Friday, November 4, 2011

Pertanyaan Mengenai Iman Episode 62

Antoine: Selamat datang tamu kita terhormat, ke episode baru program “Pertanyaan Mengenai Iman” ini.  Juga selamat datang tamu kehormatan kita Bapak Pendeta Zakaria Botros di episode baru ini.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Dengan senang hati.

Antoine: Saya harap Bapak baik-baik saja.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, syukur kepada Allah.

Antoine: Seperti biasa, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada para pemirsa yang telah mengirimkan banyak surat-surat kepada kami.  Hari ini, kami akan membacakan beberapa surat tersebut.  Yang pertama dari seorang saudara Muslim di Palestina.  Ia berkata, di surat yang ditujukan kepada Anda secara pribadi, Bapak Pendeta Zakaria Botros, dan semua pekerja yang telah bekerja untuk menjadikan program 'Pertanyaan Mengenai Iman' ini sukses:  “Saya berharap dan berdoa kepada Allah agar Anda semua diberkati, untuk kesetiaan dan menjawab semua surat-surat yang dikirimkan kepada Anda.  Saya seorang penggemar dan pendukung program ini.  Saya selalu menontonnya dan selalu bertanya-tanya:  Apakah ini iman Nasrani, Muslim, atau Israel?  Mana dari ketiganya yang benar?  Apakah Isa Al-Masih telah datang dan benar-benar disalibkan, atau itu semua hanya kebohongan?  Setelah menonton program Anda, saya mendapatkan jawaban dari semua pertanyaan saya.  Pertanyaan saya adalah sebagai berikut:  Ada sebuah ayat di Kitab Suci, yaitu di Kitab Keluaran, yang berkata, “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.” Apakah gambar-gambar dan patung-patung perawan Maryam dan Isa masuk dalam larangan di ayat ini?  Apakah kemunculan perawan Maryam di Lebanon di tahun 40-an dan kemunculan Isa Al-Masih kepada orang-orang tertentu benar atau salah?”  Apa pandangan Anda?  Apa jawaban Anda?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sangat baik.  Saya sangat senang bahwa orang benar-benar merasakan manfaat dari program Al-Hayat ini,dan program ini dapat memuaskan pertanyaan-pertanyaan mereka.  Mengenai pertanyaan:  “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun…”, ia seharusnya menyelesaikan ayatnya:  “Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya.”  Apakah Anda tahu rasanya?  Seperti seseorang membaca ayat Al Qur’an yang berkata, “Jangan mencoba untuk berdoa…”, dan kemudian mendatangi orang dan bertanya kepada mereka, “Mengapa Anda berdoa?”  Tidak, dikatakan, “Jangan mencoba untuk berdoa saat engkau mabuk.”  Dan ayat ini berkata, “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun… Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya.”  Buktinya adalah Allah yang sama, yang memberikan perintah ini, memerintahkan mereka juga untuk “buatlah dua patung diatas tabut perjanjian dan buatlah sebuah patung dua kerub...” Lambang perlindungan.  Mereka bukan menyembah malaikat atau patung malaikat di lapangan… yaitu Rumah Tuhan.  Mereka tidak menyembah patung-patung tersebut.  Jadi patung-patung tersebut hanya sekedar ilustrasi; hanya sebagai alat bantu.  Tetapi manusia tidak pernah boleh menyembahnya.  Seperti seseorang yang membawa foto anak-anaknya.  Hanya sekedar gambar, tetapi mereka tidak disembah.  Lainnya…

