Pembawa acara : Para pemirsa yang terkasih, selamat datang di episode yang baru dari acara kami “Questions about Faith” (baca: Pertanyaan-pertanyaan Tentang Iman”. Kami sangat senang menjawab semua pertanyaan Anda, dan kami senang bersama-sama dengan kami ada Bapak Pendeta Zakaria Botros. Selamat datang Pak Pendeta.
Bpk. Zakaria : Terima Kasih
Pembawa Acara : Kami telah membahas 2 episode soal penyaliban dan kami akan melanjutkannya hari ini. Dapatkah Bapak memberikan dengan cepat rangkumannya kepada pemirsa yang baru bergabung dengan kita supaya mereka mengerti apa yang sedang kita bahas. Silahkan Bapak.
Bpk. Zakaria: Sebenarnya episode ini tidak hanya berhubungan dengan 2 episode sebelumnya. Tapi ini lebih berhubungan dengan semua seri episode dari awal “Questions about Faith”. Kita telah memulai dengan sebuah pertanyaan penting mengenai Allah, iman percaya kita pada Allah. Kita percaya bahwa Allah itu Esa, atau kita percaya kalau Dia tiga? Kita menghadapi persoalan keTritunggalan Allah. Kami telah menjawab pertanyaan ini dan saya percaya kami mendedikasikan seluruh episode pada topic ini. Lalu kita berlanjut pada pembahasan tentang Kristus, siapa Dia? Apakah Dia Allah? Dan apakah arti dari “Putra Allah”? Kami sudah membahasnya., dan kami sudah membahas mengenai inkarnasi Allah yang tak terelakan dalam rupa manusia, dan mengapa? Kami katakan untuk menggenapi penebusan dan penyaliban itu. Tapi mengapa? Dan pertanyaan tersebut membawa kita pada narasi cerita tersebut dari awal. Dan untuk alas an itu, bagi pemirsa yang baru pertama kali dan bergabung dengan kami, dan pemirsa yang sudah mendengarkan episode-episode sebelumnya, dan yang mau menontonnya unutk diri mereka sendiri, maka saya dengan singkat memberikan highlight tentang mengapa Kristus berinkarnasi, atau apa cerita yang sedang dibahas mulai dari awal. Ini semua berawal dari penciptaan manusia.
Karena kasihNya, Allah menciptakan manusia setelah Ia menyediakan segala sesuatu untuk manusia, sebagai Raja atas semua ciptaan, untuk menikmati ciptaan Allah. Dan Allah berkata, “Kesukaanku adalah berada bersama-sama dengan anak-anak manusia”, dan segala ciptaannya yang lain, Allah meletakkan intelektual dalam manusia untuk dapat mengenalinya. Jadi merupakan sumber kesenangan dan kebahagiaan bagi manusia menjadi pandai dan berurusan dengan Allah, berhubungan dengan Allah melalui kasih dan kepenuhannya yang tidak akan memaksa, seperti binatang atau burung-burung, tapi makhluk ciptaan yang berintelektual, mampu memilih untuk hidup dengan Allah. Kemudian sampailah kita tentang si jahat…
Pembawa Acara : Cemburu (iri hati)
Bpk. Zakaria : Cemburu. Anda tahu iblis adalah seorang malaikat yang jatuh. Dia cemburu pada manusia akan kelimpahan yang bisa manusia nikmati, sehinnga dia melakukan kejahatan dengan mencobai dan menyebabkan Adam dan Hawa memakan buah dari pohon yang adalah sebuah ujian atas sebuah pilihan. Dia membuat mereka memakannya. Tidak mentaati Allah, sehingga mereka diusir keluar taman itu sebagai hukuman. Dan dosa itu diturunkan olaeh Adam dan Hawa pada semua manusia. Adam berdosa dan semua keturunannya berdosa. Adam tidak percaya, demikian pula keturunannya. Sama seperti satu orang dosa masuk ke dalam dunia, demikianlah melalui dosa maut datang kepada semua manusia.
Pembawa Acara : Ada satu bagian kecil yang akan kami tunjukan pada saudara-saudara Muslim kami yang terkasih bahwa dosa adalah keturunan.
