Friday, August 12, 2011

Sumber dari Al Qur’an (Kepercayaan penyembahan berhala masa sebelum Islam) (Ep 58)

Pertanyaan Mengenai Iman Episode 58
Sumber dari Al Qur’an (Kepercayaan penyembahan berhala masa sebelum Islam)
(bagian 2)

Mohamed: Para pemirsa yang terkasih, sekali lagi selamat datang di program, “Pertanyaan Mengenai Iman”.  Dan bersama kita saat ini, tamu kehormatan Bapak Pendeta Zakaria Botros.  Selamat datang Pak.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Terima kasih banyak.

Mohamed: Para pemirsa terkasih, kita telah menyebutkan beberapa hal di episode sebelumnya yang mungkin menyakiti atau mengagetkan kuping kita.  Dan dalam episode ini, kita akan menyebutkan hal-hal lainnya; dan kita akan membacakan surat-surat dari para pemirsa.  Surat ini datang dari saudara Magdy.  Didalamnya ia berkata:  “Kepada mereka yang mengasihi Allah dan melayani perkataanNya dengan setia, saya menulis kepada Anda dan saya ingin mengatakan kepada Anda bahwa sebelumnya saya berpikir bahwa saya mengenal Allah, tetapi kemudian saya mulai melihat pekerjaan hebat di program Al Hayat, sebuah program yang mengutamakan… Permisi, saya temukan bahwa saya hanya memberikan pujian dengan mulut saja, tetapi dalam hati saya, realitasnya, jauh dari Dia.  Tetapi saya mulai seperti seorang anak yang memulai hidup baru, seperti seorang saudara berkata dalam pekerjaan rohaninya, dan maksud saya program ini, “Aku dan rumah-Ku”.  Saya mengaku dihadapan Tuhan bahwa saya seorang pendosa dan saya bersyukur kepadaNya bahwa ia telah menyiapkan kondisi dan memungkinkan saya melihat pekerjaan rohani yang telah saya mulai tanpa memandang umur saya yang sudah tua.”

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Terpujilah nama Allah.

Mohamed: Dan kita juga mendapat sebuah surat lainnya, dari saudara Ahmed, yang berkata:  “Dalam nama Allah yang Murah hati dan Maha Pengampun, damai menyertai Anda dan kemurahan hati Allah dan berkatNya.  Pendeta Zakaria Botros yang terhormat, saya sangat senang dengan Anda dan dengan program ini, amat sangat.”

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Terima kasih Allah.

Mohamed: “Saya berterima kasih kepada Anda atas keberanian moral dan cara Anda yang sederhana dalam mengklarifikasi beberapa salah pengertian dan mengkoreksi ide-ide yang salah, dan sejujurnya, saya telah mendapatkan manfaat dari kata-kata Bapak Pendeta.”

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Terima kasih Alah, dan semoga Allah memberkatinya.

Mohamed: Dan ini surat terakhir.  Surat ini berasal dari Algeria, dari seorang saudara bernama Al Soofy:  “Kepada direktur dan krew program Al Hayat, saya mengambil pena dan menulis kepada program Al Hayat dengan cara yang paling indah.  Saya menulis kepada Anda dan berkata bahwa sekarang harapan telah kembali ke hidup banyak orang saat program Anda mulai ditayangkan kembali.  Saya seorang Kabeely Berbers, dan saya mohon untuk menerima serial ini, dan saya merasa sangat berhutang kepada Anda atas bantuan ini.”

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Amin.  Terima kasih Allah.

Mohamed: Terima kasih Allah, yang tidak meninggalkan diriNya sendiri tanpa sebuah kesaksian.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Inilah surat-surat yang kami terima.  Ini hanya beberapa contoh dari mereka yang tidak mengirimkannya kepada kita.

