Muhammad : Pemirsa terkasih selamat datang sekali lagi pada episode baru dalam acara kami “Pertanyaan tentang iman”. Dan ada bersama-sama dengan kita tamu kerhormatan Bapak pendeta Zakaria Botros. Selamat datang Pak. Kali ini kami menerima begitu banyak pertanyaan, namun apa yang akan kami lakukan adalah melanjutkan menjawab pertanyaan termasuk pertanyaan di episode terdahulu. Dapatkah manusia bertanya dan ingin tahu berkata, “Mengapa Allah Engkau telah melakukan ini dan itu?”
Bpk. Zakaria : Tentu saja, manusia dapat bertanya kepada Allah, “Allah, mengapa Engkau lakukan ini?” Bukan untuk keberatan atau protes, tapi untuk mencari pengetahuan. Allah menciptakan manusia sebagai mahluk yang berakal budi dan manusia berhak untuk tahu. Allah tidak akan menciptakan intelektual dan kemudian menghentikannnya. Akal budi harus berpikir, ini adalah isu yang kita hadapi. Orang-orang kolot dan berpikiran tertutup mengambil segala sesuatu begitu saja, sederhana sekali tidak berdebat. Allah sudah mengatakan demikian, itu saja. Tidak berpikir “Kamu tidak seharusnya bertanya tentang hal-hal yang mereka nyatakan kepadamu, itu akan melukai atau menyerangmu.”
Muhammad : Maksud Bapak itu diperbolehkan untuk manusia bertanya kepada Allah, untuk mencari pengetahuan?
Bpk. Zakaria : Sebaliknya, ini diharuskan. Apa bedanya kalau saya boleh katakan demikian, antara manusia dan binatang? Amsal mengatakan, ”Seseorang manusia dihormati tapi tidak berakal budi adalah sama seperti binatang yang binasa.” Allah sudah memberikan manusia intelektual maka manusia bisa menggunakannya. Tidakkah salah manusia bertanya.
Muhammad : Ini sebuah pertanyaan yang berani yang ditujukan kepada Bapak secara pribadi dari sejumlah pembaca, apa yang membuat Bapak mempelajari topik-topik atau bahasan-bahasan Islam ini. Terutama semenjak Bapak sendiri secara pribadi mengakui bahwa penarikan kembali adalah topik yang penting dan berbahaya sebagaimana yang Bapak ketahui?
Bpk. Zakaria : Ini pertanyaan yang berani dan bagus, dan saya akan menjawabnya dengan lebih berani.
Muhammad : Silahkan Pak.
Bpk. Zakaria : Selama saya bisa mengekspresikan pendapat saya dengan bebas, pertama-tama, Allah menganugrahkan manusia akal pikiran. Manusia oleh sifat keingintahuan. Saya pergi ke tempat umum, saya memiliki dorongan yang sangat kuat untuk menbaca. Saya ke toko buku, saya dapati buku-buku disana dan saya membelinya dan saya pelajari. Apalagi saya seorang pendeta, jadi saya punya banyak pertanyaan. Ya, seseorang pernah bertanya kepada saya, “Mengapa anda tidak memeluk agama Islam?” itu haknya untuk menyarankan hal itu, dan hak saya juga untuk menjawabnya. Jadi untuk menjawabnya secara logika … Ya, saya bisa saja pilih untuk tidak melakukannya dan saya katakan padanya: “Ini bukan urusan anda”. Tapi itu tidak menunjukan rasa hormat terhadap intelektualnya. Tetapi, karena dia bertanya saya harus menjawabnya karena alasan ini dan itu dan sebagainya. Bagian ini adalah apa yang sudah saya pelajari, saya seorang Kristen saya bertumbuh dalam keluarga Kristen. Anda bertumbuh dalam keluarga Islam, namun anda memikirkan agama anda, mempelajarinya dan memutuskan untuk mengikuti agama itu.
