Wednesday, July 11, 2012

Pertanyaan Mengenai Iman Episode 67

Pertanyaan Mengenai Iman Episode 67

Antoine: Selamat datang, para pemirsa terhormat, di episode baru program “Pertanyaan Mengenai Iman” dan selamat datang kepada tamu kehormatan kita, Bapak Pendeta Zakaria Botros.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Terima kasih.

Antoine: Terima kasih kepada teman-teman yang telah menulis kepada kami akhir-akhir ini. Kami menerima banyak surat dan hari ini kami akan membacakan 2 surat yang kami terima melalui internet.
Yang satu ini dari saudara Ussama di Siria. Ia menulis:
“Saya telah melihat program Anda dan menyukai apa yang Anda telah katakan. Tolong beritahu bagaimana hidup saya dapat menjadi lebih baik karena saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan.”
Ini sebuah pesan yang indah. Nasehat apa yang Anda tawarkan bagi saudara ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Saya berterima kasih kepadanya atas surat indah ini dan kita berdoa agar Allah akan membantunya. Pertanyaan ‘Apa yang harus saya lakukan?’ diulang berkali-kali di Kitab Suci.
Apa yang harus saya lakukan agar diselamatkan? Apa yang harus saya lakukan?
Hal pertama yang harus dilakukan adalah bertobat dari masa lalu. Ia menyesali masa lalunya. Hal kedua adalah datang kepada Isa Al-Masih dan percaya bahwa darahNya adalah cara Allah menawarkan keselamatan. Saat ia menerima Isa Al-Masih dalam hidupnya, dosa-dosanya akan dihapuskan dan ia akan diberi hidup baru. Jadi berdoalah bersama saya, saudara Ussama.
“Allah, aku datang dengan pertobatan kepadaMu, menyesali masa laluku. Allah, aku ingin Engkau masuk ke dalam hidupku dan membersihkan semua dosaku. Aku berterima kasih karena Engkau mendengar doaku dan menjawab permohonanku. Terima kasih. Amin.”

Antoine: Amin.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Dengan ini, ia akan mempelajari Kitab Suci dan maju serta Allah akan menuntun langkahnya.

Antoine: Seperti yang Rasul Pa’ul katakan: “Barangsiapa ada di dalam Al-Masih, ia adalah ciptaan baru. Perkara-perkara yang lama sudah berlalu, dan semuanya telah menjadi baru.”
Kami berharap untuk mendengar dari saudara ini mengenai perubahan dalam hidupnya dan bahwa ia telah menjadi manusia baru dan menuju ke kehidupan yang penuh berkat.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Amin.

