Wednesday, July 4, 2012

Pertanyaan Mengenai Iman Episode 66

Pertanyaan Mengenai Iman Episode 66

Antoine: Selamat datang, para pemirsa terhormat, di episode baru dari program “Pertanyaan Mengenai Iman”. Kami juga menyambut tamu kehormatan, Bapak Pendeta Zakaria Botros.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Salam kepada Anda.

Antoine: Hari ini kita dengan senang hati akan membacakan 2 surat. Kami mengundang Anda untuk terus menulis kepada kami karena hal ini memberikan dorongan bagi kami. Kami menerima sebuah surat dari Yerusalem. Saudara kita berkata:
“Saya ingin mengajukan sebuah pertanyaan. Saat saya membaca cerita mengenai Lot dan anak-anak perempuannya di Kitab Suci, saya menemukan bahwa cerita tersebut bertentangan dengan pengajaran sekolah Al-Aqsa, dan ajaran dari guru-guru agama Islam.”
Saya tidak dapat membacakan seluruh suratnya karena cukup panjang, tetapi kemudian ia berkata:
“Saya tidak menemukan pernyataan mengenai Ka’bah di Kitab Suci, walaupun Kitab Suci itu amat sangat tua. Dan saya tidak menemukan apapun di Kitab Injil mengenai batu hitam sakral yang ada diatas Ka’bah.”
Apa pendapat Anda mengenai surat ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tentu saja hal-hal tersebut tidak ada di Kitab Suci. Hal yang baik dimana sang penulis membaca dan menelitinya sendiri. Saya berharap melalui penelitian dan pemahaman, seseorang akan menemukan kebenaran.

Antoine: Amin.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Amin.

Antoine: Kami menerima sebuah surat lainnya dari Jerman. Saya akan membacakan sebagian saja.
“Bapak Pendeta Zakaria Botros yang terhormat. Salam!”

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tolong buang bagian yang terhormat. Gelar yang terlalu tinggi. Saya hanya Pendeta Zakaria. Silahkan dilanjutkan.

