14 -Kesaksian Penyaliban Isa by Dewi / Indra
Nahed: Para penonton yang terkasih, selamat datang pada episode baru “Question about Faith” (pertanyaan-pertanyaan tentang iman), merupakan sebuah kehormatan untuk menjawab semua pertanyaan yang anda kirimkan pada kami. Merupakan sebuah kehormatan juga untuk menghadirkan bersama kita Bapak Pendeta Zakaria Bothros. Selamat datang, Pak.
Bapak Zakaria: Terima kasih.
Nahed: Pada episode sebelumnya, kita membicarakan tentang fakta penyaliban Kritus. Jadi, seperti biasa, kami ingin anda memberikan rangkuman singkat, agar penonton tidak mengikuti episode sebelumnya bisa mengikuti, silahkan Pak…
Bapak Zakaria: Kemarin kita membicarakan tentang kebenaran tentang tritunggal dan ke-Maha Esa-an, Pewujudan Ilahi dan tujuannya yaitu penyaliban. Penyaliban Isa. Mengapa? Karena Alkitab menyatakan, dalam Injil Yohanes 3:16, “ Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Maka dari itu penyaliban adalah tujuan penebusan, jadi umat manusia tidak akan binasa tapi diselamatkan dan memperoleh hidup yang kekal. Dan ini adalah bukti cinta Allah. Mengapa? Pada permulaan penciptaan Allah mencintai manusia dalam gambaran Allah. Cinta. Tetapi manusia menjadi rusak, dan gambar itu dirusak oleh dosa.
Selain mencintai manusia, Allah ingin memberikan pengampunan kepada manusia, untuk menjadikan manusia lama (yang telah rusak oleh dosa) menjadi manusia baru. Hal ini tertulis dalam kitab Yeremia 18, di dalamnya terdapat ilustrasi tentang ini , dan bagaimana ilustrasi tentang ini terjadi. Apa yang Dia katakan kepadanya? Dia berkata, ”Pergilah dengan segera ke rumah tukang periuk! Disana Aku akan memperdengarkan Perkataan-perkataan-Ku kepadamu. Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk” –itu adalah nabi Yeremia. “dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan” –itu adalah alat yang dipakai untuk membentuk barang-barang. “Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak,” semua jadi berantakan. Setelah dia membuatnya menjadi sebuah bejana yang indah itu menjadi rusak. Lalu apa kemudian dia kerjakan? Tertulis: ”maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya”. Allah menciptakan kita dari dari debu tanah. Tanah liat adalah debu tanah. Tapi kita menjadi rusak, kita menjadi berantakan. Sehingga dia menciptakan kita kembali, di luar dari kasih yang sama, dan penciptaan kembali ini dimulai dari salib. Karena Isa telah mati di atas kayu salib untuk menebus dosa kita, dan menjadikan kita baru. Oleh karena itu ada tertulis, ”Karena setiap orang percaya adalah ciptaan baru…”. Jadi ketika Isa mati diatas kayu salib itu bukan hanya sebuah prosedur matematis dan logis. Itu adalah sebuah bukti cinta Ilahi. KematianNya penting bagi penebusan. Kita telah membahas prinsip penebusan seperti juga syarat awal Penebus, dan kita berkata bahwa segala syarat awal tersebut terpenuhi dalam pribadi Isa yang tidak terbatas, yang sama seperti yang ditebus, dan yang suci dimana tidak layak mati untuk dosanya sendiri. Jadi inilah penjelmaan Allah yang menebus umat manusia. Inilah rangkuman singkat yang telah kita bicarakan tentang penyaliban Yesus.
Nahed: Hari ini kita memiliki topik penting untuk didiskusikan dan saya ingin anda menjawab beberapa pertanyaan. Ini adalah hanya sebagian yang kita terima. Jadi mari kita mulai pertanyaan-pertanyaan tersebut. Pertanyaan pertama, Al-quran mengatakan bahwa Isa tidak disalibkan, mereka jelas tidak menyalibkan dia, apa pendapat anda mengenai ini ?
Bapak Zakaria: Baiklah. Sesungguhnya ini bukanlah satu-satunya pasal. Banyak pasal lain yang mengatakan soal ini juga.
Nahed: Ya.. seluruh pasal itu memang mengatakan bahwa Isa tidak disalibkan.