Saya seorang Kristen saya bertumbuh dan saya temukan diri saya menghadapi agama-agama yang berbeda, yang mana agama yang benar. Saya tidak tahu karena itulah, saya harus memilih jalan saya. Kalau tidak saya akan menjalani kehidupan biasa. Jadi, saya harus belajar terlebih lagi seluruh dunia mendukung perdebatan agama dan hal ini menuntut saya untuk mempelajari agama saya sendiri dan agama-agama yang lain dan untuk mengetahui semuanya.
Muhammad : Masih ada pertanyaan yang lain, kalau Allah bisa membuat seorang Nabi lupa beberapa ayat, tidakkah Allah juga bisa membuat orang-orang melupakannya?
Bpk. Zakaria : Inilah masalah yang sebenarnya. kadang narator-narator yang mengingat ayat-ayat yang nabi Muhammad telah sampaikan.
Muhammad : Para pemelihara Qur’an.
Bpk. Zakaria : Para pemelihara Qur’an: mereka menghafal ayat-ayat, kemudian mereka menemukan bahwa ada ayat-ayat lain yang benar-benar berbeda. Jadi mereka bertanya diantara mereka sendiri, yang ini atau yang itu? Jadi ide yang kemudian muncul bahwa Allah mengganti dan mengubah firmanNya: “Jika kita membatalkan sebuah ayat atau membuatnya dilupakan, kita akan mengungkap ayat lain yang lebih baik atau serupa dengannya.” Tapi pada waktu itu, ada orang-orang yang masih menghafal beberapa ayat-ayat tertentu dalam Qur’an. Mereka pergi dan menyampaikan ayat-ayat itu kepada nabi, namun nabi berkata, “Bukan, ini ayat versi tadi malam.” Ada begitu banyak contoh-contoh dalam buku berjudul, “ Menarik Kembali dan Ditarik Kembali.” Semua buku dengan topik penarikan kembali penuh dengan contoh-contoh ini, apakah anda bisa mengerti? Baiklah, anda lupa tapi orang-orang masih ingat, apakah anda tahu yang saya maksudkan? Terkadang mereka hanya bisa ingat bagian depan sebuah Surat dan mereka akan bertanya pada nabi. Satu kali sekelompok orang pergi kepada nabi dan bertanya, maka beliau menjawab mereka: “Ini adalah versi kemarin.” Beliau bisa memberikan jawaban ini setelah satu jam penuh menunggu. Jawaban beliau adalah, “Ayat itu telah ditarik kembali semalam.” Penarikan kembali adalah permasalahan yang sesungguhnya. Alasan mengapa orang tidak mau membahas masalah ini, tetapi menyembunyikannya karena tidak adanya jawaban.
Muhammad : Hal ini membuat saya secara pribadi menanyakan pertanyaan ini, apakah isu ini menyebabkan nabi lupa sesuatu dari Allah? Dan apakah ini dapat dibayangkan Allah akan membuat nabi lupa untuk waktu tertentu saja, tapi tidak selamanya? Kalau begitu mari kita lanjutkan ke pertanyaan berikutnya. Melalui pembelajaran Bapak, dapatkah Bapak jelaskan kepada kami isu ini? Apakah ini hanya terjadi pada satu atau dua Surat atau banyak?
Bpk. Zakaria : Isu apa yang anda maksud?
Muhammad : Isu yang sama, ayat-ayat ditarik kembali dalam Qur’an.
Bpk. Zakaria : Topik penarikan kembali dalam Qur’an melalui pembelajaran saya tentang ini, saya telah temukan bahwa ini bukanlah topik yang mudah. Ini sangat rumit, sejumlah besar cendikiawan Islam memisahkan kedalam bagian Surat-surat yang membatalkan dan Surat-surat yang dibatalkan. Surat-surat yang mereka dapati menarik ayat-ayat dan Surat-surat yang berisi ayat-ayat yang ditarik kembali. Para ulama membaginya dalam bagian-bagian.
Muhammad : Apakah hal ini terjadi pada satu ayat atau Surat atau banyak?
Bpk. Zakaria : Dalam banyak Surat.
Muhammad : Berapa banyak? Satu atau dua?
