Pembawa Acara: Pemirsa yang saya kasihi, selamat datang kembali dalam program kami “Questions About Faith” (Pertanyaan-pertanyaan Tentang Iman), untuk menjawab semua pertanyaan Anda. Kami sangat bersyukur dan merasa terhormat menerima dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah Anda kirim. Juga merupakan kehormatan bagi kami dengan hadirnya Bapak Pendeta Zakaria Butrous. Selamat datang Bapak Pendeta.
Bpk.Zakaria: Terima kasih banyak.
Pembawa Acara : Hari ini kita akan melanjutkan kembali diskusi kita mengenai ketidak-mungkinan adanya penyimpangan/pengubahan dalam Alkitab. Kami telah menjelaskan mengenai hal tersebut. Pertama, oleh kesaksian/pembuktian dari Alkitab sendiri. Kedua, oleh kesaksian dari Qur’an terhadap Alkitab. Ketiga, oleh pembuktian secara ilmiah seperti ilmu arkeologi, naskah kuno yang telah ditemukan di berbagai tempat. Dan keempat, oleh pembuktian secara logis. Hari ini, Bapak Pendeta, kita akan berbicara mengenai pembuktian dari para cendekiawan Islam. Ada banyak cendekiawan Islam yang membuktikan bahwa Alkitab tidak mengalami pengubahan. Bisakah Anda berikan penjelasanan atas hal tersebut?
Bpk.Zakaria : Tentu. Untuk melanjutkan diskusi kita tentang pembuktian akan kebenaran isi Alkitab dan kebebasannya dari pengubahan/penyimpangan, kita sampai juga pada pembuktian para cendekiawan Islam. Diantara mereka adalah Imam Mohamed Ibn Ismail Al Bokhary. Dia berkata dalam Saheeh-nya dan ulasannya tentang ayat “mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya”, adalah sebagai berikut : “Mengubah perkataan dari tempat-tempatnya, yaitu memindahkan kata-kata, tetapi dalam kenyataannya tak seorangpun dapat memindahkan satupun kata dari sebuah Kitab Suci.“ Ini adalah kenyataan. Tak seorangpun dapat memindahkan satupun kata dari kitab-kitab milik Allah.
Pembawa Acara: Siapa yang berkata demikian?
Bpk. Zakaria : Al Bokhary dalam Saheeh-nya sendiri.
Pembawa Acara: Yang menganggap Alkitab sebagai kitab yang paling penting kedua setelah Qur’an berdasarkan kekuatan dan kebenaran.
Bpk. Zakaria : Tentu. Tetapi maksud “mengubah perkataan” adalah salah menterjemahkan perkataan. Itu berarti salah mengerti, menterjemahkan dengan konstruksi yang salah, dimana mereka mengartikannya dengan maksud yang salah. Jadi, kata-kata tetap ada pada tempatnya. Apa yang telah diubah adalah apa yang mereka pahami. Mereka memahami perkataan-perkataan dengan pengertian yang salah. Imam Al Bokhary, yang juga memiliki buku lain yang berjudul ‘Fath El Bary Fi Sharh Saheeh Al Bokhary’, menjelaskan : “Ibn Taymia, yang adalah seorang ahli hukum yang terkenal, telah dimintai pendapat tentang isu penyimpangan isi Alkitab. Dia menjawab dalam pernyataan resminya – bahwa tidak ada pengubahan, kecuali dalam pemahaman. Pengubahan hanya terjadi dalam pemahaman.” Artinya, teks tidak mengalami pengubahan. Allama Shah Walley Ellah, dalam bukunya ‘Al Fawzal Kbeer Fi Usulel Fafseer’, berkata “Dalam menterjemahkan kitab Taurat dan mengartikan perkataan, orang Yahudi mengubah makna dari beberapa ayat, tetapi mereka tidak mengubah teks asli.” Ibn Abbass juga setuju atas pendapat tersebut. Dalam mengartikan, bukan pada teks asli. Tak seorangpun dapat merusak teks. Imam Fakhr Edin Al Razi dalam ‘Tafseer Kabeer’ nya, mengenai Surat 2 : 179, dengan mengutip penjelasan Ibn Abbas, mengatakan : “Mereka berkata bahwa mereka biasa mengubah huruf kitab Taurat dan Injil, - orang-orang berkata bahwa isi kitab Taurat dan Injil telah diubah. Tetapi hal ini tidak mungkin, karena kitab-kitab tersebut telah benar-benar sudah terkenal dan berhasil tersebar secara luas, sehingga tidak mungkin diubah. Mereka hanya menyembunyikan interpretasinya. Jadi, maksud dari pengubahan disini adalah menyembunyikan interpretasi perkataan, yang artinya mereka mengetahui pengertian yang sesungguhnya, tetapi mereka menyembunyikannya.” Dalam ulasannya mengenai Surat 3 : 78, dia berkata : “Bagaimana mungkin bisa mengatakan ada pengubahan dalam Taurat, sementara kitab tersebut sudah terkenal diantara orang-orang?” Orang yang menyatakan adanya penyimpangan dan berkata bahwa Alkitab telah diubah, berarti memberi dirinya sendiri kebodohan. Dia tidak membaca, juga tidak memahami. Dia tidak belajar dan tidak mengetahui, tepatnya seperti seseorang yang mengatakan bahwa matahari tidak bersinar hari ini, namun sekarang sangat panas.