Bapak Zakaria: Pasal-pasal ini penting untuk disebutkan sehingga penonton Muslim mengerti bahwa kita menyadari adanya sudut pandang lain, sebagaimana Alquran menyebutkannya. Bolehkah saya menyebutkan beberapa pasal tersebut?
Nahed: Ohh tentu saja…silahkan.
Bapak Zakaria: Surat 4 (An Nisa) ayat 157 yang mengatakan “Dan karena ucapan mereka “ disini mereka berarti orang-orang Yahudi, “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya. Ini bagian yang anda kutip “dibuat seakan-akan seperti itu bagi mereka. Mereka sebenarnya tidak membunuh-Nya.”
Ayat lainnya adalah Surah 3 (Ali Imran). Namun untuk dapat menjawab bagian ini kamu harus melihat surah yang lain di Al-Quran yang membicarakan hal yang sama. Ini bukan satu-satunya surah. Bukan. Dalam surah ini disebutkan, “Allah membalas tipu daya mereka (berbicara tentang Yahudi) . Dan Allah sebaik-baiknya pembalas tipu daya mereka” Jadi Allah berkata,” Yesus, Inni Mutawaffeka”, yang artinya akan mengambil hidupmu, dan mengangkat Kamu kepada-Ku, dan memurnikan-Mu dari orang yang tak percaya. Jadi ayat dalam Surah 3 (Ali Imran) berkata, “mengambil hidup-Mu”, sebelum dikatakan, “dan mengangkat kamu kepada-Ku”.
Nahed: Ini benar, “wafah” tidak memiliki makna yang lain selain kematian.
Bapak Zakaria: Baiklah mari kita berpikir sesuai dengan penanya untuk mengetahui kemana ini akan membawa kita. Saya tidak mau melompat pada kesimpulan-kesimpulan atau memberikan penjelasanku sekarang. Saya ingin mengetahui bagaimana Islam mengatakan tentang itu, sebab ini yang menjadi perhatian penonton muslim untuk mengerti apa yang buku mereka katakan, apa yang cendekiawan mereka katakan, apa yang hukum mereka katakan, dan apa komentator mereka katakan. Tetapi opini kita sebenarnya telah diketahui sejak permulaan. Yang kita lakukan hanyalah mengklarifikasi. Di Surah 19 (Mariam) dikatakan, “semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”. Jadi “mati” merujuk pada “dibangkitkan untuk hidup kembali”. Jadi pada ayat sebelumnya dalam Surah 3 (Al Imran), Dia mati sebelum Dia diangkat. Dan ayat ini juga menunjukkan bahwa Dia mati sebelum Dia dibangkitkan lagi. Dan dalam Surah 5 (Al Maidah),”Maka setelah Engkau wafatkan aku. Engkau-lah yang mengawasi mereka. Disini juga kita temukan “Dia wafat” dan adanya suatu penjagaan pada saat Dia mati. Yaitu penjagaan terhadap orang-orang Yahudi. Jadi mengapa dia melakukan penjagaan ketika Yesus mati? Jika Dia mati, cukup sampai disana. Tidak ada kebutuhan untuk melakukan penjagaan atas mereka. Ini adalah beberapa ayat yang membicarakan kematian Isa. Sekarang kita lihat dari sisi cendikiawan Muslim. Apa yang dikatakan Al Imam Al Razy dalam penjelasannya tentang hal ini? Imam Al Razy berkata dalam penjelasannya bagian 2 hal. 457, Ibn Abbas menceritakan seperti juga Mohamed Ibn Ishak bahwa makna dari “mutawafeeka” adalah membunuhmu. Sehingga “mutawafeeka” dan membunuh adalah hal yang sama.
Nahed: Jadi kita belum mengartikannya salah kalau begitu.
Bapak Zakaria: Kemudian Wahb berkata, “Isa dibuat mati selama 3 jam“. “dibuat mati selama 3 jam”. Anda menemukan kalimat-kalimat seperti ini di halaman yang sama pada penjelasan Al Razy’s. Dia sedang berusaha menjelaskan maksud dari “wafat”. Dan lagi pada halaman yang sama tertulis, Ibn Ishak mengatakan, “Dia dibuat mati selama 7 jam.” Jadi sekarang kita sudah tahu tentang kematian dan berapa lama dia mati. Waktu matinya menurut Wahb adalah 3 jam sedangkan menurut Ibn Ishak adalah 7 jam. Sementara Imam Baydawy dalam penjelasannya dalam Al Quran pada ayat yang sama bagian 2 hal.128 mengatakannya secara khusus.