Antoine: “Allah yang ditinggikan berkata, ‘Jangan ada paksaan dalam agama, dan seterusnya’. Ketiga agama semuanya percaya kepada Allah dengan caranya masing-masing. Setiap agama percaya bahwa mereka benar dan yang lainnya salah. Allah-lah yang akan menghakimi mereka di hari penghakiman dan diberkatilah ia yang menang.”
Pak, pertanyaan saya adalah, ‘Apa yang mau Anda buktikan kepada para pemirsa saat Anda mengkritik Al Qur’an dan Islam?’ Ketika Anda membaca bagian-bagian dari Al Qur’an …ijinkan saya memberitahu Anda bahwa walaupun kadang-kadang Anda salah membacanya, para pemirsa dan pendengar tahu bahwa ini adalah perkataan Allah.”
Ia mengutip beberapa ayat, kemudian berkata:
“Saya telah menonton banyak episode yang telah disiarkan Saluran Al Hayat dan mereka mengandung salah pengertian. Hanya Allah yang tahu apakah hal itu disengaja atau tidak. Yang terhormat, apakah Anda ingat saat Anda mengutip ayat ‘Jika seseorang mengingini agama lain selain Islam, ia tidak akan pernah diterima; dan di akhirat ia akan dianggap sebagai orang yang terhilang.’ Anda mengutip ini dengan salah, melupakan ayat-ayat selanjutnya, yang mengatakan, ‘Katakan, kami percaya kepada Allah dan apa yang telah diturunkan kepada kami, dan apa yang telah diturunkan kepada Abraham, Ismail, Yakub dan keturunannya, dan apa yang telah diberikan kepada Nabi Musa, Nabi Isa, dan nabi-nabi oleh Allah mereka. Kami tidak membedakan mereka, dan kami mempercayakan perdamaian denganNya.’ Seorang Muslim adalah seseorang yang mengakui bahwa Allah tidak memiliki sekutu dan semua rasulnya telah mengatakan ini kepada umat manusia. Semua rasul adalah Muslim. Seorang Muslim mengakui agama Nasrani dan Israel, tetapi tidak ada satupun dari mereka yang mengakui Islam, dan seterusnya.”
Apa pendapat Anda mengenai ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Kami sangat senang saat kami menerima surat, bahkan surat yang keras, karena kami percaya kebebasan mengungkapkan pendapat. Kami mendorong para pemirsa untuk menulis kepada kami supaya kami dapat mengdiskusikan topik-topik yang berbeda bersama-sama.
Penulis ini menyentuh banyak topik. Ia berkata bahwa saya mengkritik Al Qur’an. Saya tidak mengkritiknya. Saya membaca buku Islam dan membagikan hal-hal yang sudah saya baca. Jika ini sebuah kritikan, ini merupakan sebuah kritikan dari buku Islam, bukan saya. Jika saya mengatakan sesuatu yang tidak disebutkan di buku-buku mereka, biarkan ia berkata kepada saya bahwa saya mengatakan ini dan itu, dan kata-kata saya tersebut bukan dari buku referensi. Buku-buku referensinya ditayangkan di layar. Ada referensi dari setiap perkataan yang saya keluarkan, jadi jika ada kritikan, berarti buku-buku Islam yang mengkritik dirinya sendiri.
Saya salah baca! Baiklah… biarkan ia memberitahu kepada saya apa yang sudah saya salah baca dan kemudian memberikan bacaan yang benar kepada saya. Saya tidak keberatan untuk belajar, walaupun saya amat sangat hati-hati dengan perkataan saya. Saya melakukan penelitian yang dalam dari semua aspek bahasa Arab sendiri selama 10 tahun, setelah saya lulus sekolah. Tetapi saya tidak keberatan untuk belajar. Tidak pernah terlambat untuk belajar. Bukan hal yang memalukan. Biarkan ia menunjukkan kesalahan saya dan memperbaikinya.
Anda berkata ini adalah perkataan Allah. Baiklah, ini yang Anda percaya. Inilah masalah Anda. Jika ini benar perkataan Allah, seperti yang ayat Al Qur’an katakan, “Jika ini datang dari sumber lainnya selain Allah, mereka akan menemukan pertentangan besar di dalamnya.” Saya percaya, episode-episode yang telah kami lakukan sudah menyatakan pendapat yang berbeda dengan yang Anda miliki.
Anda mengatakan bahwa perkataan saya penuh dengan salah pengertian. Baiklah, beritahu saya yang mana dan perbaiki, dan seterusnya. Cara seperti ini tidak akan membantu.
Penulis berkata saya tidak membaca ayat-ayat selanjutnya “Siapapun yang mengingini sesuatu selain Islam sebagai agama…” Baiklah, mari kita baca ayat selanjutnya. Kita telah membacanya dan tidak mengubah apapun juga.
Ia berkata bahwa semua rasul adalah orang Muslim? Sangat baik! Jika ia mengklaim bahwa rasul dalam Kitab Suci adalah orang Muslim, apa yang ia maksud dengan Surat ke 9 (At Touba), ayat 29, “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” Jika mereka orang Muslim, seharusnya mereka tidak dibunuh. Jika mereka membunuhnya karena tidak menerima agama kebenaran, artinya apa yang Anda katakan tidak benar. Anda harus memikirkan kembali hal ini.
Terima kasih banyak.

Antoine: Terima kasih.
Kami ingin memulai sebuah topik baru hari ini, Konvensi Hak Azasi Manusia.
Sekarang kita hidup di jaman kebebasan. Banyak negara-negara Islam Arab telah menandatangani konvensi. Apakah Anda pikir agama Islam dan negara Islam menyetujui hak azasi manusia? Apa pendapat Anda?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Pertama, kita harus tahu apa kebebasan di hak azasi manusia dan apakah negara-negara Arab yang telah menandatangani dokumen hak azasi manusia tersebut menerapkannya, dan jika Islam menerapkannya juga. Di pokok 18, klausa 1, dari Hak Azasi Manusia, dikatakan: “Setiap individu memiliki hak atas kebebasan berpikir, hati nurani, dan agama. Hak ini termasuk kebebasan untuk menganut agama atau kepercayaan sesuai pilihannya, dan untuk secara individu maupun bersama-sama mengekpresikan agama atau kepercayaannya di depan umum, apakah dengan cara penyembahan, praktek, atau pengajaran.” Artinya kebebasan memilih dan kebebasan menyembah. Di klausa 2 dari pokok yang sama dikatakan, “Tidak diijinkan untuk menaklukkan seseorang dengan kekerasan, yang mencabut kebebasannya untuk menganut agama atau kepercayaan pilihannya.” Oleh karena itu, ada kebebasan untuk memilih dan tidak ada seorangpun yang boleh menghalangi. Ini adalah hak azasi manusia. Saya bertanya-tanya apakah Islam mengijinkan hal ini.