Bpk. Zakaria : Dan kami telah menjelaskan dan membuktikan secara keseluruhan bahwa dosa itu keturunan. Sebagai contoh, dalam Surah 12 (Yusuf) ayat 53 mengatakan bahwa, “Jiwa adalah yang menderita karena melakukan yang jahat dengan sendirinya.” secara alami. Dan Al Razy mengomentari, ayat ini dan berkata bahwa “Jiwa adalah hasrat untuk ketidaktaatan akan hasrat yang kotor- Dan perhatikan kata yang kuat ini- dan sifat alami manusia yaitu menginginkan kesenangan.” Sifat alami manusia. Jadi inilah artinya. Oleh karena itu Al Turmuzy mengatakan, “Adam tidak percaya, demikian juga keturunannya. Adam berdosa, dan berdosalah keturunannya.” Kita juga melihat bahwa semua nabi dikatakan telah berdosa dan sebelum mereka diutus sebagai sebagai nabi mereka bahkan mungkin telah melakukan dosa besar, dan setelah diutus menjadi nabi mereka bahkan juga melakukan dosa kecil yang tidak disengaja, dan itu artinya kelalaian. Itu berarti ada dosa. Kami juga bebicara mengenai hukuman. Jadi setelah penciptaan dan kejatuhan dalam dosa kita sampai pada area penghukuman. Upah dosa adalah maut. Allah itu adil. Dia hakim yang adil. Dia menjatuhkan hukuman maut pada setiap orang berdosa dan firmanNya tidak dapat dibatalkan dan penghakimanNya tidak dapat berubah.
Pembawa Acara : Dapatkah Bapak Pendeta menjelaskan tentang maut dan 3 jenis maut yang telah kita bahas sebelumnya?
Bpk. Zakaria : Jadi hukuman atas dosa adalah maut, secara rohani berarti terpisah dari Allah, atau lebih memilih untuk menjauh dariNya, terpisah dari Allah. Dan kematian secara moral/batin, sama seperti kematian secara moral karena malu dan aib. Kami juga telah melihat bukti ini dalam Islam mengenai rasa malu dan aib, Allah mengijinkan mereka merasakannya selama hidup di dunia ini. Tapi penghukuman setelah kehidupan atau di akhirat adalah jauh lebih besar. Dalam Surah 39 (Az Zumar) dan Sheik Abd Allah Yousseh الشيخ عبدالله يوسف mengatakan, “Dosa, hampir seperti buah dari rasa malu dan aib dalam kehidupan di dunia. Namun penghukuman yang lebih besar terjadi setelah kehidupan ini.” Dan apakah penghukuman yang besar itu?
Pembawa Acara: Dan ini jauh lebih besar dan penting.
Bpk. Zakaria : Yaitu neraka. Itulah pemisahan yang kekal. Orang berdosa memilih untuk terpisah dari Allah dan dia akan terpisah untuk selamanya, dan mengapa? Karena hukuman mati adalah sesuatu yang kekal. Oleh karena itu timbullah masalah dan persoalan ini. Dan sekarang tibalah pada pertanyaan Anda…
Pembawa Acara : Ya, inilah yang ingin saya katakan. Karena ini merupakan pertanyaan yang paling sering ditanyakan khususnya dari saudara muslim kita yang terkasih, yang bertanya kepada kami, “Apakah Allah Yang Maha Pengasih dan Besar tidak berdaya akan nasib dari seorang yang berdosa?”
Bpk. Zakaria : Ya, memang benar. Allah adalah Kasih karena Dia menciptakan manusia dari kasih, tetapi manusia berdosa. Akankah Allah membiarkannya berdosa? Ini merupakan pertanyaan yang penting. Tidak mungkin. Kita baru saja mengatakan bahwa Allah adalah Hakim yang adil. Keadilannya mutlak tapi pada saat yang bersamaan semua karakter/sifat Allah yang sempurna, salah satunya adalah kasih karunia yang mutlak. Dia adil. Dia menjatuhkan hukuman mati pada orang berdosa, tapi Dia penuh kasih karunia dan Dia harus menunjukannya. Ditambah lagi, kasih karunia sangat nyata di dalam Alkitab. Dalam kitab Keluaran 34: 6-7, “Tuhan yang penuh kasih karunia dan anugerah, mengampuni dosa, kesalahan, dan pelanggaran.”
