Friday, August 5, 2011

Sumber dari Al Qur’an (Zoroastrianisme Iran) (Ep 56)

Pertanyaan Mengenai Iman Episode 56
Sumber dari Al Qur’an (Zoroastrianisme Iran)


Mohamed: Selamat berjumpa para pemirsa terkasih, di program kami “Pertanyaan Mengenai Iman”.  Kita kedatangan tamu kehormatan, Bapak Pendeta Zakaria Botros.  Selamat datang Pak Pendeta.


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Terima kasih.


Mohamed: Kita telah menerima banyak surat, dan kali ini, saya telah memilih surat dari Dr. Mohamed, dimana ia berkata ”Dalam nama Allah yang Maha Pengampun, penuh belas kasihan, kepada yang dipanggil Botros Zakaria.”  Ada 8 atau 9 poin.  ”Pertama, permainan bodoh yang Anda mainkan bersama-sama dengan pembawa acara yang memainkan peran sebagai boneka dan Anda panggil dia dengan nama mahluk terhormat.  Tidak ada orang yang dapat Anda bodohi.  Yang kedua, diskusi mengenai masalah spekulatif yang dalam, terutama mengenai agama, seharusnya tidak dilaksanakan secara monolog, dimana Anda menanyakan dan menjawabnya sendiri.  Ketiga, saya tidak tahu mengapa Anda membebani diri Anda sendiri dengan menyesatkan orang lain dengan hal-hal yang salah, bukankah kesalahan Anda sendiri sudah cukup?  Keempat, Anda mempersalahkan orang-orang Barat bahwa mereka tidak dapat menjawab karena mereka tidak mengetahui bahasa Arab.  Apakah Anda merasa Anda mengerti?  Kelima, Al Qur’an telah menentang seluruh dunia, dan masih sampai sekarang, bahwa tidak ada seorangpun yang dapat menghasilkan hal yang serupa dengannya… dan seterusnya.  Kemudian saya menantang Anda untuk menerbitkan surat saya ini atau bagian darinya kepada para pemirsa.”  Sudah menjadi kebiasaan saya untuk tidak bereaksi, tapi bertindak.  Jangan dipengaruhi, tapi untuk memulai tindakan.  Sebenarnya, Dr. Mohamed, perkataan-perkataan Anda didorong oleh emosi, dan topik-topik yang dibahas dalam program ini semuanya didukung oleh fakta-fakta yang dipublikasikan oleh buku-buku referensi Islam, bukan dari buku-buku non-Islam lainnya, jadi seharusnya ini cukup.  Selain itu, biarkan saya menyebutkan sebuah ayat yang kita pegang dalam hidup kita.  Yang mengatakan, ”Tidak ada mahluk yang bersembunyi atau tersembunyi dari pengelihatanNya tetapi semuanya telanjang dan terbuka bagi mataNya, kepadaNya kita harus menjelaskan.”  Kita memberikan penjelasan kepada Sang Pencipta, bukan kepada Anda atau kepada manusia.  Silahkan, lanjutkan.


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Hal ini sangat lucu.


Mohamed: Jadi maukan Anda menceritakan kepadanya mengenai diri Anda?


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya.  Saya menceritakannya di episode pertama bahwa nama saya...  nama saya yang sebenarnya, adalah Mohamed.  Saya tidak punya alasan untuk membuat atau berpura-pura memiliki nama lain, dan saya tidak mendapatkan manfaat apa-apa dengan merubah nama saya.  Tetap hal yang penting disini adalah saya yakin dimana saya akan menghabiskan kehidupan kekal saya, dan saya sangat percaya bahwa… dan saya berharap agar Dr. Mohamed menonton kita saat ini… bahwa saya percaya, seperti yang Anda lihat saya sekarang ini, dan seperti yang jutaan orang lihat saya juga… Saya yakin saya akan menghabiskan kehidupan kekal saya sesuai dengan janji Kitab Suci.


Mohamed: Diantaranya, ia berkata bahwa Anda bersandiwara, dan maksud saya, nama Anda sebenarnya bukan Mohamed… bahwa Anda tidak pernah menjadi Muslim sebelumnya.