Antoine: Baik. Anda telah mengatakan pernyataan dari Konvensi Hak Azasi Manusia. Sekarang, apa yang Islam katakan mengenai kebebasan atau kebebasan beragama?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ini sebuah pertanyaan yang tidak dapat dihindari di diskusi seperti ini. Di Surat ke 9 (At Touba), ayat 29, yang telah saya kutip sebelumnya, dikatakan: “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka…” Dikatakan ‘Perangilah mereka’, bukan ‘beri mereka kebebasan’. Di Sahih Al-Bukhari, Abu Huraira mengutip perkataan rasul, “Aku diperintahkan untuk berperang melawan orang-orang sampai mereka berkata, ‘Tidak ada allah lain selain Allah’.” Mengapa Anda tidak mengijinkan mereka untuk bebas? Mengapa berperang melawan mereka?
Hak azasi manusia berbeda, bukankah begitu? Mengenai kebebasan untuk murtad, setiap orang bebas untuk meninggalkan agamanya dan memilih yang lain.

Antoine: Atau bahkan tidak beragama sama sekali.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya. Di Surat ke 2 (Al Baqarah), ayat 217, dikatakan, “Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran…” Al-Nesapori mengartikan ayat ini, katanya: “Setiap orang yang meninggalkan agamanya akan dikejar sampai ia tertangkap dan dibunuh.” Kebebasan!
Di Mawta’ Ibn Malik, Hadis 559, dengan kekuatan Zaid Ibn Aslam, rasul Allah berkata, “Pancung kepala siapapun yang merubah agamanya.”
Di Biografi Rasul oleh Ibn Hisham, bagian 6, halaman 311, dikatakan, “Saat kematian sang Rasul, Arab murtad dari Islam…” Arab murtad dari Islam!
Di dalam bukunya, Al-Kamil Fil Tarikh, bagian 2, halaman 137, Ibn Al-Atheer berkata, “Ini kemurtadan, yaitu peperangan melawan kemurtadan, ribuan orang terbunuh.” Dari sini cukup dikatakan bahwa Khalid Ibn Al-Walid, bersama-sama dengan tentaranya, membunuh 20.000 orang laki-laki dari sebuah kelompok; kelompok Banu Hanifa.

Antoine: Mari tinggalkan sejarah tua. Bagaimana dengan zaman moderen? Mari kita bicarakan abad ke-20 dan 21, dalam hal kebebasan dan hak azasi manusia.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Mengenai kebebasan dan hak azasi manusia, contoh yang paling menyolok adalah hal-hal yang terjadi pada orang-orang yang menjadi pengikut Isa Al-Masih di negara-negara Arab. Apakah mereka diberitahu bahwa mereka telah membuat keputusan yang baik dan mereka dapat merubah agama mereka di kartu identitas dan hidup dalam damai, dan seterusnya? Atau mereka ditahan, disiksa, dan dipukuli? Beberapa dari mereka bahkan mati di penjara, sedangkan yang lainnya menghilang. Apakah ini kebebasan memilih dan kebebasan untuk pindah agama?
Negara-negara ini telah menandatangani Konvensi Hak Azasi Manusia. Sebenarnya, dunia tidak tertidur. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat telah menerbitkan sebuah laporan yang menyebutkan negara-negara yang tidak menghormati hak azasi manusia walaupun mereka sudah menandatanganinya… seperti Mesir dan Arab Saudi.

Antoine: Apa yang dikatakan mengenai Mesir?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Laporannya?

