Thursday, November 10, 2011

Pertanyaan Mengenai Iman Episode 65

Antoine: Selamat datang para pemirsa yang terhormat, ke episode “Pertanyaan Mengenai Iman”. Juga selamat datang kepada tamu kita yang terhormat, Bapak Pendeta Zakaria Botros.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Salam!

Antoine: Kami berterima kasih kepada para pemirsa yang terhormat, yang telah mengirimkan banyak surat kepada kami. Saya ingin membacakan 2 surat bagi Anda. Yang pertama dari Tunisia.
“Bapak Pendeta Botros, Anda telah menerangi kami dengan informasi bahwa Muslim harus menangkap ini jika mereka mempelajari fakta-fakta yang diberikan, menganalisa dan mengambil kesimpulan logis. Tetapi Anda telah mengambil inisiatif untuk membuat kebenaran diketahui.”

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Terima kasih.

Antoine: “Pak, saya membutuhkan beberapa penjelasan atas isu-isu berikut ini: Ada berapa ayat yang menyebutkan neraka, teror, dan ketakutan? Bagaimana hal ini berhubungan dengan rasul Islam, Muhammad, jadi dengan mengenal Allah, hampir terikat dengan menerima Rasul Muhammad?”
Kemudian ia bertanya mengenai upeti. Ia berkata, “Saya pernah mendengar bahwa saat orang-orang Muslim menerima upeti dari orang-orang Tunisia, mereka menghentikan peperangan melawan Tunisia.”
Jadi ia bertanya, “Apakah menerima upeti selalu dapat menghentikan perang?”
Ia juga mempunyai permintaan khusus, yaitu untuk mengkhususkan satu episode untuk topik “ketakutan dan terorisme dalam budaya Islam.”
Dapatkan Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan ini? Apa pendapat Anda?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Saya bersyukur atas kasih saudara dari Tunisia ini dan bersyukur kepada Allah atas persahabatannya. Sepertinya ia seorang yang dewasa dan berpikiran terbuka. Jika Allah mengijinkan, kita akan memenuhi permintaannya dan melakukan sebuah episode mengenai ketakutan, teror dan neraka yang Muhammad lakukan sendiri untuk mencari pengikut. Ini mungkin dilakukan tidak lama lagi.
Hubungan antara menerima Islam dan menerima Muhammad adalah fakta. Ada di 2 kesaksian. Pernyataan, 'Aku bersaksi tidak ada allah selain Allah' tidak cukup; tetapi harus digandeng dengan pernyataan lainnya. Ini sebuah fakta.
Mengenai pembayaran upeti dibandingkan perang… di Mesir, mereka memberikan 3 pilihan: pembunuhan, upeti, atau Islam. Orang setuju untuk membayar upeti dan orang-orang Muslim merampas mereka. Akan tetapi, sebuah hukum dikeluarkan untuk membatalkan pilihan masuk Islam karena mereka membutuhkan uang, upeti. Jadi turun menjadi 2 pilihan; dibunuh atau membayar upeti. Dalam hal inilah upeti dihubungkan dengan Islam, sebagai pengganti dari pembunuhan. Ini menghasilkan banyak uang.

Antoine: Terima kasih. Kami menerima surat lainnya dari Jerman, dikatakan:
“Terima kasih atas program Anda yang indah, yang telah membuka pikiran kami kepada kebenaran dan mengajarkan kepada kami fakta-fakta yang selama ini telah disembunyikan. Saya menonton semua episode Anda; mereka telah banyak mengajarkan saya dan membawa saya lebih dekat kepada Isa Junjugan Yang Ilahi. Terima kasih atas program yang indah ini.”
“Saya mempunyai permintaan khusus untuk Bapak Pendeta Zakaria Botros. Beliau pernah berkata bahwa ia mendapat 8 versi yang berbeda dari nama-nama Allah yang indah dan perbedaan dari semuanya itu sangat jelas. Apakah Anda dapat mengirimkan kepada saya 1 salinan dokumen tersebut atau dapat memberitahukannya kepada saya, dengan jelas, dimana saya bisa mendapatkannya di internet.”
Ia punya sebuah permintaan lainnya:
“Dapatkah Anda menyediakan satu episode khusus untuk topik Yazidiyya dan memberikan pencerahan akan hal itu? Atau memberitahukan kepada saya dimana saya dapat menemukan penjelasan mengenai Yazidiyya di internet. Juga mengenai Zoroastrianisme. Terima kasih.”