Pembawa Acara: Walaupun telah bersinar, dan..
Bpk.Zakaria : Kita dihangatkan. Mereka menyangkal adanya matahari di siang hari.
Pembawa Acara: Mereka menyusahkan diri mereka sendiri dan mengabaikan intelegensi mereka sendiri.
Bpk.Zakaria : Orang itu adalah pecundang. Berikut adalah apa yang dikatakan Al Razi dalam ulasannya mengenai Surat 3 : 78, “Bagaimana mungkin dapat diperkenalkan mengenai penyimpangan dalam Taurat setelah kemasyurannya diantara orang-orang?” Kitab tersebut sudah terkenal, berapa banyak yang dapat diubah? Dia menjelaskan juga tentang Surat 4 : 46, sebagai berikut: “Apa yang dimaksud dengan tahreef adalah membuat prasangka palsu dan merusak tafsiran atau interpretasi dan menyeret sebuah kata keluar dari arti yang sesuai kepada sebuah arti yang tidak sesuai yang bertolak belakang dengan kepercayaan mereka sendiri, dengan menggunakan trik-trik verbal, seperti yang dilakukan para klenik pada jaman ini.” Itu adalah sebuah contoh. Mari kita lihat ke dalam Islam, berapa banyak macam klenik dan kepercayaan yang ada? Benar, bukan? Sunni, Sheiit, Motazilite, Al Hatea, dan lain sebagainya.
Pembawa Acara:Tetapi, Bapak Pendeta, disini ada sebuah pernyataan yang luar biasa : “membuat prasangka”. Saudaraku yang beragama Muslim memikirkan apa yang Anda katakan. Ini merupakan kecurigaan yang salah dan Anda sendiri melakukan kesalahan.
Bpk.Zakaria : Oleh kesaksian buku-buku, oleh kesaksian buku-buku mereka sendiri,
Pembawa Acara: Dan para cendekiawan mereka.
Bpk.Zakaria : Cendekiawan mereka sendiri. Dia juga menjelaskan dalam ulasannya ‘Addur Almonthoor’ mengenai Surat 4. Ibn El Munther dan Ibn Abi Hatem menyatakan dalam rangkaian Wahab Ibn Monabeh, sebagai berikut : -lihat betapa banyaknya- “Kitab Taurat dan Injil tetap, karena Allah yang mengungkapkan mereka. Tidak ada satupun huruf dari kitab tersebut yang berubah.”
Pembawa Acara: Tuhanku! Abaikan, benar-benar abaikan! Memalukan!
Bpk.Zakaria : Memalukan. Anda benar dengan mengatakan mereka menyusahkan diri mereka sendiri, karena mereka menutup diri mereka dari terang. Dia berkata disini : “Kitab Taurat dan Injil tetap karean Allah yang mengungkapkan mereka. Tidak ada satupun huruf dari kitab tersebut yang telah diubah. Tetapi mereka melakukan kesalahan dalam pengubahan dengan salah menafsirkan, dengan memakai kitab-kitab yang tulis sendiri. Mereka menulisnya dan mereka mengatakan bahwa apa yang mereka tulis itu berasal dari Allah, tetapi pada kenyataannya bukan dari Allah.” Yang mereka tulis, bukan kitab-kitab asli.
