Tuesday, November 16, 2010

Benarkah Alkitab Mengandung Penyimpangan? (Ep 15)

EPISODE 15

Pembawa Acara: Para penonton yang terkasih, selamat datang pada episode baru dalam program kita ”Question about Faith” (Pertanyaan-pertanyaan Tentang Iman). Kami sangat senang dapat bertemu kembali dengan anda semua, dan juga untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan anda. Dan juga suatu kesenangan dan kehormatan telah hadir bersama kita Bapak Zakaria Botros. Selamat datang, Pak.

Bapak Zakaria: Terima kasih.

Pembawa Acara: Kita telah melakukan beberapa wawancara sebelumnya. Saya akan langsung memberikan pokok-pokok dari topik-topik ini sehingga penonton dapat mengikuti. Kita telah membicarakan fakta bahwa Tuhan adalah Tritunggal dan bukan tiga tuhan, penjelmaan Tuhan dalam seorang manusia, Yesus Kristus, dan tentang kebenaran bahwa Yesus telah disalibkan untuk penebusan dan keselamatan umat manusia. Hari ini Bapak, kita sampai pada topik yang sangat penting, topik yang melibatkan banyak pertanyaan penting yaitu hal-hal yang selalu ditanyakan tentang Alkitab, dan penyimpangan yang terdapat dalam Alkitab. Teman-teman Muslim dimana-mana menuduh bahwa Alkitab telah disimpangkan. Sebelum kita masuk dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut dan berbicara tentang persoalan ini maukah anda untuk memperkenalkan kepada penonton apakah Alkitab itu? Silahkan..



Bapak Zakaria: Terima kasih. Ini adalah sungguh pertanyaan inti, ini merupakan topik yang penting dan ini adalah obyek dari begitu banyak pertanyaan. Pergi dan berbicaralah pada saudara yang Muslim, mereka akan berkata, ”Tidak Kitab mu telah disimpangkan” dan itulah mengapa saya harus mengutip Al-Quran, karena inilah yang mereka percaya. Pada saat kami ingin mengklarifikasi atau mengutip atau membuktikan sesuatu, saya harus berbicara bahwa Al-Quran yang menyatakan ini dan itu. Ada juga pertanyaan lain yang datang pada pikiran umat Muslim yaitu “Sekarang anda mengutip Al-Quran, saya ingin tahu apakah anda mempercayainya?”. Maksud saya mengutip itu sebelum saya berbicara tentang Alkitab. Saya akan berkata, ”Apakah saya mempercayai Al-Quran, bukanlah kedudukan dan yang saya kenakan”. Daripada saya mengenakan hitam lebih baik saya mengenakan putih, dan daripada saya mengenakan baju bergaris hitam, saya lebih baik mengenakan hijau. Saya lebih baik mengutip ayat-ayat yang anda percaya, karena jika saya mengutip ayat-ayat dari Alkitab, anda akan mengatakan kepada saya bahwa itu telah disimpangkan, dan bukti yang saya sampaikan harus dapat anda terima. Saya telah mengutip ayat-ayat yang anda percaya. Bukan berarti saya percaya kepada ayat-ayat itu. Apakah ini jelas? Hal ini perlu ditekankan. Sedangkan Alkitab, ini adalah kitab suci kami, secara sederhana ini adalah Firman Tuhan untuk manusia. Ini adalah pesan Tuhan untuk setiap kita, kehadiran-kehadiran Tuhan dalam seluruh sejarah. Alkitab dibagi dalam 2 bagian. Bagian yang ini kami sebut Perjanjian Lama, yang meliputi kitab Taurat, Zabur dan kitab nabi-nabi. Dan yang ini adalah Perjanjian Baru, yang meliputi 4 Injil, dan surat-surat dan kitab Wahyu, di dalamnya juga termasuk kisah-kisah para rasul. Jadi ini merupakan Perjanjian Lama dan ini merupakan Perjanjian Baru. Ini adalah yang dipercaya oleh orang-orang Yahudi, lalu mengapa kami mempercayainya juga, karena kami percaya bahwa Judaisme adalah permulaan dari kedatangan Kristus. Didalamnya penuh dengan nubuat-nubuatan, penuh dengan tanda-tanda, tentang kemanusiaan Kristus, oleh karena itu kami menggabungkan keduanya. Tetapi Alkitab secara umum adalah firman Tuhan yang hidup dan yang memberikan kehidupan, dan ini adalah sebuah pesan pribadi kepada setiap kita semua, kepada saya dan kepada anda karena cinta kasih Tuhan dinyatakan didalamnya. Jika kita menarik benang yang menghubungkan antara sampul ini sampai kesana , benang itu adalah cinta kasih. Cinta kasih Tuhan untuk umat manusia. Kasih dalam penciptaan, kasih dalam pemeliharaan, kasih dalam penebusan, kasih dalam persiapan untuk pewarisan kerajaan surga. Dan Alkitab jelas merupakan wahyu dari Tuhan.

