Nahed: Pemirsa yang saya kasihi, selamat datang kembali pada acara kami “Pertanyaan-pertanyaan tentang iman”. Kami selalu senang dapat menjawab semua pertanyaan anda. Dan sekali lagi sebuah kehormatan bagi kami, karena telah hadir disini bersama kami, Pendeta Bapak Zakaria Boutrous. Selamat datang Bapak.
Bapak Zakaria: Terima kasih.
Nahed: Bapak Zakaria, pada episode sebelumnya, kita telah berbicara tentang awal penciptaan dan kejatuah Adam. Bisakah anda memberikan ringkasan, sehingga para pemirsa dapat tetap mengikuti diskusi kita. Silahkan.
Bapak Zakaria: Terima kasih banyak karena sudah mengundang saya disini. Topik utama kita dalam episode kali ini adalah tentang penyaliban Kristus. Pembahasan tentang penyaliban Kristus. Kami telah menjelaskan pada episode-episode sebelumnya tentang Tritunggal dan Keesaan Tuhan, dimana kami tidak menyembah 3 allah. Kami juga telah menjelaskan tentang inkarnasi Allah ke dalam seorang manusia Yesus Kristus seperti Dia menjelma di sebuah pohon dan di atas gunung kepada Musa. Setelah itu, kami telah menjelaskan tentang penyaliban Kristus yang merupakan tujan dari inkarnasi Allah. Lalu mengapa harus penyaliban? Dan mengapa semua ini dilakukan untuk mencapai penebusan? Dari awal Allah telah menjelma menjadi manusia agar dapat mati sebagai manusia dan menebusnya. Kami telah menjelaskan hal pertama tentang penyaliban Kristus yang diawali dengan cerita penciptaan manusia. Allah telah mencipta manusia karena cinta. Dia mengasihi kita. Dia telah menempatkan Adam di dalam sebuah taman, memeliharanya, dan menyediakan segala sesuatu baginya. Allah mengasihi kita. Dia mengasihi kita. Lalu Setan yang dulu adalah seorang malaikan di surga dan menjadi sombong dan membuatnya jatuh dan terpisah dari Allah, merasa iri melihat Adam dan Hawa atas kelimpahan yang mereka miliki dan ingin mereka juga jatuh dan bergabung dengan nya. Jadi, dia pergi kepada Hawa yang berbicara kepada Adam dan mereka makan dari pohon yang sudah kami jelaskan di episode sebelumnya.
Nahed: Mereka berdua.
Bapak Zakaria: Ya, mereka berdua memakannya. Ya, tanggung jawab bersama. Dan oleh karenanya mereka mendapat hukuman bersama. Akibat dari memakan dari pohon yang terlarang adalah mereka harus terpisah dari Allah. Mereka tidak patuh. Perintah untuk patuh dari Tuhan, “Engkau tidak boleh makan dari pohon itu, karena pada hari engkau memakannya, engakau akan mati”, dilanggar. Lalu kenapa Tuhan menempatkan pohon itu di sana? Seperti yang telah kami jelaskan pada episode sebelumnya, yaitu untuk sebuah tes. Allah mencipatakan manusia dengan sebuah kecerdasan dengan kehendak bebas, dengan pilihan bebas, oleh karenanya harus ada sebuah tes untuk mengetahui apakah dia patuh dan menjauhi pohon itu atau mengikuti tipuan iblis. Dan hari ini ….. Oh, silahkan.
Nahed: Pertanyaan untuk hari ini, Bapak, adalah: “Dapatkah Anda menjelaskan bagaimana dosa masuk ke dalam kehidupan manusia? Dan pertanyaan kedua: apa hubungan antara dosa dan penebusan?”
Bapak Zakaria: Benar.
Nahed: Silahkan Bapak langsung saja pada pertanyaan pertama, bagimana dosa masuk ke dalam kehidupan manusia?
Bapak Zakaria: Dosa masuk ke dalam kehidupan manusia, seperti yang sudah dijelaskan, adalah karena kecemburuan Setan. Dia pergi ke pohon itu dan memberikannya kepada Hawa. Bagi saya, pohon apapun itu tidak masalah. Anda tahu, banyak orang mengatakan bahwa itu pohon apel. Dan mereka mengutipnya ketika sebuah bukti yang mengatakan bahwa pangkal tenggorokan disebut juga …
Nahed: Apel Adam.