Nahed: Dalam penjelasan Al Baydawy.
Bapak Zakaria: Al Baydawy sendiri. Apa yang dia katakan? “Sebagian orang mengatakan bahwa kemanusiaan telah disalibkan dan keilahian terangkat.” Sebagian ini benar, dan sebagian lagi memerlukan perubahan. Kemanusiaan disalibkan, itu benar. Mereka tidak juga membunuh-Nya ataupun menyalibkan-Nya, lebih dapat dimengerti bila kemanusiaan yang disalibkan dan mati, sementara keilahian tidak disalibkan. Ini sebuah pengertian yang masuk akal. Kemanusiaan disalibkan dan dia mengatakan bahwa keilahian terangkat. Dan ini adalah kalimat lain yang maksudnya tidak juga membunuh dan menyalibkan-Nya karena mereka jelas tidak membunuh-Nya karena keilahian adalah kekal. Jadi Al Baydawy dalam penjelasannya berusaha menjelaskan yang tertulis, Dia mati selama 3 jam atau 7 jam, namun Dia mati dalam kemanusiaan-Nya sementara keilahian-Nya tidak terpengaruh. Al Baydawy sudah sangat dekat pada kebenarannya.
Nahed: Sangat dekat.
Bapak Zakaria: Dia mengatakan bahwa kemanusiaan disalibkan dan ini yang kita percaya karena kita tidak menuntut keilahian disalibkan namun kami tidak setuju ketika dia mengatakan keilahian terangkat ke atas karena keilahian tetap dalam tubuh namun tidak dapat binasa seperti ilustrasi api yang saya berikan.
Nahed: Ilustrasi besi dan api.
Bapak Zakaria: Besi dan api. Sementara aku memukul-mukul besi, si api tidak akan terpengaruh karena dia adalah unsur yang berbeda.
Nahed: Tapi dia tetap ada.
Bapak Zakaria: Si api tetap disana, bersatu dengan besi karena aku tak akan bisa membentuk besi tanpa api. Jadi kita butuh Isa disalibkan dengan keilahian-Nya ada bersama-Nya sebab keilahian itu tidak terbatas. Bila Isa mati tanpa keilahian-Nya, Dia hanya akan menjadi manusia biasa yang mati.
Nahed: Dapatkah anda mengulanginya lagi, Pak?
Bapak Zakaria: Bagian Al Baydawy ini terdapat dalam penjelasannya. Penjelasan Al Baydawy bagian 2 hal.128 tertulis,” Telah dikatakan bahwa sebagian orang menuntut kemanusiaan disalibkan dan keilahian terangkat” supaya mencocokkan ayat ini sebab sekarang Dia telah disalibkan dan mati selama 3 jam ataupun 7 jam dan kemudian pasal tersebut menulis bahwa mereka jelas tidak membunuh-Nya juga tidak menyalibkan-Nya,mereka tidak menyalibkan keilahian-Nya karena keilahian-Nya terangkat. Ini adalah pendapat Al Baydawy. Dan kami katakan pada Baydawy, bukan seperti itu. Kemanusiaan dan keilahian tetap bersama-sama namun keilahian tidak mati, tidak juga dapat disalibkan karena itu laksana api pada besi, dia tidak terpengaruh. Dia tidak terangkat; Dia tidak perlu terangkat. Mengapa begitu? Karena Allah ada dimana-mana.
Nahed: Tepat.
Bapak Zakaria: Dia ada di semua tempat. Jadi demikianlah penjelasan menyangkut hal “mereka tidak membunuh-Nya, tidak juga menyalibkan-Nya” ini.
Nahed: Baiklah, ayat yang sama juga menuliskan “dibuat seakan-akan seperti itu bagi mereka”. Apa pendapat anda tentang itu? Apa yang dibuat seakan-akan seperti itu bagi mereka?
