Antoine: Selamat datang para pemirsa yang terhormat, ke episode “Pertanyaan Mengenai Iman”. Juga selamat datang kepada tamu kami yang terhormat, Bapak Pendeta Zakaria Botros.
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Terima kasih banyak.
Antoine: Apakah Anda baik?
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, syukur kepada Allah.
Antoine: Kami berterima kasih kepada para pemirsa yang telah mengirimkan surat-surat yang cukup banyak melalui internet maupun pos. Saya ingin membacakan sebuah surat dari saudari kita dari Maroko, yang tinggal di Perancis. Saya tidak akan membaca seluruh surat karena sangat panjang. Ia menulis:
“Salam hangat dan damai bagi Anda semua. Saya harap Anda semua dalam keadaan baik. Sedangkan dengan saya, saya amat sangat baik, syukur kepada Isa Junjungan Yang Ilahi yang tinggal di dalam saya dan merubah saya menjadi seorang wanita yang bermoral tinggi. Saya sangat bersyukur atas kasihNya. Kemuliaan bagiNya selama-lamanya, Amin. Saya mempunyai sebuah pertanyaan bagi Anda dan saya mengucapkan terima kasih sebelumnya. Bolehkan saya berdoa bagi orang tua saya yang sudah meninggal dunia dan minta Allah mengampuni mereka? Selain itu, bagaimana dengan orang-orang yang meninggal dunia tanpa pernah mengetahui iman kepada Isa Junjungan Yang Ilahi; mereka tidak mempelajari atau mengetahui apapun sama sekali? Ibu saya terlibat dalam ilmu hitam, sehingga ia dan saudara laki-laki saya saling membenci satu sama lain. Bahkan ibu saya mati ditangannya, karena ia sedang kerasukan roh jahat.”
Apa pendapat Anda mengenai topik dalam surat ini?
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Mengenai manfaat doa kepada orang-orang yang sudah mati, sebenarnya saat mereka meninggalkan dunia ini mereka sepenuhnya berada dalam tangan Allah. Selama orang tersebut tinggal di dunia ini, kita harus berdoa bagi mereka dan menunjukkan kepada mereka kasih Isa Al-Masih. Doa membuka hati dan pikiran mereka untuk menerima Isa Al-Masih. Akan tetapi, saat mereka pergi, semuanya diluar jangkauan kita. Kita hanya dihibur dan kita bersyukur kepada Allah bahwa kita tahu jalan kepada Isa Al-Masih; oleh karenanya kita mempunyai hiburan yang terbesar. Tetapi kita memasrahkan orang-orang mati sepenuhnya kepada Allah. Kita bukan hakim. Allah itu adil dan maha pengampun dan Ia dapat menangani masalah ini karena Ia-lah yang mempunyai kuasa, bukan kita. Kitab Suci membicarakan orang-orang yang masih hidup menerima Isa Al-Masih. Oleh karenanya, kita berdoa bagi mereka agar menerima Isa Al-Masih secara pribadi. Jika tidak, kasusnya tetap tidak terpecahkan.
Antoine: Allah mengetahui hati.
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tentu Ia tahu.
Antoine: Ini sebuah email yang sangat memberikan dukungan, kami terima dari seorang saudara di Saudi Arabia. Ia berkata, “Dalam nama Bapa, Anak, dan Ruh Allah, Amin. Inilah yang saya percaya setelah saya mengetahui arti yang sebenarnya dari kepercayaan Nasrani dan ajaran Isa Al-Masih. Anda mungkin bertanya-tanya apa yang saya tahu mengenai ajaran Isa Al-Masih di umur 22 tahun. Pak, saya telah belajar banyak dan hal itu telah memupuk jiwa saya. Anda dapat meyakinkan pikiran dengan sebuah ide, walaupun ide itu salah, tetapi ruh hanya akan dipuaskan oleh Allah yang menciptakannya.”
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sangat indah!
Antoine: “Dengan mengenal Isa Al-Masih, jiwa saya dipenuhi dengan cinta kasih, jaminan, dan keyakinan akan Allah. Tetapi saya terpecah antara dua hal: Iman saya dan keluarga saya. Agama saya sebelumnya memaksakan kepercayaan yang buta dan tidak dapat dipertanyakan, dimana tidak diperkenankan untuk berdebat. Kami harus mengikuti hanya hal-hal yang telah dibukakan oleh rasul kami. Kami tidak dapat berpikir atau menanyakan apapun.”