Bapak Zakaria: Dan mereka menyatakan bahwa buah apel itu tersangkut di tenggorokan Adam, ketika dia mencoba menelannya. Tetapi kami tahu bahwa cerita ini adalah cerita dongeng. Itu tidak penting, walaupun dapat digunakan secara ilmiah. Walaupun demikan apel Adam adalah hanya berdasarkan cerita rakyat. Tidak masalah apakah itu pohon apel atau tidak. Mungkin saja ada orang yang mengatakan bahwa itu pohon mangga. Kenapa? Karena mangga dalam bahasa inggris mango terdiri dari 2 suku kata : “man – go” Tetapi terminologi ini berasal dari cerita rakyat yang benar-benar tidak perlu dan tidak mendasar.
Tetapi pohon tersebut merupakan simbol tentang kepatuhan, simbol akan dosa. Manusia ingin melakukan segala sesuatu nya sendiri, dan ingin hidup bebas.
Nahed: Bapak, saya jadi ingat sesuatu dari Alkitab, yang mengatakan ketika Hawa melihat pohon itu dan itu memberikan kesenangan buat matanya. Itu berarti pohon itu terlihat enak dipandang dan membangkitkan seleranya sehingga dia pun meraih buah itu dan memakannya.
Bapak Zakaria: Betul. Tentu pohon itu adalah pohon yang sebenarnya, tetapi mengandung makna spiritual.
Nahed: Ya.
Bapak Zakaria: Anda tahu bahwa ada banyak ilustrasi atau lambang-lambang yang menyatakan symbol yang berbeda dari gambar yang tampil pada lambang tersebut. Sebuah kenyataan dalam sebuah symbol. Ketika saya mengatakan seseorang seperti seekor singa, itu berarti dia seorang yang kuat, pemberani dan tidak kenal takut.
Begitu juga dengan pohon yang mengandung sebuah arti spiritual yaitu tentang kepatuhan dan bila memakan dari pohon itu berarti tidak patuh dan melanggar perintah Allah. Pohon apa itu tidak penting dan tidak signifikan dengan maksud cerita. Hal ini sama dengan cerita tentang tikus. Tikusnya tidak penting, yang penting adalah keingintahuan orang itu sehingga di membuka penutup piring dan terkejut melihat seekor tikus didalamnya. Ketika Adam dan Hawa makan dari pohon itu, berarti mereka tidak patuh pada perintah, mereka memberontak. Kami tidak menginginkan Engkau lagi. Jadi, begitulah dosa masuk ke dalam kehidupan mereka.
Anda tahu bahwa dosa disini merupakan benih. Alkitab dalam kitab Yosua, putera Sirakh, mengatakan sebagai berikut: “Karena benih dosa telah berakar di dalam nya –dalam manusia- karena kelemahan Adam dan iblis adalah ….”
Nahed: Kesombongan.
Bapak Zakaria: Kesombongan. Setan menularkannya pada Adam dan Hawa. Dia menunjuk pohon itu dan mengatakan bahwa buahnya terlihat enak. Lihatlah kesini. Dan mulutnya dibanjiri dengan kesombongan. Itulah metafora yang saya gunakan. Jadi, mereka makan dan mereka terinfeksi benih kesombongan. Kami tidak menginginkan Allah dan kami ingin terpisah dari Nya. Mereka berdua jatuh dalam kesombongan. Kesombongan datang sebelum kehancuran, dan roh keangkuhan datang sebelum kejatuhan. Mereka jatuh ke dalam kesombongan. Sejak saat itu, benih dosa mulai mengalir dalam darah manusia, tidak hanya di dalam diri Adam dan Hawa, tetapi juga keturunan mereka. Marik kita lihat dalam Alkitab dan juga Quran.
Nahed: Saya ingin menyampaikan bahwa telah tertulis dalam Quran bahwa Adam telah menerima Firman dari Tuhannya dan Dia mengampuninya.