Bapak Zakaria: Oh ya. “Mereka jelas-jelas tidak membunuh Dia dan juga tidak menyalibkan, namun dibuat seakan-akan seperti itu bagi mereka”, jadi apa yang dimaksud dengan “dibuat seakan-akan seperti itu bagi mereka”? Kembali kita harus melihat kembali ke Al Quran supaya dapat membahas hal ini. Sekarang kita mengacu pada Imam Al Razy dan melihat apa yang dia katakan tentang “dibuat seakan-akan seperti itu bagi mereka”. Tentu saja Al Baydawy menjelaskannya dengan baik. Maksud dari ‘dibuat seakan-akan seperti itu bagi mereka’ adalah mereka pikir mereka telah membunuh keilahian namun itu tidak dapat dibunuh.
Nahed: Hal ini telah dibahas.
Bapak Zakaria: Bahwa mereka telah membunuh keilahian dan menyalibkannya, itulah yang “dibuat seakan-akan seperti itu bagi mereka” namun Dia tidak disalibkan, itulah keilahian, karena Dia terangkat menurut Al Baydawy. Sementara Al Razy menjelaskan pasal ini dengan kata-kata yang tidak biasa, tidak biasa. Dan saya harap setelah mengatakan itu, bukan bukan saya harap, tapi saya yakin setelah mengatakan hal itu, tidak akan ada penonton acara ini yang akan menggunakan pasal tersebut untuk makna tertentu.
Nahed: Mari kita dengar kalau begitu.
Bapak Zakaria: Apakah yang dikatakan Al Razy dalam penjelasannya bagian 3 hal 350. Tetaplah bersama saya dan saya mohon agar penonton dapat menyimak saya sampai selesai. Apa yang dikatakan Al Razy? “Apabila diperbolehkan mengatakan Allah yang Maha Tinggi akan membuat kemiripan seorang manusia pada orang lain”, mereka bilang dibuat seakan-akan seperti itu bagi mereka berarti seorang lain selain Dia yang disalibkan dan mereka tidak menganggap orang tersebut. Beberapa orang mengatakan tentara Romawi pergi menangkapnya dan dia menggantikan Isa tatkala Isa terangkat. Sebagian lagi mengatakan yang lain , orang itu bukanlah tentara Romawi, melainkan Yudas.
Nahed: Si pengkhianat.
Bapak Zakaria: Si pengkhianat yang mengkhianati-Nya. Anda bisa mengikuti? Dia juga bersama mereka dan Tuhan membuat kemiripan-Nya pada Yudas. Sebagian lagi menyatakan bukan, bukan, orang yang dibuat mirip Isa itu adalah seseorang yang bernama Simon. Simon dari Syrenian.
Nahed: Apakah dia adalah orang yang membawa salib?
Bapak Zakaria: Orang yang membawa salib. Namun, kelompok yang lain mengatakan orang itu adalah seorang yang bernama Sargious dan tak seorangpun tahu dia didapat dimana; mereka mengatakan Sargious disalibkan menggantikan Dia. Anda bisa lihat disini, semua penjelasan saling berlawanan yang artinya tak ada bukti yang akurat. Maksud saya jika beberapa saksi memberikan kesaksian di meja hijau dan seorang mengatakan, Ya, aku melihat Mohammad melakukan itu sementara yang lain mengatakan, Bukan, itu bukan Mohammad, tapi Hassan dan orang ketiga akan mengatakan, Bukan, orang itu adalah Ali.
Nahed: Kemudian semua saksi akan ditolak.
Bapak Zakaria: Mungkin saja, kasus tersebut akan ditutup. Anda bisa mengerti maksud saya? Lebih lanjut, Al Razy mengatakan, “Apabila diperbolehkan mengatakan Allah yang Maha Tinggi akan membuat kemiripan seorang manusia pada orang lain”, ini akan membuka cara berpikir yang menyesatkan. Siapakah yang mengatakan demikian?
Nahed: Al Razy.
Bapak Zakaria: Al Razy mengatakan itu. Ini akan mengarah pada cara berpikir yang menyesatkan. Dan mengapa Al Razy? Dia menjawab seperti ini, “Karena jika kita melihat Zaid, mungkin saja dia bukanlah Zaid, karena mungkin Allah membuat kemiripan Zaid pada orang lain”. Hal ini akan mengarah pada cara berpikir yang menyesatkan. Seseorang mengatakan, Saya bertemu Tom hari ini kemudian anda akan berkata, Bukan, kamu bukan bertemu Tom. Percayalah, kamu bukan bertemu dengan Tom. Anda akan menjelaskan padanya bahwa Allah menaruh kemiripan Tom pada Dick. Kamu hanya melihat Dick dan kamu berpikir dia adalah Tom.