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Kami menerima dan berterima kasih kepada saudara kita dari Jerman.
Sebenarnya, topik 99 nama-nama indah Allah ada di semua website Islam di internet. Jika ia mengetik 'Islam.com', ia dapat masuk ke semua website Islam dan menemukan yang ia cari.
Mengenai program khusus membahas topik Yazidiyya … itu merupakan turunan dari Shiah... Jika Allah berkenan, kami akan melakukan episode khusus topik ini. Zoroastrianisme adalah agama Persia kuno.
Saya menghargai kasihnya.

Antoine: Terima kasih. Teman lainnya menulis dan bertanya:
“Mengapa Anda menyerang Islam? Bukankah kita percaya akan Allah yang sama?”

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Saya menghargai surat-surat dari orang-orang yang ingin berkorespondensi dengan kami dan saya ingin menekankan bahwa kami tidak menyerang, kami hanya menanyakan. Kami tidak menyerang… kami bertanya. Jadi apakah bertanya dianggap menyerang? Tidak mungkin selalu menganggap pertanyaan-pertanyaan kami sebagai suatu serangan. Mengapa mereka tidak menjawab kami dan menyelesaikan topik tersebut. Seharusnya mereka senang kita mengajukan pertanyaan-pertanyaan sehingga mereka dapat memberikan jawabannya. Tetapi sejak mereka tidak menjawab kami, artinya mereka tidak memiliki kebenaran. Itulah alasan mengapa mereka terancam dengan pertanyaan-pertanyaan kami.
Sekarang, pertanyaan mengenai menyembah Allah yang sama. Saya tidak mau menjawab pertanyaan ini, tetapi saya ingin memberikan sifat-sifat Allah dalam Kitab Suci dan sifat-sifat Allah di Islam, dan biarkan para pemirsa menilai apakah mereka sama atau tidak. Apakah ini jelas?

Antoine: Jadi apa bedanya?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Antara Allah di Kitab Suci dan Allah di Islam?
Dengarkan, temanku, dalam Kitab Suci kita memanggil Allah, ’Kasih’. Allah adalah kasih. Semua orang yang mengasihi, mengenal Allah. Orang yang tidak mengasihi, tidak mengenal Allah, karena Allah adalah kasih. Ini ditemukan di Kitab Injil Yahya pasal 4, ayat 7-8. Jadi, Allah di Kitab Suci adalah kasih.
Jadi, apa Allah di Islam? Ia memiliki 99 nama yang indah, termasuk ‘Penyebab Kebingungan’, ‘Sombong’, dan lain sebagainya. Kasih tidak termasuk di dalamnya. Allah menyebabkan kebingungan dan sombong. Kasih sama sekali tidak ada.
Apakah ini Allah yang sama. Para pemirsa dapat menilai.

Antoine: Dari sifat-sifat ini, dapatkah Anda memberikan sebuah contoh bagaimana perilaku Allah Islam?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Dengarkan, temanku, jika ada karakteristik seperti ini, tentu saja ada hasil-hasil tertentu yang mengikuti.
Saat Allah adalah kasih, Ia mendorong semua pengikutNya untuk mengasihi “Kasihi satu sama lain, kasihi musuh-musuhmu dan berkati mereka yang mengutuk engkau.”
Dan ketika sifat Allah termasuk terorisme, bukannya kasih, hasilnya juga berbeda. Perintah ini diberikan di Surat ke 8 (Al Anfal), ayat 60: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan (militer) apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu.” 'Gentarkan musuhmu', sedangkan di Kitab Suci dikatakan 'kasihi musuhmu', bukan menggentarkannya.
Oleh karena itu, sifat Allah di Kitab Suci atau sifat-sifat dalam Islam akan memiliki hasil tertentu, mereka bukan sekedar sifat. Kasih mendorong kita untuk mengasihi dan ketidak-adaan kasih mendukung terorisme.