Pembawa Acara: Kita berhenti sejenak di sini Bapak Pendeta. Mengampuni kesalahan. saudara Muslim yang terkasih, tahan sebentar di sini dan katakan, “Dia telah mengampuni kesalahan…
Bpk. Zakaria : Ketika ia kembali kepadaNya.
Pembawa Acara : Adam menerima firman dari Allahnya dan berbalik kepadaNya dan Allah mengampuni kesalahannya.
Bpk. Zakaria : Anda benar. Ini suatu keberatan yang sangat penting dan kita harus menjelaskannya, benar demikian? Sekarang Allah mengeluarkan hukuman mati, manusia mau bertobat dan dia menanti untuk diampuni oleh Allah. Tapi apakah yang akan terjadi pada keadilan Illahi atas hukuman mati? Apa yang akan dihasilkan? Apakah Allah berubah pikiran? Akankah Dia berkata, “Baiklah, baiklah karena kamu sudah bertobat dan Aku mengampuni mu. Aku mengampuni anakKu.” Penghakiman Allah tidak dapat ditukar. FirmanNya tidak berubah. Dia mengeluarkan penghakiman dan itu harus tetap berlaku. Benarkah demikian? Dan di sinilah terdapat konflik antara kasih karunia dan ….
Pembawa Acara : Keadilan…
Bpk. Zakaria : Keadilan. Jika keadilan diberlakukan dengan mempraktekan penghukuman, maka kasih karunia akan pudar, dan jika kasih karunia mengampuni dan memaafkan maka keadilan akan hilang dengan begitu saja dan Allah melarang apapun dari sifatNya dipengaruhi olah hal itu. Dan untuk pokok utama ini seluruh kisah tentang penebusan dimulai. Supaya Allah mengampuni dan berbelas kasihan dibutuhkan sebuah tebusan untuk memenuhi persyaratan keadilan. Contohnya, ijinkan saya memberi sebuah ilustri yang sederhana. Saya pinjam $1000 kepada Anda.
Pembawa Acara : Kembalikan uangnya.
Bpk. Zakaria : Setelah mendapat $ 1000, saya menggunakannya. Anak saya sakit dan saya punya banyak hutang yang harus dibayar. Jadi saya bayar semua hutang saya dan membiayai anak saya yang sakit. Anda memberikan batas waktu untuk saya mengembalikan uang tersebut. Tapi saya tidak dapat memenuhinya. Setahun berlalu. Tidak ada pembayaran.Anda tetap memohon pada saya, “Kembalikan uang itu.” “Tapi saya tidak punya sepeserpun, saya tidak punya uang. Dari mana saya dapat uang untuk Anda? Saya berhutang dengan beberapa orang yang lain, tidak hanya dengan Anda, jadi saya berhutang banyak.” Jadi untuk menjadi orang yang adil dan benar, Anda minta uang Anda kembali karena itu uang Anda dan Anda membutuhkannya untuk anak-anak Anda juga. Maka Anda pergi ke pengadilan dan Anda mengajukan sebuah tuntutan. Kemudian saya ke sana dan berdiri di depan hakim. Beliau bertanya, “Apakah Anda mendapatkan uang sebesar $ 1000 dari wanita ini?” Saya katakana, “Ya, benar.” “Jadi Anda mengakuinya?” “Ya.” Pengakuan yang benar adalah bukti kuat. “Tentu saja saya tidak menyangkalinya. Saya seorang pendeta dan saya tidak bisa menyangkalinya. Saya tidak bisa.” Sang hakim berkata, “Kembalikan uang wanita ini.” “Oh seandainya saya bisa, Yang Mulia. Seandainya saja. Saya orang miskin, saya berhutang dengan wanita ini, sama orang itu, dan dengan orang lain juga. Anak saya sakit dan saya punya masalah ini dan itu. Saya dikelilingi oleh masalah. Dari mana saya bisa dapatkan uang itu?” Orang itu melihat saya tulus dan dia melihat saya mengakuinya namun pengadilan mewakili keadilan, tapi hakim itu memiliki kasih karunia. Jadi beliau menghadapi sebuah masalah. Beliau melihat kedudukan saya yang sukar, beliau juga melihat kebutuhan saya. Jika Beliau mau memenjarakan saya karena masalah uang, tidak seorangpun yang diuntungkan, dan masalah saya akan bertambah besar, karena keluarga saya membutuhkan saya. Jadi karena kasih karunia orang ini
Pembawa Acara : Datanglah sebuah jalan keluar
Bpk. Zakaria : Karena jika Beliau memenjarakan saya, tidak seorangpun diuntungkan, dan jika Beliau berkata, “Anda bebas dan pergilah kepada anakmu,” Beliau melakukan kesalahan pada saya. Jadi apa yang dilakukan hakim itu? Beliau bertanya pada saya, “Berapa hutangmu?” Akan saya katakana, “$ 1000” Dan beliau akan bertanya pada Anda, “Apakah dia berhutang padamu $ 1000?” Dan Anda katakana, “Ya,” lalu beliau mengeluarkan buku ceknya dari dompetnya dan menuliskan selembar cek $ 1000.