Nahed: Tentu saja ini tidak masuk akal. Ini adalah sekelumit tentang “dibuat seakan-akan seperti itu bagi mereka”.
Bapak Zakaria: Al Razy-lah yang mengatakan hal ini, bukan kami. Dia seorang Imam yang besar. Simak hal berikut. Dia kemudian berkata lagi, ”Jadi mungkin kita melihat Zaid dan mungkin saja orang itu bukanlah Zaid. Mengapa? Karena Allah membuat kemiripan Zaid pada orang lain.” Anda tidak akan percaya apapun. Dia memberi contoh yang lain. “Dan jika seseorang menikah” dia sesungguhnya menggunakan kata lain tapi saya tidak suka istilah itu. Maaf bila saya tidak mengutipnya. “Dan jika seorang laki-laki menikahi Fatema mungkin saja dia tidak manikahi Fatema karena Allah telah membuat kemiripan Fatema pada Khadiga. Jadi dia menikahi Khadiga dengan anggapan dia adalah Fatema.“ Cara berpikir yang sangat sangat menyesatkan bukan? Sangat aneh. Berikut ini penjelasan Al Razy tentang “dibuat seakan-akan seperti itu bagi mereka”. Dia mengatakan….…….“dibuat seakan-akan seperti itu bagi mereka” bukan berarti Dia membuat kemiripan-Nya pada orang lain, ini sangat tidak masuk akal, tidak dapat dipahami. Sekarang dia membuat aturan yang amat sangat serius. Apa yang dia katakan? “Apabila diperbolehkan” ini kata Al Razy masih di hal yang sama. “Apabila diperbolehkan membuat kemiripan seseorang pada orang lain, kemudian menikah, bercerai, harta benda tidak akan dipercayakan lagi, karena mungkin kemiripan orang ini dibuat pada orang yang lain, dan orang ini menggantikan orang yang lain tersebut karena kita telah mengarah pada cara berpikir yang menyesatkan,” demikian katanya.
Nahed: Yang aneh adalah banyak orang memegang ayat ini dan mereka bilang, lihat itu “dibuat seakan-akan seperti itu bagi mereka”, orang itu bukanlah Dia, walaupun mereka memperumit masalah yang tidak bisa mereka atasi sendiri.
Bapak Zakaria: Permasalahannya adalah mereka tidak mau mengerti. Tak seorang pun yang mau mengerti. Mereka hanya ingin membantah. Bukan, hanya seperti itu. Tolonglah, Tuan Yang Berusaha Untuk Mengerti. Tidak ada pemahaman pada hal ini. Allah berkata demikian dan haruslah demikian. Baiklah apa yang dikatakan para komentator kita lagi? Saya tidak mau tahu. Bagaimana dengan yurisprudensinya? Saya tidak mau tahu. Hanya seperti itu. Mengapa? Karena dia takut. Ketika seseorang takut, saya akan berikan sebuah contoh. Sebuah lelucon kecil. Seseorang ingin memberitahukan lelucon namun dia terlalu serius. Keluarga biasanya membelikan anak-anak sesuatu untuk menyenangkannya seperti pakaian, untuk anak laki-laki dan gaun untuk anak perempuan dan sebagainya. Dan mereka menaruhnya di lemari pakaian. yang terjadi kemudian adalah anak itu tidak ada di kamarnya, juga tidak ada di seluruh rumah. Kemudian sang ibu bertanya, “Kemana anak itu? Jika rumah sunyi dan dia tidak ada, dia pasti buat masalah”. Kemudian si ibu pergi dan mencari anak ini dan dia menemukannya di kamar. Apa yang sedang ia lakukan? Dia membuka lemari dan memakai celana tersebut dengan gembira. “Nak, apa yang kau lakukan? Beraninya kau memakai celana itu?”. Anak itu berkata,”Ma, percayalah, bukan aku. Aku tidak memakainya, Ma.” Ibunya berkata lagi,” Apa maksudmu? Celana itu sedang kau pakai.” Kata si anak,”Bukan, Ma. Celana ini yang memakaiku.” Takut. Takut. Sehingga dia menolak kenyataan dan berusaha membenarkannya dengan segala cara, walaupun tidak masuk akal. Jika seseorang belajar dan memahami, dia akan mampu melihat kebenaran.