Antoine: Ya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya ampun! Laporannya mengatakan, kata demi kata: “Pemerintah Mesir terus membunuh rakyat karena kepercayaan mereka, dan tidak mengakui perpindahan agama Islam ke Nasrani.”
Presiden Amerika, Seketaris Negara, Menteri Perhubungan Timur Tengah, Duta Besar Amerika, dan banyak orang-orang kedutaan menyuarakan kecurigaan mengenai kebebasan beragama di pertemuan bilateral dengan para pejabat Mesir. Diskusi tersebut mencapai puncaknya. Duta Besar khusus untuk kebebasan beragama membahas pelanggaran kebebasan beragama dengan para petinggi pemerintahan Mesir. Para pejabat datang dari kantor Kebebasan Beragama International di Mesir dan bertemu dengan para pendeta, pejabat pemerintahan, pemimpin agama, dan organisasi-organisasi non-pemerintahan.
Seluruh dunia memperhatikan topik ini. Anda telah menandatangani Konvensi Hak Azasi Manusia, jadi apa artinya, pada kenyataannya? Ini sebuah masalah. Inilah yang terjadi di Mesir.

Antoine: Dapatkah Anda memberitahu kepada kami apa yang laporan tersebut katakan mengenai Arab Saudi?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, Kerajaan Arab Saudi. Laporannya mengatakan, kata demi kata: “Kebebasan beragama tidak ada sama sekali di Arab Saudi.” Laporannya terus mengatakan: “Islam adalah agama resmi di Negara Arab dan semua warga negaranya harus Muslim.” Paksaan, jika tidak, mereka tidak bisa menjadi warga negara. Dimana kebebasannya?
Laporannya juga mengatakan bahwa laporan lainnya telah menyebutkan bahwa imam Muslim, yang dibayar oleh pemerintah, membawakan kotbah-kotbah yang berapi-api melawan ajaran Isa Al-Masih, pengikutnya dan Bani Israel.
Di September 2004, Seketaris Negara Amerika Serikat menggambarkan Arab Saudi sebagai sebuah tempat yang membutuhkan perhatian khusus karena pelanggaran kebebasan beragama yang serius. Duta Besar Amerika mengutip kasus khusus pelanggaran tersebut kepada para pejabat tinggi Arab Saudi.
Laporannya mengatakan: “Duta Besar Khusus untuk Kebebasan Beragama Internasional, bersama-sama dengan para petinggi, mengunjungi Kerajaan Arab Saudi untuk bertemu dengan para pejabat tinggi untuk menekankan perbaikan di bidang kebebasan beragama.” Duta Besar Khusus untuk Kebebasan Beragama Internasional yang berkunjung menyimpulkan dengan pernyataan ini: “Kami terus berusaha, di rumah dan di luar, untuk menjunjung kebebasan beragama sebagai hak universal sebagaimana mestinya. Kebutuhan rohani dari hati manusia mempunyai martabat bawaan sendiri, layak mendapatkan kehormatan kita dan membutuhkan perlindungan kita.”

Antoine: Jelas terlihat bahwa masalah kebebasan manusia… maksud saya kebebasan beragama… telah menjadi keprihatinan seluruh dunia. Dan, seperti yang dapat kita lihat, ada sebuah pertanyaan besar mengenai bagaimana negara-negara Islam memandang hak penting ini. Secara pribadi, apa pendapat Anda mengenai posisi mereka?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Lihat, hal ini bukan kesalahan pemerintah Arab Saudi; lebih dalam dari itu. Masalahnya disini adalah Al Qur’an sendiri, yang mendorong pembunuhan orang-orang non-Muslim dan kafir. Jadi masalahnya bukan di pemerintah. Selama undang-undang negara Arab Saudi berdasarkan Islam sebagai agama negara, kebebasan manusia akan ditekan.

Antoine: Tentu saja harus ada perkembangan yang berarti di bagian bukan keagamaan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Pemisahan antara agama dan negara. Yaitu agama milik Allah dan negara milik semua. Selama ada pedang jihad dan pedang hukuman atas kemurtadan, situasinya tidak akan membaik.