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Itu sebuah masalah.
Antoine: “Iman saya dikuatkan. Semakin banyak saya belajar, semakin kuat api dalam hati saya; seperti ditambahkan oksigen. Semua ini berlanjut tanpa keluarga atau teman-teman saya ketahui. Saya banyak membaca Kitab Suci, tetapi belum semuanya. Bahkan untuk menyentuhnya saja dilarang. Saya belajar banyak. Saya lebih banyak lagi membaca buku saya, yaitu Al Qur’an, dan menemukan kontradiksi atau pertentangan dan jawaban-jawaban yang tidak memuaskan, serta tidak melegakan kehausan saya. Jadi saya memutuskan untuk menyimpan iman saya untuk diri saya sendiri, tetapi saya tidak dapat melakukannya lebih lama lagi. Disini saya dihalang-halangi dari hak saya, yaitu untuk menyembah Allah yang benar, Isa Al-Masih. Pak, apa yang harus saya lakukan? Apakah saya akan bebas dari belenggu yang mengekang saya dan menolak kebebasan saya untuk percaya?”
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Saya sunguh-sungguh bersyukur kepada Allah bahwa seorang baru berumur 22 tahun dan dapat sangat berfilosofi. Api membara dalam hatinya, seperti diisi oksigen. Oksigen membuat api berkobar. Ini seorang laki-laki yang berkobar oleh kasih Isa Al-Masih? Sangat hebat bahwa pesan ini dapat mencapai daerah-daerah tersebut. Mengenai keselamatan, Isa Al-Masih tentu saja menyelamatknya umat manusia. Begitu juga menyelamatkan jiwa, Ia menyelamatkan jiwa dari masalah-masalah. Teamanku, percaya kepada Isa Al-Masih dan katakan, “Engkau-lah pemecah masalah dan Raja Damai. Aku datang kepadaMu. Aku membutuhkan Engkau. Orang yang miskin dalam ruh adalah orang yang membutuhkan, tak berdaya, dan tak bertenaga. Biarkan ia menaruh percayanya kepada Allah yang penuh kasih, yang telah turun dalam wujud manusia, Isa Al-Masih. Ia akan memecahkan semua masalahnya. Amin.”
Antoine: Amin, semoga Allah memberkati Anda.
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Amin.
Antoine: Kami mohon Anda mau menjawab beberapa pertanyaan. Kami telah menerima beberapa surat yang berisi pertanyaan, “Bagaimana orang-orang Nasrani dapat menyembah seorang allah manusia yang makan, minum, buang air kecil, dan buang air besar?” Apa jawaban Anda untuk itu?
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Saya sangat senang dengan pertanyaan menantang ini, walaupun pertanyaan ini sulit. Saya tidak marah. Kami tidak tersinggung atau marah karena mereka menggunakan kata-kata seperti itu. Bahkan, semua orang mempunyai kebebasan untuk menyatakan pendapat mereka, berpikir dan bertanya. Saya ingin agar saudara-saudara Muslim memiliki perilaku yang sama. Saat kami bertanya, seharusnya mereka tidak berkata: “Itu sebuah hujatan. Mengapa Anda menanyakannya?” Mari, jangan terlalu kaku! Santai saja! Lebih baik menjawab saya. Ini kesempatan Anda.
Jadi saya berterima kasih kepada saudara dan menghormati kebebasannya untuk menyatakan pendapatnya. Penyembahan kami dicemarkan karena kebenaran akan Isa Al-Masih telah disalahartikan. Isa Al-Masih sepenuhnya manusia seperti saya, Anda, dan para pemirsa lainnya, tetapi tanpa dosa. Ia tidak pernah berdosa. Seorang manusia yang dalamnya Allah menjelma, atau menyatakan DiriNya sendiri. Jadi kami menyembah Allah yang telah menjelmakan DiriNya sendiri ke dalam Isa Al-Masih, Isa Al-Masih hanyalah seorang manusia yang didalamnya Allah menyatakan DiriNya sendiri.
Antoine: Tetapi tanpa dosa.
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Seorang manusia yang telah dibersihkan dari semua dosa.
Antoine: Dapatkah Anda memberitahu kami, darimana teman Muslim kita mendapat ide seperti ini?