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Amin.  Tentu saja saya tidak terkejut menerima sebuah surat seperti ini... sebenarnya, kita menerima banyak.  Orang-orang yang memberikan reaksi berlebihan di awalnya, tentu saja karena tidak dapat menghindarinya.  Mereka telah tinggal selama 14 abad dibawah ini dan sangat sulit dihadapkan dengan Kebenaran.  Tetapi saya berdoa agar Allah kita akan menyinari cahaya pengetahuanNya kepada hidup mereka.  Kita tidak punya tujuan lain.  Jika dialognya menjadi monolog, karena memang kita tidak melakukan dialog...  Kami menghadirkan pertanyaan-pertanyaan, dan kami berharap siapapun dari para ulama Al Azhar atau Islam akan datang dan membagikannya kepada kita, jawaban dari pertanyaan-pertanyaan kami.
Mohamed: Tanpa reaksi yang berlebihan.  Ya.  Tanpa penghinaan.  Logis, dan tanpa ejekan, dan tanpa kata-kata yang penuh dengan kemarahan.


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Jangan, biarkan ia mengatakan apapun yang diingininya.  Biarkan dia mengatakan apa yang yang diingininya dan mengekspresikan kemarahannya, karena kita harus memperluas diri kita kepada semua orang.  ”Kasihi musuhmu, berkati mereka yang mengutuk engkau, berbuat baik kepada mereka yang membenci engkau dan berdoa bagi mereka yang menyiksa engkau.”  Anda tahu, kita tidak memiliki kepentingan pribadi dimana kita tersinggung karena harga diri kita.  Jadi silahkan, saudara Mohamed...  kirimkan surat lebih banyak kepada kami.  Anda sangat kami harapkan.


Mohamed: Kita sudah mendiskusikan beberapa sumber-sumber Islam dalam beberapa episode, dan ada sumber-sumber lainnya, seperti Persia atau Zoroastrian.  Jadi, dapatkah Anda mendaftarkan sumber-sumber ini juga?


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Baiklah, tentu saja ada beberapa hal pasti yang ditemukan di dalam Al Qur’an, yang kalau digali-gali akarnya dengan penelitian ilmu pengetahuan dan logika, ditemukan berasal dari Zoroastrian Persia.  Contohnya, cerita mengenai perjalanan di malam hari dan perjalanan ke surga.


Mohamed: Oh, tidak!


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, cerita Isra dan Miraj, yang ada di Surat ke 17 (Al Israa).  “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa”.  Asal dari ayat ini dapat ditemukan di buku legenda Persia, berjudul, “Arta Wiraf Namak”.  Bukunya ada disini hari ini, dan Anda dapat membacanya.


Mohamed: Dalam bahasa apa?


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ditulis dalam bahasa Pahlavy, yaitu, bahasa Persia tua, 400 tahun sebelum Islam, atau sebelum Hegra.  Mitosnya berbicara mengenai agama Zoroastrian, yang sudah mulai merosot, sehingga mereka mulai menyusun sebuah legenda mengenai seorang laki-laki keturunan dewa Zoroastrian, bernama Arta Wiraf.  Dan disitu, ia bertemu dengan seorang malaikat atau seorang malaikat tertinggi bernama Srosh, Srosh membawa dia dan memperkenalkannya kepada dewa tertinggi di Zoroastrianisme, yaitu Ormazd, dan ia bertemu Ormazd dan melihatnya, dan memperoleh perjalanan ke surga ini.  Ini ditulis di “Arta Wiraf Namak”, saat ia diberkati oleh dewa Ormazd, yang mengirimkannya untuk menguatkan iman orang-orang Zoroastrian Persia.


Mohamed: Aneh.  Ya, saya bertanya-tanya jika Anda dapat menceritakannya sedikit kepada kita mengenai mitos Persia ini.


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ah, mitos itu berisikan bacaan-bacaan yang mutlak sama dengan cerita Isra dan Miraj.  Jadi, di buku, “Arta Wiraf Namak”, di bab 7 bacaan 1 sampai 4:  “Arda Viraf berkata…


Mohamed: Permisi, apakah buku ini ada di sirkulasi saat ini?
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, dapat ditemukan di Persia, bahasa kuno Pahlavy.  Sampai hari ini disimpan dalam manuskrip, dan orang dapat melihatnya.  Bagaimana lagi kita dapat membacanya?