Antoine: Dapatkah kita berkata sebenarnya Allah yang sama tetapi mereka tidak benar-benar mengenalNya dan mempunyai hubungan pribadi denganNya?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ini bagian darinya, tetapi saya semata-mata berbicara mengenai sifat-sifat. Jadi Allah Kitab Suci adalah Allah damai, begitu juga Allah kasih. “Kiranya kamu disucikan dengan sempurna oleh Allah sendiri.” Ini dari 1 Tesalonika pasal 5, ayat 23. Allah damai!
Bagaimana dengan Islam? Kita menemukan suatu hal yang berbeda.
Sejak Allah adalah damai, Ia berkata: “Diberkatilah para pembawa kedamaian.”
Di Islam, di Surat ke 9 (At Touba), ayat 29, saya temukan disitu tidak ada damai. Dikatakan, “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.”
Disini mendorong peperangan. Kita katakan 'kasih' dan mereka katakan 'perang'. Kita katakan 'ciptakan kedamaian'. “Diberkatilah para pembawa kedamaian.”
Dan di Surat ke 8 (Al Anfal), ayat 65, dikatakan, “Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin itu untuk berperang.!” Kata-kata kasar! “Kobarkanlah semangat para mukmin itu untuk berperang!”
Di Sahih Al-Bukhari, ia mengutip Hadis Rasul, dengan kekuatan Abu Hauraira, dimana rasul berkata, “Aku diperintahkan untuk berperang melawan orang sampai mereka berkata, 'Tidak ada allah lain selain Allah'. Siapapun yang berkata, 'Tidak ada allah lain selain Allah' telah menyelamatkan darah dan harta miliknya dari aku”.
Ya ampun! Anda tahu berapa kali kalimat ini “Aku diperintahkan untuk berperang melawan orang” muncul di Hadis? Lebih dari seratus kali! “Aku diperintahkan untuk berperang melawan orang”.

Antoine: Kalau begitu, ada berapa kali kata 'perang' dan 'terorisme', dengan semua turunannya, muncul di Al Qur’an dan Hadis?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Saya meneliti ini sendiri. Saya masuk ke website Al-Azhar dan mengetik kata-kata ini dalam bahasa Arab… terorisme, pembunuhan, pertumpahan darah, perang, pertempuran, dan pembunuhan. Saya mengetik semuanya ini, beserta turunannya, di bagian ‘cari’. Menghasilkan 35213 temuan, antara ayat Al Qur’an dan Hadis. 35213 kutipan! Coba bayangkan!
Jadi bagaimana kita dapat membandingkan ini dengan Allah yang menganjurkan damai dan kasih? Ia berkata, “Simpan pedangmu di tempatnya, karena mereka yang menggunakan pedang akan binasa dengan pedang.”
Saya tidak tahu bagaimana mereka dapat mengatakan itu adalah Allah yang sama!

Antoine: Beberapa orang mungkin mengacu kepada Allah dalam Kitab Perjanjian Lama (Kitab Taurat, Kitab Zabur, dan Kitab Para Nabi) dan berkata bahwa peperangan disebutkan disitu.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Hal ini selalu mereka angkat di ruang ngobrol Paltalk di internet. Ya, mereka terus berbicara mengenai Allah yang memerintahkan orang-orangnya untuk berperang dan lain sebagainya di Perjanjian Lama. Tetapi melewatkan suatu poin yang penting, yaitu Perjanjian Lama merupakan perjanjian hukum dan karunia belum ada, yaitu di Perjanjian Baru. Itulah alasan mengapa Kitab Suci berkata, “Karena hukum telah diberikan melalui Musa, tetapi karunia dan kebenaran datang melalui Isa Al-Masih.”
Jadi ketika sahabat-sahabat Muslim membandingkan Islam dengan Perjanjian Lama, sama dengan mereka melewati atau mengesampingkan perjanjian karunia yang telah membatalkan perjanjian perang. Ini karena perjanjian tersebut adalah perjanjian tanpa karunia dan bantuan dari Allah, jadi mereka tidak dapat hidup di kelas rohani yang tinggi.