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Maaf?
Antoine: Dari mana ajaran ini datang?
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ajaran kita diambil dari Kitab Suci, dari surat Rasul Pa’ul, I Timotius pasal 3, ayat 16: ayat ini berkata, “Sangat agunglah rahasia kesalehan yang kita yakini, Ia yang sudah dinyatakan dalam keadaan sebagai manusia, dibenarkan dalam ruh, dapat dilihat oleh para malaikat, dikabarkan di antara segala bangsa, dipercayai di dalam dunia, diangkat ke dalam kemuliaan.” Allah sudah menjelma menjadi daging. Jadi ada daging dimana Allah menampakkan diriNya sendiri. “Sangat agunglah rahasia kesalehan yang kita yakini, Ia yang sudah dinyatakan dalam keadaan sebagai manusia.”
Dalam Surat Kolose pasal 2, ayat 9, dikatakan: “Sebab di dalam Al-Masih secara jasmani berdiam keilahian yang sempurna.” Jadi Ia adalah daging yang didalamnya berdiam keilahian Allah. Allah menampakkan diriNya dalam Dia; menjelma dan berdiam di dalamNya.
Antoine: Allah sangat perkasa. Siapa yang dapat menahannya? Saya bertanya-tanya mengapa teman-teman Muslim kita tidak dapat menerima ide bahwa Allah dapat berdiam di sebuah tubuh fisik?
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Karena para Muslim sudah disuntik untuk menentangnya. Sejak masa kanak-kanak mereka telah diajarkan bahwa pengikut Isa Al-Masih adalah orang-orang kafir. Mereka adalah orang-orang kafir jadi jangan dengarkan mereka. Mereka menyembah seseorang yang buang air kecil, dan seterusnya. Hal ini membuat seorang Muslim menolak dan tidak mau mendengarnya. Jika Anda mencoba berbicara dengannya, ia akan berkata, “Tidak, tidak. Saya tahu kamu seorang kafir.” Ia menutup dan mengunci otaknya.
Antoine: Saya berharap tidak semuanya seperti itu!
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tentu tidak. Ada orang-orang yang berpikir, syukur kepada Allah. Kami menerima sekitar 3.000 surat, seperti yang dapat Anda lihat sendiri. Ini juga hal yang sangat penting. Dari Al Qur’an, Surat ke 7 (Al A’raf), ayat 143. Apa yang dikatakannya? Dikatakan “Tatkala Tuhannya (Allahnya Nabi Musa) menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan.” Menampakkan apa? Menampakkan diri kepada gunung itu?
Seperti yang Anda ketahui, kami tidak menafsirkan Al Qur’an karena kita tidak mempunyai hak untuk melakukannya. Kami hanya membaca komentar-komentar. Komentator Al-Qurtubi berkata, “Apakah penjelmaan berarti nampak? Saat ‘sesuatu menjelma’ artinya sesuatu dibukakan.” Ia melanjutkan, “Nabi Musa, semoga damai besertanya, melihat Allah dan karena itulah ia jatuh pingsan.” Nabi Musa, semoga damai besertanya, melihat Allah di gunung dan karena itulah ia jatuh pingsan. Dan gunung tersebut melihat Allah-nya dan hancur luluh.
Antoine: Disini jelas tebukti bahwa Allah menjelma dan nampak di sebuah gunung. Apakah ada contoh lainnya dalam Al Qur’an?
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Gunung! Ada sebuah bukti terkenal lainnya. Kami mengulang hal ini berulang kali dan kami akan terus melakukannya sampai pikiran orang-orang terbuka dan mereka mengerti. Di cerita Nabi Musa seperti yang muncul di Surat ke 28 (Al Qasas), ayat 30, kita baca: “Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: “Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam!” Ini juga dapat ditemukan di Surat ke 27 (Al Naml) and Surat ke 20 (Ta ha), dimana ada tambahan “Tidak ada allah lain selain Aku”. Di Surat ke 27 (Al Naml), ditambahkan “Diberkatilah mereka yang di dalam api dan siapapun yang berada disekitarnya”.
Jadi apa yang terjadi? Dalam komentar Ibn Kathir dan Al-Qurtubi, di Rentangan Al-Mahdawi, dikatakan, “Allah, semoga Ia ditinggikan, berbicara kepadanya dari sebatang pohon dan berkata kepadanya, 'Akulah Allah, Allah semesta alam.'”