Bapak Zakaria: Kita akan membahas itu nanti. Sekarang kita sedang membahas tentang hukuman karena dosa. Baik, sekarang kita lihat apa yang dikatakan Alkitab. Ular itu berkata kepada perempuan itu, engkau tidak akan mati. Perempuan itu mengambil buahnya dan memakannya. Dia juga memberikannya kepada suaminya dan dia pun memakannya. Lalu mata mereka terbuka. Mereka sadar bahwa mereka telanjang. Mereka merangkaikan beberapa daun pohon ara untuk menutupi badan mereka. Lalu Allah mengusir mereka dari taman. Dan sejak saat itu, sifat kemanusiaan ada dalam benih mereka. Dikatakan, “Karena dosa satu orang manusia, kematian menjadi upah dosa seluruh manusia.” Dan lagi dalam injil Roma, “Tetapi dalam anggota-anggota tubuhku ada hukum lain yang berjuang melawan akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada dalam anggota-anggota tubuhku.”
Nahed: Jadi, dosa telah diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya hingga hari ini. Kita tidak bisa mengatakan itu telah berhenti dan tidak berlanjut. Benih dosa telah diturunkan.
Bapak Zakaria: Mereka telah berpaling. Mereka bersama menjadi tidak menguntungkan, tidak ada seorangpun yang berbuat baik, tidak seorangpun. Bukankah itu yang dikatakan? Jadi, oleh karena dosa satu orang manusia, dosa telah menyebar ke semua manusia dan karenanya Surah 12 ayat 53 mengatakan, “Dan aku tidak membebaskan diriku, Karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan.” Darimana kejahatan itu datang? Mari kita lihat apa yang dikatakan Imam Al Razy tentang ayat ini. Dia menjelaskan, “Itu punya kecenderungan atas kejahatan, keinginan tidak patuh, dan sifat manusia akan kesenangan.” Itulah pendapat Imam Al Razy mengenai Surah 12 ayat 53.
Nahed: Namun kaum Muslim masih beranggapan bahwa manusia dilahirkan tidak berdosa. Bagaimana mungkin mereka dilahirkan tidak berdosa, sementara jiwa mereka punya kecenderungan untuk berbuat jahat? Dosa telah diturunkan dan ada di dalam darah manusia dan karenanya berkecenderungan berbuat jahat.
Bapak Zakaria: Anda tahu pendapat-pendapat mereka yang menolak penyelidikan, mereka hanya ingin memperkarakan masalahnya saja. Anda menjelasakan tentang dosa keturunan ini dan mereka berkata “Tidak, itu bukan dosa keturunan.” Mengapa? Mereka hanya ingin berdebat dengan Anda karena mereka memang tidak ingin mengakuinya. Tetapi jika mereka kembali kepada buku, mereka akan menemukan bahwa jiwa punya kecenderungan berbuat dosa. Sifat manusia itu sendiri menginginkan kesenangan dan punya kecenderungan akan kejahatan. Sifat manusia menginginkan ketidakpatuhan.
Nahed: Dari mana jiwa mendapatkan dosa kecuali manusia dilahirkan dari dosa?
Bapak Zakaria: Dosa adalah dosa dalam darah itu sendiri. Mereka berpaling, mereka bersama menjadi tidak menguntungkan. “Tidak ada yang benar seorangpun tidak” Itu tertulis juga dalam injil Roma 3:10. Anda tahu apa yang dikatakan Al Turmuzy. Sekarang kita menuju kepada mereka yang ingin mengerti –sebagai sebuah jawaban atas pernyataan bahwa itu bukan dosa keturunan- mari kita lihat apa yang dikatakan Al Turmuzy.
Nahed: Apa yang dia katakannya?
Bapak Zakaria: Dia berkata, “Adam tidak percaya dan begitu juga keturunannya. Adam berdosa dan begitu juga keturunannya.”
Nahed: Itu berarti warisan dosa (dosa keturunan).
Bapak Zakaria: Tentu. Ketika dosa masuk kedalam Adam dan Hawa, faktor keturunan yang menyebabkan dosa turun ke generasi berikutnya. Termasuk para nabi.
Nahed: Mereka kan hanya manusia.