Bpk. Zakaria : Tidak, ada sekitar 71 Surat yang penarikan kembali disebutkan, bagaimana mereka membaginya? Ada enam Surat yang berisi menarik kembali ayat-ayat dan ayat-ayat yang tidak ditarik kembali. Yaitu Surat Al Hasyr, Al Munafiqun, At Tagabun, At Talaq dan Al A’la. Surat-surat ini menarik kembali ayat-ayat, namun tidak terdapat ayat-ayat yang ditarik kembali. Dan ada 25 Surat yang terjadi penarikan kembali ayat-ayat dan ayat-ayat yang ditarik kembali. Beberapa diantaranya adalah Al Baqarah, Ali Imran, An Nisa, Al Ma-idah, Al Anfal, At Taubah, Ibrahim, Al Kahfi, Maryam dan Al Anbiya. 25 Surat-surat sama-sama menarik kembali dan ditarik kembali. Dan 40 Surat terdapat ayat-ayat yang ditarik kembali, tapi tidak menarik kembali ayat-ayat. 40 Surat menyebutkan ayat-ayat yang ditarik kembali, yaitu Al An’am, Al A’raf, Yunus, Hud, Ar R’ad, Al Hijr, An Nahl, Al Isra, Al Kahfi. 40 Surat memiliki ayat-ayat yang ditarik kembali dan tidak ada menarik kembali ayat-ayat. Surat-surat selebihnya tidak berlaku menarik kembali dan ditarik kembali ayat-ayat dan jumlahnya ada 43 Surat. Ada berapa Surat semuanya dalam Qur’an? 114. “114” sekarang kurangi 43 dari 114. Hasilnya 71 Surat berisi penarikan kembali di dalam Qur’an. Ini banyak sekali. Porsi besar berisikan menarik kembali ayat-ayat dan ayat-ayat yang ditarik kembali. Merupakan sebuah masalah besar bahwa pemikir-pemikir Islam harus menghadapi dan mencari sebuah solusi, dan mengapa? Karena untuk memulainya ada sebuah ayat yang mengatakan, “Kalau itu berasal dari sumber yang lain daripada Tuhan, mereka akan mendapati sebuah kontradiksi hebat didalamnya.”
Muhammad : Lalu, anda sekarang mengatakan bahwa ada banyak kontradiksi.
Bpk. Zakaria : Dalam 71 Surat. Berisikan penarikan kembali. Beberapa terdapat penarikan kembali ayat-ayat dan bukan ditarik kembali, dan beberapa terdapat ayat-ayat yang ditarik kembali dan tidak menarik kembali ayat-ayat, dan beberapa terdapat kedua-duanya. 71 Surat saling bertentangan. Bukankah ini kontradiksi dalam Qur’an? Cendikiawan-cendikiawan Islam harus menghadapi masalah dan isu ini mereka tidak bisa mengabaikan issue penting seperti ini begitu saja, mereka harus menghadapinya.
Muhammad : Saya teringat sebuah ayat dalam Alkitab, “Kamu akan tahu kebenaran dan kebenaran itu yang akan memerdekakanmu”, dan kita ajukan pertanyaan ini sehingga jawaban mereka akan memuliakan Allah. Pertanyaan lain sekarang kita tahu berapa banyak Surat memiliki penarikan kembali. Dapatkah Bapak memberitahukan kepada kami berapa ayat berisi penarikan kembali dalam Qur’an?
Bpk. Zakaria : Ayat-ayatnya, banyak sekali. Surat sendiri saja 71, jadi ada lebih banyak ayat-ayatnya. Disini saya akan mengutip perkataan dari Sheikh Ibrahim El Ibyani dalam bukunya, “Ta’reekh El Qur’an” Ta’reekh? Penanggalan/sistem penanggalan Qur’an. Pada halaman 168, beliau menulis tentang ayat-ayat termasuk penarikan kembali. Beliau mengatakan, “Penyelidik-penyelidik issue ini sudah menghitung sekitar 144 lokasi.” Penulis sendiri menyebutkan hanya 60 diantaranya. Contohnya, saya sudah menambahkan ayat-ayat yang beliau tulis dan saya dapati 20 Surat yang hanya 1 ayat telah dirubah. 1 ayat telah dirubah dalam 20 Surat dan 18 Surat terdapat masing-masing 2 ayat yang diganti. Dan 6 Surat ada 3 ayat masing-masing telah diganti dan 3 Surat ada masing-masing 4 ayat sudah dirubah, dan 2 Surat terdapat 5 ayat masing-masing sudah diganti. Dan 2 Surat lagi ada 6 ayat masing-masing telah dirubah dan 2 Surat lagi masing-masing 7 ayat sudah diganti, dan 1 Surat ada 9 ayat sudah dirubah.