Pembawa Acara : Maka saya kembali mendapatkan uang saya.
Bpk. Zakaria : Anda mendapat kembali uang Anda.
Pembawa Acara : Anda mendapat kasih karunia.
Bpk. Zakaria : Saya tidak hanya telah mendapatkan kasih karunia tapi beliau mengatakan pada saya, “Saya tahu Anda orang miskin dan berkekurangan. Lihat, ini sebuah cek $ 1000 lagi supaya Anda bisa membayar hutang-hutang Anda yang lain dan menutupi pengeluaran-pengeluaran Anda.” Beliau seorang bapak, seorang yang penuh kasih karunia, dan seperti itulah Allah. Dia mengeluarkan sebuah hukuman mati dan Allah tidak pernah menarik kembali perkataanNya. Dialah Tuhan diatas segala tuhan dan Raja diatas segala raja. Jika penghakiman raja-raja tidak dapat dibatalkan, terlebih lagi dengan penghakiman Raja diatas segala raja? PerkataanNya tidak dapat berubah. Tapi Ia perlu menemukan sebuah jalan keluar untuk menunjukan kasih karunia. Dan saya percaya ini juga bukti di dalam kasus putra Abraham. Tentu saja ada perbedaan pendapat apakah Ishak atau Ismael.
Pembawa Acara : Tapi tanpa meremehkan siapakah itu
Bpk. Zakaria : Namun tanpa meremehkan semua konflik yang terlibat dalam masalah ini, itu tetap saja putranya. Allah minta Abraham mempersembahkan putranya, Dia melihat diriNya sendiri dalam sebuah mimpi.
Pembawa Acara : Pengorbanan.
Bpk. Zakaria : Mengorbankan putranya sendiri. Maka Abraham membawa putranya dan ketika ia menelengkupkan putranya, untuk menyembelihnya dan mengangkat pisaunya. Dia mendengar suara, “Abraham, jangan kau apa-apakan putramu.” Dia menoleh dan ada…
Pembawa Acara : Tebusan
Bpk. Zakaria : Domba korban sembelihan. Apakah pengorbanan itu perlu?
Pembawa Acara : Tentu saja.
Bpk. Zakaria : Kenapa? Allah memerintahkan Abraham untuk mengorbankan putranya dan Allah juga bisa mengatakan jangan mengorbankan putranya, habis perkara.
Pembawa Acara : Jadi itulah intinya, bukan? Akan ada kekacauan…
Bpk. Zakaria : Oh ya. Allah dapat mengatakan sesuatu dan kemudian berubah pikiran, mengatakan sesuatu lalu berubah pikiran… Kalau demikian dapat menuntun kita pada keadaan anarkis, bukan? Namun untuk membebaskan dan menebus orang itu dari korban penghakiman Allah berkata, “Kami telah menebusnya atau membebaskannya…”
Pembawa Acara : Dengan sebuah korban yang luar biasa.
Bpk. Zakaria : Dengan korban yang luar biasa.”
Pembawa Acara : Hal ini menggenapi 2 hal, penghakiman dan penebusan.
Bpk. Zakaria : Penebus menderita akan penghakiman dan kasih karunia bagi orang berdosa. Tidak ada seorangpun seperti Tuhan membebaskan pendosa setelah ia bertobat tanpa tebusan.
Pembawa Acara : Dan memberitahukannya, “Engkau sudah diampuni.”