Bapak Zakaria: Ya mereka hanya manusia. Bukan mereka itu berasal dari keturunan Adam? Bahkan para nabi. Dengar. Dalam kitab Kejadian pasal 12 dijelaskan bahwa Abraham telah berbohong 2 kali.
Nahed: Dua kali, bukan sekali!
Bapak Zakaria: Satu kali kepada Firaun ketika di berkata bahwa Sarah adalah saudara perempuannya dan satu kali kepada Abimalek dimana dia juga berbohon dengan mengatakan hal yang sama bahwa Sarah adalah saudara perempuannya. Dia berbohong 2 kali. Bahkan nabi Nuh juga telah berdosa karena telah mabuk dan tanpa pakaian di tubuhnya seperti dalam kitab Kejadian 9. Nabi Musa dalam kitab Keluaran pasal 9 dikatakan bahwa dia telah membunuh, dia telah membunuh seorang Mesir dan melarikan diri ke padang belantara. Jadi para nabi juga melakukan dosa.
Tetapi apakah Islam juga mengakui hal tersebut? Ini pertanyaan yang serius, bukan? Mari kita lihat apa yang dikatakan Quran mengenai nabi Abraham. Dalam Surah 14 ayat 41 dikatakan, “Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku, ampuni aku …
Nahed: Kedua orang tua ku….
Bapak Zakaria: Dan mereka yang percaya pada hari penghakiman. “Ampuni aku.” Bagaimana mungkin seseorang meminta pengampunan kecuali dia tahu dia telah berbuat dosa? Meminta ampun berarti ada dosa. Benar bukan? Nabi Musa juga dalam surah 28 (Al Qasas ) ayat 15 dan 16 mengatakan bahwa dia telah membunuh dan berkata “Tuhanku, aku telah berbuat salah, ampuni aku.” Musa telah membunuh seorang Mesir. Itu berarti Musa telah berbuat dosa.
Nahed: Dia telah berdosa juga.
Bapak Zakaria: Sekarang inilah bagian yang sulit.
Nahed: Mari kita bicarakan itu juga.
Bapak Zakaria: Tidak ada seorangpun akan marah, kalau kita membicarakannya?
Nahed: Tidak, tidak ada seorangpun akan marah, karena ini adalah kenyataan, kita tidak mengarangnya.
Bapak Zakaria: Akankah para pemirsa kita akan marah? Saya akan menyampaikan kebenaran dan Allah adalah saksiku.
Nahed: Kita telah mulai dengan para nabi, jadi sekarang kita akan melanjutkannya.
Bapak Zakaria: Saya tidak sedang mengarangnya. Saya tidak mengira-ngira, tetapi ini adalah fakta. Saya akan memberikan referensi yang pertama dan para pemirsa akan tahu siapa yang berkata. Surah 48 (Al Fath )ayat 2, “Allah memberi ampunan kepadamu terhadap apa-apa yeng telah berlalu dari dosamu dan terhadap yang akan datang “Siapa yang mohon ampun pada Allah? Saya akan menyerahkannya pada pemirsa sehingga saya tidak akan di salahkan.
Nahed: Akankah Anda menjelaskan nya pada kami?
Bapak Zakaria: Dalam buku Saheeh of Al Bokhary jilid 2 halaman 134, dikatakan, “Utusan Allah mengimbau, Oh Tuhan, aku mencari perlindungan Mu dari siksaan kuburan dan siksaan api neraka.” Dia mencari perlindungan Allah dari siksaan kuburan dan api neraka. Mengapa? Ya, karena dia takut.
Nahed: Ada dosa.
Bapak Zakaria: Ada sesuatu. Ya, ada dosa. Dalam buku tersebut juga dikatakan, “Utusan Allah –damai Allah ada padaNya- tak seorangpun dari kalian akan diterima di surga kecuali oleh karena kasih karunia Allah.” Dia katakan “Tidak juga engkau para utusan Allah.” Kemudian “Tidak juga aku, kecuali Allah mengampuni aku dengan pengasihanNya.”
Nahed: Jadi, pernyataan dari kaum Muslim yang mengatakan bahwa manusia dilahirkan tidak berdosa, adalah sebuah kesalahan.