Antoine: Menurut pendapat Anda, bagaimana masalah ini dapat diselesaikan?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Menurut pendapat saya, kebebasan adalah suatu hal yang paling berharga, yang dapat dinikmati manusia. Tidak seorangpun diperbolehkan untuk menyita kebebasan seorang manusia. Jika mereka mau berkhotbah dan menyebarkan agama Islam, biarkan mereka. Berikan mereka hak untuk berkhotbah… tidak ada yang menghentikan mereka. Biarkan mereka berbicara kepada orang-orang dan memanggil mereka kepada Islam dengan persuasi atau bujukan, bukan dengan pedang. Oleh karena itu, negara dan agama harus dipisahkan. Negara dan agama harus dipisahkan. Dan klausal yang menetapkan bahwa agama resmi negara adalah Islam harus dihapus dari undang-undang negara tersebut. Dalam pandangan saya, ini penyelesaian dari masalah ini. Sejujurnya!

Antoine: Terdengar masuk akal. Kami berharap hal ini dapat menjadi kenyataan di setiap negara Arab, dan di seluruh dunia.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Dunia yang beradab!

Antoine: Mari maju ke topik lanjutan yang berhubungan dengan kebebasan manusia. Ada sebuah masalah lainnya. Dikatakan bahwa Kitab Suci mengatakan bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan. Apa yang Islam katakan mengenai kebebasan, dibandingkan dengan konsep kebebasan dalam Kitab Suci?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ini sangat penting. Sebenarnya, ketika kita mempelajari Islam dan meneliti kesusastraan Islam, kami menemukan sebuah fakta yang aneh. Contohnya, di Surat ke 14 (Ibrahim), ayat 4, berkata: “Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.” Allah membimbing kepada kesesatan dan Allah menuntunnya. Suatu hal yang mengerikan bahwa Allah membimbing kepada kesesatan. Dimana kebebasan manusia jika Allah membimbingnya kepada kesesatan? Apa kesalahan yang ia lakukan? Surat ke 17 (Al Israa), ayat 16(1), Menyatakan bahwa Allah berkata: “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu supaya mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu.” Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu supaya mereka melakukan kedurhakaan. Jadi apakah Allah memerintahkan praktek durhaka?
Sangat keras. Benar-benar sangat keras! Dimana kebebasan berpendapat? “Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu supaya mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu; maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” Apa kesalahan sisa rakyatnya sampai Allah memerintahkan orang-orang yang hidup mewah?
Di Sahih Muslim, volume 4, ia mengutip perkataan Muhammad: “Allah mengirim…” (katakan kepada saya jika kebebasan berpikir ada disini). Dikatakan: “Allah mengirim seorang malaikat ke rahim ibu, ke calon bayi, untuk meniupkan ruh kepadanya dan diperintahkan dengan 4 kata.”
Benar, apa yang ia lakukan?
“Ia menuliskan persyaratannya (saat ia masih di dalam rahim ibunya) dan batasan-batasan hidup, pekerjaan, dan apakah ia akan menjadi senang atau sedih.”
Sebelum dilahirkan, Allah sudah mentakdirkan semua ini kepadanya. Jadi, dimana kebebasan memilih atau kebebasan berpikir?
Kemudian dikatakan, “Untuk, oleh Allah, terpisah dari mereka yang tidak ilahi. Seorang diantara mereka dapat melakukan pekerjaan orang-orang Firdaus sampai hanya sebuah hasta yang memisahkannya dari Firdaus, tetapi kemudian buku tersebut akan muncul (yang telah Allah takdirkan baginya saat masih di rahim ibunya) dan ia mulai melakukan pekerjaan orang-orang neraka (yaitu, ia hampir sampai ke Firdaus, tetapi ia mulai berperilaku seperti orang-orang neraka karena hal itu telah ditakdirkan baginya sebelumnya) dan ia mulai melakukan pekerjaan orang-orang neraka sampai ia masuk ke dalamnya. Dan seorang dari antara mereka dapat melakukan pekerjaan orang-orang neraka sampai hanya sebuah hasta memisahkannya dari neraka, tetapi kemudian buku tersebut akan muncul, dan ia mulai melakukan pekerjaan orang-orang Firdaus sampai ia masuk ke dalamnya.” Apa yang sudah ditakdirkan harus terjadi.
Apa kesalahan orang yang takdirnya sudah ditentukan di rahim ibunya, sehingga ia akan ikut orang-orang neraka atau Firdaus? Apakah ia bersalah? Ini sebuah masalah! Dimana kebebasan?