Antoine: Tanpa mengacu ke hukum Nabi Musa.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tentu saja. Itulah mengapa saat Khadijah pergi ke Waraqa Ibn Nawfal untuk memberitahukan kepada dia apa yang terjadi kepada Muhammad di gua Hira, ia berkata kepada Khadijah, “Ini adalah hukum Musa.” Tetapi dimana karunia Isa Al-Masih?

Antoine: Dapatkah Anda memberitahukan kepada kami perbedaan antara karunia dan hukum tersebut?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Saya akan mengatakan sesuatu. Sangat penting untuk mengetahui mengapa karunia belum diberikan di Perjanjian Lama pada awalnya. Mengapa tidak ada karunia dalam hukumnya? Sangat penting untuk mengetahui alasannya. Karena saat manusia berdosa, ia dipisahkan dari Allah dan dijatuhi hukuman mati.

Antoine: Bayaran dari dosa adalah kematian.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Betul. Bayaran dari dosa adalah kematian. Manusia dijatuhi hukuman mati. Jadi bagaimana Allah dapat memberikan manusia karunia, anugerah, dan berkat saat ia dijatuhi hukuman mati kekal karena ia dipisahkan dari Allah? Pertama, Allah harus menyingkirkan penghakiman dan kemudian memberikan anugerah dan karunia. Dalam kamus Ibrani, karunia dan anugerah adalah sinonim, jadi bagaimana hukuman itu dapat disingkirkan? Seorang penebus harus datang dan menjadi tebusan. Ia harus menerima hukuman manusia dan menyatakan Ia tidak bersalah. Itulah yang terjadi di salib. Ia mengambil dosa-dosa kita dan hukuman mati kita, serta memberikan kepada kita kelayakan, kebaikan, dan anugerahNya. Jadi Isa, sang penebus, harus datang untuk menebus kita dan menyingkirkan hukuman dengan kematianNya sendiri, dan kemudian memberikan kita anugerah.
Islam datang setelah anugerah jadi mengapa kembali ke hukum tersebut? Ini isu dan masalahnya. Saat mereka membandingkan Islam dengan Perjanjian Lama, kita katakan, “Perjanjian Lama adalah suatu hal, dan anugerah adalah hal lainnya karena perdamaian, pengampunan, dan penebusan telah dipenuhi.”
Benar?

Antoine: Terima kasih.
Bagaimana dengan memperbolehkan perang di Perjanjian Lama dan melarangnya di Perjanjian Baru? Apakah karunia inilah yang telah merubah sifat manusia?
Kata-kata Nabi Daud di Kitab Zabur pasal 103 muncul: “Pujilah Tuhan, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikanNya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu.”
Dan kemudian di Kitab Zabur pasal 23 karunia disebutkan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Inilah yang terjadi. Karunia memberikan manusia kekuatan dan kekuasaan untuk mengendalikan dirinya sendiri. Karunia Isa Al-Masih memberikan pengendalian diri. Buah-buah Ruh adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Semua ini oleh karunia. Ini pekerjaan Allah.
Akan tetapi, di Perjanjian Lama tidak ada karunia. Yang ada adalah kebencian. Tidak ada penguasaan diri dan itulah mengapa ada peperangan.
Allah tidak meminta seseorang untuk melakukan suatu hal melebihi kemampuannya dan Ia tidak berharap mereka melakukan suatu hal melebihi yang mereka bisa. ‘Jika engkau mau dipatuhi, jangan meminta hal-hal yang tidak mungkin’. Saat karunia datang, yaitu perjanjian kesempurnaan, manusia dimungkinkan untuk mendapatkan kemenangan atas dirinya sendiri.
Hal lainnya adalah di Perjanjian Lama, Israel merupakan negara yang sudah berdiri; negara Israel. Dan karena Israel merupakan sebuah negara, ia harus terlibat dalam peperangan. Akan tetapi, saat Isa Al-Masih datang, Isa Al-Masih tidak membangun sebuah negara.

Antoine: Tetapi Isa Al-Masih memberitakan tentang sebuah kerajaan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, kerajaan rohani.