Mohamed: Ya.  Kita sebutkan …  Bapak Pendeta menyebutkan di episode sebelumnya, nama Sheikh Khaleel Abd Al Kareem.  YA!.
Saya bertanya-tanya, dan saya yakin para pemirsa juga bertanya-tanya… Siapakah Sheikh Abd Al Kareem?  Dan dari buku apa Anda mengutip?  Apakah ada di sirkulasi saat ini?  Ataukah ada di buku kuno?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tidak, ada di sirkulasi, seperti yang saya katakan, Sheikh Khaleel Abd Al Kareem meninggal 5 tahun yang lalu … atau mungkin 2 tahun lalu.  Jadi buku-bukunya ada dan tersedia.  Tetapi buku baru yang kita dapatkan sekarang ini adalah buku oleh Dr. Sayed Al Qemny, mengenai 'Al Ustoora Wa Al Torath', dan hal-hal yang kita kutip berasal dari situ, halaman 160 dan 162.  Inilah kutipan yang kita ambil.  Sebuah ritual aneh, menggosok batu hitam… dan seterusnya.  Hal-hal yang sudah kita katakan sebelumnya, dapat menyinggung Anda, dan upacara seksual yang lazim dilakukan.

Mohamed: Silahkan…  Dan buku ini ada di pasaran saat ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Oh ya, ada.

Mohamed: Apakah para pemirsa bisa mendapatkannya?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sayed Al Qemny adalah seorang profesor universitas.  Dr. Sayed Al Qemny.  Maksud saya, dia seorang yang berpikiran terbuka, seorang sekularis, dan dia berbicara kebenaran, tidak lebih dan tidak kurang.

Mohamed: Terima kasih.  Di episode sebelumnya, Anda menyentuh topik batu hitam.  Jadi sekarang, kita ingin Anda, jika Anda bersedia, untuk memfokuskan batu sakral ini.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Batu itu.

Mohamed: Apakah itu sebuah batu sakral, atau bukan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Batu itu sakral, sejauh yang orang-orang Muslim tahu, tentu saja… Ini yang mereka katakan.  Dan dalam rangka mengetahui batu hitam, kita harus membaca apa yang telah ditulis mengenainya di website Al Azhar di internet.

Mohamed: Di internet.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya.  Di bagian konsep Islam.  Mereka berkata:  “Batu hitam ini adalah sebuah batu lonjong berwarna hitam kemerahan, bernoda merah.  Berukuran panjang 30 sentimeter dan lebar 10 sentimeter.”  Itu saja.  Itu saja mengenai batu hitam.  Seperti sebuah penggaris.  “Ditempatkan di tembok Ka’bah, di pojok Tenggara.  Batu hitam mempunyai tutup dan tali perak… dan seterusnya.  Maksud saya batu itu mempunyai bungkusnya sendiri di Ka’bah.

Mohamed: Saya bertanya-tanya dari mana batu itu berasal.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Banyak pendapat berbeda mengenai itu, sebenarnya.  Al Turmuzi, di Sunan dari Al Turmuzi, bagian ziarah, Tradisi 886 berkata:  “Qutayba bercerita kepada kami, di Rentangan Ibn Abbas, bahwa rasul Allah berkata, 'Batu hitam turun dari surga berwarna lebih putih dari susu.'  Website Al Azhar di internet, yang baru saja saya sebutkan, berkata:  “Ada cerita yang tidak terjamin bahwa Jibril, damai baginya, membawa batu itu turun dari surga, atau bahwa batu itu ditemukan dalam banjir oleh Nuh, dan lainnya berkata bahwa Nabi Ibrahim, damai baginya, menempatkan batu itu disitu sebagai tanda awal pengelilingan.”  Tetapi lainnya mempunyai analisa ilmu pengetahuan terhadap batu hitam, dan hal-hal serupa…  Mereka katakan batu itu adalah sebuah meteor yang jatuh dari surga dan terbakar sebelum mencapai bumi… sebuah batu meteor.  Dan di Semenangjung Arab ada banyak batu-batu seperti itu, jadi setiap saat mereka menemukan satu mereka akan berkata, “Oh, ini pasti turun dari surga”, terutama karena batu itu turun dengan cahaya yang sangat terang saat terbakar.  Jadi mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang turun dari surga – dari Firdaus, maksud saya – dan mereka memujanya sebagai suatu fenomena yang luar biasa.  Semua Ka’bah mempunyai cerita batu meteor sekaliber itu, Ka’bah di Mekah juga termasuk, tentu saja.  Ka’bah itu mempunyai meteornya sendiri.

Mohamed: Dari yang saya tangkap disini,Anda mengatakan bahwa ada lebih dari satu Ka’bah?  Anda berkata Ka’bah- Ka’bah.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, Ka’bah- Ka’bah.  Ada beberapa.