Antoine: Tetapi ide ini tersebar di kepercayaan Timur. Seringkali kita mengatakan ‘sudah tertulis’.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ini ajaran yang salah. Perkataan yang salah. Jika Allah mentakdirkan seseorang nasib yang menyedihkan, apa kesalahannya sampai ia patut mendapatkannya. Seseorang harus berpikir. Akan tetapi, dalam Kitab Suci…

Antoine: Ya, saya mohon Anda mengatakan kepada kami apa yang Kitab Suci katakan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Dengarkan ajaran di Kitab Suci.
Dalam Surat 1 Timotius pasal 2 ayat 4, dikatakan bahwa Allah “Ia menghendaki supaya semua orang beroleh keselamatan serta dapat mengenal kebenaran.” Allah menghendaki kebaikan. Ia juga berkata, “Aku tidak mendapatkan kesenangan dari kematian orang jahat, tetapi dari orang jahat yang berpaling dari jalannya dan hidup.” Allah tidak senang dengan kematian pendosa.
Di Kitab Ulangan pasal 30, dikatakan dengan terus terang dan jelas mengenai kebebasan manusia. Dikatakan, “Aku telah memberi kepada engkau hidup dan mati, berkat dan kutuk. Sekarang pilihlah hidup, supaya engkau dapat hidup.” Sunggung-sungguh dikatakan, ’pilih’. Isa Al-Masih sendiri berkata, “Jika engkau mau masuk ke kehidupan, turuti perintahKu.” Ada perbedaan besar diantara keduanya.

Antoine: Jadi kita lihat bahwa Kitab Suci mendorong manusia untuk memilih hidup. Kita dapat berkata bahwa setiap manusia adalah seorang pendosa dan tertulis bahwa ia akan pergi ke neraka – ke api – jika ia tidak bertobat dan menerima Sang Penebus.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Saya ingin mengangkat isu lainnya. Orang-orang yang menjadi pengikut Isa Al-Masih mempunyai hak untuk ke pengadilan dan menuntut kebebasan mereka untuk memilih meninggalkan Islam. Mengapa?
Saya beritahu 3 cerita mengenai Muhammad, dimana ia mengijinkan kebebasan, diluar semua yang pernah dikatakan. Orang-orang yang pindah agama dapat mengambil langkah hukum di negara-negara mereka dan menuntut hak mereka. Apakah ini?
Dulunya ada sebuah kebiasaan di masa sebelum Islam, menurut Jami’ Al-Bayan Fi Tafsir al-Qur’an, oleh al-Tabari, yaitu saat sebuah keluarga kehilangan semua anak-anaknya, anak yang selanjutnya dapat menjadi Bani Israel agar dapat hidup. Saat Islam datang, mereka memberitahu sang Rasul bahwa anak-anak mereka adalah Bani Israel. Ia berkata, “Anak-anakmu mempunyai pilihan, Jika mereka memilih engkau, mereka milik engkau, dan jika mereka memilih yang lain, mereka milik yang lain.” Ini artinya kebebasan.
Ada sebuah cerita lainnya mengenai Abul Hasseen. Beberapa pedagang minyak dari Siria berbicara dengan anak-anaknya dan mereka pengikut Isa Al-Masih. Mereka pergi dengan para pedagang tersebut dan Muhammad berkata, “Tinggalkan mereka. Tidak ada paksaan dalam agama.”
Dan sekarang cerita ketiga. Saat Banu Quraiza datang dari Semenanjung Arab, mereka diberitahu, “Ada beberapa orang diantara mereka yang merupakan saudara tiri, dan mereka akan pergi bersama-sama dengan mereka.” Kemudian dikatakan bahwa “Tidak ada paksaaan dalam agama”.
Oleh karenanya, saya ingin mendorong orang-orang yang menjadi pengikut Isa Al-Masih untuk menuntut kebebasan memilih seperti referensi yang telah saya sebutkan. Saya percaya ini cukup untuk menjelaskan hukuman atas kemurtadan, karena saya kira waktu kita sudah habis.