Pembawa Acara: Bagaimana itu terjadi? Karena metoda-metoda pewahyuan, menurut teman-teman Muslim yang terkasih, terdapat sebuah tata cara tertentu untuk pewahyuan, sehingga kita juga harus mengklarifikasi ini kepada mereka bagaimana itu telah diwahyukan oleh Tuhan.

Bapak Zakaria: Untuk memulainya, fakta bahwa Alkitab telah diwahyukan oleh Tuhan dapat dibuktikan oleh Alkitab itu sendiri, mari kita buktikan? Pada surat rasul Paulus yang kedua kepada Timotius, pasal yang ke-3 dan ayat 16 , dikatakan, ”Segala tulisan yang diilhamkan Allah” atau diwahyukan Allah. Ini merupakan wahyu dari Tuhan. Juga berkenaan dengan Jabur dari nabi Dawud, mereka menyebutkan dalam 2 Samuel pasal 23 ayat 1 dan 2. “Tutur kata Dawud bin Isai,” dan karena itulah Injil menunjukkan kepada kita dalam surat Petrus 2 pasal 1 ayat 21 bahwa Alkitab pada dasarnya diilhamkan Allah. Tertulis, “Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.” Dan di dalam ini terlihat perbedaan antara pewahyuan dalam Kekristenan dan pewahyuan dalam Islam. Pewahyuan dalam Islam berkata bacalah, dan yang dapat dilakukan adalah membaca. Jibril membawa dia ke lempeng tanah liat yang dijaga dan memerintahkan dia untuk membaca. “Bacalah dalam nama Allahmu yang menciptakan....” Maka dia membaca dan itu datang dalam bagian-bagian yang kecil. Sebagian untuk keperluan yang ini, sebagian untuk keperluan yang itu, dan begitu seterusnya, sepanjang 22 tahun lamanya. Injil adalah sebaliknya. Alkitab adalah wahyu pengorbanan Allah untuk umat manusia, jadi orang akan diberikan buku atau pesan yang memberikan pencerahan. Menurut Matius keseluruhan dari Injil ditulis dari dorongan Roh Kudus, untuk menyatakan pengorbanan Kristus, dan demikian juga seluruh bagian dari Alkitab.

Pembawa Acara: Ini adalah pertanyaan penting. Bahkan seluruh pertanyaaan saat ini adalah penting. Apakah Al-Quran mengatakan bahwa Alkitab diwahyukan oleh Allah?

Bapak Zakaria: Ya, ini juga merupakan pertanyaan penting. Telah kita katakan Alkitab bersaksi tentang dirinya sendiri bahwa Alkitab diwahyukan oleh Allah, dan kita telah mengutip ayat-ayat yang menjelaskan hal tersebut. Sekarang sisanya kita harus melihat apakah Al-Quran bersaksi bahwa Alkitab diwahyukan oleh Allah atau tidak. Surah 5 ayat 44 mengatakan, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat didalmnay petunjuk dan cahaya, yang dengan Kitab itu diputuskan perkara-perkara orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah” Jadi Taurat berisikan petunjuk dan terang. Dan dalam surah 2 ayat 87 dikatakan, “Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat ) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus”. Jadi disini kembali dikatakan Musa, diberikan buku yang diwahyukan oleh Allah, anda juga akan menemukan di Surah 6:92, Surah 17 ayat 27, Surah 23:49 dan banyak lagi yang lain yang mengatakan bahwa Taurat Musa adalah wahyu dari Allah. Baiklah, ada juga Zabur yang adalah mazmur Dawud. Itu juga disebutkan di dalam Al-Quran bahwa itu diwahyukan oleh Allah. Pada Surah 17 ( Al Isra ) dikatakan, “Kami telah memberikan Zabur bagi Dawud)”, Mazmur tersebut adalah Zabur dan pada Surah 4 ayat 163 dan di Surah 35 ayat 25. Sejauh ini kita sudah membahas Taurat dan Mazmur dan juga kitab nabi-nabi. Pada Surah 4 (An Nisa ) ayat 163 dikatakan, “Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang sesudahnya, Kami telah memberikan wahyu kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun, Sulaiman. Dan Kami berikan kepada Dawud. Zabur. ”. Ini adalah penegasan yang lebih. Jadi ya, bahwa seluruh buku dalam Perjanjian Lama diwahyukan oleh Tuhan. Sekarang Injil, Perjanjian Baru. Apakah Al-Quran menyebutkan itu diwahyukan oleh Allah? Ini juga penting tentunya. Pada Surah 5 ayat 46 dikatakan, “ Dan Kami iringkan jejak mereka dengan Isa putera Maryam yang membenarkan kitab sebelumnya yaitu Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya petunjuk dan cahaya dan membenarkan kitab sebelumnya yaitu Kitab Taurat.” Hal ini sama seperti Surah 5 ayat 47 dan Surah 57 ayat 27.