Antoine: Kami juga menerima sebuah surat lewat internet. Dikatakan:
Kepada Bapak Pendeta Zakaria Botros dan pewawancaranya di program Al Hayat.
Saya telah mendengarkan Anda berkali-kali dan menemukan bahwa Anda sepenuhnya mengatakan omong kosong dan umpatan mengenai topik lama yang telah tererosi waktu. Pemimpin Islam telah menegaskan pandangan mereka mengenai topik-topik ini ratusan tahun yang lalu. Jika bukan karena kesetiaan para sejarawan Islam, isu-isu ini tidak akan pernah sampai ke Anda untuk dibicarakan dan berpura-pura mengajukan pertanyaan. Daripada bertanya, pergi dan lengkapi pengetahuan Anda dengan jutaan buku-buku Islam yang telah membahas semua isu yang telah Anda bicarakan, begitu juga isu-isu lainnya.
Jika Anda benar-benar jujur akan tujuan Anda, saya ingin Anda menjawab pertanyaan ini: Apa posisi Anda jika Muhammad, semoga doa dan damai Allah besertanya, benar mengenai apa yang telah ia katakan? Jika Anda pandai, Anda akan tahu maksud saya. Jangan menganggap perkataan saya ini sebagai suatu kutukan. Saya hanya bertanya…”
Saya membacakan ini seperti yang ia tuliskan.
“Toleransi kepada hati dan jawablah pertanyaan saya dengan jujur. Terima kasih.”
Namanya adalah Said.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Hebat. Saya sangat senang. Saya sangat senang kepadanya, tentu saja.
Lihat, saudara… apakah namanya saudara Said?
Lihat, saudara Said, saya tidak akan pernah marah kepada pernyataan pandangan apapun, tidak peduli seberapa kuat atau kasar, dan lain sebagainya. Singkirkan kecemasan ini. Saya sangat bertoleransi dalam hati dan Anda mempunyai kebebasan untuk bertanya dengan terbuka dan kami mempunyai kebebasan untuk menjawab pertanyaan Anda. Bukankah begitu?
Anda berkata bahwa yang saya katakan adalah ’omong kosong’ dan ’umpatan’, tetapi Anda tidak mengatakan perkataan mana yang ’omong kosong’ dan mana yang ’umpatan’. Jika Anda sembarangan berbicara seperti ini, tidak akan berguna. Pemikiran ilmiah logis harus mengatakan bahwa ini omong kosong dan inilah yang benar, dan ini umpatan, dan inilah yang benar.
Mengenai topik tua yang telah dierosi waktu, dan jutaan orang sudah menulis mengenainya – dimana mereka? Dimanakah penyelesaiannya? Tunjukkan kepada saya! Saya sudah menanyakannya selama dua tahun dan belum menerima jawaban apapun. Bahkan jawaban-jawaban yang ada dangkal dan menambah kecurigaan seseorang. Anda menyarankan agar saya mengacu kepada jutaan buku. Percaya saya, saya mengacu kepada mereka dan menemukan hal-hal tersebut bertentangan dan berkontradiksi, jadi saya datang kepada mereka yang sudah mengerti supaya mereka dapat menjelaskan hal-hal ini kepada kita.
Anda bertanya apa posisi saya jika ternyata Muhammad benar. Mengenai isu ’jika’, sebenarnya penggunaan bahasa Anda tidak enak. “Jika Muhammad benar”. Kata ’jika’ menyatakan penyangkalan karena negatif. Sekarang, ia yang mengatakan ini, bukan saya. “Jika ia benar.” Ia tidak berkata “Ia benar”. Ia berkata, “Jika ia benar” dan ‘jika’ menyatakan kalimat bersyarat. Kita sebut ’jika’, kata depan yang tidak membawa Anda kemana-mana karena kata tersebut tidak mempunyai dasar.
Lihat, anakku, Kitab Suci berkata: “Engkau mengetahui mereka dari buah-buahnya. Banyak nabi-nabi palsu akan datang setelah Aku dan engkau akan mengetahui mereka dari buah-buahnya.” Jadi, buah dari nabi yang benar akan terlihat. Bukankah begitu? Jadi, saya melihat buah-buahnya dan meminta Anda menuliskan sebuah surat lagi, yang mengatakan kepada saya bagaimana buah-buah baik dari Rasul yang Anda bicarakan ini. Mungkin saya belum melihatnya. Katakan kepada saya buah-buahnya adalah ini dan itu, dan pekerjaannya ini dan itu, jadi saya dapat diyakinkan dan percaya kepadanya. Kami minta Anda untuk melakukan ini dan kita akan bertemu lagi dengan Anda, mudah-mudahan. Dan jika Anda tidak menemukan apapun yang baik, pikirkan sekali lagi.

Antoine: Terima kasih.
Ada sebuah pertanyaan lagi dari seorang saudara Muslim. Ia berkata:
“Saya bangga menjadi seorang Muslim dan saya lulus dari sebuah benteng Islam yang hebat, Universitas Al Azhar. Ketika saya menonton episode dari program ’Pertanyaan Mengenai Iman’, saya harus menahan kemarahan saya. Mengapa Anda membangkitkan kecurigaan atas sumber-sumber Islam?”

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Membangkitkan kecurigaan atas sumber-sumber Islam?
Pertama-tama, kami tidak ingin Anda untuk menjadi marah atau kesal. Kami hanya membuka topik ini untuk diskusi, bukan untuk… Mengapa menahan kemarahan Anda dan menjadi sangat kesal? Kami berbicara untuk membuat Anda berpikir, bukan untuk membuat Anda marah.