Antoine: Ya, saya mau bertanya kepada Anda mengenai kematian dan penyaliban Isa Al-Masih.  Terakhir kali kita membicarakan kasih, dan fakta bahwa Allah menunjukkan kasihNya kepada kita melalui itu, saat kita masih orang-orang berdosa, Isa Al-Masih mati bagi kita.  Jadi, sejauh yang diketahui orang Nasrani, apa kebenaran mengenai penyaliban?  Fakta-fakta sejarah dahulu, dan kemudian mungkin dari sisi isi Kitab Suci.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tentu saja, akan mengambil beberapa episode untuk membahas topik penyaliban Isa Al-Masih.  Penyaliban, sebenarnya, adalah cara untuk menebus umat manusia, untuk menyelamatkan orang dari dosa-dosa mereka dan dari hukuman mati.  Penyaliban menyediakan keselamatan dan penebusan bagi manusia.  Tetapi ia juga bertanya sesuatu di akhir.  Ia bertanya apakah kemunculan para orang suci itu benar atau salah.  Mengapa salah?  Tentu saja hal itu benar.  Saat Allah ingin muncul dihadapan seseorang, Ia menggunakan alat, oleh karenanya Ia dapat menarik perhatianNya kepada roh dunia, untuk menunjukkan kepada orang tersebut bahwa hubungan antara surga dan dunia tidak diputus.  Jadi malaikat dapat muncul, atau roh orang suci.  Ini dapat diharapkan.

Antoine: Tapi kemudian, Rasul Paulus berkata di Kitab Suci bahwa setan juga dapat muncul dalam rupa malaikat terang.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Oh, ya.  Tentu saja kita harus berhati-hati disini.

Antoine: Bagaimana seseorang dapat mengetahui sumbernya?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tentu saja kita harus berhati-hati.  Tetapi secara umum, kita berterima kasih kepada semua yang sudah menulis surat kepada kita.

Antoine: Ada sebuah surat lagi yang kami terima dari Swedia, juga untuk yang suci dan terhormat, Bapak Pendeta Zakaria Botros.  “Pertama-tama, saya ingin memberikan salam kepada Anda dengan salam hormat dan hangat.  Saya melihat bahwa Anda mulai benar-benar membacakan surat-surat yang Anda terima, dan ini mendorong saya untuk menulis.”  Kami juga mendorong teman-teman lainnya untuk menulis kepada kami, dan kami akan mencoba menjawab sebisanya, apakah melalui internet atau siaran.  Ia juga berkata, “Saya yakin Anda akan membaca surat saya, atau setidaknya saya akan mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya yang saya tuliskan di surat ini.  Pertanyaan pertama saya adalah:  Mengapa Islam mencoba sangat fokus kepada kebuta-hurufan Muhammad, walaupun telah tersebar bahwa ia adalah murid Bishop Waraqa Ibn Nawfal?  Muslim mencoba mengesampingkan karakter tersebut atau menghindar membicarakan dia dengan segala cara.  Kami ingin mengetahui alasannya.  Ini pertanyaan pertama saya.  Yang kedua adalah:  Berapa jumlah istri-istri Muhammad yang benar; mengapa ia tidak hanya mempunyai empat orang istri saja, seperti yang ia perintahkan kepada para pengikutnya?  Pertanyaan ketiga:  Apa kebenaran mengenai kerasulan Muhammad?” Inilah ketiga pertanyaannnya… Silahkan...