Nahed: Baiklah, Bapak Pendeta, kita telah membahas “dibuat seakan-akan seperti itu bagi mereka”, namun mereka kembali bertanya: Bukanlah pertobatan cukup bagi pengampunan? Mengapa perlu ada penyaliban?
Bapak Zakaria: Bukanlah pertobatan cukup bagi pengampunan? Memang, pertobatan adalah syarat awal untuk pengampunan, namun pengampunan sendiri tidak dijamin hanya oleh pertobatan. Dan tentu saja pertanyaan yang berkenaan dengan pengampunan diambil dari Surah 2 (Al Baqarah) ayat 37, anda menyebutkan ini pada episode yang lalu.
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” Apakah ini berarti pengampunan? Adam hanya bertobat. Pertobatan adalah tindakan manusia sedangkan pengampunan adalah tindakan Allah. Jadi saya harus bertobat namun pertobatan bukanlah segala-galanya. Karena kita butuh…Anda tahu pertobatan berarti anda menyesali yang lalu dan pertobatan juga berarti mengaku dosa dan berjanji tidak akan berbuat lagi. Anda mungkin berkata saya telah bertobat, ini adalah terakhir kali, saya tidak akan melakukannya lagi. Ini pertobatan. Namun apakah pertobatan memperbaiki masalah itu sendiri? Sebagai contoh, anda sedang menyetir mobil, tiba-tiba seseorang datang dan menabrak dan merusak mobil anda, kemudian dia keluar dan berkata saya mohon maaf, saya tidak akan menabrak mobil ada lagi.
Nahed: Tentu, tapi dia tidak memperbaiki mobil saya.
Bapak Zakaria: Dia tidak mengganti rugi mobil anda kan? Mobil itu rusak parah, dan dia datang dan berkata saya minta maaf, saya tahu ini kesalahan saya, saya mohon maaf, Bu. Percayalah lain kali saya tidak akan menabrak mobil anda lagi. Apa bagusnya itu bagi anda?
Nahed: Tidak ada
Bapak Zakaria: Tepat. Jadi pertobatan itu perlu dan berjanji juga perlu, untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut, namun penggantian rugi sangat diperlukan, dan itulah yang Isa lakukan. Dia mati menggantikan kita. Itu saja, kita telah dihukum mati, dan dosa kita tidak dapat diampuni jika penghukuman itu tidak dilakukan yakni keadilan ilahi. Namun kemudian belas kasih turut campur dan Dia menawarkan diri-Nya untuk menebus kita. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga dia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal supaya orang yang percaya tidak akan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Benar begitu?
Nahed: Benar sekali. Sebenarnya kita telah menjelaskan tentang ini pada sesi yang lalu namun kami akan mengulanginya lagi supaya setiap orang yang menonton mengerti benar apa maksudnya, karena kami sering mendapat pertanyaan serupa, Pak. Tuhan mengampuni kita, Tuhan memaafkan dosa kita.