Mengenai membangkitkan kecurigaan, saya tidak bermaksud, anakku. Saya hanya bertanya. Jika Anda mempunyai sebuah jawaban, beritahu saya. Jika ada orang lain yang mempunyai jawaban, biarkan mereka memberitahu saya. Ini hanyalah pertanyaan, tetapi jika Anda mempunyai keragu-raguan, itu hal yang wajar. Tidak salah untuk ragu-ragu karena Decart berkata, “Aku ragu-ragu, oleh karenanya aku berpikir, oleh karenanya aku ada.” Jadi siapapun yang ada harus berpikir dan siapapun yang berpikir harus mempunyai keragu-raguan. Dan ada keragu-raguan yang sistematis, yang berbeda dari keragu-raguan yang mutlak. Dengan keragu-raguan mutlak, seseorang tidak mau diyakinkan. Keragu-raguan sistematis adalah mempertanyakan atau meragukan sebuah topik dan menelitinya sampai seseorang diyakinkan. Saya sering mendengar kalimat, “Perjalananku dari keragu-raguan ke kepastian” atau “dari keragu-raguan kepada iman”.
Hal yang kedua, saya belum mendiskusikan semua sumber-sumber Islam. Saya sudah berbicara tentang Al Qur’an sebagai sumber dari Islam, tetapi saya belum berbicara mengenai semua sumber-sumber Islam.

Antoine: Apakah ada sumber-sumber lainnya bagi Islam?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Selain Al Qur’an? Tentu saja! Dua sumber, yaitu Al Qur’an dan Hadis atau Sunna, Tradisi. Dan ada sumber-sumber lainnya yang mengikuti kedua sumber utama ini, yang merupakan alasan mufakat dan hukum. Ini sesuai dengan bacaan saya. Tetapi sumber-sumber utama semua ajaran Islam diambil dari Al Qur’an dan Tradisi (Hadis). Apakah Anda mengikuti? Jadi inilah sumber-sumber utama Islam.

Antoine: Anda berkata Anda berbicara mengenai Al Qur’an sebagai salah satu sumber Islam. Bagaimana dengan Tradisi Rasul yang merupakan sumber kedua Islam?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya. Al Qur’an adalah sumber utama, tetapi Tradisi sama dengannya karena Tradisi dianggap mempunyai pesan yang sama. Sebenarnya, bacaan saya di Tradisi, Hadis dan Sunna, membuat kepala saya berputar dan menghasilkan banyak pertanyaan. Berulang kali saya bertanya kepada para skeikh dan ahli hukum yang terhormat untuk menjawab kami dengan tulisan, datang ke studio kami dan berbicara dengan kami, atau bahwa tayangan udara di saluran-saluran mereka. Saya khususnya mengundang Imam Besar Sheikh Sayed Tantawy, sheikh di Mesjid Al-Azhar, untuk menghormati kami disini dan berbicara dengan kami. Ini sebuah undangan yang menurut saya harus diterima atau ditolak.

Antoine: Jadi, Anda siap untuk menerima beliau dissini, di studio ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, dengan senang hati.

Antoine: Jadi, jika Allah berkenan, akan ada kesempatan untuk melakukan dialog perbaikan untuk mencapai kebenaran. Apakah kita dapat kembali ke topik Tradisi atau Hadis? Apakah Tradisi Rasul itu?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Berhubungan dengan Tradisi Rasul, ada beberapa isu mengenai mereka. Isu pertama adalah memperkenalkan perubahan atas Tradisi Rasul – perkenalan atas perubahan. Isu kedua adalah banyaknya perubahan, yang telah menimbulkan kecurigaan mengenai Tradisi Rasul. Suatu sumber Islam, akan tetapi yang keasliannya diragukan. Ini sebuah isu yang serius. Bagaimana seseorang dapat membangun imannya diatas sesuatu yang dipertanyakan?