Mohamed: Di masa sebelum Islam…

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Inilah yang sejarah katakan.

Mohamed: Dan Anda klaim bahwa batu ini tidak turun dari surga.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Saya mengatakan apa yang mereka katakan, dan apa analisa ilmu pengetahuan dari beberapa pengarang mengenai batu itu katakan, tetapi saya tidak mengemukakan pandangan saya sendiri dalam hal ini, seperti yang Anda tahu dengan baik.

Mohamed: Ya...

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Saya hanya mengemukakan hal-hal.  Saya mempelajari masalah ini dari kedua pokok penting… Yang ini mengatakan ini, dan yang itu mengatakan itu.  Dan Anda, para pemirsa… apa pendapat Anda?  Ini sajalah yang saya lakukan; Saya mengemukakan topik ini dari segala aspek.

Mohamed: Saya punya sebuah pertanyaan lagi.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Silahkan.

Mohamed: Apakah batu ini sakral?  Apakah batu ini sakral di masa sebelum Islam?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ini juga sebuah pertanyaan yang penting.  Tentu saja.  Batu ini dulunya dipuja-puja di masa sebelum Islam, sampai Ka’bah mendapatkan kesuciannya dari batu ini, seperti yang disebutkan di buku, “Fi Tareeq Al Mythologya Enda Al Arab”, oleh Mahmoud Saleem Al Hoot.  Halaman 59.  Inilah yang ia katakan:  “Ka’bah Mekah adalah kerangka untuk batu hitam, seperti Ka’bah-Ka’bah lainnya – lihatlah, ia menyebutkan ada lebih dari satu Ka’bah – dengan karakteristik yang sama, mereka kerangka untuk batu hitam.  Dan Ka’bah- Ka’bah tersebut dipanggil rumah Allah, karena setiap Ka’bah berisi satu batu dari rumah Allah di surga.” Saat batu itu jatuh, mereka menganggapnya datang dari atas… dari surga.  Satu peneliti menambahkan berikut ini:  “Pemujaan ini merupakan hasil dari keanehan bentuk batu tersebut, karena batu itu datang dari tempat yang tidak diketahui… dunia yang tidak terlihat… sebagai sebuah peluru api, dan juga batu meteor, atau mungkin batu itu mencapai bumi karena sebuah peragaan pesta surgawi.”  Dan oleh karenanya, mereka menganggapnya sebagai batu yang jatuh dari tahta Allah.  Dan inilah yang 'Al Mawsoaa Al Arabya Al Moyassara' tegaskan.  Yang besar ini… Di halaman 1097 dikatakan:  ”Meteor adalah sebuah benda padat kecil yang masuk ke atmosfir bumi dalam kecepatan tinggi dan terbakar, karena friksi yang besar sekali, dan terlihat seperti garis terang yang bersinar sesaat, yang efeknya berlangsung selama beberapa detik.  Sebagian darinya mencapai bumi dan disebut 'meteor', dan oleh karenanya, pemujaan para pengembara Arab terhadap batu ajaib ini.”  Inilah rahasia dari pemujaan…?  Inilah rahasia dari pemujaan di masa sebelum Islam.  Tetapi apa rahasia pemujaan batu tersebut oleh Islam?  Inilah permasalahannya.

Mohamed: Ya.  Apakah upacara penyucian batu hitam ada juga di masa sebelum Islam?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya.

Mohamed: Upacara khusus, maksud saya?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tentu saja.  Karena ini adalah tempat pemujaan mereka.  Di Ensiklopedia Islam volume 22 halaman 6960.  Dikatakan disini:  “Sejak dari jaman kuno dan telah mendapatkan status tinggi di upacara-upacara keagamaan diantara orang Arab kuno.  Dan di Mekah, mereka dahulu mengeliling Ka’bah, dimana di dalamnya terdapat batu hitam, yang telah dipuja sejak jaman dahulu.”

Mohamed: Itulah, sebelum Islam.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, sebelum Islam.  “Muhammad mengambil kebiasaan kuno ini saat ia membentuk upacara-upacara keagamaannya, dan membuat Ka’bah sebagai pusat dari upacara-upacara ini.” Siapa yang mengatakan ini sekarang?  Ensiklopedia Islam.  Ensiklopedialah yang berkata:  “Muhammad mengambil kebiasaan kuno ini saat ia membentuk upacara-upacara keagamaannya.”