Antoine: Sebuah kerajaan rohani.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ia bertakhta atas hati dengan kasih, tetapi itu bukanlah sebuah negara. Ia tidak membangun sebuah negara. Dan itulah alasan mengapa harus ada pemisahan antara agama dan negara. Tentu saja, tujuan keseluruhan negara di Perjanjian Lama adalah... tetapi mereka berkata Islam juga sebuah negara!

Antoine: Orang-orang berkata bahwa kita mempunyai hak untuk berperang karena kita memiliki negara Islam.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Agama terjalin dengan negara di Perjanjian Lama karena mereka harus mempunyai sebuah negara supaya orang-orang Israel tidak bercampur dengan orang-orang yang menyembah berhala. Jadi mereka mempunyai sebuah bangsa dimana nantinya Isa Al-Masih akan muncul. Jadi negara ini mempunyai sebuah tujuan, yaitu untuk mendatangkan Isa Al-Masih untuk menyelamatkan. Allah membangun sebuah negara dan memisahkannya. Ia memberikan sebuah hukum, buku, nubuat, dan lambang. Sekarang beritahu saya... apa tujuan Negara Islam? Apakah seorang penyelamat akan datang darinya?

Antoine: Semuanya mengenai hukum.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tetapi dimana hukum kasih? Dimana hukum anugerah? Dimana hukum keselamatan? Ini pertanyaannya. Saat Isa Al-Masih datang, pengikut Isa Al-Masih memisahkan agama dengan negara.

Antoine: Isa Al-Masih berkata, “Tetapi manfaat apa bagi seseorang jika ia mendapatkan seluruh dunia, dan kehilangan jiwanya?” Ini memberitahukan kepada kita bahwa setiap manusia penting di mata Allah.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Itulah mengapa saat ini kita tidak mengakui negara Israel karena tujuannya sudah tercapai. Isa Al-Masih sudah datang. “Ia datang kepada milikNya, dan milikNya tidak menerima Dia.” Jika Islam membangun suatu negara, apa tujuannya? Kecuali itu sebuah negara atau sebuah kerajaan. Itulah alasan kita berperang, membantai, dan membunuh. Ini merupakan tiruan dalam bentuk yang salah. Israel membangun sebuah negara untuk suatu tujuan. Tujuannya sudah tercapai jadi negaranya lenyap.

Antoine: Mengapa penting untuk memisahkan agama dari negara?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ini sangat penting dan kita memerintahkannya: pemisahan agama dari negara. Ajaran Isa Al-Masih memisahkan agama dari negara. “Jadikan kepada Kaisar hal-hal yang milik Kaisar, dan kepada Allah hal-hal yang milik Allah.” Keduanya harus dipisahkan. Isa Al-Masih berkata, “KerajaanKu bukan dari dunia ini.”
Mengapa kita memisahkan agama dari negara? Saya akan memberitahu Anda. Negara adalah badan politik dan sosial. Negara dapat berubah, menurut umur dan peradaban. Negara hanyalah para politis dan diplomat. Mereka memiliki tentara dan pasukan militer lainnya. Di lain pihak, agama seharusnya berbeda. Agama memiliki prinsip-prinsip dan dasar-dasar yang tidak berubah. Allah tidak dapat berubah, dan begitu juga sifat manusia. Dosa juga sama, dan kebutuhan akan pengampunan dan kemenangan atas dosa tidak berubah.
Agama mempersoalkan hubungan antara manusia dengan Allah dan orang lain, dengan kasih. Ia mengasihi Allah dan ia mengasihi sesamanya. Sedangkan negara mencari kepentingan sendiri dan hanya melindungi kesatuannya sendiri. Sebenarnya ada sebuah perbedaan yang besar antara agama dan negara.
Itulah mengapa saat Anda melihat sejarah Islam… seseorang membandingkannya dengan lautan darah. Sepanjang sejarah, Muslim telah berperang, bahkan diantara mereka sendiri.
Saya berikan sebuah contoh. Selama masa sang Rasul, ada banyak peperangan, ekspedisi, dan penyerbuan dan banyak orang yang terbunuh, termasuk Banu Nodeir, Bany Quraiza dan di Kheibar, dan lain sebagainya. Saat sang Rasul meninggal dunia, gerakan pengingkaran terhadap agama muncul, dimana ribuan orang terbunuh. Ya, Khawarej, dan bahkan sebelumnya. Ali Ibn Abi Talib dan A'isha, istri Muhammad, menyebabkan 10.000 orang terbunuh dalam satu pertempuran; perang unta. A'isha menaiki seekor unta saat itu. 10.000 orang mati di pertempuran itu… darah, darah!
Di masa Umayyad, banyak orang yang kepalanya dipancung, dan selama masa Abbasid banyak kuburan yang dirusak dan mayat-mayat dibakar. Banyak orang yang dibakar hidup-hidup juga. Bahkan di masa moderen, 3.000 orang mati dalam waktu satu jam saat Bin Laden menyerang menara kembar World Trade Center. Pembantaian, peperangan dan pembunuhan! Pada Januari 2005, tepat 4 tahun setelah keruntuhan menara kembar di tahun 2001, mereka menyerang orang-orang di New Jersey, Amerika. Mereka membantai seluruh anggota keluarga, kemudian menempatkan kepala mereka di pundaknya, seperti yang mereka lakukan kepada Mus'ab Al-Zarqawi. Pembunuhan dan pertumpahan darah! Dimana kedamaian dan kasih? Apakah ada Allah yang akan memerintahkan orang-orangNya untuk memancung kepala orang seperti itu? Ini sebuah masalah; sebuah isu besar yang membutuhkan penelitian.