Pembawa Acara: Ya. Kitab-kitab luar yang mereka tulis.
Bpk.Zakaria : Perhatikan kesimpulan ini! “Mengenai kitab-kitab dari Allah, mereka dilindungi, tidak dapat diubah.”
Pembawa Acara: Siapa yang mengatakan hal tersebut, Bapak Pendeta? Mohon dapat diulang.
Bpk.Zakaria : Al Imam Al Razi dalam ulasannya mengenai ayat yang mengatakan, “Kami telah menurunkan petunjuk dan kami melindunginya”. Imam Al Razi, yang juga adalah senior dari para komentator, menjelaskan bahwa Allah melindunginya dari pengubahan, penyimpangan, penambahan dan pengurangan. Allah memeliharanya dari pengubahan, penyimpangan, penambahan dan pengurangan. Apa lagi yang Anda butuhkan? Sekarang kita sampai pada Abbas Mahmoud El Aqqad, seorang saksi Islam yang juga layak. Dia adalah seorang cendekiawan dan penulis buku-buku “The Genius of Mohamed”, “The Genius of Christ”, “The Genius of Omar”, “The Genius of Abu Bakr” dan sebuah buku yang berjudul “God”.
Pembawa Acara: Ya, buku yang berjudul “God” adalah buku yang benar-benar mengagumkan.
Bpk.Zakaria : Ya. Dia menjelaskannya dalam seri Al Helal, saya telah menyebutnya pada episode sebelumnya, tetapi saya tidak keberatan mengulangnya, karena ini adalah sebuah pernyataan dari seorang cendekiawan Islam. Seri Al Helal terbitan tahun 1959. Siapapun yang ingin mendapatkan terbitan ini, dapat memperolehnya di Dar Al Helal. Ini adalah buku Al Helal, bukan majalah Al Helal. Pada halaman editorial pembukaan dibawah judul “The Treasures of The Qumran Valley”, dia menjelaskan : “Gulungan naskah arkeologis ini telah ditemukan di dalam salah satu gua di desa Qumran di sebelah timur sungai Jordan dan gulungan ini tertanggal 2000 tahun lalu.” 2000 tahun lalu! Dan buku ini terbitan tahun 1959, itu berarti 2000 tahun sebelum tahun 1959. Ini juga berarti berabad-abad sebelum munculnya Islam. Islam muncul di abad 7, jadi 2000 tahun sebelum abad 20. Dan itu muncul setelah mempersiapkan gulungan-gulungan yang telah ditemukan untuk dipublikasikan. Mereka telah mempersiapkannya, tetapi hal yang paling penting yang mereka masukan adalah satu salinan lengkap kitab Yesaya, Alkitab dan beberapa tulisan-tulisan suci lainnya. “Dan tidakada perubahan diantara mereka dan kitab-kitab yang kami miliki sekarang dalam genggaman kami.” Jadi, dari mana datangnya sebutan penyimpangan untuk Alkitab? Kami menyimpulkan pernyataan para cendekiawan tersebut dengan pernyataan dari cendekiawan yang lain, yaitu Ahmed Amin, seorang penulis Islam dan seorang sejarahwan yang menulis ‘Duhal Islam’. Dalam buku tersebut, jilid 1 halaman 358, dia mengatakan: “Sejumlah ahli tradisi para nabi, Hadeeth Islam, ahli hukum dan ahli teologia, telah menyatakan bahwa pengubahan terjadi pada interpretasi, bukan pada teks yang diwahyukan. Yang berarti exegetes, bukan pada teks yang asli.” Bukti dari orang-orang ini, -alasan mengapa mereka berpendapat demikian- adalah bahwa kitab Taurat telah tersebar ke seluruh dunia. Seluruh bumi penuh dengan salinan kitab tersebut dan hanya Tuhan yang tahu berapa banyak jumlah salinan yang tersebar tersebut. “Tidak mungkin berkonspirasi untuk melakukan pengubahan terhadap semua salinan kitab tersebut. Dan pengubahanpun harus dilakukan dengan konsisten. Harus ada persetujuan di semua pihak. Hal ini tidak masuk akal dan akan membuktikan ketidak-benarannya. Apakah dapat lebih dimengerti?