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Baiklah, seperti ini, ini mendorong orang untuk menulis, dan kita sangat gembira menerima surat-surat ini dan menjawabnya.  Ini benar-benar sebuah dialog dan saling pengertian.  Untuk pertanyaan pertama, mengenai Muhammad yang buta huruf, tentu saja kita sudah membicarakan topik ini di episode sebelumnya.  Muhammad bukan seorang “ummi” dari sisi buta huruf, tetapi dari sisi “umami”.  Jadi apa arti “umami”, menurut komentar Islam?  “Umami” artinya seseorang yang berasal dari bangsa yang tidak memiliki Buku yang diberikan; yaitu bukan orang Israel maupun orang Nasrani.  Jadi artinya orang kafir.  Itulah mengapa Al Qur’an mengatakan bahwa ia seorang  nabi “ummi” dikirim kepada “ummiyeen”, artinya seorang kafir dikirim ke orang-orang kafir.  Tetapi para Muslim memiliki ide buta huruf yang disatukan dengan sifat menakjubkan dari Al Qur’an.  Seorang yang buta huruf, tetapi ia menerima dan menulis perkataan-perkataan yang fasih.  Secara pendek dan panjang, inilah keseluruhan ide ini.  Masalah mengenai istri-istri Muhammad dan kenyataan bahwa ia tidak tunduk pada peraturan empat istri saja... seperti yang ia katakan sendiri, sebagai seorang rasul ia mempunyai hak-hak istimewa tertentu.  Salah satunya adalah untuk menikahi lebih dari empat istri.  Ia menikah dengan sembilan istri di saat yang bersamaan.  Tetapi jumlah wanita yang dimilikinya, termasuk selir, budak, dan perempuan-perempuan lain yang menyerahkan dirinya kepada dia, adalah 66 perempuan, dengan mereka ia mempunyai hubungan seksual.  Tetapi yang istri resminya tahu, ia mempunyai sembilan istri.  Sisanya adalah gadis budak, budak hasil tangkapan, selir....  dan lain sebagainya.  Ini mengenai Muhammad.  Selebihnya, di Surat ke 33 (Al Ahzab):  “dan siapapun perempuan percaya yang menyerahkan dirinya kepada rasul, asalkan rasul mau menikahinya; sebuah keistimewaan bagimu dan bukan bagi orang percaya [lainnya]”.  Ayat ini mengunakan sebuah kata untuk pernikahan yang saya tidak mau ucapkan sama sekali.  Yaitu, perempuan itu dapat secara hukum menjadi milik Muhammad, sehingga ia tidak akan disalahkan.  Maksudnya, perempuan manapun yang ia minta atau perempuan manapun yang menyerahkan dirinya kepadanya.  Semudah itu.  Namun, seharusnya seorang rasul tunduk kepada hukum yang dibuatnya.  Bahkan empat sudah kebanyakkan, karena dalam ajaran Isa Al-Masih kita hanya mempunyai monogami.

Antoine: Baiklah, yang mulia, bagaimana dengan Kitab Taurat?  Kita lihat disitu bahwa saat Allah menciptakan Adam dan Hawa, ia menciptakan satu Hawa.  Bagaimana pendapat Anda?  Mengapa Ia tidak menciptakan beberapa Hawa?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ini salah satu bukti yang memperkuat monogami.  Pertanyaan terakhirnya mengenai kebenaran mengenai Muhammad.  Itu adalah sesuatu yang saya ingin tinggalkan kepada para pemirsa sendiri.  Setelah semua diskusi kita ini, ia dapat menemukan kebenaran sendiri.  Dalam program ini, kami tidak menyerang atau menghakimi orang ini atau orang itu.  Kami tidak terlibat dengan hal-hal seperti itu… Yang kami lakukan hanyalah mendapatkan tulisan-tulisan Al Qur’an dan tulisan-tulisan dari Tradisi, dan menempatkannya dihadapan para pemirsa.  Sekarang pemirsa dapat melanjutkan penelitian dan pelajarannya dalam topik ini dan menghasilkan kesimpulan yang ia anggap benar.  Kami tidak memaksakan apapun kepada siapapun.

Antoine: Terima kasih banyak.  Kami juga mendorong teman-teman untuk ikut serta dan menulis surat kepada kami.  Juga, jika ada dari Anda yang mengingini Kitab Suci, kami akan dengan senang hati mengirimkannya kepada Anda, gratis.  Sekarang kita mempunyai sebuah pertanyaan dari Dr. Mohamed Imara, dari salah satu programnya di saluran satelit Mesir.  Untuk menjawab pertanyaan Anda di program ini, ia mengatakan keanekaragaman salinan Al Qur’an dan mengenai bahasa asing.  Apa pandangan Anda?  Apakah Anda sudah menonton atau mendengar mengenai program itu sendiri?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Dengarkan, sahabatku.  Saya sangat bersyukur kepada Allah, bahwa setelah satu setengah tahun, atau hampir dua tahun menyiarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, akhirnya ada seseorang yang menjawab.  Ini hal yang hebat, bahwa mereka mulai menjawab.  Ini tanda yang sangat baik.  Saya juga berterima kasih kepada Sheikh Dr. Imara yang sudah mulai menjawab dan saya mendorong ulama-ulama Islam lainnya dan ahli-ahli hukum untuk menjawab juga.  Apa yang saya kumpulkan dari jawaban Dr. Imara's adalah ia berkata:  Tidak, tidak ada keanekaragaman salinan Al Qur’an.  Setiap teman rasul menuliskan catatan pribadinya di bagian tepi salinan masing-masing.  Akhirnya mereka menyadari bahwa ini akan mengakibatkan kebingungan.  Tapi bagaimana catatan pribadi seseorang dapat mengakibatkan kebingungan?  Apakah itu masuk akal?  Dimana referensi yang membuktikan penjelasan ini?  Seharusnya ia mengatakan kepada kita, “Buku referensi ini dan itu menjelaskan keanekaragaman salinan Al Qur’an seperti ini, dan inilah referensinya.”  Kita membicarakan seorang doktor, seorang PhD.  Seharusnya ia seorang peneliti.  Bagaimana seorang peneliti dapat berbicara dengan mudah, tanpa mengutip bukti apapun?