Pembawa Acara: Baiklah, apakah ada ayat-ayat yang berkata tentang keseluruhan Alkitab? Taurat dan Injil? Taurat, Injil, Mazmur dan seluruh buku-buku diwahyukan oleh Allah?


Bapak Zakaria: Pada Surah 49: 46 dikatakan seperti ini, ”Janganlah kamu berdebat dengan ahli Kitab”. Itu adalah buku dalam keseluruhan “kecuali dalam sikap yang paling sopan”. Katakanlah kita percaya apa yang telah diturunkan kepada kami dan apa yang telah diturunkan kepadamu. Jadi apa yang dikatakan kitab? Diturunkan disana dan juga diturunkan disini. Diturunkan oleh Allah. Lagi pada Surah 2 ayat 146 dikatakan,”Orang-orang yang telah Kami beri Al Kitab mengenal seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri”. Kami telah memberikan kitab yaitu kepada orang Kristen dan orang Yahudi. Mereka mengenal itu sebagaimana mereka mengenal anaknya sendiri. Hal ini dijelaskan dengan baik didalamnya. Ini adalah bukti bahwa semua yaitu Taurat diwahyukan oleh Allah, the Zabur diwahyukan oleh Allah, dan Injil diwahyukan oleh Allah.


Pembawa Acara: Kita kembali pada sebuah pertanyaan penting yang lain, apakah konsep pewahyuan dalam Kekristenan satu dan sama?


Bapak Zakaria: Anda maksud sama dengan Islam? Anda maksud tepat sama seperti di dalam Islam?


Pembawa Acara: Ya, yang saya maksudkan adalah konsep pewahyuan disana dan disini. Apakah itu sama?


Bapak Zakaria: Saya pikir tidak. Pewahyuan dalam Kekristenan adalah orang kudus dari Allah berbicara sebagaimana mereka didorong oleh Roh Kudus untuk berbicara. Tetapi pewahyuan dalam Islam, tertulis dalam Surah 85 ( Al Buruj ) ayat 21 dan 22 adalah, ”Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Qur’an yang mulia, yang tersimpan dalam Lauhul Mahfuz”, jadi itu telah tertulis, apakah anda mengerti maksud saya? Dan dikatakan dalam Surah 96 ayat 1,”Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan “ jadi bagian dari Muhammad adalah hanya membaca kata-kata yang telah dituliskan dalam kekekalan masa lampau dalam lempeng tanah liat. Tapi berbeda dengan kami, sebagaimana telah saya sebutkan, pewahyuan pada surat Petrus yang kedua pasal 1 ayat 21 bahwa nubuatan tidak datang dari keinginan manusia, tidak dari seorang manusia, tetapi berbicara lewat orang kudus pilihan Allah yang didorong oleh Roh Kudus. Roh Kudus memberikan mereka pengertian, menanamkan pengetahuan, memberikan pencerahan pada hati mereka dan menyinari mereka sehingga mengilhamkan pikiran mereka, lalu menyatakan kata-kata mereka sendiri yaitu wahyu yang kudus, pikiran yang kudus, dan makna yang kudus.


Pembawa Acara: Ini juga membawa kita pada pertanyaan lain yang saudara-saudara Muslim tanyakan, mengapa anda memiliki lebih dari satu Injil?