Antoine: Hal yang sangat aneh, bahwa Tradisi, yang merupakan sumber Islam yang kedua, telah diubah. Apa jawaban Anda mengenai masalah Hadis ini? Apa solusinya?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sebenarnya, Ensiklopedia Islam, volume 11, ada sebuah bab yang besar mengenai… Ensiklopedia Islam. Apakah kamera dapat mengambil gambar supaya mereka yang ingin melihatnya atau mendapatkannya, dapat melihat seperti apa bukunya?
Jadi, Ensiklopedia Islam, volume 11, dimulai di halaman 3496. Di kolom pertama di halaman ini dikatakan: “Setelah kematian Muhammad, opini dan upacara agama asli yang berlaku di generasi pertama tidak dapat bertahan tanpa perubahan. Sebuah era perkembangan baru telah datang dan para ahli hukum mulai memperkenalkan beberapa perkembangan terhadap upacara-upacara agama dan kepercayaan, dengan susunan yang sistematis, yang disesuaikan dengan kondisi baru.” Ini sangat aneh! Ensiklopedia melanjutkan: “Setelah penaklukkan hebat, Islam menyebarkan kekuasaannya atas daerah-daerah yang luas, dan ide serta sistem yang baru dipinjam dari negara-negara yang ditaklukkan tersebut.”

Antoine: Apakah ini dapat terjadi pada sistem? Bagaimana Tradisi Rasul, yang seharusnya jelas dan asli, diubah?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Lihat! Di Ensiklopedia yang sama dikatakan mengenai bagaimana perubahan itu dilakukan. Di volume 11, halaman 3497, dikatakan: “Tidak terlalu lama, terjadi kebutuhan untuk memperkenalkan atau menciptakan Tradisi, jadi beberapa orang mengijinkan diri mereka sendiri untuk menciptakan Tradisi, termasuk perkataan dan tindakan yang mereka dapati dari sang Rasul, untuk disesuaikan dengan pandangan di zaman tersebut. Jumlah Tradisi yang diciptakan meningkat – bagian yang dibuat-buat – dan mereka tersebar diantara orang-orang. Tradisi tersebut diambil dari Muhammad, yang menjadikan Muhammad berkata atau berbuat sesuatu yang menarik di zaman tersebut.”
Jadi mereka membuat Muhammad mengatakan hal-hal yang tidak ada.

Antoine: Bagaimana mereka membuat itu? Dari mana mereka mendapatkan perubahan-perubahan ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Di halaman yang sama dari Ensiklopedia Islam, dikatakan: “Dan muncul di Tradisi, perkataan-perkataan yang diambil dari perkataan Nabi dan ajaran tiruan – ajaran sesat – dan ide dari Israel serta kepercayaan filosofi Yunani.” Bayangkan!
Dilanjutkan: “Ide-ide yang diterima oleh sekelompok orang Muslim tertentu, semuanya berasal dari sang Rasul.” Bayangkan!

Antoine: Ini sangat serius, bahwa hal yang dianggap asli dapat dibangun seperti itu.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Mereka memalsukan dan mengambil dari ajaran sesat, elemen dan filosofi Israel, dan menambahkannya seakan-akan sang Rasul-lah yang telah mengatakannya.

Antoine: Dapatkah Anda menyebutkan di bagian-bagian mana perubahan telah diperkenalkan?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya. Contohnya, mereka berkata: “Mereka membuat banyak Tradisi baru mengenai hukum, seperti apa yang diperbolehkan dan dilarang, dan hukum mengenai penyucian diri, fatwa atas makan, dan hukum, perilaku serta aturan yang baik.” Ini semua masih ada di halaman 3497 dari Ensiklopedia Islam. Dilanjutkan: “Dan mereka menciptakan Tradisi yang meliputi kepercayaan…” Mereka menciptakannya! “…dan hari penghakiman, Firdaus, neraka, malaikat, penciptaan, pewahyuan, dan nabi-nabi sebelumnya.” Ini semua buatan.
Di halaman selanjutnya, Ensiklopedia terus berkata: “Secara keseluruhan, Tradisi yang diciptakan mengatur hubungan antara Allah dan manusia. Tradisi yang diciptakan juga termasuk khotbah moral dan pengajaran yang berasal dari sang Rasul.” Jadi hal-hal ini tidak pernah ia katakan, dengar, atau lihat; mereka membuatnya dan menyisipkannya.