Mohamed: Bagaimana tentang pengelilingan?  Kegiatan pengelilingan, atau mengelilingi

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Pengelilingan.

Mohamed: Betul, pengelilingan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya.  pengelilingan.  Dahulu mereka mengeliling Ka’bah, dan batu hitam.

Mohamed: Saya bicara sebelum Ka’bah… sekeliling batu.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya.  Batu itu ada di dalam.  Dahulu mereka mengelilingi batu… sekeliling Ka’bah, maksud saya.  Juga patut dicatat bahwa ada upacara-upacara aneh lainnya yang dipraktekkan di masa sebelum Islam, melalui pemujaan batu hitam tersebut.  Di “Tareek Al Mythologya Enda Al Arab”, oleh penulis Mahmoud Al Hoot, di halaman 123 dikatakan:  “Diantara upacara-upacara dari masa sebelum ziarah Islam, ada sebuah upacara menarik dan mengagumkan, yaitu mengelilingi rumah suci, yaitu Ka’bah, baik laki-laki maupun perempuan, telanjang bulat.”  Seorang ilmuwan mencatat ini di bukunya, “Mythology in the Al Qur’an (Mitos dalam Al Qur’an)”, di halaman 16-17, sebagai berikut:  “Apa guna dari ketelanjangan kecuali untuk suatu tujuan yang melayakkan ketelanjangan.”  Dan ia memperkuat penemuannya dengan pernyataan:  “Dan inilah sebuah fakta lainnya dimana kita menambahkan keseimbangan dari kemungkinan atas keberadaan upacara agama seksual di rumah suci Mekah di jaman kuno.”

Mohamed: Sebelum Islam.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, sebelum Islam.  Dan salah satu upacara tersebut cukup menyolok.  Di buku, “Abu Al Anbyaa Ibraheem Al Khaleel”, oleh Mohamed Hosny Abd Al Hameed, dipublikasikan oleh Dar Al Saada, Kairo… di halaman 92, ia berkata:  “Batu hitam tadinya berwarna putih, tetapi telah berubah menjadi hitam “ – karena hal-hal yang Anda tidak suka – tetapi harus dikatakan… “dengan menaruh darah menstruasi diatasnya, di masa sebelum Islam.”  Sebuah komentar atas cerita Islam ini ada di buku, “Al Ostoora Fi Al Al Qur’an”, buku yang baru saja kita bicarakan.  “Yaitu, ada ritual tertentu diantara ritual-ritual masa sebelum islam yang dilakukan oleh para perempuan dengan batu itu, yaitu menyentuh batu hitam dengan darah menstruasi, dan terutama dengan dengan darah menstruasi.” Anda memperhatikan?  “Karena darah menstruasi perempuan, dalam kepercayaan kuno, adalah rahasia kelahiran.  Jadi dari perempuan datang darah, dan dari laki-laki air mani, dan dari Allah ruh.  Mereka…  Perhatikan hal ini dengan baik… “meniru perilaku awal yang dilakukan oleh dewa bulan saat ia bersetubuh dengan dewi matahari Ellat.”  Mereka menirunya.

Mohamed: Maksud Anda 'Allat'.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya.  Ellat, dewi matahari.  Dan bulan disebut Ellah, dan istrinya disebut Allat.

Mohamed: 'Ellat' seperti 'Allah', astaga.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: 'Ellah' seperti 'Allah' wanita.  Anda mengikuti?  Jadi ada Ellah dan Allat.

Mohamed: Ellah dan Ellat.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Jadi dahulu mereka mengatakan bahwa bulan menikahi matahari dan oleh karenanya mereka merayakan peristiwa tersebut dengan menikahkan juga, sama seperti bulan dan matahari.  Itu merupakan perayaan peringatan.  Di 'Al Melal Wa Al Nehal', oleh Abo Al Kasem Al Shahrestany, di halaman 247:  “Ini adalah perayaan yang dipraktekan, yaitu menggosokkan diri dengan batu itu.”  Saya mengajukan fakta-fakta dari beberapa buku referensi.  Dan seperti yang saya katakan di episode sebelumnya, kata ziarah 'Haj' diturunkan dari kata 'Hak', atau menggosok, pikirkan bentuk dan penampilan batu hitam.  Ini dari “Mythology in the Al Qur’an (Mitos dalam Al Qur’an)”, halaman 17 dan 19.