Bapak Zakaria: Sebenernya kita perlu meluruskan kesalahpahaman ini dengan para Muslim yang terkasih. Sebenarnya kami percaya pada satu Injil, anda akan mengerti sebentar lagi. Injil menurut Markus pasal 1 ayat 14 dan 15 dikatakan, Kristus sendiri berkata, ”Waktunya telah genap; kerajaan Allah sudah dekat. Bertobat dan percayalah kepada Injil”. Satu injil. Hal yang sama juga ditekankan pada Matius 4 ayat 23 tentang Kristus yang berkata,” Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil kerajaan Allah”. Bukan injil-injil, namun satu Injil. Dan pada Roma pasal 1 ayat 16 rasul Paulus berkata, “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh pada Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan”. Injil, satu Injil, apa artinya Injil? Apa artinya itu?

Kabar baik, kabar baik, berita gembira. Itu adalah, berita-berita gembira, bahwa Allah mencintaimu, Allah menyediakan penebusan untukmu, dan pintu kerajaan surga telah dibukakan. “Marilah datang padaKu yang letih lesu dan berbeban berat, dan Aku akan memberikan kelegaan”. Itu adalah suatu berita gembira, satu injil.

Pembawa Acara: Bapak pendeta, mungkin ini terjadi pada saat mereka mendengar kita tanpa mengerti maksudnya, pada saat kita mengatakan Injil Matius, Injil Yohanes, Injil Lukas, terlihat kepada mereka seperti injil yang terpisah-pisah.

Bapak Zakaria: Tepat sekali

Pembawa Acara: Jadi bapak pendeta maukah anda menjelaskan kepada mereka itu sebagai satu unit keseluruhan?

Bapak Zakaria: Yang anda katakan itu benar dan itulah ketidak-setujuan mereka pada saat kita berkata Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas. Kata injil seperti yang telah kita sebutkan adalah kabar baik, Matius contohnya menuliskannya untuk orang Yahudi jadi dia mengabarkan kabar baik. Dia membawa kabar baik tentang Yesus Kristus dan pergi dan mengajarkannya lalu menuliskan untuk mereka sebuah buku, sebuah Injil. Markus menuliskannya kepada orang-orang Roma, dan mengirimkan mereka kabar baik. Kabar baik ini telah dituliskan oleh seseorang. Jadi kita masih menyebutnya kabar baik atau tidak? Lukas menuliskannya kepada orang-orang Yunani, dia mengirimkan mereka kabar baik, dan itu tetap kabar baik yang sama dengan sebelumnya dan Yohanes menuliskannya untuk seluruh dunia. Tetapi apabila saya menaruh 4 kabar baik ini dalam gaya Islam, menurut pengertian Islam. Saya akan mengatakan bahwa satu injil dalam empat huruf karena mereka percaya bahwa Al-Quran adalah satu dalam 7 huruf , benar demikian?

Pembawa Acara: Apa kaitannya dengan Al-Quran yang ada dalam 7 huruf? Apa maksudnya, Pak?

Bapak Zakaria: Baiklah, saya akan beritahu sesuatu. Abu Jaafar El Nahhas dalam bukunya,’Al Nasekh Wal Mansoukh’- “Pembatalan ayat dan ayat yang dibatalkan” mengatakan sebagai berikut. Dapat dipahami dari para bapa bangsa- yaitu sejarah tua dan mullah-mullah terbaik, bahwa Al-Quran diwahyukan dalam 7 huruf yang berarti itu diwahyukan dalam 7 lidah, dan itu dikuasakan untuk dibacakan dalam 7 lidah, dimana terdapat perbedaan pilihan kata dan kesepakatan makna.

Pembawa Acara: Hal ini perlu penjelasan, Pak.