Pembawa Acara: Kesaksian dari para cendekiawan Islam, tidak hanya sekedar cendekiawan, tetapi cendekiawan Islam.
Bpk.Zakaria : Dan kemudian, seorang bodoh datang dan berkata : “Anda telah merusak Alkitab.”
Pembawa Acara: Ada satu pernyataan yang sangat penting, dan kami selalu dihadapakan dengan pernyataan tersebut. Dikatakan bahwa Qur’an mencabut Injil. Qur’an telah mencabut Alkitab dan menggantikannya. Kami sering menghadapi pernyataan ini, Bapak Pendeta. Bagaimana pendapat Anda?
Bpk.Zakaria : Berdasarkan asumsi bahwa Islam datang dan mencabut agama-agama sebelumnya, dan Qur’an harus mencabut kitab-kitab sebelumnya.
Pembawa Acara: Sebagai Pelengkap”, “Sebagai Materai”, dan istilah-istilah hebat lainnya yang mereka gunakan.
Bpk.Zakaria : Pernyataan Anda disini menuntun saya untuk mengajukan beberapa pertanyaan. Kita akan lihat….
Pembawa Acara: Satu per satu.
Bpk.Zakaria : Satu per satu. Bila Anda berpikir akan segala sesuatu dengan logika dan beralasan, dan mendalam, Anda tidak akan benar-benar mendapatkan jawaban yang dangkal.
Pembawa Acara: Hal ini membutuhkan sebuah jawaban meyakinkan.
Bpk.Zakaria : Harus meyakinkan. Ada 6 pertanyaan yang ingin saya ajukan kepada orang-orang yang mengatakan hal seperti itu. Pertanyaan pertama, apa konsep dari kata dari pencabutan, menurut bahasa Qur’an? Apa yang dimaksud dengan mencabut? Ini hal yang pertama. Pertanyaan kedua: Bagaimana Qur’an dapat mencabut Injil, padahal Qur’an telah membenarkannya? Bagaimana mungkin Qur’an menggantikannya, setelah membenarkannya? Mereka tetap berkata: “Qur’an telah mencabutnya.” Yang ketiga: Bagaimana Qur’an dapat mencabut Injil, meskipun Qur’an telah memerintahkan nabi Muhamad dan kaum Muslim untuk merujuk kepadanya? Yang keempat: Bagaimana Qur’an dapat mencabut Injil, meskipun Qur’an telah memerintahkan orang-orang Kristen untuk memutuskan perkara sesuai perintah? Pertanyaan kelima: Bagaimana Qur’an dapat mencabut Injil, meskipun Qur’an telah memerintahkan orang-orang untuk memenuhi hukum-hukumnya? “Putuskanlah perkara menurut apa yang telah Allah turunkan di dalamnya.” “Bagaimana mereka bisa memilih mu sebagai hakim, padahal mereka memiliki Taurat yang didalamnya terkandung hokum-hukum Allah?” Dan pertanyaan terakhir: Dimanakah terdapat isu mencabut dan dicabut, ‘nasekh dan mansokh’ ini? Siapakah pencetusnya? Anda telah mengutip dari kitab yang mana?
Pembawa Acara: Jujur saja, saya belum pernah membaca tentang pencabutan dalam Alkitab. Namun saya telah membacanya di tempat lain. Dapatkah kita meneliti kembali langkah kita satu per satu dan menjelaskannya secara rinci?
Bpk.Zakaria : Kita akan mulai dengan pertanyaan pertama, yaitu konsep kata pencabutan dalam bahasa Qur’an. Apa yang dimaksud dengan kata pencabutan? Pencabutan memiliki beberapa arti. Maaf kalau saya akan membom orang-orang yang telah mengatakan hal tersebut. Tetapi saya ingin memberikan seluruh pengertian. Pengertian pertama dari kata pencabutan adalah pemindahan. Mencabut sesuatu berarti memindahkannya, dan bagi masyarakat awam, mencabut berarti menyalin sebuah buku atau menuliskannya.
Pembawa Acara: Ya, membuat salinan. Itu adalah arti yang paling sederhana.
Bpk.Zakaria : Dan itu baru satu arti. Arti lain dari kata pencabutan, seperti kata pemindahan. Akan saya tunjukkan. Surat 22 : 52 mengatakan: “Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, dimasukkan oleh syaitan godan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah membatalkan apapun yang dirusak Setan.