Mohamed: Ya, Anda dan… maafkan, silahkan.


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Dikatakan seperti ini:  “Aku menaruh kaki pertama kedepan sampai aku turun ke tingkatan bintang-bintang, dan aku melihat roh-roh orang suci, yang darinya muncul sinar seperti bintang terang, dan ada sebuah singgasana, kemudian aku menanyakan Stroush agung dan dari malaikat Azar, malaikat api, mengenai tempat dan orang-orang.  Ini sebuah bacaan lainnya, yaitu:  di bab 11:  ”Akhirnya malaikat tertinggi Bahman berdiri dari tahtaNya yang bertaburan emas dan membawa aku ke keberadaan mulia Zoroaster, yang berakal dan berkomprehensi, dan Bahman berkata:  Ini Ormazd, kemudian aku ingin memberi salam sehingga ia berkata kepadaku, ‘Damai besertamu Orta Wiraf, selamat datang untuk telah datang’, kemudian ia memerintah Sroush Agung dan malaikat tertinggi Azar untuk membawa Orta Wiraf dan menunjukkan kepadanya singgasana, dan ganjaran bagi yang baik dan hukuman bagi yang jahat di surga dan neraka, seperti biasa.”  Anda mengikuti?  Kata-kata yang sama, cerita yang mirip… cerita yang sama.


Mohamed: Apakah mitos seperti ini disebutkan juga di budaya-budaya lainnya?


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Baik.  Baik.  Ada juga mitos serupa dari cerita perjalanan malam dan surgawi di Hindu, agama berhala.  Dalam buku yang disebut “Indarlow Cacontom”, artinya “Ziarah ke Kerajaan Indra.”  Orang-orang Hindu mengatakan di dalamnya, bahwa Indra adalah kepala dewa udara, dan pahlawan yang disebut di dalamnya bernama Argُُُeenna, yang mencapai surga dan melihat istana surga Indra, dan istana tersebut memiliki sebuah kebun buah dan mata air abadi yang mengairi tumbuhan segar dan hijau, dan diantara kebun buah surgawi tersebut berdiri sebatang pohon yang bernama Pakash Jepty.  Para Zoroastrian juga percaya akan keberadaan sebatang pohon yang bernama…  Zoroastrian ada di Persia, seperti di India, di mitos India ada sebatang pohon, dan mereka juga punya sebatang pohon di surga bernama Gawaba, diairi oleh sungai-sungai, dan disitulah dihasilkan berbagai macam tumbuhan.  Jadi ada Isra dan Miraj versi Zoroastrian Persia, dan ada Isra versi Hindu.


Mohamed: Saya bertanya-tanya budaya mana yang lebih tua… budaya Arab, Persia, atau India?


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Persia yang lebih tua, dan telah mempengaruhi budaya-budaya lainnya.  Dan saya percaya bahwa Isra dan Miraj disalin dari budaya Persia.


Mohamed: Saya bertanya-tanya apakah cerita Isra dan Miraj adalah satu-satunya dalam Al Qur’an, yang dipengaruhi oleh budaya-budaya lainnya, Persia dan Zoroastrian?


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tidak, masih banyak lagi.  Contohnya, Isra dan Miraj adalah satu… Gadis perawan bermata besar tidak mempunyai persamaan di buku-buku surgawi lainnya, tetapi ditemukan di Zoroastrianisme.  “Hoor Al Eyn”, gadis perawan bermata besar.


Mohamed: Maksud Anda kata “Hoor Al Eyn” diturunkan dari Zoroastrianisme?