Muhammad : Maukah Bapak menyebutkan nama-nama Surat ini?
Bpk. Zakaria : Tentu saja, pasti ini hak anda silahkan. Surat yang terdapat 8 ayat yang sudah dirubah adalah Surat Yunus dan Surat yang 9 ayat sudah dirubah adalah Surat Al Ma-idah. Dan Surat yang 10 ayat sudah dirubah adalah Surat Ali Imran, dan ada 1 Surat lagi yang 11 ayat sudah dirubah yaitu Surat At Taubah, dan Surat yang 15 ayat sudah dirubah adalah Surat Al An’am dan Surat yang 24 ayatnya sudah dirubah adalah Surat An Nisa. Dan yang 30 ayatnya sudah dirubah hanya 1 Surat yaitu Al Baqarah, kalau anda menjumlahkan semuanya ada 229 ayat dalam 60 tempat saja yang Ibrahim El Ibiany sebutkan. Namun beliau mengatakan ada 114 tempat yang serupa, bisa anda bayangkan berapa hasilnya? Anda bisa memberi sebuah perkiraan dan menjumlah semuanya.
Muhammad : Saya tidak bisa membantu tapi ingat ayat yang berkata, “Kami sendiri telah menurunkan sang pengingat, seperti kita menjaganya atau merawatnya.”
Bpk. Zakaria : Perkataan yang bagus, namun dimana pemeliharaanya? Kita seharusnya memikirkan ayat-ayat tersebut juga karena mereka membentuk sebuah celah intelektual.
Muhammad: Ini merupakan perkara serius yang tertuju pada mereka sendiri.
Bpk. Zakaria : Saya yakin bahwa para cendikiawan di Azhar harus mengambil peranan mereka menjelaskan dan menginterpretasikan dan mengajar masyarakat yang mau tahu dan mengerti, mereka yang menghargai intelek mereka kalau tidak mereka akan diperhadapkan dengan seluruh generasi muda pria dan wanita yang mau mengetahui tapi akan meninggalkan Islam, karena mereka tidak diyakinkan atau dibuat mengerti.
Muhammad : Satu pertanyaan lagi, apakah ada beberapa jenis dari penarikan kembali? Atau hanya ada 1 jenis saja ?
Bpk. Zakaria : Tentu saja ada beberapa … Cendikiawan-cendekiawan penarikan kembali telah membagi ayat-ayat penarikan kembali dalam Qur’an ke dalam 3 jenis; yang memiliki aturan yang sudah ditarik kembali dan yang tulisannya tetap ada, ayat-ayat yang tulisannya telah ditarik kembali namun aturannya masih berpengaruh, dan ayat-ayat yang aturan dan tulisannya kedua-duanya telah ditarik kembali.
Muhammad : Apa maksud dari semua itu?
Bpk. Zakaria : “Mereka yang tulisannya sudah ditarik kembali tapi aturannya masih berpengaruh,” berarti bahwa tulisannya, teksnya tidak ada di Qur’an tapi aturannya masih berlaku. Teksnya ada di Qur’an tapi tidak berlaku dan jenis kedua adalah kebalikannya; aturannya dapat diaplikasikan tapi tulisan atau teksnya tidak berlaku. Namun ada ayat-ayat yang tulisannya dan aturannya tidak ada. Sudah ditarik kembali.
Muhammad : Maksud Bapak mereka tidak ada di Qur’an sekarang, dalam sirkulasi cetak ulang belakangan ini. Dapatkah Bapak menyebutkan contoh-contohnya untuk membuktikan hal ini?