Antoine: Terima kasih. Terima kasih banyak atas semua yang sudah Anda katakan.
Sebelum kita selesai, saya ingin Anda memberitahukan kepada kami tentang kebebasan yang dibicarakan Isa Junjungan Yang Ilahi di Kitab Yahya pasal 8, jika saya mengingatnya dengan benar. Ia berbicara mengenai kebenaran yang benar. Semua dari kita terikat oleh dosa. Manusia dapat terikat…

Bpk. Pdt. Zakaria B.: “Jika Anak membuat engkau bebas, sesungguhnya engkau akan dibebaskan.”
Tetapi saya ingin meneruskan Kotbah di Bukit, jika Anda mengijinkan.

Antoine: Silahkan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Kita sudah melihat ke “Berbahagialah mereka yang lapar dan haus untuk melakukan kehendak Allah, karena mereka akan dipuaskan.” Hari ini kita akan mengambil ayat yang berkata, “Berbahagialah mereka yang berbelas-kasihan, karena mereka akan menerima belas kasihan juga.” “Berbahagialah mereka yang berbelas-kasihan, karena mereka akan menerima belas kasihan juga.”
Saat seseorang berbelas kasihan kepada orang lain, itu membuktikan bahwa hati nuraninya sensitif dan Allah akan berbelas kasihan kepadanya. Jika ia tidak menunjukkan belas kasihan kepada orang lain, Allah tidak akan pernah dapat menunjukkan belas kasihan kepadanya. Anda akan diperlakukan sama seperti Anda memperlakukan orang lain.
Oleh karenanya, saya menyarankan para pemirsa untuk memperhatikan saran Isa Al-Masih ini dan mempunyai belas kasihan di hati Anda. Hentikan kekerasan dan kesombongan. Hentikan pertumpahan darah dan pembunuhan. Tetapi miliki belas kasihan di hati Anda, karena Allah sendiri berbelas kasihan dan Ia meneruskan belas kasihan ini kepada kita untuk kita praktekkan. Berbahagialah mereka yang berbelas-kasihan, karena mereka akan menerima belas kasihan juga.

Antoine: Amin. Kami berterima kasih dan kepada semua pemirsa terkasih, kami menantang Anda untuk mencari belas kasihan Allah agar dapat merasakannya dan menunjukkan belas kasihan kepada orang lain.
Kami mendorong teman-teman kami untuk menulis kepada kami melalui internet atau alamat yang akan muncul di layar. Kami akan dengan senang hati mengirimkan Kitab Suci atau buku-buku lainnya. Tulislah kepada kami dengan terbuka dan kami akan dengan hormat menjawab surat Anda dan mendiskusikan hal-hal dengan Anda.
Semoga Allah memberkati Anda, sampai kita berjumpa lagi di episode lainnya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Amin.

Texts being used:
The Indonesian Bible text used for New Testament is “The Indonesian (1912 Translation) – Greek Diglot New Testament” – “Kitab Suci Injil Dwibahasa Indonesia (Terjemahan 1912) – Yunani” version. © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 2000.
The Indonesian Bible text used for Old Testament is “The New Translation, 1974” – “Alkitab Terjemahan Baru (TB), 1974” version. © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 1974.

The Indonesian Al Qur’an text used is taken from

http://Quran.al-islam.com/

Indonesian version:

http://Quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSora=1&nAya=1&nSeg=1&l=eng&t=ind

Notes on this episode:
For verses that is not clearly defined, the translation is done directly as the text said, not taken from the quote in the Bible – Untuk ayat-ayat yang tidak direferensikan secara jelas, terjemahan dilakukan secara langsung seperti apa kata text, bukan diambil langsung sesuai dengan teks dari Kitab Suci.
(1) Translation from Indonesian Al Qur’an is different from the original English script but we use original English script – Terjemahan dari Al Qur’an Indonesia berbeda dengan skrip Inggris yang asli tapi kita menggunakan skrip Inggris yang asli

No comments:

Post a Comment