Antoine: Disinilah mereka mendapat ide bahwa Nabi Musa adalah teman bicara Allah?
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, Nabi Musa adalah teman bicara Allah karena Allah menampakan diri kepada dia di pohon dan berbicara kepadanya dari pohon tersebut. Sejak Allah menampakkan diri di pohon dan gunung, penampakan Allah dalam wujud fisik adalah suatu hal yang diakui Al Qur’an.
Antoine: Al Qur’an dan komentar-komentar.
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Semuanya…
Antoine: Apa kesimpulan yang ingin Anda bagikan dengan para pemirsa kita?
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tepat. Ini adalah hal terpenting yang kita dapat dari sini. Logika sederhana… Logika sederhana. Menurut kesaksian Al Qur’an, Allah menampakkan diri di gunung, atau menjelmakan diriNya sendiri menjadi gunung, dan Nabi Musa melihat Allah menampakkan diri – dan gunung itu adalah batu. Jadi Allah menampakkan diri di pohon dan berbicara dari pohon tersebut. Mengapa dianggap penghinaan jika kita katakan Ia muncul dalam bentuk manusia? Ia menampakkan diri di batu dan pohon, jadi mengapa dianggap penghinaan dengan mengatakan Ia menampakkan diri di manusia? Setidaknya manusia lebih daripada batu atau pohon. Batu adalah benda mati dan pohon adalah tumbuhan. Akan tetapi manusia adalah puncak dari ciptaanNya.
Antoine: Ini logis dan meyakinkan. Terima kasih.
Jadi Anda percaya bahwa Allah menampakkan diriNya dalam bentuk manusia, dan manusia buang air kecil. Ini masih sebuah masalah.
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ini sebuah masalah bagi mental mereka dan mereka menyalahgunakan poin ini. Situasinya sangatlah sederhana. Kita berkata bahwa Isa Al-Masih adalah seorang manusia yang normal tetapi tanpa dosa. Ia makan karena Ia mempunyai tubuh manusia. Ia minum karena Ia mempunyai tubuh manusia. Ia buang air kecil karena Ia mempunyai tubuh manusia. Tetapi Allah, yang berwujud Ruh, tidak makan, minum, atau buang air kecil. Allah ditinggikan diatas semua itu.
Antoine: Sang Pencipta.
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sang Pencipta menampakkan diriNya dalam tubuh ini dan inilah yang kita sebut ’berdiam’. Keilahian yang berdiam dalam daging manusia tanpa dicampur, diaduk, atau diubah.
Antoine: Maaf! Apa maksud kata-kata Anda itu?
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Keilahian yang menjelma dalam sifat fisik Isa Al-Masih disatukan tanpa dicampur – mereka tidak dicampur bersamaan. Tidak seperti dua zat yang dicampur. Tidak ada pencampuran. Juga tidak ada pengadukan. Mereka tidak saling melebur satu sama lain dan tidak ada yang berubah dari keduanya. Keilahian tidak menjadi tubuh fisik dan tubuh fisik tidak menjadi keilahian. Ini merupakan sebuah kesatuan yang melampaui itu semua. Masing-masing memegang karakteristiknya. Tubuh fisik tetap memiliki kualitas tubuh dan keilahian tetap memiliki kualitas ilahi.
Antoine: Disamping penjelasan ini, hal ini akan tetap rumit karena kita manusia yang terbatas. Saya yakin para pemirsa yang belum pernah mendengar hal ini sebelumnya tidak dapat mengerti akan hal ini.
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Anda benar. Hal ini sangat sulit bagi orang yang baru pertama kali mendengarnya. Mereka tidak akan mengerti apa yang kita katakan. Di episode sebelumnya, saya menggunakan sebuah perbandingan, yang amat saya sukai. Sangat sederhana. Jika kita mendapat sepotong besi, sepotong besi hitam seperti ini, dan menempatkannya di api yang sangat panas, kita akan menemukan bahwa saat api dan besi menyatu, besi tersebut berubah menjadi merah. Besi itu tetap besi, dan api itu tetap api. Mereka hanya menyatu. Apakah Anda mengikuti? Besi tersebut tidak kehilangan kualitasnya dan begitu juga api. Tetapi besi dapat terbakar seperti api dan dapat ditempa. Masing-masing tetap memiliki kualitas khususnya.
