dia menambahkan,” inilah adalah kasus sebelum Uthman merubah salinan Qur’an.” Sebelum Uthman merubah salinannya? Dan disetujui dalam referensi-referensi Islam? Sama seperti Galal El Deen El Siouty dalam bukunya, “Al Etqan Fi Ulum El Qur’an”, voume 2 halaman 26. contoh-contoh yang sangat janggal, yang telah ditarik kembali, baik tulisan maupun perintah atau aturannya.

Pembawa Acara : Saya tidak sedang mengelak disini, tapi saya mau jeda disini dan menyebutkan bahwa ayat yang berkata, “Bahwa Allah dan malaikat-malaikatNya berdoa bagi nabi,” tidakkah lebih pantas mengatakan nabi berdoa kepada Allah bukan sebaliknya Allah Maha Besar berdoa bagi nabi?

Bpk. Zakaria : Tentu saja, secara logika dan bahasa, berdoa ada kaitannya dengan hamba dan tuannya, Allah Maha Tinggi. Tidak ada arti yang lain. Dari yang diciptakan kepada penciptanya. Namun untuk membenarkan hal ini, mereka berkata “doa” dalam bahasa Arab berasal dari kata “hubungan.” “Doa” berasal dari sebuah akar kata yang berbeda dari “berkat”. Dari sumber apa, mereka bisa sampai pada kata berkat? Anda tahu, adalah baik menghormati kepandaian (akal budi) orang-orang. Sekarang kita tiba pada contoh-contoh ayat-ayat yang tulisan dan peraturannya telah ditarik kembali. Saya sudah berikan 4 contoh dan sekarang yang ke-5, ini adalah kesaksian Muslima Ibn Makhled. Mengutip Abi Sifyan El Kala’ay, bahwa ini sudah menyebutkan sebelumnya Muslima Ibn Makhled berkata kepada mereka satu hari, “Beritahu saya dua ayat dari Qur’an yang tidak ditulis dalam Mushaf.” Tapi mereka tidak dapat memberitahu beliau. Abu El Kanood Sa’ad Ibn Malek juga hadir disana, maka Ibn Muslima berkata, “Barang siapa yang percaya dan pindah atau migrasi dan berperang demi Allah dengan harta mereka dan nyawa mereka, bersuka-citalah, kamulah yang sejahtera dan mereka yang memberi tumpangan kepada nabi dan mendukung nabi dan bertengkar atas nama nabi dengan teman yang murka nabi ada atasnya. Tidak seorangpun dari mereka sadar akan kesenangan-kesenganan yang tersimpan rahasia bagi mereka sebagai sebuah upah atas apa yang sudah mereka lakukan.” Ayat ini sudah tidak ada lagi di Qur’an yang sekarang, lagi-lagi ini disebut oleh Galal El Deen El Siouty dalam bukunya, “Al Etqan Fi Ulum Al Qur’an.” Dalam volume yang sama dan halaman yang sama. Tidakkah ini ganjil? Tidakkah ini aneh? Saya akan selesaikan ini sampai disini dengan apa yang Dr. Taha Hussein tulis. Dr. Taha Hussein mengomentari apa yang Uthman Ibn Affan telah lakukan, sebut saja semangatnya/gairahnya akan salinan-salinan Qur’an dan ayat-ayat yang sudah diungkapkan dalamnya. Tentu saja, kita semua tahu cerita tentang Uthman Ibn Affan dan pemabakaran Mus’haffs, seharusnya terdapat 7 bacaan atau 7 Mus’haffs yang berbeda dan ketika Uthman Ibn Affan melihat suku-suku bangsa bertengkar karena perbedaan-perbedaan ini. Dan ketika Ibn Massood mengatakan terdapat 1700 perbedaan diantara mereka, beliau membawa 6 salinan Qur’an, membakar semuanya dan hanya menyimpan satu salinan saja. Jadi Dr.Taha Hussein sedang mengomentari insiden ini, beliau menyatakan sebagai berikut: “Nabi doa dan damai Allah ada atasnya, dikatakan bahwa Qur’an diwahyukan dalam 7 huruf “ (ini benar-benar apa yang sedang kita bahas disini). “Itu semua cukup dan dapat memutuskan dan pada saat Uthman membuang salinan-salinan tersebut dan membakar yang dia bisa bakar, dia sedang membuang teks yang diwahyukan oleh Allah dan membakar tulisan-tulisan yang berisi Qur’an, yang orang Muslim telah menerimanya dari utusan Allah.” Dia telah membakar dan membuang fungsi dari ayat-ayat tertentu, dia melanjutkan: “Dan Imam ini tidak berhak untuk membatalkan 1 huruf pun dari Qur’an, tidak juga menghapus satu teks pun. Apalagi dia - yaitu Uthman Ibn Affan – telah mengutus hanya beberapa teman-teman nabi untuk menulis Qur’an dan meninggalkan sejumlah besar penulis yang sudah mendengar Qur’an dari nabi dan berketetapan untuk mengingatnya dari beliau. Dia mengutus hanya beberapa saja dari mereka, untuk menulis Muss’haf. Ini adalah sebuah titik celah. Dan karena itu kita mengerti alasan kemarahan dari Ibn Massood, karena Ibn Massood adalah seorang yang terbaik yang hafal Qur’an dan menurut kesaksiannya sendiri, dia telah menghafal 70 surah di Qur’an dari mulut nabi sendiri, itulah Ibn Massood. Kemudian siapa yang ..