Mohamed: Saya kira ini sudah cukup.  Saya punya sebuah pertanyaan.  Apakah Muhammad memuja batu hitam?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tentu saja.  Tentu saja.  Muhammad memelihara upacara pengelilingan… yaitu mengeliling Ka’bah dan batu hitam, seperti dilakukan di masa sebelum Islam, seperti yang baru saja kita baca dari Ensiklopedia Islam.  Dikatakan:  “Pengelilingan dilakukan dengan penghormatan tinggi oleh orang Arab kuno sebagai upacara agama, dan di Mekah dahulu mereka mengeliling Ka’bah, yang menyimpan batu hitam, yang telah dipuja sejak masa kuno, dan Muhammad mengambil kebiasaan kuno ini saat membentuk upacara-upacara keagamaannya, dan membuat Ka’bah pusat dari upacara-upacara ini.  Dan dari praktek Muslim ini, kita dapat mengumpulkan ritual yang merupakan kebiasaan dari para penyembah berhala.” Ini sebuah hal yang sangat kuat.  Amat sangat kuat.  Anda sadar artinya?  Anda tahu apa maksudnya?

Mohamed: Ya.  Teruskan.
Bpk. Pdt. Zakaria B.: “Dari praktek Muslim ini, kita dapat mengumpulkan ritual yang merupakan kebiasaan dari para penyembah berhala.”  Seperti mereka hidup sebagai penyembah berhala.  Ensiklopedia Islam, sekarang dengarkan baik-baik.  Muhammad dahulu mencium batu tersebut sebagai tanda pemujaannya.  Dia mencium batu tersebut.Anda dapat menemukannya di Sunan of Al Bayhaqy, buku mengenai ziarah, Tradisi 9503.  Ia berkata:  “Abu Mohamad bercerita kepada kami, di Rentangan Ibn Abbas:  Ia berkata, “Setiap rasul Allah sampai di pojok, yaitu batu hitam; ia akan menciumnya dan menempatkan pipi kanannya diatasnya.”  Apakah ia tidak tahu apa yang dulu dilakukan orang kepada batu itu, dengan menempatkan pipi kanannya diatasnya?  Sebuah malapetaka.  Anda mengikuti?  Ngomong-ngomong, ini baru saja muncul di pikiran saya.  “Dahulu rasul mengeliling batu 7 kali.  Tiga kali melompat seperti rusa, melompat seperti itu, dan empat kali berjalan sebagai penghargaan kepada batu.”

Mohamed: Siapa yang mengatakan hal ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Musnad of Ahmed, di Musnad of Abd Allah Ibn Al Abbas, Tradisi 2835.  Dikatakan, “Rasul Allah mendekat sampai ia masuk ke mesjid, kemudian ia menerima batu, kemudian berjalan ke batu hitam, kemudian Qurashite mengatakan mereka tidak suka dengan hanya berjalan.  Mereka lebih suka melompat seperti rusa, jadi ia melakukannya tiga kali.”