Bapak Zakaria: Mari kita lihat dalam buku yang berjudul Raid Al Salheen yang ditulis oleh Imam Al Nawawy halaman 9. Sekarang masalahnya adalah para pemirsa tidak membaca, tidak menyelidiki dan tidak mengerti. Mereka tidak membaca, meskipun membaca, tidak mengerti. Jika mereka mengerti, mereka melakukannya. Itulah proses dari keseluruhan penolakan atas apa yang telah kita bicarakan. Ini menjadi tanggung jawab kita. Sekarang apa yang dikatakan Al Nawawy, “Utusan Allah berkata, aku menyesal seratus kali sehari pada Allah.” Aku menyesal pada Allah sehari seratus kali…
Nahed: Dalam satu hari!
Bapak Zakaria: Apa yang disesalinya? Apa yang disesalinya?
Nahed: Tentu saja dosanya.
Bapak Zakaria: Apa yang disesalinya? Tentu saja dosanya, dan seratus kali berarti banyak. Ini bukan dari perkataan saya, ini tertulis dalam buku Riad Al Salheen oleh Imam Al Nawawy halaman 9.
Anda tahu mereka seharusnya membakar buku tersebut, sehingga tidak ada lagi yang menentang mereka.
Dan para ahli Sunna, semua orang tahu apa yang dimaksud dengan Sunna, itu berhubungan dengan tradisi. Orang-orang Sunna itu seperti kaum mayoritas di Mesir. Mereka mengatakan, “Itu diperbolehkan bagi para nabi untuk melakukan dosa besar sebelum masa nabi mereka. Dosa besar diperbolehkan seperti membunuh, berjinah, dan lain sebagainya, sebelum masa nabi mereka. Dan mengenai dosa kecil, juga diperbolehkan, yaitu melakukannya dengan sengaja sebelum masa nabi mereka dan tidak dengan sengaja sesudah masa nabi mereka.”
Nahed: Itu berarti, para nabi melakukan dosa bahkan setelah mereka diangkat menjadi nabi.
Bapak Zakaria: Seperti yang telah saya katakan, itu adalah doktrin Sunni. Ada perbedaan antara Sunni dan Shiite.
Nahed: Ya, ya pasti.
Bapak Zakaria: Sejauh ini doktrin Sunni menjelaskan apa yang mereka percayai. Dan itu tidak masalah bagi para nabi untuk melakukan dosa sebelum mereka menjadi nabi, bahwa mereka boleh membunuh dan selanjutnya mengenai dosa minor seperti berbohong, kemunafikan, disimilasi, merampok dan lain sebagainya, juga diperbolehkan, maksud saya, diperbolehkan melakukan nya dengan sengaja, sebelum mereka menjadi nabi dan dengan tidak sengaja setelah menjadi nabi. Itu adalah dosa dan tak dapat dihindari, secara sengaja ataupun tidak, tetap saja itu dosa. Benar, bukan? Jadi, tentang dosa masuk ke dalam hidup manusia dan mendapat hukuman dari Allah merupakan sebuah masalah. Kita tetap mempunyai sebuah masalah disini.
Nahed: Masalah ini membawa kita kepada pertanyaan yang kedua, yaitu: apa hubungan antara dosa dan penebusan.
Bapak Zakaria: Oh, ya, sekarang kta akan bicara serius. Dosa dan penghukuman sebagai sebuah konsekuensi. Kita tahu sejauh ini bahwa Allah telah menciptakan manusia menurut bentuk dan pola yang terbaik, menempatkan nya dalam sebuah taman karena cinta. Karena bujuk rayu iblis, manusia jatuh kedalam dosa yang mengakibatkan kematian, karena upah dosa adalah kematian, diusir dari hadirat Allah. Dan sejak saat itu, dosa menyebar ke semua manusia termasuk para nabi. Lalu ada penghukuman. Mengapa? Sederhana saja, karena allah adalah Hakim. Dia menyatakan bahwa upah dosa adalah kematian dan Firman allah tidak dapat diubah. Ada kematian, ada penghukuman. Dalam Mazmur 7 ayat 11, kita melihat penjelasan mengenai fakta ini, “Allah adalah Hakim” dan dalam Surah 16 ( An Nahl ) ayat 90 dikatakan, “Allah memerintah dengan adil”, dan dalam Surah 13 (Ar Ra’du) ayat 41 dikatakan, “Allah menetapkan hukum tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya”. Tidak ada cara untuk membatalkan keputusanNya. Dia adalah Hakim dan ini adalah keadilan surgawi. Dia tidak dapat mengabaikan hukum Nya sendiri. KeadilanNya tidak dapat diganggu gugat dan tidak dapat disentuh.