Saya ingin memberitahukan Anda suatu hal lagi. Beberapa orang menanyakan penjelmaan dan tidak dapat menerima Allah muncul dalam wujud daging manusia; mereka menganggap hal itu berlebihan serta menemukan kualitas yang tidak dapat berubah itu berlebihan. Dalam Al Qur’an, Allah menjelma di gunung; dan gunung tetap menyimpan kualitasnya dan Allah menyimpan kualitasNya. Saat ia menjelma di pohon, bukankah pohon itu tetap menyimpan karakteristiknya dan Allah menyimpan karakteristikNya? Jadi ini semua tidak aneh, tetapi pikiranlah yang tidak mau menerimanya, karena takut, karena mereka telah diberitahu bahwa ini semua penghinaan kepada Allah. Mungkin mereka takut dianggap menghina. Tetapi, tentu saja, orang-orang yang mendapat penerangan akan menggunakan pikiran mereka dan mau mengerti dan menghormati alasan dan logika, pasti akan mempelajari hal ini. Saya tidak mengatakan ini hal yang sebenarnya dan hanya itu. Tidak... Pelajari, baca, teliti, cari, dan tanyakan.
Antoine: Terima kasih untuk penjelasannya. Saya rasa banyak pemirsa yang sekarang akan mengerti keilahian Isa Al-Masih.
Sebuah pertanyaan lainnya, seorang saudara menulis kepada kami, ia berkata:
“Saat Isa Al-Masih dicobai oleh setan, Ia berkata kepadanya, 'Engkau harus menyembah Allah, Tuhanmu, dan hanya kepadaNya-lah engkau harus menghamba.' Menurut kepercayaan Anda, Ia adalah Allah, jadi bagaimana Ia dapat mengatakan hal itu?”
Jika Ia Allah, bagaimana Ia dapat menjawab setan seperti itu?
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Saat Isa Al-Masih dicobai, Ia sedang mewakili umat manusia – Ia sedang melakukan perbuatan atas nama umat manusia. Ia berbuat sebagai seorang manusia untuk mengalahkan setan, untuk kepentingan umat manusia.
Sebenarnya, ada sebuah pertanyaan yang seringkali kita tanyakan: “Apakah ada dalam Kitab Suci, dimana Isa Al-Masih sendiri berkata, 'Aku sungguh Allah, jadi sembahlah Aku.'?” Seringkali kita ditanya hal ini, terutama di ruang ngobrol Paltalk, dimana kita bertemu orang-orang yang berdebat dengan kita. Orang minta kita membuktikan kepada mereka, dari Kitab Suci, dimana Isa Al-Masih berkata, “Aku sungguh Allah, jadi sembahlah Aku.” Jawaban saya sangatlah sederhana. Saya menyarankan agar mereka membawa sebuah tulisan dari Al Qur’an kepada saya, mengenai ajaran Islam. Saat saya bertanya apakah ajaran tersebut, jawaban mereka adalah, “monoteisme”. Kemudian saya minta mereka membawa sebuah tulisan dari Al Qur’an kepada saya, dimana tertulis “Ajaran saya adalah monoteisme”. Mereka berkata mereka punya satu, “Katakan: 'Allah unik! Allah adalah sumber segalanya'.” Dan saya berkata bahwa kata “monoteisme” tidak ada disitu. Mereka minta sebuah tulisan dimana Isa Al-Masih berkata, “Aku sungguh Allah, jadi sembahlah Aku.” Jika Anda minta sebuah tulisan, dapatkan dulu sebuah tulisan bagi saya, dimana kata “monoteisme” disebut. Di seluruh Al Qur’an kata “monoteisme” tidak disebutkan. Tetapi itu diambil dari ayat-ayat lainnya, yang menyatakan bahwa Allah adalah satu. Hal yang sama berlaku bagi Isa Al-Masih dan sifatNya.