Antoine: Mungkin hanya masalah interpretasi atau pengertian. Syukur kepada Allah, tidak semua orang-orang Muslim melakukan hal tersebut.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tentu saja ada beberapa orang yang melakukannya dan ada juga yang tidak.

Antoine: Beberapa dari mereka bahkan mengklaim bahwa Islam adalah agama damai.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, mereka mengatakan hal itu tetapi jika itu benar, dimana agama perang? “Perang. Dorong orang-orang percaya untuk berperang.” Apakah Anda mengikuti?
Mengenai kerajaan kuno, bagi mereka yang membandingkan Islam dan Israel, negara Israel bukan tempat bertumbuh dan menetap, sedangkan Islam datang untuk menyebar, berkembang, dan menetap. Negara Israel tidak menyebarkan agamanya dengan pedang, tetapi Islam datang dengan jihad dan menyebarkan agamanya dengan pedang.
Dan ayat-ayat damai yang Anda sebutkan dari masa Mekah semuanya telah dibatalkan di Medinah dengan ayat-ayat pedang; semuanya.

Antoine: Tetapi tidak semua pembaca Al Qur’an mengetahui ayat-ayat ini telah dibatalkan

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Itu betul. Hal ini mengingatkan saya akan Ali Ibn Abi Talib saat ia pergi ke mesjid dan melihat orang-orang berkumpul mengelilingi seorang sheikh, yang sedang mengeluarkan peraturan berwenang. Ali bertanya kepadanya apakah ia tahu mengenai pembatalan dan ayat-ayat yang dibatalkan, dan laki-laki itu berkata tidak. Ali mengambil kuping sheikh itu dan menjewernya dengan keras, kemudian menyeretnya keluar dari mesjid. Ia berkata kepada laki-laki itu untuk tidak pernah menginjakkan kakinya lagi di mesjid. Seharusnya ia tahu mengenai pembatalan dan ayat-ayat yang dibatalkan.
Sebenarnya, Rasul Muhammad diubah dari seseorang yang penuh damai di Mekah menjadi seseorang yang penuh peperangan di Medinah. Tujuannya adalah untuk membangun sebuah negara dan ia melakukannya dengan cara peperangan, pembunuhan, dan pembantaian.
Isa Al-Masih sangat berbeda. “KerajaanKu bukan di dunia ini.” Apakah Anda mengikuti? Isa Al-Masih lemah lembut dan rendah hati. Ada perbedaan. Allah Islam sombong. Sebenarnya, ada banyak perbedaan, jadi saya tidak dapat berkata…
Setiap pemirsa yang telah menonton episode ini, yang akan berakhir sekarang… Allah di Kitab Suci mempunyai kasih, damai sejahtera dan kelemah-lembutan. Allah Islam mendorong pembunuhan, peperangan, dan penyerbuan. Apakah mereka Allah yang sama? Saya membiarkan para pemirsa untuk memberikan jawabannya.