Nahed: Tetapi bagaimana dengan pengasihan Allah?
Bapak Zakaria: Ini belum waktunya. Tetapi biarkan saya menyelesaikan penjelasan tentang keadilan. Keadilan mengatakan, harus ada hukuman . Hukuman bagi Adam dan keturunannya. Upah dosa adalah kematian, jiwa yang berdosa harus mati. “Pada hari engkau makan dari pohon itu, maka engkau akan mati.” Sudah ada keputusan mati. Kematian apa yang dimaksud? Keputusan kematian ini terbagi dalam tiga jenis. Dan ini sangat penting untuk diketahui, karena beberapa penjelasan lain akan mengacu dari penjelasan ini. Kematian pertama yang paling serius adalah kematian roh, yaitu terpisah dari Allah.
Nahed: Maaf, Bapak. Ini adalah hal yang sangat penting untuk menjelaskan kepada pemirsa yang beragama Islam yang kita kasihi. Mereka menanyakan, bagaimana seseorang dapat terpisah dari Allah? Terpisah dari Allah itu seperti apa?
Bapak Zakaria: Pertanyaan yang sangat bagus. OK. Mari kita asumsikan bahwa ada beberapaorang teman. Mereka membangun sebuah hubungan, hubungan seorang anak dan ayahnya. Ank laki-laki itu tinggal di rumah ayahnya yang sangat kaya. Ayahnya sangat mencintainya dan hidup bahagia bersamanya. Puteranya berdosa karena melawan ayahnya dengan mengatakan, “Aku tidak ingin lagi tinggal dengan mu.” Ini seperti cerita perumpamaan anak laki-laki yang tertulis di Alkitab. Anak laki-laki itu datang kepada ayahnya dan berkata, “Berikan aku bagian dari warisanku.” Ayahnya menjawab, “Puteraku yang ku kasihi, engkau menginginkan warisanmu bahkan sebelum aku mati?” “Aku tidak perduli, berikan saja apa yang menjadi hak ku. Itu saja.” Karena cintanya kepada puteranya, dia memberikan bagian dari warisannya. Anak laki-laki itu mengambilnya dan menghabiskannya dengan hidup foya-foya, dengan hidup diantara para penzinah dan prostitusi, dan hidup dengan kemabukan dan lain sebagainya.
Dia terpisah dari ayahnya dan tidak ada lagi berhubungan. Allah hadir dimana-mana, tetapi hubungan kasih antara keduanya terputus karena dosa. Dia tidak menginginkan Allah. Dia tidak ingin menyerahkan dirinya kepada Nya lagi. Dia hanya ingin melakukan segala sesuatu nya sendiri sesuai dengan keinginannya sendiri, mengejar kesenangannya sendiri, dan memenuhi kepuasannya sendiri. Dimana Allah dalam hidupnya sekarang?
Nahed: Dengan cara itu, dia benar-benar terpisah dari Allah. Itu yang Anda maksudkan dengan terpisah dari Allah.
Bapak Zakaria: Pernyataan terpisah berarti terputus dan menjauh dari Firman Allah, dari hadirat Allah dan melupakan Allah.
Nahed: itu adalah jenis kematian yang pertama.
Bapak Zakaria: kematian roh. Benar, bukan? Roh yang terpisah dari Allah dan mengapa? Karena Allah adalah Roh. Allah adalah kehidupan dan jika seseorang terpisah dari kehidupan dan Roh, dia mengalami kematian. Roh Allah tidak ada dalam hatinya, dan manusia terpisah dari Allah, kemudian terpisah dari Roh Allah. Jadi, hidupnya berakhir dengan dinyatakan mati.
Nahed: Bagaimana dengan jenis kematian yang kedua?