Pembawa Acara : Dan Ibn Massood meninggalkan segala sesuatu?

Bpk. Zakaria : Tepat. Orang ini, dengan semua pengetahuannya dan ingatannya yang luar biasa telah ditinggalkan sepenuhnya. Dan siapakah yang mereka bawa? Seorang yang bernama Zeyd Ibn Thabet. Mari kita baca apa yang dikatakan disini. Zeyd Ibn Thabet, yang diutus untuk menyatukan Qur’an bahkan belum mencapai pubertas. Pada waktu Ibn Massood sudah hafal 70 surah, dan ketika Ibn Massood berdiri untuk protes

Pembawa Acara : Maaf, apa arti dari “mencapai pubertas?”

Bpk. Zakaria : Maksudnya, dia masih sangat muda. Seorang anak laki-laki dia masih anak-anak. Ibn Massood sudah hafal banyak, tetapi orang ini masih anak-anak, Ibn Massood protes.” Dan pada saat beliau berdiri untuk protes, tidak menyetujui pembakaran salinan-salinan Qur’an.” Kita masih mengutip Dr. Taha Hussein dari bukunya yang berjudul Al Fitnal Kubra” atau “Hasutan yang luar biasa” volume 1 halaman 160 sampai 183, sekali lagi, kita ulangi: “Dan pada saat Ibn Massood mulai protes, tidak menyetujui pembakaran salinan-salinan Qur’an,” Apa yang Uthman lakukan padanya? “Beliau membawanya keluar masjid dengan kekerasan dan berulang kali membantingnya ke tanah sampai tulang rusuknya remuk.” Sangat keras, dan hal ini banyak surah dan ayat-ayat yang hilang, seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya.

Pembawa Acara : Ini sangat aneh dan juga sulit untuk diterima. Saya tidak bisa tapi menyimpulkan dari apa yang Bapak katakan atau lebih dimengerti dari apa yang Bapak katakan, bahwa Bapak menantang keautentikan Qur’an, Islam dan Muslim secara umum.

Bpk. Zakaria : Ya, anda tidak bisa mengambilnya dengan cara seperti itu. Siapa saya, menantang keautentikan Qur’an, Islam dan Muslim? Hal yang pertama kali saya selalu tekankan, adalah saya sungguh mengasihi orang-orang Muslim, semua orang Muslim, mengapa? Karena mereka ciptaan Allah dan hasil karya tanganNya, mereka sangat berharga dimataNya. Ini berlaku bagi setiap orang, Allah mengasihi manusia. Jadi kamipun mengasihi saudara-saudara Muslim kami, namun kami juga ingin mereka tahu kebenaran, saya tidak sedang menantang atau menyerang. Pertama-tama kami bukanlah berasal dari organisasi anti Islam manapun, tidak dari lokal ataupun internasional. Kami hanya didorong oleh kasih, kami mencari keselamatan saudara Muslim, supaya dia dapat mengenal jalan Allah.

Pembawa Acara : Apa maksud Bapak dengan “keselamatan orang Muslim”?

Bpk. Zakaria : Keselamatan orang Muslim. Ketika Allah menciptakan manusia, manusia ada dalam keadaan dan sikap yang terbaik; murni, suci, benar, dan penuh kasih karunia. Tapi ketika setan memperdayanya, Adam dan istrinya dibawa turun dari taman Firdaus. Qur’an mengatakan secara tersurat, “Turun darinya, oleh karena kamu semua.” Dalam bentuk jamak, sebut saja anda dan keturunan anda, sesuai dengan komentar-komentar Qur’an. Saya sedang berbicara dari sisi Islam sekarang, Adam menjadi seorang asing dari hadirat Ilahi, terpisah dari Allah.

Pembawa Acara : Namun yang saya maksud dengan pertanyaan saya kepada Bapak Pendeta, untuk memberikan kepada kami jawaban sebagai seorang Kristen. Apakah Bapak ingin mengkomunikasikan sebuah pesan kepada orang Muslim? Apa itu?