Pembawa Acara: Itu benar-benar menghapus dan mengganti.
Bpk.Zakaria : Itu adalah cerita yang berhubungan dengan menghapus dan mengganti. Haruskah saya berhenti disini atau saya lanjutkan? OK. Saya lanjutkan. 2 imam Algallan menjelaskan maksud ayat ini, yang dikutip oleh Al Siouty mengenai arti dari kata pencabutan, yaitu pemindahan. Mengenai ayat yang terdapat dalam Surat 22 : 52 yang mengatakan : ““Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, dimasukkan oleh syaitan godan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Kedua imam tersebut menjelaskan bahwa : “Maksud dari kata ‘keinginan’ adalah berdzikir. Dan maksud dari ‘keinginannya’ adalah dzikirnya. Karena nabi telah berdzikir dalam Surat 53 dalam sebuah pertemuan orang-orang Quraish. Dia berkata: “Maka apakah patut kamu menganggap Al Lata dan Al Uzza dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian?” Kemudian dia melanjutkan (Disini Setan turut campur): “Mereka ini adalah dewi-dewi agung yang keterlibatannya diharapkan.” Al Lat dan Al Uzza dan Manat adalah nama-nama berhala dari Mekah. Apakah mereka dewi-dewi yang agung yang memiliki status yang begitu tinggi?
Pembawa Acara: Tidak mungkin.
Bpk.Zakaria : Dan keterlibatan siapa yang diharapkan? Tidak mungkin. Dikatakan bahwa orang-orang Quraish bahagia mendengar bahwa akhirnya dewa-dewa mereka dihormati. Sekarang mereka punya tempat dalam melibatkan diri. Dan mereka berdoa dengan nya dan melemahkan diri mereka sendiri, dan mereka yang tidak dapat melemahkan diri mereka sendiri mendapatkan debu dan mengolesnya pada dahi mereka daripada melemahkan diri mereka sendiri, karena mereka sudah tua. Kemudian Jibril berkata kepadanya…
Pembawa Acara: Apa yang sudah kamu katakana!!!
Bpk.Zakaria : Jibril berkata: Apa yang sudah kamu katakan? Aku tidak pernah mengatakan kata-kata seperti itu! Dari mana kamu mendapatkan kata-kata seperti itu? Tetapi saya sudah berdzikir! Jibril mengatakan kepadanya bahwa Setan telah menyisipkan kedalam dzikirnya dan oleh karena itu dia bersedih hati. Jadi, ayat ini dinyatakan untuk menghiburnya. Dan mereka memindahkan kata ‘yang agung’ dan ‘yang keterlibatannya diharapkan’ dari Qur’an.
Pembawa Acara: Pemindahan dan mengganti dengan sesuatu yang lain.
Bpk.Zakaria : Definisi lain, yang terdapat dalam Surat 16 : 101 yang menunjukkan penggantian : “Dan apabila Kami letakkan suatu ayat ditempat ayat yang lain sebagai penggantinya padahal Allah lebih mengetahui apa yang diturunkan-Nya, mereka berkata : “Sesungguhnya kamu adalah orang yang mengada-adakan saja”. Bahkan kebanyakan mereka tiada mengetahuinya. Allah bebas mengganti satu ayat dengan ayat yang lain, satu bagian dengan bagian yang lain. Itu adalah kehendakNya. Itu berarti pemindahan dan penggantian. Dan ada arti lain, yaitu menggeser. Dalam Surat 8, dikatakan menuju akhir, mengenai penggantian harta peninggalan dari satu ke yang lain. Menggeser harta peninggalan; yang ini ya, yang itu tidak, dan yang terakhir menyatakannya. Dan sekarang telah digeser. Itu dapat juga berarti menyalin dari satu tempat ke tempat yang lain, seperti yang telah kita bahas sebelumnya, seperti menyalin sebuah buku. Dalam Surat El Jassiah ayat 28 : “Kami telah merekam apapun yang kamu lakukan.” Disini pencabutan bermaksud menyalin. Benar, bukan?
Pembawa Acara: Maaf, untuk memperjelas buat para pemirsa, kita masih membahas bagian 1 mengenai pencabutan. Konsep pencabutan, benar? Ini pertanyaan pertama yang Anda sebutkan.