Bpk. Zakaria : Sekarang mari kita kembali ke sifat kasih karunia dalam Allah. Kami sudah katakan Allah itu penuh kasih karunia dan anugerah, mengampuni kesalahan, pelanggaran, dan dosa. Dia mengampuni. Dia sanggup mengampuni. Tapi Dia harus menyediakan tebusan, sebuah jalan keluar. Dalam Islam, Allah mengampuni semua pelanggaran, Dia Maha Pengampun, penuh kasih karunia. Surah 39 (Az Zumar) ayat 53. Dia mengampuni tapi harus ada jalan keluar. Al Imam Al Ghazaly الامام الغزالى dalam bukunya “Al Maqsed Al Asna Lesharh Asmaa’ Allah Al Husna المقاصد الاسنى لشرح اسماء الله الحسنى “ halaman 23 mengatakan sebagai berikut, “Kasih karunia Allah sempurna dan universal, kasih karunia Allah sempurna dan universal.” Jadi Allah itu Maha Pengampun, Dia sanggup mengampuni, Dia dapat memaafkan tapi dengan persyaratan-persyaratan. Baiklah. Ketika Allah memiliki kasih karunia atas manusia Dia seharusnya menyelamatkan dan memberikan kasih karunia kepadanya. Dia seharusnya menyelamatkan manusia dari semua jenis kematian, bukan? 3 jenis. Dia harus membebaskan manusia dari semuanya itu. Jadi apa yang sudah Dia lakukan? Dia memberikan kebenarannya sendiri kepada manusia untuk berurusan dengan rasa malu. Dia menutupi manusia dengan kebenaran.
Pembawa Acara : Bersediakah Bapak Pendeta menjelaskan hal ini karena pernyataan ini bisa menyulitkan saudara-saudara Muslim kita terkasih?
Bpk. Zakaria : Baiklah. Bisakah saya membacakan satu bagian dari Alkitab untuk menjelaskannya?
Pembawa Acara : Ya.
Bpk. Zakaria : Dalam kitab Yehezkiel 16. Sebuah kisah yang indah yang memberitahukan kita apa itu arti ari menutupi rasa malu dan ketelanjangan. Dia berbicara tentang jiwa manusia. Mari kita lihat apa yang Dia katakana pada kita disini: “Dan beginilah kelahiranmu pada hari engkau dilahirkan, tali pusarmu tidak dipotong dan engkau juga tidak dibasuh dengan air supaya bersih, engkau tidak digosok dengan garam ataupun dibungkus dengan lampin.” Setiap kelahiran baru diperlakukan demikian. Anda menutup pusarnya, menaruh garam diatasnya untuk mengeringkannya, lalu membasuhnya dan membersihkannya dari cairan yang keluar bersamaan dengannya, tidakkah demikian? Mereka membungkusnya, memberinya kain, tapi jiwa yang lahir baru tidaklah diperlakukan demikian yang mana …
Pembawa Acara : Tidak seorangpun melakukan hal tersebut kepadanya…
Bpk. Zakaria : Cukup aneh, sangat ganjil. “Tidak ada mata yang mengasihanimu untuk melakukan hal-hal ini karena belas kasihan kepada mu. Tak seorang pun yang mengasihani engkau tapi engkau dibuang ke ladang terbuka ketika engkau sendiri tidak diingini pada hari kelahiranmu.” Bagaimana hal ini terjadi? Akankah seorang wanita melahirkan ….
Pembawa Acara : Membuang bayinya…
Bpk. Zakaria : Dan membuang anak yang baru dilahirkannya ke jalanan? Hanya dibawah suatu keadaan, kalau bayinya lahir diluar nikah.
Pembawa Acara : Hasil dosa.
Bpk. Zakaria : Dalam dosa. Ketika si bayi adalah anak yang tidak sah, anak haram. Sang Ibu berusaha menutupi dosanya.
Pembawa Acara : Maka dia mengambil bayinya lalu membuangnya.
Bpk. Zakaria : Menyembunyikannya, itulah rasa malu dosa, dan itu sangat manusiawi. Sifat alami manusia dilahirkan dalam keadaan dosa keturunan, keadaan yang begitu tidak menyenangkan tak seorangpun mengasihani kita. Sekarang perhatikan ini
Pembawa Acara : Ya, bagian selanjutnya dari pembacaan tadi.