Antoine: Apakah perubahan-perubahan ini terjadi di saat yang bersamaan atau perlahan-lahan? Sejarah…

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ensiklopedia juga berkata: “Dan sejalan dengan berlalunya waktu, laporan mengenai sang Rasul bertambah – sejalan dengan berlalunya waktu laporan-laporannya bertambah – perkataannya dan perbuatan baiknya. Sedikit demi sedikit jumlahnya bertambah.” Ditambahkan: “Di abad pertama setelah kematian sang Rasul, pertengkaran diantara para orang Muslim meningkat, yaitu mengenai pendapat atas banyak isu-isu yang berbeda-beda sifatnya.” Bayangkan! Kemudian terus dikatakan: “Setiap suku berusaha keras untuk mendukung idenya masing-masing, dengan perkataan atau laporan yang berasal dari sang Rasul, dan mereka yang dapat mendukung pendapat mereka dengan salah satu kebaikan sang Rasul tentu saja dianggap benar.

Antoine: Dapatkah Anda memberikan contoh-contoh perbedaan di Tradisi-Tradisi?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya. Setiap suku mulai menyisipkan hal-hal. Contohnya, dikatakan di halaman yang sama: “Dalam pertengkaran hebat yang muncul diantara suku – fanatisme – setiap suku memohon kepada Muhammad.” Mereka terpecah-pecah menjadi kelompok-kelompok. “Contohnya, kita temukan perkataan yang berasal dari sang Rasul, bahwa ia bernubuat mengenai kemunculan negara Abbasids.” Negara Abbasids, yang datang setelah negara Umayyad dan setelah khalif Ortodox. Sang Nabi dibuat untuk bernubuat tentang negara Abbasid!
Ensiklopedia meneruskan: “Kesimpulannya, mereka membuat sang Rasul menubuatkan keadaan politik dan gerakan agama di masa depan, dan bahkan fenomena sosial yang muncul karena penaklukkan hebat, seperti hidup dalam kemewahan. Tujuannya adalah untuk membenarkan hal-hal tersebut di mata kelompok-kelompok baru.” Sehingga mereka terus membuatnya dan membicarakannya.
Ensiklopedia juga mengatakan: “Ada bagian khusus di Tradisi Rasul ini, yang diperkenalkan dalam bentuk perkataan yang berasal dari Muhammad, dan berasal dari tempat dan daerah yang berbeda-beda dari negara-negara yang bahkan belum diambil alih oleh orang Muslim sampai nantinya.” Bahkan sang Rasul sendiri tidak mengetahuinya sama sekali.

Antoine: Sangat aneh.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Dan mereka berkata sang Rasul-lah yang mengatakannya. Kesimpulan dari Ensiklopedia Islam pada akhirnya adalah: “Dengan demikian, sebagian besar Tradisi-Tradisi ini ini tidak dapat dianggap sebagai bagian sejarah dari biografi sang Rasul, tetapi merupakan pandangan yang diambil oleh orang-orang berpengaruh setelah kematian Muhammad, dan kemudian dianggap berasal dari sang Rasul.”

Antoine: Dan sekarang, bagaimana mengenai perbedaan-perbedaan di Tradisi Rasul?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ada perbedaan-perbedaan, atau banyak isu-isu, diantaranya adalah kapan Tradisi ini dicatat. Mereka memberdebatkan hal ini. Kapan Tradisi ini dimulai atau terjadi? Isu lainnya apakah sang pencerita berbohong atau menceritakan kebenaran. Kemudian, apakah Tradisi ini asli atau lemah. Dan ketidaksesuaian banyak Tradisi-Tradisi dengan alasan, logika, dan moral.
Ada pertentangan antara Suni dan Syiah mengenai Tradisi dan ada juga masalah mengenai pembatalan Hadis. Jadi ada pembatalan di Al Qur’an dan ada juga pembatalan di Hadis. Dan isu apakah Tradisi dapat membatalkan ayat-ayat Al Qur’an dan isu penerimaan Tradisi sebagai sumber Islam atau tidak. Jadi diskusinya mencapai sebuah titik dimana mereka memperdebatkan apakah menerima Tradisi ini sebagai sumber Islam atau tidak. Ada banyak perdebatan dan sangat aneh.