Antoine: Ini sangat masuk akal.  Artinya referensi harus dikutip.  Tetapi apa pendapat Anda mengenai jawaban itu sendiri?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Saya ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting.  Isu ini tidak semudah yang dijelaskan oleh Dr. Imara.  Jika semudah itu, tidak akan ada tempat untuk pertanyaan.  Tetapi pernyataan yang ia buat… Bagaimana dengan Uthman Ibn Affan yang membakar semua salinan Al Qur’an kecuali miliknya sendiri?  Ini sebuah teka-teki.  Jika semuanya hanya sekedar cacatan pinggir, tidak perlu membakar semua salinan.  Ini yang pertama.  Salinan itu sendiri seharusnya sama.  Tapi ia membakarnya.  Yang kedua:  Apakah hal ini tidak diketahui oleh Al-Sijistani, saat ia menulis di bukunya, “Al-Masahif”, dari halaman 5-50?  Ia mendaftarkan macam-macam salinan.  Ada 31 salinan Al Qur’an yang berbeda.  Bahkan ia mendaftarkan perbedaan dari semuanya.  Bukan hanya Al-Sijistani, tetapi juga Ibn Al-Nadim, dalam bibliografinya, menghitung semua salinan ini.  Sebagai tambahan, Ensiklopedia Islam menulis mengenai hal ini di volume 26, halaman 8175.  Ada sebuah artikel disitu, dari halaman 8175-8186 yang keseluruhannya membahas berbagai macam salinan Al Qur’an.  Keseluruhan artikel mengenai berbagai macam salinan Al Qur’an.

Antoine: Berbeda hanya di pengucapannya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Salinan yang berbeda di kata-kata, ayat-ayat, nomer ayat, dan lainnya.  Anda tahu!  Ibn Al-Nadim menyatakan bahwa jumlah Al Qur’an adalah segini dan segini…  maksud saya, salinannya.  Jadi semudah ia membuatnya.  Apakah ia bermaksud membodohi orang-orang saat ia berkata bahwa ini sekedar catatan pinggir?  Selain itu, mana referensinya?  Sekarang orang mencari, mempelajari, dan melihat, bukankah begitu?  Bagaimanapun juga, kita telah membahas topik salinan Al Qur’an, dan bagaimana mereka berbeda, di dua episode penuh…  Episode #29 dan episode #43 program “Pertanyaan Mengenai Iman”.  Oleh karenanya, saya ingin mengatakan, “Ulama Islam seharusnya menjawab dengan menggunakan referensi dan argumentasi yang masuk akal, dilengkapi dengan bukti-bukti dan tanda-tanda.  Jika tidak, artinya mereka mencemooh kepandaian orang-orang di abad ke-21 ini.

Antoine: Mudah-mudahan mereka mendengarkan dengan baik, sehingga dapat menjadi dialog yang membangun.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Mudah-mudahan.  Ada fakta lainnya.  Sebuah jawaban yang lemah… Jawaban lemah menjadi tidak produktif.  Saat seseorang mendengar jawaban Dr. Imara, ia akan bertanya-tanya, “Kenapa begitu?” Jadi, ia malah menghasilkan sesuatu hal yang bertentangan dengan yang ia harapkan.