Bapak Zakaria: Ini berarti artinya adalah sama, yaitu Al-Quran, tetapi pilihan kata yang digunakan dalam perumpamaan adalah berbeda-beda, sehingga mereka mengatakan perumpamaan ini adalah sebuah huruf, dan perumpaan yang itu adalah sebuah huruf, dan perumpamaan yang sana adalah sebuah huruf, nanti kita akan dapatkan darimana awal perbedaan ini berasal. Terdapat sebuah narasi yang dapat dipercaya tentang Omar ibn el Khattab dan Abdullah ibn Massoud dan Abu ibn Kaeb bahwa mereka berselisih tentang Alquran. Mereka memiliki sedikit persaingan. Beberapa dari mereka tidak setuju dengan yang lainnya terhadap bacaan yang sama, siapa yang memberitahukan kita tentang ini? Abu Jaafar El Nahhas dalam bukunya “Pembatalan ayat dan ayat yang dibatalkan”. Mereka menemukan percekcokan disini. Yang satu menggunakan sebuah huruf, yang lain menggunakan huruf yang lain, dan mereka meminta nabi untuk memutuskan. Mereka datang padanya, sehingga tiap orang duduk dan dia membetulkan setiap dari mereka dalam bacaan mereka, namun tetap berbeda seperti sebelumnya. Seseorang membaca dalam hurufnya, nabi membetulkannya, namun bacaan tetap berbeda. Semua berbeda satu sama lain, sampai beberapa dari mereka meragukan apakah benar nabi telah membetulkan bacaan mereka. Yah, saya berbeda dengan dia dan dia berbeda dengan saya, dan kita semua berbeda. Kenapa seperti itu? Mereka menjadi ragu, kemudian rasul Allah berkata- semoga kedamaian Allah dan doa ada diatas kalian- yaitu mereka yang ragu, pada saat mereka membetulkan bacaan mereka. Apa yang dia katakan? Dengarkan baik-baik berikut ini “Allah telah menyuruhku untuk membaca Al-Quran dalam 7 huruf, dan dari sini 7 huruf muncul. Ini adalah kutipan dari Abu Jaafar El Nahhas, dan ungkapan “dalam 7 huruf” muncul dalam tradisi suci, ya anda tahu ada perbedaan antara tradisi nubuatan dan tradisi suci. Tradisi suci adalah kata-kata Allah diceritakan melalui Muhammad dan seterusnya. Ini diberitakan oleh Sheikh Jalal el Din Abdul Rahman El Seiouty. Ini adalam cendekiawan terkenal melalui bukunya “Al Itqan Fi Uloum El Quran”, bagian 1 hal. 46 sampai 51. Apa yang dikatakannya disana? Dia katakan begini, “Sesuai dengan cerita rekan-rekan , rekan-rekan disini ialah rekan-rekan dari nabi dan 21 rekan akrab yang sejawat, dan 21 teman-teman lainnya. Diadakan konsensus. Apa yang mereka katakan? Mereka katakan bahwa Uthman dikatakan dari pulpit, Uthman ibn Affan mengatakan nabi – semoga anugerah Tuhan dan damai ada padanya – berkata Allah mengatakan bahwa Al-Quran harus diwahyukan dalam 7 huruf, setiap dari mereka adalah meyakinkan dan cukup sehingga mereka benar bersaksi tentang itu. Ini berarti kesemuanya adalah benar. Kesemuanya adalah benar. Namun apa sebenarnya maksud dari 7 huruf ini? Al Seiouty berpendapat pada tradisi ini sebagai berikut: “ Pendapat mengenai tradisi ini dibedakan sebanyak 40 pernyataan. Setiap pernyataan punya maksudnya masing-masing, karena mereka semua berjumlah 40 irang. Itu tidak terlalu banyak. Harusnya lebih dari itu. Salah satunya – tentu saja saya tidak akan menceritakan ke 40 nya, saya yakin para penonton tidak memiliki waktu untuk mendengar semuanya, namun saya akan memberikan sepotong hanya sebagian kecil. Satu, perbedaan mendasar dari 7 huruf adalah 7 jalan dalam makna yang saling melengkapi, diungkapkan dalam pilihan kata yang berbeda, sebagai contoh “mendekatlah” dapat diungkapkan dengan “datanglah”, lalu dapat dingkapkan dengan “cepatlah” lalu dengan “bergegaslah” atau juga “persingkat waktumu” tetapi artinya tetap sama. Ya semua adalah sama seperti “mendekatlah, datanglah, cepatlah, bergegaslah, persingkat waktumu” mereka memiliki 7 arti, saya maksud 7 pilihan kata yang memiliki makna yang sama. Ini adalah salah satu dari 30 pendapat, pendapat ini dipertahankan oleh Wahb, Sufyan, dan Al tabary di luar yang lain, jelas? Ibn Abdel Barr mengatakan bahwa huruf-huruf dimana Al-Quran diwahyukan adalah dapat diterima artinya walau bunyinya berbeda, jadi pilihan kata berbeda tetapi kata-kata, maksud saya artinya, suara dari mereka berbeda. Al Seiouty menyimpulkan penelitiannya dengan pernyataan ini. “ Banyak dari hoi polloi – yaitu umat- hal mendasar dari 7 huruf adalah 7 cara membaca dari salinan Uthman, yang mana merupakan kebodohan yang menjijikan. Tidak, itu tidak berbicara tentang satu salinan. Tidak, ada tujuh salinan yang turun seluruhnya. Setiap salinan Al-Quran memiliki istilah yang berbeda. Artinya tetap satu namun salinan ini diungkapakan dalam caranya sendiri, dan memiliki artinya sendiri, dimana memiliki pilihan kata yang berbeda dan seterusnya, sampai tujuh –apakah yang telah terjadi?