Bapak Zakaria: Itu benar tapi kita tetap butuh penebusan. Pertobatan itu baik namun membutuhkan penebusan. Mari kita lihat penebusan dalam Kristiani. Disini pada Injil Yohanes, maksud saya surat pertama Yohanes pasal 2 ayat 1 dan 2 berkata demikian: “Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Isa, yang adil. Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita , dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia”. Benar begitu? Saya ingin tahu apakah Al Quran ada membahas tentang pendamaian? Tentu, pada Surah 5 (Al Ma’idah) ayat 89 “Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud. Apakah maksud dari menyebut dengan tidak dimaksud? Itu berarti sumpah yang salah. “Dalam sumpahmu” ini ketika anda bersumpah Dia tidak akan memintamu melakukan apa yang kamu ucapkan cepat dalam sumpahmu. Ini ketika anda dengan salah bersumpah. Jadi jika anda mengucapkan kata-kata yang salah, Allah tidak akan meminta anda melakukannya, “namun Dia memintamu melakukan apapun sepenuh hati.” Seperti seseorang memutuskan untuk pergi dan dan bersumpah di pengadilan. ”memintamu melakukan apapun yang kau sumpahkan dengan sepenuh hati”, yaitu yang kamu sumpahkan. Jika secara sengaja kamu bersumpah salah; Dia akan memintamu melakukannya. Lalu apa? Apakah jalan keluarnya? Jalan keluar. Mari kita lihat jalan keluar masih dalam ayat yang sama. Pendamaian untuk itu. Pendamaian untuk hal ini, karena sumpah berarti memberi makan 10 orang miskin, atau memberi mereka pakaian atau membebaskan tahanan, yaitu budak, membebaskan seorang budak. Siapapun yang tidak melakukan ketiga hal ini, haruslah dia berpuasa selama tiga hari. Itulah keterlibatan pendamaian untuk membebaskan dirimu dari sumpah. Jadi sebuah sumpah yang salah meminta satu dari 4 macam pendamaian. Kalau demikian berapa lagi…Berapa banyak lagi dosa yang menentang Allah? Inilah pendamaiannya. Sudah cukup jelas? Jelas. Mari kita lihat satu lagi. Dalam Surah 64 (Al Tagabun) ayat 9, tertulis demikian,”Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan, itulah hari ditampakkan kesalahan-kesalahannya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan mengerjakan amal saleh niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya kedalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya selama-lamanya” Jadi Allah harus menebus dosa-dosa manusia. Inilah yang dinamakan pendamaian. Jika kamu percaya pada Allah dan bertingkah laku baik, Allah akan mendamaikan dosa-dosamu. Ada pendamaian disini. Benar kan? Kami telah menyebutkan bahwa pendamaian disini tidak sama dengan menyebut seseorang kafir dan untuk alasan itu diadakan pengorbanan dengan daging korban, daging ADHA dan korban-korban dan saji-sajian yang kita bicarakan tadi. Bagaimana bisa seorang mengabaikan pendamaian ini dan menuntut hanya pertobatan saja menghasilkan pengampunan?
Nahed: Jadi, pertobatan saja tidak cukup.
Bapak Zakaria: Namun penting
Nahed: Itu penting sebagai permulaan.
Bapak Zakaria: Tepat, sebagai permulaan. Sebagai tindakan manusia.
Nahed: Namun tindakan Allah-lah mengampuni semua dosamu.
Bapak Zakaria: Benar.
Nahed: Saya pikir sudah jelas sekarang. Baiklah, pertanyaan yang paling penting. Mereka menanyakan kesalahan apa yang telah diperbuat Yesus sehingga Allah membawanya ke salib didepan semua orang? Telah diketahui bahwa Yesus tidak berdosa dan bahwa Dia adalah seorang yang kudus dan tanpa cela. Jadi untuk kesalahan apa Dia disalibkan untuk semua orang?
Bapak Zakaria: Pertanyaan bagus. Benar-benar bagus. Apakah Allah adil mengirim seorang yang tanpa cela menggantikan manusia yang berdosa? Apakah itu adil? Pendekatan berikut yang mereka pakai. Baiklah , mari kita lihat Surah 2 (Al Baqarah) ayat 60 . Saya sangat senang membawa Al Quran namun saya tidak ingin menyinggung para penonton karena Al Quran hanya boleh disentuh oleh orang yang disucikan, walaupun saya suci, maksud saya suci oleh darah Isa. Tapi saya tidak mau menjadi batu sandungan bagi orang lain. Yang ingin saya katakan sekarang adalah sebuah kutipan dari Al Quran. Surah 2 (Al Baqarah) ayat 61 mengatakan demikian,” Hal itu karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah, yaitu orang-orang Yahudi, “dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar”. Apakah artinya dan membunuh para nabi tanpa alas an yang benar” Mereka membunuhnya. Benar kan? Bagaimana bisa Allah mengijinkan nabi-nabi dibunuh tanpa kesalahan? Bagian yang lain lagi. Surah 2 (Al Baqarah) ayat 87 “Setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginanmu” , berbicara pada orang Yahudi setiap kali, “Setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu angkuh, beberapa orang kamu dustakan ? dan beberapa orang kamu bunuh “. Apakah mereka membunuh nabi-nabi? Apakah itu adil? Apakah anda ingin mengatakan membunuh nabi-nabi yang tak bersalah itu bukan masalah tapi anda membantah pembunuhan Isa? Tidakkah anda percaya bahwa Isa adalah juga nabi? Baiklah, Dia telah dibunuh. Apa yang salah disini?