Antoine: Terima kasih.  Dapatkah Anda menyimpan isu ini untuk diskusi lainnya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Jadi, bahasa asing di Al Qur’an?

Antoine: Ya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Baiklah.

Antoine: Ada sebuah pertanyaan baru, jika Anda tidak keberatan:  “Saya seorang Muslim.  Baru-baru saja saya mendengar program Anda, ‘Pertanyaan Mengenai Iman’, dan sejak saat itu, saya selalu mengikutinya.  Tetapi saya menyadari bahwa di semua episode Anda, Anda menyerang Islam dan tidak membicarakan iman Anda sendiri kepada Allah.  Kami tahu bahwa Anda menyembah tiga allah, dan Al Qur’an berkata, “Mereka yang berkata:  ’Allah salah satu dari yang tiga’, adalah orang kafir!  Tidak ada allah selain Allah sendiri.”  Di Surat ke 5 (Al Maidah).  Apa jawaban Anda atas pertanyaan ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tentu saja, saya berterima kasih kepada siapapun yang menulis kepada kami dan siapapun yang bertanya kepada kami, karena kami ingin orang benar-benar membagikan idenya satu sama lain, bertanya dan bertanya, karena pikiran mereka aktif.  Yang pertama:  Kami tidak menyerang Islam.  Ini yang kejuta kalinya saya mengulangnya:  Kami tidak menyerang agama tertentu, kami hanya ingin kebenaran diketahui.  Kami memberikan petunjuk, mengajukan pertanyaan, dan berharap para ulama akan menjawabnya.  Jadi kami tidak menyerang.  Yang kedua, kami tidak menyembah tiga allah.  Kami menyembah satu Allah, yang memenuhi surga dan bumi.  Tidak ada tempat untuk allah lainnya muncul dimanapun.  Saya ingin menjelaskan kepada semua pemirsa, dan kepada yang mengajukan pertanyaan, bahwa Al Qur’an sendiri menunjukkan bahwa kami tidak termasuk dalam tuduhan menyembah tiga allah.  Bukan, itu bukan kami.

Antoine: Apakah Anda punya bukti dari Al Qur’an?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Saya punya bukti, tentu saja.  Perhatikan dengan baik perkataan Al Qur’an ini.  Mereka yang menyembah tiga allah, adalah orang kafir!  …Mereka yang menyembah tiga allah.  “Mereka yang berkata:  ’Allah salah satu dari yang tiga’, adalah orang kafir!”  Jadi, orang-orang yang menyembah tiga allah adalah orang-orang tidak beragama.  Betul.  Sedangkan di Surat ke 5 (Al Maidah), ayat 73, dikatakan, “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan:  ‘Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga’!” Di Surat ke 3 (Al Imran), ayat 55, dikatakan, “ ketika Allah berfirman:  “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan mengumpulkan dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat.”  Jadi, mereka yang mengikuti Isa diatas semua orang kafir.  Jadi semua pengikut Isa tidak sama dengan orang-orang kafir.

Antoine: Disini juga membicarakan kematian juga.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Baiklah, ini sebuah topik lain.  Dan saya tidak mau menyimpang dari pokok pembicaraan kita.  Jadi, Al Qur’an berkata, “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan:  “Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga!” Tetapi, pengikut Isa bukan orang-orang kafir.  Jadi disitu sama sekali tidak mengacu kepada kita saat membicarakan tiga allah.  Kita tidak menyembah tiga allah, dan jika ya, pasti Al Qur’an sudah mengatakan bahwa kita orang-orang kafir.  Tetapi Al Qur’an bersaksi atas pengikut Isa, bahwa mereka bukan orang-orang kafir.  Jadi artinya, bukan kita yang dimaksud sebagai penyembah tiga allah.