Bpk.Zakaria : OK. Sekarang haruskah kita lanjutkan ke pertanyaan kedua?
Pembawa Acara: Anda bertanya, bagaimana Qur’an dapat mencabut Injil, padahal Qur’an membenarkannya? Apa yang Anda maksud dengan hal tersebut?
Bpk.Zakaria : Sebenarnya, saya menyayangkan orang Muslim yang mengucapkan kata seperti itu, karena itu membuktikan dia tidak mempelajari Qur’annya sendiri.
Pembawa Acara: Sayang sekali, dan kita tahu bahwa itu adalah fakta.
Bpk.Zakaria : Jadi, keadaan buruk ini, itulah mengapa dia mengucapkan kata-kata tanpa mengetahui implikasinya. Dia menganggap Qur’annya sendiri sebagai kesalahan. Seperti dalam Surat 10 : 37, dikatakan: “Tidaklah mungkin Al Qur’an ini dibuat oleh seseorang selain Allah. Akan tetapi membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, dari Tuhan semesta alam.” Itu adalah sebuah penegasan atas kitab Taurat dan Injil. Dan dalam Surat 5 : 46, “Kami telah menurunkan kitab dengan kebenaran untuk menegaskan apa yang telah ada sebelumnya dan Kami melindunginya.” Sekali lagi mengenai penegasan. Bagaimana bisa Qur’an mendukung sesuatu yang sudah dicabut? Surat 6 : 92, “Dan ini adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya.” Dan Surat 35 : 31, “Dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu yaitu Al Kitab itulah yang benar, dengan membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya.” Dan Surath 46 : 12, “Kami telah mendengar bahwa sebuah kitab telah diturunkan setelah Musa untuk menegaskan ada yang telah datang sebelumnya.” Dan Surat 12 : 11, “ Itu bukan beberapa berita yang telah ditemukan, tetapi penegasan atas apa yang telah ada sebelumnya.” Surat 2 : 91, “Itu adalah kebenaran yang menegaskan apa mereka sudah miliki.” Surat 2 : 97, “Dia telah membawanya turun untuk hatimu dengan seizin dari Allah untuk menegaskan apa yang telah datang sebelumnya.” Surat 3 : 3, “Dia telah menurunkan kitab bagi kamu dengan kebenaran untuk menegaskan apa yang telah ada sebelumnya.” Dan dalam ulasan Imam Baydawi mengenai kata-kata ini, dia berkata: “Qur’an datang sebagai sebuah penegasan yaitu sama dengan Kitab Allah sebelumnya yang kebenarannya telah teruji, karena Qur’an yang menyatakan keasliannya.” Ini bukan perkataan saya sendiri, seperti yang Anda atau para pemirsa pikirkan. Dia mengakhiri perkataannya sebagai berikut: “sama dengan Kitab Allah sebelumnya.”
Pembawa Acara: Bisakah Anda mengulangi referensi tadi kepada orang yang kita kasihi agar dapat merujuk kepada referensi tersebut.
Bpk.Zakaria : Ya. Ulasan Imam Baidawy mengenai ayat “menegaskan apa yang telah ada sebelumnya” adalah “Qur’an telah datang sebagai sebuah penegasan yang sama dengan Kitab Allah sebelumnya yang kebenarannya telah teruji, karena Qur’an yang menyatakan keasliannya.” Dia tidak mengatakan bahwa Qur’an telah mencabut ataupun membatalkan mereka, tetapi lebih kepada menegaskan mereka.
Pembawa Acara: Pertanyaan ini tidak memiliki tempat lagi sekarang. Pertanyaan ini benar-benar aneh. Saya tidak tahu dimana mereka mendapatkan pertanyaan seperti itu.
Bpk.Zakaria : Mungkin karena kata pencabutan yang ada di Qur’an. Mereka mungkin percaya bahwa ayat itu datang kemudian untuk mencabut yang datang kemudian sebelum mereka. Jadi, ayat-ayat yang terakhir akan mencabut yang sebelumnya. Karenanya Qur’an yang datang kemudian akan mencabut perkataan yang datang sebelumnya. Ini berdasarkan pemikiran spesifik Islam.