Sheikh Abu Jaafar Muhammad Ibn Jareer Al Tabary menjelaskan dalam bukunya “Jame Elbayan Fi Tafseer El Quran” bagian 1 hal. 48. Apa yang dikatakannya? Perbedaan dari tujuh huruf adalah perbendaan pilihan kata dengan penyesuaian dari makna. Ada 7 tulisan, pilihan kata, sepakat? 7 salinan, tiap salinan dengan pilihan kata yang berbeda, meskipun artinya sama. Al Tabari melanjutkan dengan berkata, jika seseorang bertanya mengapa 6 huruf yang lain tidak ada lagi? Dimanakah 6 muss-hafs yang lain? Ya , dia akan menjawab sekarang. Meskipun rasul mengakui keseluruhan dan menyuruh untuk tetap diingat. Namun sia-sia apa yang telah dia perintahkan. Sia-sia. Kemana yang lain hilang? Enam yang lain. Saya akan mengatakan kepada anda, ada sebuah cerita dari sejarah dan saya percaya bahwa penonton penasaran untuk mengetahuinya. Ya, Sheikh Abu Jaafar El Tabary penasaran juga tentang apa yang terjadi dibelakang ini? Dan dia menjawab bahwa 6 huruf lainnya atau salinan-salinan tersebut dibuang oleh Uthman yang melarang mereka untuk dibaca. Ini terdapat dalam “Jame Elbayan Fi Tafseer El Quran”, bagian 1 hal. 66. Di dalam ensiklopedia Arab pada hal. 1087, pada catatan Uthman Ibn Affan dituliskan, “Terdapat pertentangan keras melawannya, yang berakhir dengan pemberontakan melawannya dan terbunuhnya dia, dai adalah khlif dan alasan dari pemberontakan ini bermacam-macam, salah satunya adalah kesalahannya terhadap agama dengan cara membakar semua salinan kecuali salinan yang dia perintahkan untuk disebarkan.”

Pembawa Acara: Ini sangat jelas Bapak Pendeta karena nabi sendiri menyuruh ketujuh-tujuhnya untuk dijaga namun Uthman membakar mereka.

Bapak Zakaria: Ya dia membakarnya.

Pembawa Acara: Itu adalah ketidaktaatan pada perintah.

Bapak Zakaria: Jadi dia layak untuk dibunuh atau tidak? Tidakkah hal tersebut benar? Dalam bukunya “Jame Elbayan Fi Tafseer El Quran”, Imam al Tabary menjelaskan, juga pada bagian 1 hal. 66 bahwa alasan Uthman Ibn Affan membakar 6 salinan adalah karena berbeda dalam kesesuaian dan timbulnya pertengkaran diantara para Muslim tentang salinan mana yang harus lebih diutamakan, tiap kelompok berpuasa untuk tiap salinan yang mereka miliki dan mereka bertengkar, saling bunuh satu sama lain sehingga dia pikir cara terbaik yang harus dilakukan adalah mengumpulkan semua penulis, kemudian menuliskan semua dalam buku, kemudian memilih salah satu dan membakar sisanya. Tetapi tentu saja, mungkin saja salah satu dari salinan yang terbakar adalah yang benar? Lalu kenapa dia membakar 6 yang lain? Bukankah mereka harusnya dijaga? Mereka seharusnya dijaga sebagai penjabaran dari Al-Quran daripada menulis kembali penjabaran yang berbeda. Itu adalah kejahatan karena cukup jelas dikatakan bahwa Al-Quran memiliki 7 salinan yang disahkan oleh Muhammad, 7 musshaffs yang berbeda, sehingga diluar semua itu, apakah anda mengatakan bahwa Alkitab yang anda bawa telah disimpangkan karena memiliki 4 njil,bukan 1 Injil? Sehingga kita bisa bilang 4 huruf, dan yang terbaik adalah untuk menjaga mereka bersama daripada membakar mereka dan hanya menyisakan satu.