Antoine: Ini bukti yang sangat indah dan kuat.  Akan tetapi saya bertanya-tanya apakah ada hal-hal lainnya yang menegaskan atau menguatkan ini.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, tentu saja.  Jika Anda baca di Surat ke 5 (Al Maidah), ayat 83(1), dikatakan, “ Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Israel dan orang-orang musyrik.”  Baiklah.  Jadi maksudnya disini pasti Nasrani!!  Tidak, tidak benar.  Dan mengapa?  Karena dilanjutkan sebagai berikut, “Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata:  “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.'“ Oh, tidak!  Jadi yang paling keras adalah orang-orang Israel dan orang-orang musyrik, dan yang paling bersahabat adalah orang-orang Nasrani.  Jadi orang-orang Nasrani bukan orang-orang musyrik.

Antoine: Mereka bukan orang-orang musyrik maupun orang-orang kafir.  Terima kasih.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sekarang, kesaksian siapa?  Kesaksian Al Qur’an sendiri, bukankah begitu?

Antoine: Ini sangat indah.  Sangat indah.   Tetapi kenapa banyak ditemui diantara orang-orang Muslim yang beranggapan bahwa orang-orang Nasrani adalah orang-orang musyrik dan kafir?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ini sebuah pertanyaan yang bagus.  Dimana Al Qur’an mengatakan sebaliknya, kemudian mengapa banyak ditemui diantara orang-orang Muslim yang beranggapan bahwa orang-orang Nasrani adalah orang-orang kafir?  Ini sebuah pertanyaan yang sangat penting.  Anda tahu mengapa?  Alasan pertama adalah ketidak-perdulian.  Jika mereka mengenal dengan baik Al Qur’an mereka sendiri, mereka tidak akan mengatakan hal seperti ini.  Dikatakan orang-orang Nasrani bukan orang musyrik maupun kafir.

Antoine: Ya, sangat jelas.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tetapi ketidak-perdulian terhadap Al Qur’an adalah salah satu alasan mengapa hal ini tersebar.  Yang lainnya adalah:  Ulama Muslim terus memanas-manasi pikiran orang-orang dengan kesalahan bahwa orang-orang Nasrani adalah kafir.  Di mesjid-mesjid, pertemuan-pertemuan...  Orang Nasrani adalah orang kafir, dan orang hanya mengikuti apa yang dikatakan kepada mereka.  Media yang mengatakan orang Nasrani adalah orang kafir.  Tetapi mengapa mereka mengatakan orang Nasrani adalah orang kafir, sedangkan Al Qur’an mengatakan mereka bukan orang kafir maupun musyrik!  Bagaimana ini dapat terjadi?  Saat mereka mengatakan bahwa orang Nasrani adalah orang kafir dan musyrik, mereka sebenarnya mengundang massa untuk membunuh orang-orang Nasrani dengan tuduhan bahwa mereka adalah orang-orang kafir.  Ini artinya, mereka mendorong terorisme.  Perhatikan...  sikap seseorang harus diluruskan.  Dahulu, orang hanya berbicara sesuka hati mereka; keadaan yang kacau.  Tetapi sekarang ada gerakan anti teroris.  Jadi saat ulama Muslim dan pengkotbah berkata bahwa orang Nasrani adalah orang kafir, itu sama dengan:  “Silahkan, bunuh mereka.” Jadi mereka mendukung terorisme.  Anda mengikuti saya?  Mereka harus berhati-hati.