Bpk. Zakaria: “Aku lalu dari padamu dan melihat mu bergumul dengan darahmu sendiri-menyingkirkan dan menendang orang-orang dengan berlumuran darahmu. Aku berkata dengan berlumuran darah-hiduplah.” Lalu apa lagi yang Dia lakukan “Aku lalu dari pada mu lagi dan Aku melihatmu. Sungguh engkau sudah sampai pada masa berahimu.” Kata-kata yang begitu manis, “Aku lalu dari pada mu lagi dan Aku melihat mu. Sungguh engkau sudah tiba pada masa becinta.” Apa yang Dia lakukan sekarang? Saya akan menuju kesana. “Maka Aku merentangkan sayapku atas mu dan menutupi ketelanjanganmu. Engkau masih telanjang, engkau belum dibungkus dengan pucuk kainku dengan pakaianKu sendiri. Aku menutupi engkau. Aku bersumpah dan berjanji pada mu dan mengadakan ikatan janji dengan mu”, Demikianlah firman Tuhan Allah. Apa yang sudah Aku lakukan padamu? Aku membasuhmu dengan air. Ya, Aku menyeka engkau dari darah dan mengurapi engkau dengan minyak. Aku mengenakan pakaian berwarna-warni dan memberikanmu sandal-sandal dari kulit lumba-lumba untuk menutupi kakimu dan mengenakan pada mu lenan halus dan menutupi engkau dengan sutera. Aku menghiasimu dengan perhiasan-perhiasan, mengenakan gelang-gelang pada tanganmu dan sebuah kalung pada lehermu dan hiasan pada hidungmu.” Begitulah cara berhias di waktu lampau. “Anting-anting pada telingamu dan mahkota yang indah di kepalamu demikianlah Aku menghiasi engkau dengan emas dan perak, dan pakaianmu kain lenan halus, sutra, dan kain berwana-warni.” Engkau makan dari tepung, madu, dan minyak terbaik. Engkau sungguh sangat cantik dan berhasil ke tingkat kerajaan. Dari seorang bayi yang dibuang menjadi seorang ratu. Kemasyhuranmu sampai ke bangsa-bangsa karena kecantikanmu sempurna melalui kebesaranKu yang Aku berikan padamu, demikianlah firman Tuhan Allah.” Dari rasa malu kemana? Ke kemuliaan.
Pembawa Acara: Agar hal ini dimengerti oleh saudara-saudara muslim kita terkasih karena hal ini tentu saja sulit untuk mereka mengerti. Bersediakah Bapak Pendeta menyampaikannya dalam bahasa yang sederhana apa yang Tuhan sudah lakukan terhadap jiwa manusia yang jahat ini?
Bpk. Zakaria: Aplikasinya, maksud Anda aplikasinya.
Pembawa Acara : Ya, aplikasinya.
Bpk. Zakaria : Dalam kenyataan, jiwa manusa berdosa, dan dilahirkan dalam dosa, rasa malu akan dosa. Dosa adalah hal yang memalukan bangsa-bangsa. Tapi Tuhan datang untuk menutupi kita dan mengenakan pada kita dan menutupi rasa malu akan ketelanjangan kita, demikianlah mengganti rasa malu dengan kehormatan. Dan Dia mulai melakukan hal-hal tersebut pada kita. Dia mulai membasuh kita untuk membersihkan kita, untuk menyucikan kita, untuk memurnikan kita. Ini adalah hasil karyaNya. Jika kita mengaplikasikannya, jika kita menggambarkan kerohanian yang berarti dari sini, kita akan mengatakan dibaptis itulah dibasuh dari dosa seseorang.
Pembawa Acara : Itulah yang akan kita tuju.