Pertama-tama, saya ingin memberitahu Anda dan para pemirsa suatu hal. Kami telah menyatakan bahwa Isa Al-Masih memiliki dua sifat; keilahian dan manusia. Jadi pertanyaan mengenai dimana Isa Al-Masih berkata, “Aku adalah Allah, jadi sembahlah Aku.” Adalah salah. Mengapa? Karena Isa Al-Masih tidak hanya Allah; Ia adalah Allah yang mewujudkan diriNya dalam daging. Jadi pernyataan ini tidak lengkap dan oleh karenanya dua kepercayaan yang bertentangan muncul; satu mengakui bahwa Isa Al-Masih hanyalah seorang manusia dan yang lainnya mengakui bahwa Ia hanyalah Allah. Tidak, Isa Al-Masih adalah Allah yang menjelma atau menampakkan diriNya atau mewujudkan diriNya dalam daging manusia; seperti besi dipanasi oleh api.
Antoine: Dapatkah Anda mengutip ayat-ayat untuk mengilustrasikan Isa Al-Masih adalah penjelmaan Allah dalam daging?
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, tentu saja. Kita sebutkan beberapa sebelumnya. Contohnya, “Besarlah misteri keilahian. Allah menjelma dalam daging.” Dan, “Dalam Ia berdiam semua tubuh keilahian.”
Dalam Kitab Injil Yahya, Isa Al-Masih berkata: “Aku dalam Sang Bapa, dan Sang Bapa dalamKu.” Inilah misteri penjelmaan. “Aku dalam Sang Bapa dan Sang Bapa dalamKu. Ia yang telah melihat Aku telah melihat Sang Bapa… yang berdiam dalam Aku. Sang Bapa yang berdiam di dalamKu yang bekerja.” Jadi, Bapa berdiam di dalamNya. “Aku dalam Sang Bapa, dan Sang Bapa dalamKu.”
Dalam Kitab Injil Yahya, Ia juga berkata, “Aku dan Sang Bapa adalah satu.” Kesatuan! Mengenai keilahian di dalamNya, Isa Al-Masih berkata, “Aku dan Sang Bapa adalah satu” karena Ia adalah Perkataan Allah. Mereka adalah satu. Kitab Injil Yahya juga berkata: “Pada awalnya adalah Perkataan, dan Perkataan itu bersama-sama dengan Allah… dan Perkataan itu menjadi daging dan diam diantara kita.”
Antoine: Mohon jelaskan maksud dari “Perkataan itu menjadi daging”.
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tentu saja! “Perkataan itu menjadi daging.” Biarkan saya memberitahu Anda sesuatu… Anda berpikir dengan pikiran Anda, bukankah begitu? Kemudian Anda mau membagikan kata-kata yang ada di pikiran Anda kepada saya sehingga Anda akan menuliskannya. Anda akan menulis begini dan begitu kepada saya, artinya Anda menuangkan pikiran Anda dalam tulisan, dengan tinta diatas kertas. Anda menuangkannya. Atau ambil sebuah seniman yang menggambar sebuah lukisan. Ia menuangkan apa yang ada di pikirannya dalam lukisan tersebut. Dengan ini, saya tahu apa yang ada di pikirannya. Seperti itulah, Allah dituangkan dalam manusia. Ia menjelma menjadi manusia. Perkataan Allah menjelma dalam manusia.
Al Qur’an bersaksi bahwa Isa Al-Masih adalah Perkataan dan Ruh Allah. Ada Tradisi suci di buku Al-Ahadith Al-Qudsiyya, halaman 326. Tradisi yang sangat terkenal disebut 'Tradisi Perantaraan’ dan dikatakan: “Pergilah kepada Isa Al-Masih, seorang hamba, seorang Rasul, Perkataan dan Ruh Allah.” Ia bukan hanya Perkataan Allah, tetapi Ruh Allah juga. Jadi Al Qur’an bersaksi bahwa Isa Al-Masih adalah Ruh Allah. Isa Al-Masih adalah kesatuan dari dua sifat; tetapi kita tidak dapat mengambil yang satu dan meninggalkan yang satunya.
Antoine: Saya ingin kita melihat apa lagi yang Kitab Injil Yahya katakan mengenai Perkataan adalah sang Pencipta. Saya kira teman-teman Muslim kita tahu bahwa semuanya diciptakan Allah, melalui perkataan. 'Jadi, dan terjadilah'.
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tepat. Bahkan Shaykh Muhyi Eldin Al-Arabi menegaskan ini. Dalam bukunya, Fusus Al-Hikam, volume 2, halaman 35, ia berkata: “Perkataan adalah penjelmaan Allah dan sama seperti keilahian dan tidak ada lainnya.” Dengarkan! “Perkataan adalah penjelmaan Allah.” Perkataan Allah adalah penjelmaan Allah dan itu sama seperti keilahian dan tidak ada lainnya. Ia menyimpulkannya dengan pernyataan: “Perkataan adalah keilahian.” Ini ada di buku Fusus Al-Hikam, volume 24, halaman 134.