Antoine: Terima kasih banyak.  Saya akan memberikan kesempatan kepada Anda untuk memberitahukan kepada kita mengenai Kitab Suci, dimana kita membaca Tritunggal.  Mungkin ada kesalahpahaman.  Kita tahu bahwa orang Nasrani mempercayai Tritunggal, dan mereka seharusnya tidak dikacaukan dengan orang kafir dan musyrik.  Dan Kitab Suci memberitahu kepada kita mengenai Tritunggul.  Apakah Anda dapat menjelaskan ajaran Kitab Suci ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Kita sampai ke bagian yang terpenting.  Ajaran kita mengenai Tritunggal bukan berarti tiga allah.  Sama sekali tidak berarti demikian.  Tetapi lebih kepada kita percaya pada satu Allah, dalam segi ke-Allah-an, tetapi Ia mempunyai tiga sifat.  Allah adalah ke-Allah-an yang mempunyai sifat.  Kita membagikan ajaran ini dengan sangat jelas kepada para ulama Islam di Tawhid atau Kalam.  Para ahli teologia bersaksi bahwa Allah adalah ke-Allah-an dengan sifat, seperti keberadaan dan perkataan.  Kita telah membicarakan ini beberapa kali.  Sifat keberadaan, sifat kehidupan, sifat pengetahuan atau akal.  Allah tidak dapat tidak-ada.  Ia harus ada dan Ia harus hidup.  Ia harus punya akal, jika tidak, bagaimana Ia dapat menciptakan alam semesta?  Sekarang, kita memberikan sifat keberadaan dengan nama “Bapa’.  Karena Bapa adalah sumber keberadaan.  Hidup, kita panggil “Ruh”.  Bukankah begitu?  Dan akal mewujudkan dirinya dalam “Perkataan”.  Ia adalah perkataan Allah.

Antoine: Ini sangat hebat.  Allah harus ada, berakal, dan hidup.  Dapatkah hubungan seperti itu muncul dalam Tritunggul melalui sifat-sifat?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sifat agung adalah kualitas ke-Allah-an, tanpanya Allah tidak dapat ada.  Allah harus ada, hidup, dan berakal.  Itulah mengapa Ia menciptakan akal di semua ciptaanNya.  Kita panggil hal yang sama dengan nama lain.  Yaitu:  Allah Bapa adalah sumber keberadaan.  Ia hidup dengan RuhNya.  Dan akal, adalah Perkataan, yang mewujudkan diriNya sendiri, kita panggil Dia “Anak”.  Seperti yang Anda katakan, “gagasan.”  Serupa tapi tak sama.  Isa adalah Perkataan Allah, atau akal Allah, atau akal perkataan Allah.  Hal yang sama juga dapat ditemukan dalam Al Qur’an:  “Isa Al-Masih, anak Maryam, hanyalah rasul Allah dan perkataanNya, yang Ia cetak kepada Maryam, dan Ruh [berjalan] dariNya.” Ia adalah RuhNya.  Jadi Allah mempunyai Perkataan dan Ruh.

Antoine: Hal ini terdengar sangat logis dan masuk akal.  Juga sederhana.  Tidak dapat lebih sederhana dari ini.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, tentu saja.  Baik, saya ingin mengatakan sesuatu kepada Anda.  Setiap dari kita adalah satu orang, tetapi mempunyai akal, roh, dan keberadaan pribadi.  Ia ada.  Hal yang sama, Allah berakal, hidup, dan ada dan Ia satu.  Al Qur’an juga bersaksi hal yang sama.  Al Qur’an sendiri bersaksi atas itu.  Di satu tempat, Al Qur’an bersaksi bahwa kita percaya pada satu Allah dan Al Qur’an membicarakan satu Allah ini.  Dalam Kitab Suci, kita juga mempunyainya:  “Dengarlah, O Israel, Tuhan Allah kita, Allah adalah satu.” Isa Al-Masih mengatakan itu, di Kitab Ulangan, juga dikatakan di Surat Ibrani:  “Shema Yisrael, Yahveh elohenu, Yahve ekhad.” Ini sama dengan “Dengarlah, O Israel, Tuhan Allah kita, Allah adalah satu.” Al Qur’an mengambil kata yang sama “ekhad” dan berkata, “Qul huwa Allah Akhad.”  “Kata Allah, Ia adalah satu.”  Anda lihat itu?  Kebanyakan komentator akan mengatakan hal yang berbeda-beda mengenai kata bahasa Arab “akhad” ini.