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sumber dari semua pengajaran-pengajaran itu berasal dari buku-buku Zoroastrianisme, karena Anda tidak dapat menemukan jejaknya sama sekali di buku yang diwahyukan tersebut.  Tetapi ada di buku-buku Zoroastrian dan India.  Dan hal yang aneh adalah, ceritanya luar bisa mirip dengan cerita di Al Qur’an dan Tradisi-Tradisi.  Seperti contoh ini.  Dikatakan mengenai gadis perawan di Surat ke 55 (Ar Rahman) ayat 72 “Gadis perawan bermata cahaya berteduh di anjungan;” Dan di Surat ke 56 (Al Waqi’a) “dan gadis perawan bermata cahaya [murni] seperti harta mutiara,” dan ini diambil dari Zoroastrian kuno mengenai roh gadis muda halus bernama Hoor dalam Bahasa Pahlavy.  Hoor seperti Hoor, betulkah itu?  Keindahan surgawi yang tidak hanya disebutkan di buku-buku kuno Persia, tetapi di buku-buku kuno India, yang berkata bahwa yang berhubungan intim dengan mereka di surga adalah martir-martir perang, yang terbunuh di perang akan mendapatkan Hoor di surga… Logika yang sama.  Muslim yang mati di bumi sebagai martir akan pergi kesana dan bertemu Hoory… 72 orang.  Hal yang sama.


Mohamed: Ya.  Ya.  Cukup menyedihkan!  Apa lagi yang Zoroastrian percaya… apakah ada banyak kesamaan lagi?


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, kita membicarakan Isra dan Miraj.  Ya.  Dan kita membicarakan gadis perawan bermata bercahaya, dan juga Jin.  “Al Jin”.  Kata “jin” diambil dari bahasa kuno Persia, Pahlavy, karena ini ada di buku, “Avesta”, yang merupakan buku suci Zoroastrian dan undang-undang agama mereka.  Dalam wujud dan bentuk ini, Jini, yang artinya “roh jahat”.  Jadi Arab menyalin nama yang sama dari Zoroastrianisme.  Ini juga muncul di cerita kepergian Azazeel dari neraka.  Muslim telah menyalin cerita kepergian Azazeel keluar dari neraka dari Zoroastrianism.  Ini muncul di “Kesas AL Anbiaa”:  “Allah menciptakan Azazeel, jadi Azazeel memuja Allah, Maha Tinggi, selama 1.000 tahun di penjara, kemudian dia naik ke bumi, sehingga ia akan memuja Allah Maha Tinggi di setiap tingkatan, 1.000 tahun sampai ia mencapai bawah bumi.”  Dan hal yang sama ditemukan di Zoroastrianisme… Azazeel, saat ia naik dan dibebaskan untuk pergi ke bumi.


Mohamed: Ya.


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Masih ada yang lain lagi.  Dan ada di buku “Araes AL Majales”, halaman 43.  Dikatakan:  “Setan berarti Azazeel, ia tinggal selama 3.000 tahun di gerbang surga dengan harapan dapat menyakiti Adam dan Hawa, karena hatinya penuh dengan iri hati.”  Kata-kata yang sama muncul di Zoroastrianisme, di “Bondahshina” bab 1 dan 2, bahwa “Ahreman” – yaitu setan – sedang dan masih dalam kegelapan, tidak menyadari hal sampai telah terjadi dan bersemangat untuk menyakiti orang lain, dan ia ada di jurang yang dalam, di dalam kegelapan, dan ia tidak mengetahui keberadaan Ormozd, dan akhirnya ia keluar dari jurang yang dalam dan datang ke tempat yang sangat indah, dan saat ia melihat cahaya Ormazd, ia merancang kerusakan.  Ada kemiripan diantara kedua cerita ini, yaitu “Azazeel” di Islam, yang dipanggil “Ahreman” di Zoroastrianisme, lahir di penjara, di jurang yang dalam, dan keduanya turun dari situ dan berusaha keras untuk merusak mahluk Allah.  Saya ingin mengatakan sesuatu…


Mohamed: Itu dia, mengenai setan.


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, mengenai setan.  Maksud saya, apakah Allah akan memberitahukan sesuatu hal yang sudah diceritakan di mitos-mitos lain?  Ini sebuah pertanyaan yang menjelaskan sendiri.