Bpk. Zakaria : “Karena barang siapa percaya dan memberi diri dibaptis, dia akan diselamatkan.” Seseorang harus dibaptis agar diselamatkan dari dosa-dosanya dan membasuh semua dosa-dosanya dan menjadi ciptaan baru dalam Kristus Yesus dan yang lama telah dikubur. “Karena itu jika seseorang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan yang baru. Yang lama sudah berlalu, sesungguhnya segala sesuatu sudah menjadi baru.” Apakah Anda mengerti? Jadi itulah yang mau saya katakana. Bahwa Allah mau menutupi rasa malu akan ketelanjangan kita dan malu akan dosa kita. Kita telah diwarisi dosa berikut dengan rasa malu dan aib, tapi Kristus menutupinya dengan kebenaranNya. KebenaraNya adalah ketidakberdosaanNya, KeindahanNya, dan KeagunganNya. Maka Allah bahkan akan memulihkan kita kepada firdaus yang kita telah kehilangannya. Apa yang Dia katakan disini? “Anugerah dari Allah adalah hidup kekal,” ini terdapat di Roma 6:23. “Jika upah dosa adalah maut, tapi karunia Allah adalah hidup yang kekal.” Karena itulah diatas kayu salib Yesus berkata pada pencuri yang di sebelah kananNya, Dia berkata, “Hari ini engkau akan ada bersama-sama dengan Ku di Firdaus.” Pemulihan. Setelah Adam diusir karena dosa, Allah memulihkan yang bertobat dan yang penuh penyesalan demi darahNya tdercurah, dan Dia telah menyelesaikan pembebasan dan menjadi domba yang dipersembahkan atau anak domba yang dikorbankan, dan sekarang manusia bisa mengakuinya. Bagaimana dengan yang ada di dalam Islam?
Pembawa Acara : Ya, itulah pertanyaannya.
Bpk. Zakaria : Bagus. Ini adalah apa yang Surah 61 (As Saff) ayat 12 katakan, “niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu, dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” Dan dalam Surah 3 (Ali Imran) ayat 103 mengatakan, “dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu darinya.” Tapi harus ada tebusan sebuah korban yang luar biasa dan itu yang membuat inkarnasi dibutuhkan unutk mencapai penebusan. “Dan kami menebusnya dengan korban yang besar.” Itulah jalan keluar untuk konflik diantara keadilan dan kasih karunia. Dalam hikmatNya Allah mengambil penghakiman, hukuman yang dijatuhkan atasNya dan memberikan kita ampunanNya dan karenanya masalah ini terselesaikan. Dan ini merupakan persoalan penebusan dalam kekristenan yang menyebabkan inkarnasi Allah merupakan inti dari keseluruhannya. Namun saya mau katakan pada Anda sesuatu. Sekarang Anda membawa acara untuk menanyai saya. Sekarang saya akan membawa acara dan menanyai Anda.
Pembawa Acara : Kalau begitu kasih pertanyaan yang mudah ya?
Bpk. Zakaria : Pertanyaannya adalah Anda berasal dari keluarga dengan latar belakang Muslim, benar?
Pembawa Acara : Ya.
Bpk. Zakaria : Sekarang kita mau tahu, bagaimana Anda melihat permasalahan-permasalahan ini, dan apakah perubahan-perubahan yang telah terjadi? Karena saya mau saudara-saudari Muslim kita tahu pemikiran seperti apa yang Anda miliki. Saya dengar Anda dulu seorang yang fanatic dan bercadar.
Pembawa Acara : Bapak Pendeta, Anda mengenal saya dengan baik.
Bpk. Zakaria : Saya kira para permisa sedikit tahu bahwa saya mengenal Anda.
Pembawa Acara : Dari A sampai Z.
Bpk. Zakaria : Baiklah, ceritakan pada kami bagaimana kisahnya?
Pembawa Acara: Saya tidak akan pernah melupakannya, Bapak Pendeta. 15 tahun yang lalu pada tahun1988, setelah saya melihat penglihatan akan Tuhan Yesus dan datang ke kantor Anda dan sekretaris Anda meragukan saya mengenai alasan mengapa saya datang dan apa yang mau saya lakukan, karena dia dulu seorang murid di sekolah di tempat saya bekerja, kalau Anda ingat.
Bpk. Zakaria : Ya, tentu saja.