Bpk. Zakaria : Ya, ada contoh-contoh untuk masing-masing jenis, untuk jenis pertama, “Ayat-ayat yang tulisan sudah ditarik kembali namun aturannya masih berpengaruh. Yang kami maksud adalah tulisannya tidak ada di Qur’an lagi, tapi aturannya masih bisa diaplikasikan. Contohnya? Contohnya, rajami penjinah laki-laki dan perempuan. Ibnu El Joozy dalam bukunya “Menarik kembali ayat-ayat dalam Qur’an”, “Nawa Sekh El Qur’an” halaman 35; “Omar Ibn El Khattab mengatakan, “Allah mengutus Muhammad, kiranya doa Allah ada padanya, dalam kebenaran dan menurunkan kitab itu kepadanya dan diantara ayat-ayat yang diturunkan kepadanya, sebelumnya terdapat ayat-ayat untuk merajam, yang dibaca: “Pria dan wanita yang lebih tua, jika mereka berjinah, rajam mereka berdua sampai mati.” Omar kemudian mengatakan: “Kami tadinya membaca ayat ini dan kami mengerti dan memahami ayat ini dan utusan Allah merajam orang-orang dan kami merajam orang-orang setelah beliau.” Omar menambahkan dan “Karena takut kalau seseorang akan menuduh saya menambahkan kitab Allah, saya akan menulis ayat ini dengan tangan saya sendiri.” Hal ini disebutkan dalam bukunya Ibn El Joozy; “Nawasekh El Qur’an,” halaman 35. Juga, karangan-karangan “Imama Ibn Sahl” yang bibinya mengatakan “Utusan Allah tadinya membuat kita menyampaikan ayat tentang merajam - ‘pria dan wanita dewasa, jika mereka berzinah, rajamlah mereka berdua sampai mati karena kenikmatan yang telah mereka lakukan.’ Dan ini tidak ada didalam Qur’an.” Anda dapati tulisan ini dalam buku yang berjudul; “Al Etqan Fi Ulum el Qur’an” volume 2 halaman 26 oleh Galal El Deen El Siouty. Jadi sampai hari ini, pezinah baik laki-laki maupun perempuan harus dirajam sampai mati, namun jika anda mencari teksnya dalam Qur’an, mereka tidak akan memberitahu anda bahwa itu ada sebelumnya, tapi ayat itu sudah ditarik kembali dalam penulisannya.
Muhammad : Apakah Bapak punya contoh-contoh yang lain?
Bpk. Zakaria : Tentu saja, contoh-contohnya banyak. Dan itulah permasalahan sesungguhnya. Itulah mengapa saya katakan cendikiawan-cendikiawan Muslim, seperti yang dikatakan majalah-majalah, menghindari topik ini. Baiklah contoh lainnya, menyusui atau merawat orang dewasa.
Muhammad : Menyusui seorang dewasa?
Bpk. Zakaria : Ya, dalam “Saheeh Muslim”, tradisi 3670, bab “merawat atau menyusui,” kita baca sebagai berikut: ” Aisha menyatakan” – sebelumnya terdapat 10 perawatan yang terkenal, yang kemudian ditarik kembali menjadi 5 perawatan terkenal dan pada saat utusan Allah wafat, mereka masih diceritakan di dalam Qur’an.” Tapi dimana mereka sekarang? Kita tidak menemukan satupun juga Al Iman Abu Gaafer El Nahhass juga menambahkan dalam bukunya; “Al Nasekh Wal Mansoukh” Disini … Saya memilikinya disini. Halaman 125. Bahwa Aisha masih mempertahankan posisinya bahwa orang dewasa bisa disusui. Ibn El Joozy menceritakan pada kita kisah tentang menyusui orang dewasa. Apakah urusannya atau masalahnya tentang menyusui orang dewasa? Dalam buku “Nawa Sekh El Qur’an,” halaman 37. kita baca sebagai berikut, ”Aisha katakan ayat perihal menyusui orang dewasa ada di kertas dibawah tempat tidur dirumah saya dan ketika utusan Allah datang berkeluh kesah, sebut saja karena penyakitnya, kami benar-benar turut campur karena penyakitnya dan kemudian penyakit itu dimakan