Mohamed: Sepertinya saya mendengar Anda berkata bahwa mitos-mitos atau cerita-cerita yang muncul di Al Qur’an ini tidak pernah punya, atau tidak punya persamaannya di Kitab Taurat atau Kitab Injil, dan apapun yang berbeda dengan Kitab Taurat atau Kitab Injil, seperti yang Anda katakan, bukan berasal dari Allah.


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Karena Allah tidak…  Allah menunjukkan diriNya sendiri, dan Ia menunjukkan diriNya sendiri di Kitab Suci, dan menunjukkan kepada kita seluruh rahasia penciptaan.  Jadi bagaimana ini semua dapat berubah selama kurun waktu 700 tahun setelah Isa?  Suatu hal baru akan muncul dan mempunyai beberapa kemiripan dengan mitos India dan Persia, dalam banyak hal.  Seperti yang kita katakan di Isra dan Miraj, dan kita bicarakan mengenai Hoory, dan kita sebutkan Azazeel.  Maksud saya, ada banyak hal-hal aneh, sangat banyak.


Mohamed: Saya akan menanyakan hal yang sama dengan cara yang lain… maksud saya, apakah mungkin Allah mengirimkan sebuah agama, kemudian agama kedua, dan kemudian agama ketiga, dan salah satu dari agama-agama ini bertentangan dengan dua agama lainnya?  Secara pribadi saya percaya bahwa Allah Maha Tahu dan Maha Berada, dan Maha Kuasa.  Ia tidak dapat begitu saja berubah pikiran dalam satu malam.  Dan ini sebuah pertanyaan yang saya punya secara pribadi, mengenai hal ini.


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sungguh benar.  Sungguh benar.  Dan kemudian, apakah Allah akan menyalin dari mitos-mitos?


Mohamed: Ini adalah pertanyaan yang muncul.  Dan bagaimana dengan cahaya Muhammad?  Apakah ada sesuatu di Al Qur’an yang membicarakan agama Muhammad, cahaya Muhammad?


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya.  Baiklah, pertama mengenai cahaya Muhammad di cerita-cerita nabi… Muhammad berkata:  ”Yang pertama kali Allah ciptakan adalah cahayaku.”  Di halaman 2.  Dan dikatakan di “Rawdat Al Ahbab” bahwa Muhammad berkata:  ”Saat Adam diciptakan, Allah menaruh cahaya itu di dahinya dan berkata:  ‘Adam, pandanglah cahaya yang Aku letakkan di dahimu, ini adalah cahaya dari anakmu yang terbaik dan termulia, ini adalah cahaya dari kepala nabi yang akan dikirimkan.’ Kemudian cahaya itu disampaikan dari Adam kepada keturunannya sampai ke Abd Allah Ibn Abd Al Motaleb, dan dari dia kepada Amena saat ia mengandung cerita Muhammad.”


Mohamed: Bagaimana dengan manusia lainnya?


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Asal dari cerita ini… sumber dari cerita ini dapat ditemukan di buku Zoroastrian.  Disana ditemukan di buku Persia berjudul “Menokhart”, bahwa sang pencipta menciptakan bumi ini dan segala mahluknya, dan semua malaikat tertinggi dan mahluk surgawi dari cahayanya sendiri, dan mitos Persia berkata bahwa cahaya ini dari manusia pertama yang diciptakan di bumi, seperti Adam… dan dengan itu maksudnya mereka adalah Adam, bapak dari umat manusia.  Cahaya itu disampaikan ke orang yang satu kepada yang lainnya dengan berurutan, dan ini sesuai dengan yang Tradisi katakan mengenai cahaya Muhammad.  Dari mana ini diambil?  Pasti dari Zoroastrianisme.


Mohamed: Sekali lagi, sebuah pertanyaan.


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Oh, ya, tentu saja.


Mohamed: Sampai sekarang kita telah mendiskusikan 6 hal dari Zoroastrianisme yang sesuai dengan Al Qur’an dan Hadis.  Tetapi saya mempunyai sebuah pertanyaan yang ingin saya tanyakan.  Apa jalan yang lurus?  Apakah ada sesuatu yang menyebutkan Al Syrat Al Mostakeem, dimana ratusan juta orang memohon dan berdoa kepada Allah:  “Pimpin kami di jalan yang lurus”?