Mohamed: Saya bertanya-tanya bagaimana sikap Caliph dan terutama Caliph Omar Ibn Al Khattab mengenai batu hitam.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, ini merupakan sikap yang aneh dari Omar Ibn Al Khattab.  Muncul di Al Bokhary's Saheeh, bahwa Omar Ibn Al Khattab memprotes kelakukan Muhammad mencium batu tersebut.  Di Saheeh of Al Bokhary, bagian ziarah, 50, Tradisi 1597:  Di Rentangan Omar, semoga Allah berkenan kepadanya, ia datang ke batu hitam dan ia menciumnya dan berkata:  'Oleh Allah, aku menyadari bahwa kamu hanyalah sebuah batu yang tidak membawa keburukkan dan kebaikkan.  Jika aku tidak melihat rasul Allah mencium engkau, aku tidak akan pernah mencium engkau.'  Jadi,terjadilah seperti itu.  Dan ia menciumnya.  Ia berkata, “sebuah batu yang tidak membawa keburukkan dan kebaikan”, tetapi agar tidak membawa masalah bagi dirinya sendiri, ia berbohong.  Dengarkan apa yang dikatakannya juga:  “Omar juga memprotes tindakan Muhammad melompat mengelilingi batu, dan berkata:  'Kita melakukan itu untuk kemunafikan, untuk menyenangkan teman-teman, saat kita berada diantara mereka.'”  Al Bokhary's Saheeh, bagian ziarah 57, Tradisi 1605.  Hal yang sangat serius, temanku terhormat, dikatakan:  “Zaid Ibn Aslam bercerita kepada kami, di Rentangan ayahnya, bahwa Omar Ibn Al Khattab, semoga Allah berkenan kepadanya, berkata kepada sudut… berkata kepada batu hitam:  ‘Aku menyadari bahwa kamu hanyalah sebuah batu yang tidak membawa keburukkan dan kebaikan.  Jika aku tidak melihat rasul Allah menerima engkau, aku tidak akan menerima engkau.’  Kemudian ia berkata:  'Apa yang harus kita lakukan dengan melompat?  Kita melakukan kemunafikan diantara teman-teman saat kita melakukannya.  Kita bermain kemunafikan dengan teman-teman, kita sedang menyenangkan mereka, dan Allah telah menghancurkan mereka.'  Kemudian ia berkata:  'Betul.  Ini tindakan yang Rasul lakukan; oleh karenanya kita tidak bermaksud meninggalkannya.'  Hal ini mengharuskan kita berpikir dengan otak kita.  Bukankah hal ini membutuhkan pikiran yang dalam?

Mohamed: Ya.  Anda mengatakan apa yang telah dikatakan orang lain, tetapi saya ingin menanyakan Anda sesuatu sekarang, apa pendapat Anda mengenai hal ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Dan saya katakan kepada Anda bahwa saya tidak memberikan opini saya sendiri mengenai masalah ini.  Saya hanya mengajukan pertanyaan-pertanyaan.  Bukankah begitu?  Betul?  Mengapa Muhammad memuja batu hitam?  Inilah pertanyaannya:  Apakah ada sebuah alasan sakral dibalik itu?  Kita tahu mengapa, di masa sebelum Islam, mereka memujanya, tetapi mengapa Muhammad memujanya?  Dan jika Muhammad memuja batu hitam karena kemunafikannya, untuk memenangkan hati teman-temannya, menurut pernyataaan Omar Ibn Al Khattab, apakah ini akan melayakkan seorang nabi untuk bergabung dengan teman-temannya... untuk bergabung dengan teman-temannya dalam pemujaan dewa mereka?
Pertanyaan ini membutuhkan 600 tanda tanya.  Dan apa yang harus kita pikirkan setelah mendengar pernyataan Omar Ibn Al Khattab:  “Oleh Allah, aku menyadari bahwa kamu hanyalah sebuah batu yang tidak membawa keburukkan dan kebaikkan.” Apa selanjutnya?  Muhammad mengatakan di salah satu tradisinya bahwa batu hitam diturunkan dari surga, dan Al Qur’an berkata bahwa batu tersebut turun dari surga sebagai hukuman.  Bukankah itu yang dikatakan di Surat ke 8 (Al Anfal) and Surat ke 11 (Hud), and Surat ke 15 (Al Hijr), dan Surat ke 51 (Az Zariyat), dan Surat ke 105 (Al Fil)?  “Apakah kamu tidak pernah mempertimbangkan bagaimana Allahmu berurusan dengan si empunya gajah?  Bukankah Ia menyebabkan rencana mereka gagal, dan mengirimkan kawanan burung melawan mereka dengan melemparkan butiran lumpur kepada mereka?” yaitu, batu dari setan… Ia melemparkan mereka, jadi mengapa mereka dipuja?  Ini meragukan.  Satu pertanyaan setelah pertanyaan lainnya.  Kekasihku, tolong pikirkan, dan pikirkan lagi.  Allah memberikan kita otak untuk berpikir.  Tempatkan hal-hal ini di depan Anda dan pelajarilah, selidikilah, dan pertanyakanlah, dan saya harap Anda memberitahukan kepada kami apa yang telah Anda temukan.  Kami akan sangat gembira.