Pembawa Acara: Ini bisa saja terjadi tapi itu tidak mungkin, tidak untuk orang Kristen.

Bapak Zakaria: Yang ini menunjukkan aspek ini, yang itu menunjukkan aspek yang itu, dan yang satu lagi aspek yang lain lagi.

Pembawa Acara: Sekarang kita sampai pada pertanyaan pokok kita yang tergantung dari pemahaman semua saudara-saudara Muslim kita. Terdapat ayat-ayat di dalam Al-Quran yang menuduh bahwa Alkitab telah diubah. Kita telah menyebutkan ayat-ayat Al-Quran yang menyaksikan dengan tegas tentang Alkitab tetapi ada ayat lain yang menubuh itu telah disimpangkan. Bagaimana menurut anda?

Bapak Zakaria: Ya itu benar. Ini adalah fakta bahwa ada ayat-ayat di Al-Quran yang mengatakan penyimpangan Injil. Salah satunya Surah 2 ayat 75 yang mengatakan, “Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui”.

Mari kita lihat apa yang El Baydawy katakan mengenai ini. Dia mengatakan, ”Apakah kamu begitu teliti sehingga para Yahudi akan mempercayai kamu, dimana sebagian dari bapa-bapa mereka telah mendengar suara Allah- yaitu Taurat, namun mereka merusaknya”. Ini adalah penjabaran tersebut bahwa mereka akan menafsirkan dan mengartikan Injil sebagaimana mereka mau dengan tidak mengganti pilihan kata dan kata-kata, tetapi artinya. Mereka hanya mengartikannya, hanya mengartikan. Mereka tidak merubah yang asli. Ya ada yang perlu diperhatikan dalam ayat ini. Ayat ini menyebutkan “ sementara sebagian dari mereka”, bukan berarti seluruhnya. Hanya ada satu bagian dari mereka, artinya sebagian yang lain memegang arti yang asli yang berarti Alkitab yang asli ada disana. Betul tidak? Ini adalah pengamatan yang lain: Dia berkata mendengar suara Allah kemudian merusaknya, jadi kata-kata Allah disana tetapi mereka merusak artinya. Mereka menyimpangkan pemahaman tersebut, betul? Karena dikatakan “mereka mendengar kata-kata Allah”. Dan kata-kata Allah dari kesaksian Al-Quran adalah benar. Pengamatan lebih lanjut, bagian yang mengatakan “setelah mereka mempelajarinya” mereka merusaknya setelah mereka mempelajarinya. Mempelajarinya berarti mereka tahu apa yang betul mereka pahami jadi Injil yang asli ada disana, tidak disimpangkan, namun mereka merusak arti yang sebenarnya, tidak lebih tidak kurang.

Pembawa Acara: Baiklah. apakah ada ayat yang lain?

Bapak Zakaria: Banyak

Pembawa Acara: Karena ada batasan waktu pada program ini, dapatkah anda sebutkan 1 ayat saja? Dan apa artinya?

Bapak Zakaria: Baiklah. Surah 4 ayat 46 ,” Kami mendengar, tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan : “Dengarlah” sedang kamu tidak mendengar apa-apa. Dan : “Ra-ina”, dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan : “ Kami mendengar dan patuh dan dengarlah, dan perhatikanlah kami”, tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, akrena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis. Ayat ini jelas harus dijabarkan.

Pembawa Acara: Baiklah diskusi kita belum berakhir sekarang ini, dan jelas ini butuh banyak penjelasan, dan Tuhan berkehendak untuk kita lanjutkan pada episode yang lain. Waktu kita hanya cukup untuk mengatakan terima kasih kepada anda, Pak, untuk penjelasan-penjelasan ini, dan kehendak Tuhan, kita harus memiliki banyak sesi lagi.

Bapak Zakaria: Amin...

Pembawa Acara: Penonton yang terkasih, adalah suatu kebahagiaan untuk menerima pertanyaan-pertanyaan anda dan menjawabnya dan suatu kesenangan untuk kami untuk mengirimkan anda Alkitab sesuai dengan permintaan anda. Terima kasih, sampai bertemu lagi.

No comments:

Post a Comment