Antoine: Dalam sejarah, ada Tradisi-Tradisi yang menyatakan bahwa Tradisi datang setelah 1 atau 2 abad.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, itu tercatat.

Antoine: Mereka tercatat kemudian.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Inilah contoh catatan pertama disini dan perbedaannya adalah… Dalam buku berjudul ‘Al Risala Al Mustatrafa’ oleh Imam Hohamed El Idressy El Fassy, yang ada di internet, ia berkata: “Pencatatan Tradisi Rasul dimulai tahun 100 Hijriah, di masa Omar Ibn Abdel Aziz – beberapa orang mengatakannya – di tahun 100 Hijriah, yang lainnya berkata di pertengahan abad kedua – yaitu 150 Hijriah – dan kelompok ketiga mengatakan bahwa Tradisi dicatat di tahun 200 Hijriah.” Akan tetapi, di halaman 3506 Ensiklopedia Islam, dikatakan hal yang berbeda. Apakah Anda mengikuti? Dikatakan: “Tradisi-Tradisi ini dicatat di abad ketiga Hijriah dan orang-orang Suni diantara para Muslim mengakui 6 klasifikasi Tradisi dan mengambil intisarinya sebagai referensi, dan semuanya ditulis di abad ketiga Hijriah. Klasifikasi ini adalah untuk Bukhari, Muslim dan Abu Dawood.” …dan yang lainnya. Jadi ini adalah dari pandangan sejarah… 100, 150, 200 dan 300 Hijriah.

Antoine: Jadi?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ini dipertanyakan.

Antoine: Tanggal pencatatannya dipertanyakan, tetapi masalah kita adalah penutur Tradisi. Dapatkah Anda memberitahu kepada kita apakah mereka diceritakan oleh penutur yang sama?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Masalah yang sama mengenai penutur Hadis. Apakah mereka orang-orang yang jujur, pembohong, atau apa?
Saya akan menyimpulkan apa yang ada di halaman 3500: “Keputusan atas nilai penutur dapat cukup berbeda-beda. Satu penutur dapat dipercaya oleh sukunya, tetapi yang lainnya menganggap ia lemah dalam tuturan atau ceritanya.”
Ensiklopedia Islam terus mengatakan: “Mempercayai satu dari kontemporer sang Rasul tidak diterima begitu saja:” Aneh!
Ensiklopedia terus mengatakan, di halaman yang sama: “Itulah mengapa kita temukan bahwa mempercayai Abu Huraira – ia adalah salah satu penutur terbesar dari kontemporer Muhammad – adalah perdebatan hebat diantara banyak orang.” Mereka menganggap ia sebagai orang yang banyak bicara dan banyak berbohong.
Di episode lainnya, saya akan memberikan lebih banyak informasi mengenai Abu Huraira, karena ada banyak hal yang dapat membuat rambut hitam Anda menjadi uban.

Antoine: Terima kasih banyak Bapak Pendeta.
Sebelum kita menutup episode hari ini, dapatkah Anda berbicara kepada kami mengenai rahasia dari kebahagiaan? Anda memulai serial ini lebih dari 4 episode yang lalu. Dapatkah Anda memberikan kami kata-kata dorongan dan hiburan yang dapat menyentuh hati para pemirsa?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Amin. Yang kita katakan adalah “Berbahagialah mereka yang tidak punya apa-apa di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.” Ini adalah orang-orang yang miskin, sederhana, dan rendah hati. “Berbahagialah mereka yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.” “Berbahagialah mereka yang lemah lembut, karena mereka akan mewarisi bumi.” “Berbahagialah mereka yang lapar dan haus untuk melakukan kehendak Allah, karena mereka akan dipuaskan.” “Berbahagialah mereka yang berbelas-kasihan, karena mereka akan menerima belas kasihan juga.” Dulu kita selesai disini.
Sekarang, kita akan melihat pada “Berbahagialah mereka yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.” “Berbahagialah mereka yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.” Suci hatinya! Berbahagilah mereka yang hatinya suci, bebas dari hawa nafsu, ketamakan, dan kenajisan. Mengapa? Karena akan melihat Allah. Ia akan dapat melihat Allah dengan iman. Tetapi bagaimana seseorang dapat menyucikan hatinya? “Hati berdusta… siapa yang dapat mengetahuinya?” Tidak ada orang lain kecuali Isa Al-Masih yang dapat menyucikan hati.