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, jalan lurus di Islam ini seharusnya sebuah tali tipis, lebih halus dari selembar rambut dan lebih tajam daripada mata pisau, dimana umat manusia akan berjalan.  Saat orang tidak percaya berjalan diatasnya mereka akan jatuh ke api, tetapi saat orang Muslim berjalan diatasnya mereka akan menyeberang ke sisi satunya.


Mohamed: Lebih tipis dari selembar rambut.


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Lebih halus dari selembar rambut dan lebih tajam dari sebuah pedang.


Mohamed: Apakah benar...?
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sebenarnya, pertama-tama, mari kita periksa turunan dari kata “Surah”, atau “Jalan”.  Asalnya bukan dari Arab, tidak ada akar kata dari kata itu.  Tidak dapat ditemukan.


Mohamed: Anda mengucapkannya sedikit berbeda dengan cara saya mengucapkan.


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Walaupun begitu, tidak ada akar kata dari cara Anda mengucapkannya juga.


Mohamed: Tidak ada.


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tidak ada asal usulnya, tidak ada sumbernya.  Baik?  karena “Syrat” telah diArab-kan dari asal Persia dan karenanya saya berkata “Surah”.


Mohamed: Maksud Anda asal katanya adalah “Sorat”?


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, dan itu berarti jembatan gantung atau jalan gantung melengkung, dimana Zoroastrian percaya membentang antara bumi dan surga.  Muhammad menyalinnya, hal yang sama.  Cuplikan ini diambil dari sebuah buku Pahlavy, berjudul “Denkart”, volume 2, bab 81, bagian 5-6.  Dikatakan sebagai berikut:  ”Aku melarikan diri dari banyak dosa…”  Ini dari Zoroastrian.  ”Aku menjaga kesucian dan kebersihan perbuatanku dan melakukan pujian bagiMu supaya aku tidak dihukum dengan hukuman dasyat di neraka, tetapi lebih suka menyeberang ke Syrat, atau Surah dan mencapai tempat mulia penuh wewangian, menyenangkan dan luar biasa indah.”  Jadi ia mengambilnya dari situ, karena “Syrat Al Mustakeem” ini, atau “jalan lurus”, tidak ada di agama lainnya.


Mohamed: Tidak dapat ditemukan.


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Bagi kita, “Al Syrat” adalah cara kita hidup di bumi, tetapi tidak ada “Syrat”, dalam arti rambut yang mencapai ke surga.


Mohamed: Jika kita setuju dengan Anda, bahwa doktrin-doktrin atau agama-agama ini menciptakan hal-hal tersebut, kemudian bagaimana, apakah pengajaran ini mencapai Arab dan Muhammad sendiri, dengan mengasumsikan Muhammad buta huruf.  Jadi bagaimana ia dapat dipengaruhi oleh budaya ini, budaya bukan Arab?


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sebenarnya isu mengenai buta huruf atau tidak sudah cukup terjawab di sesi sebelumnya.  Tetapi di “Rawdat Al Ahbab”, dikatakan Muhammad terbiasa berbicara dan berdialog dengan siapapun yang datang kepadanya, walaupun mereka dari agama yang berbeda.


Mohamed: Dimana hal itu disebutkan?


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Di “Rawdat Al Ahbab”.


Mohamed: Apakah “Rawdat Al Ahbab” itu?


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Itu adalah sebuah buku berjudul “Rawdat Al Ahbab”.


Mohamed: Baiklah, sebuah buku.