Pembawa Acara : Dan saya bertanya pada Anda pertanyaan yang sama persis. Allah Maha Pengampun dan Pemaaf. Dia telah mengampuni dosa-dosa kita. Kalau demikian mengapa diperlukan penebusan? Dan saya ingat dengan baik, ketika kesalehanmu melakukan hal ini dengan kedua tanganmu, keadilan Allah dan pengampunan Allah sama seperti piring timbangan-jika Anda ingat kata-kata yang Anda katakan pada saya- ampunanNya tidak akan menguasai keadilanNya dan keadilanNya tidak akan membatalkan ampunanNya. Jadi untuk mencapai kedua-duanya harus ada jalan keluar, sebuah mediator untuk tetap membuat keduanya seimbang. Sesungguhnya jawaban Anda sangat meyakinkan. Saya diyakinkan. Tapi yang terpenting bagi saudara Muslim kita terkasih adalah mereka diyakinkan. Anda tahu mereka seperti yang telah Anda katakan, “Perkataan raja-raja tidak dapat diubah, terlebih lagi dengan perkataan Allah yang menjatuhkan hukuman mati pada kita?” Mungkinkah Dia berkata, “Tidak apa-apa, Aku sudah mengampunimu!” Itu tidak akan terjadi. Harus ada jalan keluar, suatu cara atas keadaan yang sulit ini. Dan itulah yang ingin kami sampaikan kepada mereka dengan lebih jelas. Dan jika Anda, silahkan mencobanya dalam 2 menit untuk menjelaskannya.
Bpk. Zakaria : Baiklah. Apa yang telah saya lakukan adalah menjawab Anda dengan respon secara logika, dengan panca indera bahwa saya menggunakan aya-ayat dengan kiasan-kiasan dan atang dengan kesimpulan-kesimpulan tertentu. Tapi iman tidak pernah bisa dihasilkan dari logika. Agar seseorang mengerti, dan diyakinkan, percaya, dan mempercayai, dan hatinya dijamah, dimana sekedar kata-kata logika tidak akan berhasil melakukannya. Saya mungkin berbicara dengan Anda dan kedengarannya masuk di akal dan Anda beritahu saya, “Ya, baiklah Anda masuk di akal. Tapi itu tidak memprihatinkan saya sama sekali, benar?” Namun siapapun yang mau sampai kepada Allah dan mau mengenalNya dan menikmati hidup bersama denganNya. Orang itulah yang akan bertanya pada Yesus dan mengatakan, “Tuhan aku sudah dengar, aku sudah dengar akan kasihMu yang telah menciptakan ku. Aku sudah dengar akan kasihMu yang menyediakan bagiku penebusan akan dosa-dosaku. Tapi aku mau Engkau menjamah hatiku dan menerangi manusiaku dari dalam.” Itulah kata-kata logika, “Aku dengar dengan telingaku, aku mengerti dengan pikiranku, tapi aku membutuhkan sesuatu yang lain, bahwa kata-kata itu akan tersimpan dalam hatiku dan berubah menjadi roh dan kehidupan. Maka sekarang aku mohon pada Mu Allah” Dan saya mau para pemirsa bersama-sama dengan saya memintanya pada Allah. Katakan pada Nya- “Tuhan, Engkau sudah mengasihiku,Tuhan Engkau sudah mengasihiku dan menciptakanku karena kasihMu dan menempatkan ku dalam kenikmatan Firdaus karena Engkau sudah mengasihi ku. Engkau sudah menyediakan tebusan untuk mengampuni dosa-dosaku karena Engkau kasihan terhadap keadaanku yang menyedihkan. Engkau menyediakan bagi ku keselamatan dan kelepasan dari rasa malu, malu akan dosa yang menangkapku dan dari api yang kekal, dan dari nasib yang menanti ku. Tapi hari ini aku mohon pada Mu Allah untuk membiarkan cahayaMu bersinar dalam hatiku dan biarlah aku mengenal Mu, biarkan aku menikmati Mu dan menikmati keselamatanMu atas jiwaku. Amin. Tuhan dengar dan jawablah. Amin.”
Pembawa Acara : Sebagaimana akhir dari episode kita kali ini, kami sangat berterima kasih pada Anda, bapak Pendeta dan dengan kehendak Allah, kita akan bertemu lagi di lain kesempatan. Pemirsa yang terkasih, Allah adalah Bapa yang penuh ampunan yang mengasihi Anda dan bersedia mengampuni dosa-dosa Anda. Datanglah pada Nya. Bukalah hatimu datang pada Nya dan Dia akan mengampuni dosa-dosamu karena Dia adalah Bapa yang penuh kasih karunia. Pemirsa budiman, sekarang kita sampai pada akhir episode ini, ada alamat di layar kaca Anda. Jika Anda membutuhkan Alkitab atau buku-buku rohani lainnya kami akan mengirimnya ke alamat Anda. Terima kasih. Sampai Jumpa lagi.
No comments:
Post a Comment