Antoine: Membersihkannya?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Menyucikannya dan membersihkannya. Hati yang baru harus bersih. Hati yang lama tidak berguna karena penuh dengan hawa nafsu dan kotor. Dalam Kitab Suci, di Kitab Yehezkiel dikatakan: “Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat.” “Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka.”
“Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat.” “Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka.”

Antoine: Seperti doa Nabi Daud.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Nabi Daud berkata: “Buatlah dalamku hati yang bersih, O Tuhan, dan perbaharui ruh kokoh di dalamku.”
Jadi saat Isa Al-Masih menyucikan hati dan ruh, seseorang menjadi secara rohani terbuka untuk melihat Allah; bukan dengan mata fisik mereka, karena Allah adalah ruh, tetapi dengan mata iman. Orang benar hidup dengan iman dan ada hubungan rahasia antara mereka dengan Allah. Bukan perasaan atau fisik, tetapi hubungan iman. Seseorang menjadi melekat kepada Allah dan hidup dalam keberadaanNya, dan ini semua karena transparasi hati barunya; hati yang suci dan kudus.
Jadi jika seseorang ingin merasakan keberadaan Allah dan melihat Allah dalam hidupnya, ia harus mulai dari dalam. Biarkan ia berkata: “Allah, ubah hatiku dan berikan aku hati yang baru. Berikan aku ruh yang baru supaya aku dapat melihat Engkau dengan iman, menikmatiMu dan merasakan keberadaanMu.”
Para pemirsa terkasih, berdoalah seperti doa Nabi Daud dan katakan: “Buatlah dalamku hati yang bersih, O Tuhan, dan perbaharui ruh yang kokoh di dalamku.” Sekali lagi, “Buatlah dalamku hati yang bersih, O Tuhan, dan perbaharui ruh yang kokoh di dalamku.”
Semoga Allah memberkati Anda dan memberi Anda apa yang Anda inginkan, serta memuaskan Anda. Amin.

Antoine: Terima kasih atas kata-kata yang indah ini.
Kami berterima kasih kepada para pemirsa, dan berharap agar kata-kata ini dapat membawa pengalaman yang baru; hati yang bersih dan baik.
Kami yakin Anda menikmati program ini dan memohon Allah agar memberkati Anda. Sampai bertemu lagi nanti. Mohon menulislah kepada kami, ke alamat yang akan ditayangkan di layar.

Texts being used:
The Indonesian Bible text used for New Testament is “The Indonesian (1912 Translation) – Greek Diglot New Testament” – “Kitab Suci Injil Dwibahasa Indonesia (Terjemahan 1912) – Yunani” version. © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 2000.
The Indonesian Bible text used for Old Testament is “The New Translation, 1974” – “Alkitab Terjemahan Baru (TB), 1974” version. © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 1974.
The Indonesian Al Qur’an text used is taken from

http://Quran.al-islam.com/

Indonesian version:

http://Quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSora=1&nAya=1&nSeg=1&l=eng&t=ind

Notes on this episode:
For verses that is not clearly defined, the translation is done directly as the text said, not taken from the quote in the Bible – Untuk ayat-ayat yang tidak direferensikan secara jelas, terjemahan dilakukan secara langsung seperti apa kata text, bukan diambil langsung sesuai dengan teks dari Kitab Suci.

No comments:

Post a Comment