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Dan ia suka berbicara dengan mereka menggunakan bahasa mereka sedikit-sedikit, seperti saat Anda bertemu dengan seorang asing – seorang Amerika, contohnya – dan Anda berkata kepada, “good morning (selamat pagi)”, dan lain sebagainya.  Jadi ia suka berbicara dengan mereka dengan cara ini.  Banyak cerita-cerita yang muncul dalam Al Qur’an telah cukup tersebar diantara orang Arab … cerita tipu muslihat sore dan malam hari, sangat banyak sampai Al Kendy berkata – seorang pengarang Arab yang hebat – “Dimanapun cerita Aad dan Thamood diceritakan, unta dan orang dari gajah, dan sebagainya menyukai cerita ini, kami akan berkata kepada mereka, ini adalah berita dingin dan cerita bohong wanita tua, yang telah direnungkan siang dan malam.”  Mereka menceritakan ini siang dan malam.  Malam yang panjang.  Ini adalah cerita bohong wanita tua.  Ini seperti lagu nina bobo atau mitos terkenal.  Dikatakan di Biografi Kenabian oleh Ibn Hisham dan Ibn Ishak, bahwa diantara teman-teman Muhammad ada seorang laki-laki Persia bernama Salman, orang Persia.  Dan Salman inilah yang menyarankan Muhammad untuk menggali parit di salah satu peperangannya dan dialah yang menyarankan Muhammad untuk menggunakan ketapel untuk menyerbu Thakeef, di Al Taef.  Musuh Muhammad pada saat itu, telah menekankan bahwa Salman inilah yang telah membantu Muhammad menuliskan Al Qur’an, sangat benar sampai Muhammad sendiri menyebutkannya di Surat ke 16 (Al Nahl) ayat 103:  ”Kita sudah tahu apa yang mereka katakan:  ’Hanyalah seorang manusia yang mengajarnya!’  Lidah orang tersebut yang mereka curigai adalah asing, padahal ini jelas bahasa Arab.”  Dan tanggapan dari fakta bahwa bahasanya asing dan yang ini adalah Arab...  Kemudian bagaimana ia berkomunikasi dengan mereka tentang parit?  Bagaimana ia mengajarkan mereka tentang ketapel?  Dan bagaimana ia pernah tinggal di Arab?  Apakah ia tidak pernah mempelajari bahasanya?  Ini bukan sebuah alasan yang nyata, maksud saya, menurut opini saya.  Jadi dia mesti bisa berbicara bahasa Arab dan Persia dengan baik, dan dia pasti telah banyak mengkomunikasikan budaya Persia kepada Muhammad.


Mohamed: Ya.


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Pertanyaan saya… Ini semua adalah bacaan, dan pertanyaan saya adalah:  Apa pendapat para ulama Muslim mengenai tanda-tanda dan bukti-bukti ini, seperti saudara Mohamed, yang mengirimkan surat berkata…
Mohamed: Dr. Mohamed...


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, Dr. Mohamed… Bukan sebuah monolog.  Silahkan, datang dan bicara dengan kami sesuka Anda, lengkapi dengan tanda-tanda dan bukti-bukti yang logis.  Kami mohon kepada Anda untuk melengkapi kami dengan jawaban logis yang benar, karena pikiran orang-orang tidak lagi dipuaskan dengan cara dakwah Jumat-an.  Mereka membutuhkan perubahan dari dakwah agama.  Ada kebutuhan atas jawaban yang memuaskan di abad ke-21 ini, secara mental, logika, alasan, dan tujuan, dan atas kehendak Allah, kita dapat menerima sesuatu.  Apakah Anda tahu mengapa saya mengajukan ini semua?  Saya bukan menantang Islam, tetapi karena takut atas nasib dari setiap Muslim.  Kemana Anda pergi, saudara Muslim-ku?  Apakah Anda pergi ke jalan yang benar?  Cari dan lihatlah.  Saya tidak menuduh.  Tetapi Anda sendirilah yang harus mencari, ambil hal-hal ini dan cari tahulah, supaya Anda dapat dipimpin ke kehidupan kekal.  Dan saya berdoa untuk Anda, Allah, jangan menyangkal siapapun juga, porsi yang baik dan hidup suci bersama dengan Engkau, dan hidup yang lebih baik di surga.  Amin.


Mohamed: Amin.  Terima kasih.  Kita punya sebuah pertanyaan terakhir di akhir episode ini.  Yaitu, “Saya amat sangat bersyukur kepada Allah karena telah menerangi hati saya melalui pengenalan akan Dia dan mengenal Kebenaran, tetapi saya masih takut dan gemetar dari setan dan kekuatannya.  Karena ia selalu berperang melawan saya dan saya sering melihat dia mewujudkan matanya di depan saya, mata yang terbakar dengan percikan-percikan dan tertuju kepada saya.  Jadi bagaimana saya dapat lepas dari gambaran mengerikan ini?”