oleh hewan yang kami pelihara sebelumnya,” seekor domba atau yang lainnya. Jadi ketika utusan Allah wafat, ayat-ayat itu masih diceritakan di dalam Qur’an. Sekarang bagaimana dengan menyusui orang dewasa? Abu Gaafer el Nahhass memberitahukan kita perihal ini, dalam bukunya, halaman 124. Beliau mengatakan,” Aisha berkata - “Sahla, putri dari Suhayl, mendatangi utusan Allah, seorang wanita mendatangi utusan Allah dan berkata,” aku melihat Abu Hatheefa, (yang adalah suaminya). Aku lihat Abu Hatheefa tidak senang ketika Salem masuk ke rumah dan Salem ini adalah seorang budak yang telah mereka adopsi. Jadi ketika ayat itu yang menghapus adopsi disingkapkan, dan anda tahu ayat ini disingkapkan oleh Zeid Ibn Haretha, barang siapa memiliki anak-anak angkat (adopsi), seketika itu juga tidak memiliki atau berhak atas mereka. Tetapi anak-anak angkat itu tumbuh di dalam rumah dan mereka bukan lagi anak-anak, maka Abu Hatheefa mulai cemburu terhadap istrinya dan mulai berkata kepadanya, ”Jangan biarkan anak laki-laki ini masuk kedalam rumah, jangan ijinkan dia masuk.” Maka istrinya pergi kepada utusan Allah dan mengatakan, “Suamiku tidak suka, dia tidak mau anak laki-laki angkat kami masuk ke rumah, apa yang bisa aku lakukan?” Dan apa jawabannya? Maafkan saya harus mengatakan hal ini didepan pemirsa kami semua, maaf sekali, tapi sebagaimana orang-orang Muslim mengatakan tidak perlu malu demi agama. Muhammad berkata kepada Sahla, “Susui dia.” (bicara tentang Salem, tentunya) kenapa beliau bilang begitu kepadanya? Supaya dia bisa jadi seperti anaknya, sehingga terlarang bagi kamu untuk menikahi Salem dan dengan cara ini suamimu akan senang. Sahla bertanya, “Dan bagaimana saya bisa menyusui? Dia sudah dewasa,” Utusan Allah berkata, “Tidakkah aku tahu bahwa dia pria dewasa?” Ceritanya terus berlanjut untuk mengatakan bahwa Sohayla kembali kepada utusan Allah dan berkata padanya, “Ya Allah, ya utusan Allah, aku tidak lagi melihat kebencian di mata Abu Hatheefa, sesuatu yang aku benci.” Katakanlah itu tipuan yang berhasil. Menyusui orang dewasa adalah masalah besar. Saya sungguh tidak mengerti. Saya tidak tahu harus berpikir apa. Ketika anda memikirkannya dan membayangkan, anda akan dapati sebuah masalah besar, itulah mengapa mereka tidak mau mengatasi penarikan kembali di dalam Qur’an. Dan sesuai dengan itu, Orwa berkata bahwa Aisha biasanya memberi perintah kepada adiknya, Um Kalthoom dan keponakannya untuk menyusui pria-pria yang ingin dia temui. Hal ini terdapat dalam bukunya pada halaman 124, 124 … ini dia.
Muhammad : Sebenarnya perkara-perkara ini tidaklah terhormat untuk dibicarakan karena itu saya akan melanjutkan ke pertanyaan berikutnya, yaitu jenis kedua dari penarikan kembali.
Bpk. Zakaria : Baiklah, jenis kedua dari penarikan kembali ada hubungannya dengan ayat-ayat yang aturannya sudah ditarik kembali, meskipun tulisannya masih ada, katakanlah ayatnya ada dalam Qur’an tapi tidak lagi mengikat. Jadi ayatnya dihapus walaupun masih ada dalam Qur’an yang sekarang ini. Ibraheem el Ibyari mengatakan dalam bukunya, “Sejarah Qur’an” halaman 168, bahwa ada sekitar 144 ayat yang serupa dengan itu dan beliau menyebutkan 60 ayat diantaranya dengan terinci, yang didalamnya 229 aturan yang sudah dibatalkan. Namun mereka masih tertulis di dalam Qur’an.