Bpk. Zakaria : Saya akan tetap mengatakan hal yang sama. Allah menciptakan manusia dalam rupaNya dan gambarNya, lalu manusia berdosa, dia disingkirkan dari hadirat Allah dan terpisah dari kehidupan; dari Allah - sumber kehidupan, dan ada dibawah hukuman mati. Manusia mati, karena? Dosa. Dosa, ya. Adam berdosa, dia berontak dan dia terpisah dari Allah karena ketidaktaatannya. Allah, dalam kasihNya, sudah menciptakan ciptaan ini dan tidak akan membiarkannya musnah. Dan karena kasihNya Dia mau menyelamatkannya, dan memulihkannya kembali ke keadaan semula. Dan karena itulah, sampailah pada rencana penebusan, rencana penebusan, katakan, Yesus Kristus datang, lahir dari perawan Maria. Untuk menggenapi penebusan umat manusia, mati ganti manusia. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Dia menganugerahkan anakNya yang tunggal, supaya semua orang yang percaya kepadaNya ridak akan binasa tapi memperoleh hidup kekal.” Tapi bagaimana orang Muslim menerima Kristus, sementara Qur’an berkata bahwa orang Kristen adalah kafir dan Injil telah disesatkan? Maka orang Muslim menutup pintu dan hidup tanpa kepuasan dengan agamanya sendiri dan tidak dapat menemukan hal lain untuk memuaskannya.

Pembawa Acara : Saya hampir mendengar Bapak berkata bahwa dalam setiap orang terdapat sebuah kebutuhan, ada kerinduan dan kehausan akan pencipta didalam yang diciptakan, jadi bagaimana saya bisa memiliki hubungan dengan Allah?

Bpk. Zakaria : Tepat sekali, Allah sudah melakukan segala sesuatunya. Semuanya terserah pada manusia untuk menerima rencanaNya. Allah telah melakukan segalanya, karena manusia tidak dapat melakukan apapun. Alkitab mengatakan, “Karena kasih karunia kamu diselamatkan, oleh iman. Ini bukan hasil usahamu, ini pemberian Allah.” Manusia hanya mencari keselamatannya, mencari kenyamanannya sendiri karena selama manusia terpisah dari Allah tidak ada damai sejahtera: “Tidak ada damai sejahtera bagi orang jahat, demikianlah firman Tuhan.”

Damai sejahtera datang hanya ketika ia didamaikan dengan Allah dan dalam Kristus, Allah mendamaikan dunia dengan diriNya tanpa memperhitungkan pelanggaran-pelanggaran mereka.

Pembawa Acara : Ini bagus sekali.

Bpk. Zakaria : Ya, Kristus dengan rela mengampuni dosa-dosa manusia. Ketika manusia menerima penebusanNya, maka Dia akan mengampuniNya. Dia katakan diatas kayu salib, “Bapa ampuni mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Jadi pintu tertutup di hadapan saudara Muslim saya, jadi manusia tidak bisa menerima anugerah keselamatan dan kelegaan (istirahat) yang kekal dan kebahagiaan. Oleh karena itu, saya mendorong orang-orang Muslim untuk bertanya. Membaca Qur’an dengan penuh pendalaman, membaca komentar-komentar dengan seksama, membaca tradisi dengan pengertian dan bertanya kepada sheikh-sheikh. Dapatilah sebuah solusi dan jalan, karena hidup kekal anda lebih berharga daripada dibawa pada kesia-siaan. Carilah Allah.

Pembawa Acara : Terima kasih banyak, apa yang Bapak katakan adalah bahwa agama tidak menuntun kepada Allah. Tapi imanlah yang membawa kita pada Allah. Terima kasih.

Bpk. Zakaria : Ya, iman dalam (melalui) agama. Karena agama mengajarkan kita tentang iman, saya tidak sedang membicarakan sebuah agama yang hanyalah seperangkat aturan-aturan saja. Tidak, agama yang menawarkan kita iman, menawarkan kita Allah, dan menawarkan kita anugerah. Karena itu carilah supaya anda bahagia selamanya.

Pembawa Acara : Terima kasih banyak. Pemirsa terkasih, kita sudah mendengar bahwa Allah rindu semua manusia diselamatkan dan datang kepada pengenalan akan kebenaran. Sekali lagi kami berterima kasih kepada anda karena sudah mengunjungi kami, dan mengijinkan kami untuk menjumpai anda dalam episode ini. Dan sampai kita berjumpa lagi, kami menyambut semua pertanyaan anda yang dapat anda kirimkan kepada kami melalui alamat yang tertera dilayar kaca anda. Terima kasih, sampai jumpa lagi, kiranya anugerah Allah menyertai anda semua.

Bpk. Zakaria : Amin.

No comments:

Post a Comment