Antoine: Dapatkah Anda memberikan komentar mengenai panggilan Allah “Marilah kepadaKu, hai kamu semua yang lelah dan menanggung beban berat, Aku akan memberikan kelegaan bagimu. Terimalah kuk yang berasal dari-Ku…”

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tentu saja. Kita telah membicarakan kotbah Isa Al-Masih di bukit. Ia mengajarkan kelemah-lembutan, karena Ia lemah lembut. Ia berkata, “Belajarlah padaKu karena Aku lemah lembut dan rendah hati.” Ia juga berkata, “Berbahagialah mereka yang lemah lembut, karena mereka akan mewarisi bumi.” Kemudian Ia menambahkan, “Berbahagialah mereka yang lapar dan haus untuk melakukan kehendak Allah, karena mereka akan dipuaskan.” “Berbahagialah mereka yang lapar dan haus untuk melakukan kehendak Allah, karena mereka akan dipuaskan.” Kebajikan adalah hidup bersama Allah; hidup dalam kehidupan yang jujur dan suci. Ada orang-orang yang mengingini kehidupan yang penuh kebajikan. Mereka lapar dan haus, serta ingin mengetahui dimana kebenaran itu. Allah akan memuaskan keinginan ini saat mereka berkata, “Allah, aku lapar akan Engkau. Aku haus akan anugerah. Aku haus akan kebajikan. Aku haus akan kasih dan damai sejahtera.” Allah akan memenuhi mereka dengan segala kebaikan.
Hal yang penting adalah agar setiap pemirsa bertanya kepada dirinya sendiri, apakah ia benar-benar mengingini hidup bagi Allah. Apakah ia haus akan kasih dan kebajikan? Haus akan anugerah dan damai sejahtera? Jika ia merasakan kebutuhan itu dan merasa miskin dalam ruh, ia akan meminta kepada Allah dan Allah akan memberikan anugerah kepadanya dan memenuhi hatinya dengan tinggal di dalamnya. Tidak ada yang dapat memuaskan manusia kecuali Isa Al-Masih. Seperti surat yang kita terima dari Arab Saudi, yang berkata: 'pikiran dapat dipuaskan dengan apapun, tetapi ruh tidak. Ruh hanya dapat dipuaskan oleh Allah.'
Pemirsa, katakan kepada Allah “Aku lapar dan haus akan Engkau. Penuhi dan puaskan aku, dan biarkan aku menikmati Engkau.” Allah akan menjawab Anda.

Antoine: Amin.
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Amin.
Antoine: Terima kasih banyak, Bapak Pendeta Zakaria. Dan terima kasih kepada para pemirsa terhormat.
Kami mendorong Anda untuk menulis kepada kami melalui alamat yang ditayangkan di layar, dan kami akan dengan senang hati menjawab surat-surat Anda. Kami akan mengirimkan kepada Anda bacaan-bacaan gratis, terutama Kitab Suci.
Semoga Allah memberkati Anda, sampai berjumpa kembali di episode lainnya. Amin.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Amin.


Texts being used:
The Indonesian Bible text used for New Testament is “The Indonesian (1912 Translation) – Greek Diglot New Testament” – “Kitab Suci Injil Dwibahasa Indonesia (Terjemahan 1912) – Yunani” version. © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 2000.
The Indonesian Bible text used for Old Testament is “The New Translation, 1974” – “Alkitab Terjemahan Baru (TB), 1974” version. © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 1974.
The Indonesian Al Qur’an text used is taken from
http://Quran.al-islam.com/
Indonesian version:
http://Quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSora=1&nAya=1&nSeg=1&l=eng&t=ind
Notes on this episode:
For verses that is not clearly defined, the translation is done directly as the text said, not taken from the quote in the Bible – Untuk ayat-ayat yang tidak direferensikan secara jelas, terjemahan dilakukan secara langsung seperti apa kata text, bukan diambil langsung sesuai dengan teks dari Kitab Suci.

No comments:

Post a Comment