Bapak Zakaria: Oh, tunggu sebentar. Apakah Islam sependapat? Agama Kristen mengatakan, “Oleh karena itu Tuhan Allah mengirimnya keluar dari Taman Eden. Dia sekarang terpisah dari Allah dan karenanya kematian telah menyebar ke semua manusia.” Apakah Islam berpendapat sama? Telah dikatakan “Kalian semua turun.” Ini dari Surah 20 (Taha) ayat 123 Imam Al Nassafy mengatakan, “Turunlah kamu berdua dari surge bersama – sama.” Itulah perpisahan, keluar dari hadirat Allah. Ini adalah kematian yang pertama.
Nahed: Itu tentang Adam, Hawa dan keturunannya.
Bapak Zakaria: Ya, semua berdosa. Allah membiarkan mereka merasakan penghinaan selama hidup di dunia dan juga rasa malu. Sheikh Abd Allah Yousef yang menterjemahkan Quran ke dalam bahasa Inggris, mengatakan dalam bukunya halaman 1188, “dosa sering melahirkan buah dari perasaan malu dan penghinaan di kehidupan dunia, tetapi hukuman yang terbesar adalah hukuman setelah kehidupan dunia.” Itu berarti ada hukuman yang lebih besar di kehidupan setelah kematian, yaitu api neraka yang kekal. Jadi, hukuman dosa adalah terpisah dari Allah, penghinaan dan dipermalukan, kemudian api nereka yang kekal.
Nahed: Inilah tiga jenis kematian.
Bapak Zakaria: Apa yang dikatakan tentang api nereka? “Dia mengatakan, “Allah berkata pada si jahat untuk pergi dan mengutuk nya masuk kedalam api neraka yang kekal.” Itu terdapat dalam injil Matius 25 dan 13, “dan melempar mereka kedalam tungku berapi dan disanalah terdengar ratapan dan gertakan gigi.” Apakah hal yang sama terdapat dalam Islam? Oh Tentu saja. Surah 72 ( Al Jinn ) ayat 23, “Barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya baginyalah neraka jahanam”. Surah Al Baqarah ayat 81 mengatakan, “barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka” Siapapun yang melakukan kejahatan dan kesalahannya ada pada nya, dan mereka ini akan menjadi penghuni neraka.
Jadi, ini adalah pernyataan kematian karena dosa yaitu, terpisah dari Allah, dipermalukan dan dihina selama hidup didunia, dan api neraka yang kekal. Itu berarti pernyataan tentang siksaan api yang tak terpadamkan dan cacing-cacing yang tidak akan mati.
Anda tahu konsep ‘Gohenam’ yang berasal dari keturunan Ibrani. Ada sebuah pedesaan dibelakang sebuah kuil yang disebelah kirinya terdapat korban-korban yang dilemparkan kedalam nya dan api menyala-menyala membakar korban-korban itu sehingga membusuk, api yang besar berkobar dasyat dan masih terlihat kulit dari korban-korban itu yang tertinggal di sisi pedesaan itu dan dikerubuti oleh cacing-cacing, seperti ketika Kristus berkata, “kalian lihat mereka yang menjijikan itu yang membuat kalian takut. Ini akan menjadi takdir yang kekal bagi manusia dengan api yang menakutkan dan cacing-cacing yang tidak akan mati.” Desa ini disebut Henom dan tentu Anda tahu bahwa Henom adalah sebuah nama seorang wanita. Dalam bahasa Ibrani desa itu disebut Gohenom yang artinya desa dengan api yang dasyat. Dan karenanya Kristus berkata bahwa mereka akan menghabiskan keabadian mereka di Gohenom, api yang kekal, begitu gambarannya.
Nahed: Terima kasih banyak, Bapak. Penjelasan ini benar-benar luar biasa dan tentu saja kita akan melanjutkan pembicaraan tentang hal ini karena masalah ini sangat luas dan kami mendapatkan banyak pertanyaan.
Bapak Zakaria: Dan Anda tahu bahwa kita belum sampai pada masalah penebusan.
Nahed: Terima kasih pemirsa dan saya ulangi jika anda mempunyai pertanyaan-pertanyaan atau ingin mendapatkan Alkitab, silahkan kirimkan surat anda kepada kami.
No comments:
Post a Comment