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Baiklah, tentu saja temanku terkasih.  Pertama-tama kami bersyukur kepada Allah bahwa Anda telah mencapai pengalaman yang sangat indah dan baik ini.  Semoga Allah memberkati Anda, dan meningkatkan Anda.  Tetapi saya ingin memberitahu Anda sesuatu.  Setan memiliki kuasa itu sebelum Isa menaklukkannya di kayu salib.  Sejak Isa masuk ke kehidupan Anda, setan tidak dapat tinggal.  Saya akan mengatakan suatu hal yang sederhana.  Dengarkan saya baik-baik.  Permisi… saat seekor anjing datang ke seorang tukang jagal dan merampas sebuah tulang atau apapun, tukang jagal akan mengambil sebuah tongkat – dia selalu membawa tongkat untuk anjing – dan dia akan memukul anjing itu di kepalanya, supaya anjing itu pergi.  Kemudian anjing itu akan datang kembali berharap untuk merampas sebuah tulang lagi, anjing itu tidak melihat kepada tulangnya… apa yang dilihatnya?  Tongkat.  Segera setelah ia mendekat dan menemukan tukang jagalnya memegang tongkat, ia lari kabur.  Anda mengikuti?  Anjing itu tidak menunggu.  Dan inilah setan, seperti anjing itu.  Anda menunjukkan salib kepadanya.  Dia telah dipukul dengan salib itu, dan ia telah dipukul di kepalanya, dan kepalanya telah dihancurkan.  Saat Anda memegang salib Isa dan berkata, “Dalam nama Isa yang disalibkan”, setan tidak menunggu… dia akan pergi, dan lari.  Isa mengalahkan setan.  Tetap dalam Isa dan Anda akan mengalahkan setan, dan dunia.  Amin!


Mohamed: Terima kasih banyak.  Kita telah sampai ke akhir episode ini, dan saya ingin membagikan kepada Anda apa yang Nabi Daud katakan dulu.  Ia berkata:
”Dan Allah, jalanNya sempurna; dan perkataannya sudah terbukti.  Dia-lah perisai semua yang percaya kepadaNya.  Karena siapakah Tuhan, kecuali Allah, kecuali Tuhan dan siapa batu karang kecuali Allah.  Adalah Allah yang mengandengku deengan kekuatan dan membuat jalanku sempurna.  Ia membuat kakiku seperti kaki rusa dan menaruhku di tempat tinggiku.  Ia mengajarkan tangan-tanganku untuk berperang supaya tangan-tanganku dapat menekukkan panah perunggu.  Tangan kananMu mengangkatku keatas, kelemah-lembutanMu telah membuatku hebat.  Engkaulah jalan di bawahku supaya kakiku tidak terpeleset.”  Jalanlah bersama dengan Allah dan jangan peduli.  Terima kasih.  Sampai berjumpa lagi.  Terima kasih.


Bpk. Pdt. Zakaria B.: Amin.  Terima kasih banyak





Texts being used: 
The Indonesian Bible text used for New Testament is “The Indonesian (1912 Translation) – Greek Diglot New Testament” – “Kitab Suci Injil Dwibahasa Indonesia (Terjemahan 1912) – Yunani” version.  © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 2000.
The Indonesian Bible text used for Old Testament is “The New Translation, 1974” – “Alkitab Terjemahan Baru (TB), 1974” version.  © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 1974.
The Indonesian Al Qur’an text used is taken from
http://Quran.al-islam.com/
Indonesian version:
http://Quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSora=1&nAya=1&nSeg=1&l=eng&t=ind
Notes on this episode:
For verses that is not clearly defined, the translation is done directly as the text said, not taken from the quote in the Bible – Untuk ayat-ayat yang tidak direferensikan secara jelas, terjemahan dilakukan secara langsung seperti apa kata text, bukan diambil langsung sesuai dengan teks dari Kitab Suci.

No comments:

Post a Comment