Nahed: Bahwa Dia bukanlah nabi yang pertama.
Bapak Zakaria: Bukan, bukan yang pertama, bukan orang pertama yang tanpa cela, namun Allah akan menghargai nabi-nabi dan menghakimi yang membunuh, yang melakukan itu. Jelas?
Nahed: Baiklah. Ada pertanyaan lain , Pak. Bagaimana anda percaya pada penyaliban Isa? Katakanlah kematian seseorang? Dan melengkapi pertanyaannya mengatakan siapa yang mengatur alam semesta pada saat Dia mati dan dikuburkan?
Bapak Zakaria: Benar. Ini sebagian dari apa yang dikatakan Al Baydawy namun beliau tidak menjelaskannya lebih lanjut. “Kemanusiaan telah disalibkan namun keilahian tidak terpengaruh”. Kemanusiaan disalibkan tapi keilahian tetap utuh. Jadi kemanusiaanlah yang mati, tubuhnya yang mati, namun keilahian tidak dapat binasa seperti yang telah kujelaskan. Ini seperti api dan besi, bagian yang dapat anda pukul-pukul adalah besinya sedangkan apinya tidak terpengaruh. Demikianlah kemanusiaan yang mati. Seperti keilahian, Dia memenuhi surga dan bumi; Dia ada dimana-mana, hidup, Maha ada. Maksud saya adalah Dia tidak terpengaruh oleh penyaliban tubuh-Nya.
Nahed: Baiklah, saya ingin menjelaskannya pada penonton Muslim kita yang terkasih bahwa Isa adalah seorang manusia sempurna dan keilahian berada bersama dengan manusia sempurna ini. Sehingga dalam hal kemanusiaan , Dia berkelakuan seperti manusia, namun sebagai Allah itu adalah sebuah cerita yang berbeda.
Bapak Zakaria: Sebagai manusia Dia dapat merasakan sakit dan menangis dan makan dan berpakaian, tidak hanya itu, Dia juga mati tapi keilahian tidak terganggu. Keilahian tidak makan, minum, dan mati.
Nahed: Sekarang kita beralih ke pertanyaan seperti itu, walaupun sedikit terlambat. Bagaimana bisa Allah menjelma menjadi manusia yang dapat makan dan minum dan menggunakan kamar kecil? Bukankah itu merupakan pengotoran nama Allah?
Bapak Zakaria: Ini pertanyaan yang masuk akal dan sering ditanyakan. Tapi saya ingin mengatakan sesuatu. Saya ingin bertanya pada penanya ini satu pertanyaan. Dia berkata bahwa tubuh yang didiami oleh Isa bisa buang air besar, makan dan minum; tidakkah keilahian dikotori dengan mendiami tubuh seperti ini? Saya akan menanyakan satu hal. Apakah Allah maha ada atau tidak?
Nahed: Tentu saja.
Bapak Zakaria: Jika Ia tidak berada pada satu tempat, Dia adalah Allah yang terbatas. Jika kita katakan Allah tidak ada disini, kita berpikir bahwa Allah itu terbatas. Jadi Allah ada dimana-mana. Benar? Baiklah. Apakah Allah ada di tempat-tempat kotor di dunia? Pasti. Apakah Dia terpengaruh oleh itu? Apakah Ia dikotori oleh itu?
Nahed: Baiklah, itu logikanya.
Bapak Zakaria: Dia seperti matahari; Dia membersihkan tempat kotor, dan tidak akan terpengaruh atau dikotori oleh tempat itu.
Nahed: Dengan menyimpulkan sesi kita, kami mengucapkan terimakasih pada Bapak Pendeta Zakaria untuk penjelasan-penjelasan ini. Semoga Tuhan memberkati anda dan pelayanan anda dan jika Allah mengijinkan kita akan bertemu kembali.
Penonton terkasih, Tuhan Yesus Isa telah disalibkan dan Dia mati untuk menebus dan menyelamatkan anda. Terimakasih. Sampai bertemu kembali. Tuhan memberkati. Terimakasih. Kami akan menemui anda kembali.
No comments:
Post a Comment