Antoine: Saya dengar ada ayat Al Qur’an lainnya yang bersaksi bahwa Kitab Suci mengajarkan monoteis.  Bagaimana menurut Anda?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tentu saja.  Di Surat ke 29 (Al ‘Ankabut) dikatakan, “Jangan bertengkar dengan orang-orang yang memiliki Buku kecuali dengan cara yang sopan…  Katakan:  ’Kami mempercayai yang telah diturunkan bagi kami dan yang telah diturunkan bagimu.  Allah kami dan Allah-mu adalah satu [yang sama].’”  Ada ayat-ayat lainnya juga di Al Qur’an, yang mengatakan kita percaya kepada satu Allah.

Antoine: Terima kasih banyak.  Kami ingin menutup episode hari ini.  Seperti di episode yang terakhir, dapatkah Anda menceritakan lebih banyak mengenai kasih Isa Al-Masih kepada kita dan menutup episode kita ini dengan pembacaan Kitab Suci?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Amin.  Saya ingin membacakan kotbah di bukit.  Ini yang disebut “Kotbah di Bukit.” Isa Al-Masih berkata, “Berbahagialah mereka yang tidak punya apa-apa di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.” Apa arti “tidak punya apa-apa di hadapan Allah”?  Dunia memuja kekuasaan, tetapi yang tidak punya apa-apa diberkati.  Sekarang apa artinya “diberkati”?  “Diberkati” artinya “betapa beruntung, betapa senang, betapa sukacita.” Betapa bersukacita orang miskin, orang yang ditekan.  Dunia menganggap kebahagian dari kekuasaan, pengaruh, dan kebanggaan.  Ah, disinilah ajaran Isa Al-Masih berbeda.  Orang yang berkuasa, sombong tidak membutuhkan Allah.  Tetapi seseorang yang merasa lemah dan miskin di dalam, akan merasakan kebutuhkan akan Allah, jadi ia mencari Allah.  Ia mencari Allah dan berdoa, “Allah, sertai aku.  Aku membutuhkan Engkau, Allah.  Aku lemah dan miskin, Allah.  Tetapi Engkaulah kekuatanku.  Dengan Engkau aku menjadi kuat.” Seorang yang sombong adalah orang yang suka menguasai.  Kesombongannya memisahkannya dari Allah.  Ia berkata, “Aku tidak membutuhkan Allah.  Aku melakukan semuanya sendiri.”  Ia bangga akan uangnya, akan posisinya, akan kekuasaannya.  Ia bangga atas semuanya.  Ia sombong.  Oleh karenanya, ia jauh dari Allah.  Tetapi Isa Al-Masih mengatakan… Isa Al-Masih memberkati mereka yang mau dekat dengan Allah.

Antoine: Terima kasih banyak, dan kami berterima kasih kepada para pemirsa terhormat.  Sekali lagi kami mendorong Anda untuk menulis kepada kami, dan menulis kepada Bapak Pendeta Zakaria Botros secara pribadi, dan ia akan menjawab Anda secara pribadi.  Alamatnya akan muncul di layar di akhir program ini.  Allah memberkati dan memberikan Anda sukacita.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Amin, Allah.  Dengarkan dan jawablah.

Antoine: Amin.  Terima kasih.



Texts being used:
The Indonesian Bible text used for New Testament is “The Indonesian (1912 Translation) – Greek Diglot New Testament” – “Kitab Suci Injil Dwibahasa Indonesia (Terjemahan 1912) – Yunani” version.  © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 2000.
The Indonesian Bible text used for Old Testament is “The New Translation, 1974” – “Alkitab Terjemahan Baru (TB), 1974” version.  © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 1974.
The Indonesian Al Qur’an text used is taken from
http://Quran.al-islam.com/
Indonesian version:
http://Quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSora=1&nAya=1&nSeg=1&l=eng&t=ind
Notes on this episode:
For verses that is not clearly defined, the translation is done directly as the text said, not taken from the quote in the Bible – Untuk ayat-ayat yang tidak direferensikan secara jelas, terjemahan dilakukan secara langsung seperti apa kata text, bukan diambil langsung sesuai dengan teks dari Kitab Suci.

(1)  In Indonesian version, for the same text, the verse is 83 not 82 – Dalam versi Indonesia, untuk teks yang sama, ayatnya adalah 83 bukan 82.

No comments:

Post a Comment