Mohamed: Sebenarnya, cukup menyedihkan bahwa batu hitam menjadi seperti berhala, karena di Kitab Suci, Allah memerintahkan kita:  “Engkau tidak boleh membuat bagi dirimu sendiri sebuah patung.”  Sebagai tuhan, maksud saya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Betul.

Mohamed: Kami menerima keberatan.  Sebuah artikel yang dipublikasikan di koran Al Ahram tanggal 15 Agustus 2004, dalam topik:  “Mengapa kita mencium batu hitam?” oleh Dr. Ahmed Shawky Ibraheem, ketua konvensi ilmuwan penelitian Al Qur’an dan Tradisi.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Saya menerima artikel ini.

Mohamed: Dapatkah Anda menunjukkannnya?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya.  Saya menerima artikel ini dari Dr. Ahmed Shawky Ibraheem.  Apa yang Ahmed Shawky katakan di dalam artikelnya?

Mohamed: Silahkan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: “Lebih baik kita melakukan ini bukan sebagai upacara kafir…”  …Apakah Anda bisa?

Mohamed: Silahkan…

Bpk. Pdt. Zakaria B.: “Lebih baik kita melakukan ini bukan sebagai upacara kafir tetapi sebagai penjelmaan dari kepatuhan atas perintah Allah Maha Tinggi.”

Mohamed: Ya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Apakah menurut doktor yang terhormat, penulis dari artikel ini, berpikir bahwa Allah Maha Tinggi akan memerintah kita melakukan hal-hal yang kafir?

Mohamed: Tidak ada perintah seperti itu di Al Qur’an.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Dan juga untuk memujanya?  Masalah ini membutuhkan perhentian yang tegas.  Ini yang saya percaya.  Apakah ini sebuah perintah dari Allah, seperti yang Anda katakan?  Dimana perintah dari Al Qur’an yang mengatakan untuk mencium batu?  Ini hanya sekedar mengikuti teladan Rasul.  Ia berkata ini diperintahkan Allah.  Tidak, saya lihat ini adalah persetujuan antara Rasul dengan orang-orang Mekah, untuk melestarikan ziarah dengan upacara-upacaranya, jadi ia memelihara semuanya… Begitu juga mencium batu.  Sang pengarang berkata:  “Cetakan dari batu tersebut di tempat dimana setan mencoba mencegah.  Kita mencetak batu tersebut untuk kepentingannya.”  Apakah setan mempunyai tubuh material untuk dilempari batu?  Anda tahu, ia mengatakan sesuatu hal yang sangat cermat… Orang ini benar-benar aneh.  Ia berkata:  “Batu tersebut mempunyai, saat batu ini di surga, batu tersebut mempunyai…” Tolong dengarkan, saudaraku.  Dengarkan kata-kata cermat ini, untuk Anda lihat sendiri.  Ini seorang doktor dari abad ke-21.  Ia berkata:  “Batu tersebut mempunyai 2 mata, sebuah mulut, dan 2 bibir, dan Allah berkata kepadanya:  “Buka mulutmu; dan memerintah para malaikat untuk memberinya makan kertas kulit.” Apa kertas kulit?

Mohamed: Dari mana ia mendapatkan itu?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ia berkata ini terjadi… Ini berhubungan dengan tahun Thar… yaitu “Al Tharat”, “penciptaan”.  Ini mengenai Allah membawa Nabi Adam, dan kemudian menghasilkan semua keturunan yang akan diciptakan dari tulang punggungnya … semuanya.  Kemudian ia berkata kepada mereka:  “Sekarang, bukankah Aku Allahmu?”  Mereka berkata “Ya.  Engkaulah Allah kami.”  Ia berkata, “Baik.  Buatlah perjanjian atas itu dan bersaksilah.”  Jadi saat mereka bersaksi atas itu, ia mengambil kertas tempat mereka bersaksi diatasnya, dan menyimpannya, atau membuat para malaikat menaruhnya di mulut apa?  Batu.  Dan ia memanggil rasul-rasul dan membuat perjanjian dengan mereka.  Kemudian ia membuat perjanjian dengan para rasul dan juga memasukkannya ke dalam mulut batu.Apakah batu tersebut bernyawa atau tidak bernyawa?  Dapatkah ia hidup dan diberi makanan, tetapi kita tidak tahu mengenai hal itu… maksud saya, di Ka’bah?  Atau apa isu sebenarnya?  Apakah ini sekedar pembodohan?  Sebuah batu mempunyai sebuah mulut, 2 mata, dan 2 bibir!  Dan makan kertas, dan kertas-kertas itu masih ada di perutnya?  Hal ini benar-benar aneh.  Saya mengarahkan pembicaraan saya kepada semua orang yang mencari kebenaran atas batu hitam.  Apakah Anda yakin logika Dr. Shawky Ibraheem ini, dimana lebih berunsur mitos daripada logis?  Mana yang lebih cocok dengan upacara suci?  Dimana mata dari batu tersebut?  Siapa yang pernah melihatnya disitu?  Anakku terkasih, apakah Anda sudah naik haji?