Muhammad : Bapak punya contoh-contohnya?
Bpk. Zakaria : Tentu saja, ayat-ayat yang penuh kedamaian. Ayat-ayat berbicara tentang perdamaian dalam Qur’an berjumlah 124 ayat, mereka masih tertulis dalam Qur’an, anda bisa membacanya tapi mereka tidak lagi berlaku, mengapa? Karena mereka sudah ditarik kembali oleh sebuah ayat. Ayat-ayat yang penuh damai tersebut seperti terdapat di Surat (Al Anfal) ayat 61: “Dan jika mereka condong pada perdamaian, maka condonglah kepadanya”. Juga, dalam Surat 3 (Ali Imran) ayat 20: “dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan.” Semua ayat-ayat ini serupa, telah ditarik kembali oleh ayat pedang yang berkata, “Perangilah sekutu-sekutu.” Dalam Surat (At Taubah) ayat 5 dan dalam At Taubah ayat 29, juga mengatakan, “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, dan sebagainya. Dan tidak beragama dengan agama yang benar, yaitu Islam, diantara mereka yang telah diberikan Al Kitab” Yaitu, orang-orang Nasrani dan orang-orang Yahudi. Apakah ini jelas?
Muhammad : Ya.
Bpk. Zakaria : Sekarang dengarkan apa yang dikatakan Ibn Al Araby: “Semua ayat dalam Qur’an yang berbicara tentang mengampuni orang kafir, berbalik dari mereka dan berhenti dari mereka telah ditarik kembali oleh ayat pedang, yang dibaca: “Ketika bulan-bulan suci telah berlalu maka perangilah para sekutu dimanapun kamu temui mereka.” Dengarkan apa yang Ibn Al Araby katakan: “Satu ayat ini telah menarik kembali 124 ayat.” Ini juga bisa dibaca dalam Al Siouty, volume 2 halaman 24.
Muhammad : Sebuah ayat telah menarik kembali 124 ayat.
Bpk. Zakaria : 124, ini baru 1 contoh saja. Apa anda percaya?
Muhammad : Apa ada sesuatu yang Bapak ingin katakan mengenai pertentangan dan perbedaan?
Bpk. Zakaria : Tentu saja, dengan rasa hormat, ada 124 ayat berbicara tentang perdamaian dan 1 ayat muncul dan menentang mereka dan berkata, “Lawan dan bunuh mereka” dan ada banyak ayat-ayat demikian. Dengan banyak pertentangan dan masih ada jenis ketiga dan terakhir, namun saya kira itu akan membutuhkan satu episode penuh untuk membahas semuanya. Untuk menjelaskan jenis ketiga: “Yang tulisan dan aturannya tidak ada.” Tidak ini, tidak juga itu, apakah ada yang lain. Kalau begitu, bagaimana kita bisa tahu? Sederhana saja karena Muhammad nabi orang Islam mengatakan bahwa mereka telah diwahyukan kepadanya dan mereka masih ada dalam tabung yang diawetkan. Lain kali kita akan menjelaskannya, jika anda mau.
Muhammad : Waktunya hampir selesai, dapatkah Bapak memberikan rangkumannya kepada kami, supaya kami bisa mengikutinya di waktu mendatang?
Bpk. Zakaria : Dalam episode berikutnya, jika Allah berkehendak kita akan membahas lebih rinci atau perbagian dari jenis ini. Ayat-ayat yang tidak ada lagi dan yang aturannya juga tidak ada, tapi para cendikiawan penarikan meralat bahwa ayat-ayat tersebut pernah ada. Jadi mengapa ayat-ayat tersebut mereka ganti? Itulah yang akan kita selidiki lebih rinci diwaktu mendatang.
Muhammad : Terima kasih banyak, dan pemirsa terkasih kami menyambut semua pertanyaan anda, dan kami bersyukur kepada Allah yang telah menyediakan kesempatan kepada kami untuk berbicara dengan bebas dan terbuka perihal topik-topik dan pertanyaan-pertanyaan yang demikian sensitif. Terima kasih banyak, sampai berjmpa lagi.
Bapak Zakaria : Terima kasih banyak.
No comments:
Post a Comment