Amtoine: Terima kasih banyak. Kita kehabisan waktu, tetapi sebelum kita menutup program ini, apakah Anda dapat membagikan pesan kasih dari Kitab Suci?
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Semoga Allah memberkati Anda.
Ya, kita akan membahas Kotbah di Bukit. Kita katakan, “Berbahagialah mereka yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah mereka yang lemah lembut, karena mereka akan mewarisi bumi.”
Sekarang, apa arti ‘lemah lembut’?. Seorang yang lemah lembut adalah orang yang lemah lembut dan tenang. Sebelumnya, Isa Al-Masih berkata: “Berbahagialah mereka yang tidak punya apa-apa di hadapan Allah”, mengacu kepada orang-orang yang rendah hati. Rendah hati dinyatakan dengan kelemah lembutan dan kehaluskan kepada sesama. Dalam berhubungan dengan Allah, seseorang harus mempunyai kerendahan hati dan kebutuhan akan Allah. Dan dalam berhubungan dengan sesama, seseorang membutuhkan kelemah lembutan dan kerendahan hati. Isa Al-Masih berkata bahwa orang yang lemah lembut diberkati, bukan orang-orang yang kasar, agresif, dan sadis. Orang yang diberkati adalah orang yang hati, sifat, dan hidupnya sudah dirubah Allah, hidupnya diubah menjadi seekor domba bukan seekor serigala. Domba yang lemah lembut! Hidupnya diubah, hatinya diubah, dan pikirannya diubah. Semua orang mencintai kelemah lembutan! Mereka akan mewarisi dunia! Semua akan mengasihinya dan menerimanya karena karakternya yang luhur dan tingkah lakunya yang lembut. Ia mempraktekkan kesucian kepada orang-orang, jadi orang-orang dapat percaya kepadanya. Ia lemah lembut kepada orang lain. Saat Allah masuk ke hati seseorang, Ia mengubahnya. Saat seseorang membutuhkan Allah – “Berbahagialah mereka yang tidak punya apa-apa di hadapan Allah” – Isa Al-Masih masuk ke hatinya, mengubahnya dan merubah seluruh hidupnya, dan membuatnya lemah lembut dan rendah hati.
Menyimpang dari dialog dan diskusi kita, saya ingin menanyakan para pemirsa: Apakah Anda merasa membutuhkan Isa Al-Masih untuk mengubah hidup dan hati Anda agar menjadi ciptaan yang baru? Jika Anda merasakan ini, Anda akan menyesali dosa-dosa Anda. Saat Anda bertobat, Ia akan mengubah hidup Anda dan membuat Anda lemah lembut. Amin.
Antoine: Terima kasih banyak atas pesan kasih dan damai ini. Kami berdoa agar teman-teman kami diantara para pemirsa dapat mengerti semua konsep-konsep indah ini.
Kami mendorong setiap saudara dan saudari yang menonton untuk menulis kepada kami di alamat yang akan kami tayangkan di layar ini.
Semoga Allah memberkati Anda. Jika Allah berkenan, kita akan bertemu kembali di episode selanjutnya.
Texts being used:
The Indonesian Bible text used for New Testament is “The Indonesian (1912 Translation) – Greek Diglot New Testament” – “Kitab Suci Injil Dwibahasa Indonesia (Terjemahan 1912) – Yunani” version. © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 2000.
The Indonesian Bible text used for Old Testament is “The New Translation, 1974” – “Alkitab Terjemahan Baru (TB), 1974” version. © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 1974.
The Indonesian Al Qur’an text used is taken from
http://Quran.al-islam.com/
Indonesian version:
http://Quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSora=1&nAya=1&nSeg=1&l=eng&t=ind
Notes on this episode:
For verses that is not clearly defined, the translation is done directly as the text said, not taken from the quote in the Bible – Untuk ayat-ayat yang tidak direferensikan secara jelas, terjemahan dilakukan secara langsung seperti apa kata text, bukan diambil langsung sesuai dengan teks dari Kitab Suci.
No comments:
Post a Comment