Pembawa Acara: Anda berkata, bagaimana Qur’an dapat mencabut Injil, padahal Qur’an memerintahkan Muhamad dan Muslim untuk merujuk kepadanya. Dan Anda berkata, bagaimana Qur’an dapat mencabut Injil, walaupun Qur’an memerintah orang-orang Kristen dan Yahudi untuk memutuskan perkara menurut apa yang telah Tuhan turunkan.
Bpk.Zakaria : Benar. Ayat-ayat Qur’an sangat jelas bahwa Qur’an menyarankan Muhamad untuk mundur kepada Injil dan Taurat. Dalam Surat 10 : 94, mengatakan : “Kalau kamu ragu mengenai apa yang telah kami turunkan kepada kamu – maksudnya, jika Anda memiliki keraguan tentang Qur’an – maka bertanyalah kepada orang-orang yang telah membaca kitab sebelum kamu.”
Pembawa Acara: Tentu saja, tidak ada orang lain kecuali orang-orang Yahudi dan Kristen.
Bpk.Zakaria : Jadi, kalau Alkitab telah dicabut atau dihapus, akankah Dia mengatakan kepada nabi Muhamad untuk merujuk kepada kitab tersebut? Dia bahkan memerintahkan nabi untuk menggunakan Alkitab dan para nabi. Dalam Surat 6 : 89 & 90, “Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka kitab bersama dengan hikmat dan kenabian. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.” Mengikuti teladan mereka. Dia juga memerintahkannya untuk merujuk kepada petunjuk, “Maka bertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai petunjik, jika kamu tidak mengetahui.” Tetapi dalam Surat 16 : 43, bagaimana dia akan bertanya kepada mereka? Dan nabi Muhamad sendiri menyatakan mengenai Taurat dan Injil dalam Surat 28 : 49, “Katakanlah : Datangkanlah oleh Mu sebuah kitab dari sisi Allah yang kitab itu lebih dapat memberi petunjuk daripada keduanya, niscaya aku mengikutinya.”
Pembawa Acara: Lebih dapat memberi petunjuk daripada keduanya, yang adalah Taurat dan Injil.
Bpk.Zakaria : Bila kedua kitab tersebut dicabut, bagaimana dia dapat mengikuti mereka?
Pembawa Acara: Tidak ada yang lebih baik dari kedua kitab tersebut. OK. Sekarang ada sebuah pertanyaan yang penting, walaupun kita hampir berada di ujung acara dan saya yakin, hal ini membutuhkan satu sesi penuh. Apa yang Anda maksud dengan pernyataan anda: “Kitab yang dikhususkan untuk pencabutan?
Bpk.Zakaria : Saya percaya saya harus membahas sesuatu sebelum hal tersebut. Dan saya percaya bahwa hal mencabut dan dicabut membutuhkan satu penuh sesi sendiri.
Pembawa Acara: Sejujurnya mungkin beberapa sesi. Satu sesi tidak akan cukup.
Bpk.Zakaria : Satu akan cukup. Saya ingin membahas sesuatu sedikit disini. Bagaimana Qur’an dapat mencabut Injil, walaupun Qur’an telah memerintah para ahli kitab untuk memutuskan menurut wahyunya? Surat 2 : 213 mengatakan : “Manusia itu adalah umat yang satu, maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.” Dia menurunkan bersama mereka. Dan Surat 5 : 68 mengatakan : “Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat dan Injil.” Jadi, bila mereka dicabut, bagimana para ahli kitab diperintahkan untuk menegakan ajaran-ajaran kedua kitab tersebut? Dan Surat 5 : 44, “Kami telah menurunkan Taurat yang mengandung petunjuk dan cahaya, yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi.” Bila kitab tersebut dicabut, ayat ini sudah dipindahkan.
Pembawa Acara: Maaf, karena waktu telah habis, kita akan menghentikan diskusi kita sampai disini. Bila Tuhan menghendaki, kita akan membahas sebuah topic yang penting mengenai pencabutan Alkitab. Pemirsa yang saya kasihi, yakinlah bahwa kami mengasihi Anda dan mengetahui apa yang ada dalam pikiran Anda. Bila Anda menginginkan Alkitab atau buku rohani lainnya, mohon kirimkan Suratt kepada alamat kami yang akan muncul dalam layar Anda pada akhir sesi ini. Dan yakinlah kami akan mengirimkannya kepada Anda. Terima kasih, dan sampai jumpa.
No comments:
Post a Comment