Mohamed: Ya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Apakah Anda sudah melihat tempat batu tersebut?  Ya.  Apakah Anda melihat mata dan mulut?  Atau Anda melihat lidah di dalamnya?

Mohamed: Tidak.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Doktor yang terhormat, apakah Anda belum membaca pernyataan di Ensiklopedia Islam, volume 22 halaman 6961, yang mengatakan:  “Muhammad telah mengambil kebiasaan kuno ini saat ia membentuk upacara-upacara keagamaannya, dan membuat Ka’bah sebagai pusat dari semua upacara ini.” Kemudian ditutup sebagai berikut:  “Ini tidak diwahyukan dari Allah.  Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan.  Setiap tahun berjuta-juta dari mereka pergi, mereka mengelilingi dan mencium dan memuja batu, dan mereka berkata:  ’berhala’?  Tidak, Muhammad menghapus ’berhala’.  Jadi mengapa ia tidak menghapus batu ini?  Ini pemujaan berhala, dan saya teringat bahwa Nawal Al Sadawy berbicara mengenai topik ini.  Dan Dr. Sayed Al Qemny, seperti juga banyak orang lainnya yang berbicara mengenai topik ini, dan mereka menyatakan kafir, hanya karena mereka mengatakan kebenaran.  Berapa lama kebenaran ini akan ditutup-tutupi?  Ini adalah hal yang sangat aneh.  Tetapi kita hanya mengajukan pertanyaan-pertanyaan ke meja penelitian.

Mohamed: Kami punya sebuah pertanyaan terakhir.  Dikatakan:  “Saya datang dari latar belakang non-Nasrani, dan saya bersyukur kepada Allah, Ia yang telah menyinari cahayaNya ke hati saya dan mengijinkan saya menikmati hidup denganNya.  Tetapi karena saya telah dibesarkan di lingkungan non-Nasrani, yang berdasarkan cinta diri sendiri, saya temukan bahwa sangat sulit untuk berhubungan dengan orang lain dan membangun hubungan kasih yang suci dengan mereka, serta mengesampingkan kepentingan pribadi.  Jadi apa nasehat Anda?”

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Nasehat saya bagi dia adalah untuk minta Allah memberikan ruh kasih di hatinya, karena Kitab Suci berkata:  “Jika Anda tidak mengasihi saudaramu, yang kamu lihat, bagaimana kamu dapat mengasihi Allah, yang tidak kamu lihat?”  Kasih ini melampaui kemampuan manusia.  Jadi saya berkata kepada Allah, “Tolonglah Allah…”  Katakan padanya, sahabatku:  “Tolonglah Allah, penuhi aku dengan ruh kasihMu supaya aku dapat mengasihi orang lain… semua, tanpa terkecuali,.”  Amin.

Mohamed: Terima kasih.  Amin.  Kita telah kehabisan waktu.  Sahabatku, saya ingin mengakhiri program ini dengan perkataan dari Kitab Suci yang berkata:  “Jangan mencintai dunia atau apapun di dunia ini.  Jika siapapun mencintai dunia, kasih Tuhan tidak bersama dengan dia.  Karena semua yang ada di dunia, nafsu daging, nafsu mata, dan kesombongan hidup bukan dari Bapa tapi dari dunia.  Dan dunia lewat dan nafsunya; tetapi dia yang menjalankan kehendak Tuhan tinggal bersamaNya selamanya.”  Sahabatku, saya telah mengunjungi Ka’bah dan berlutut disitu.  Saya telah mengangkat hati, pikiran, dan kepala saya ke Tuhan, dan berkata kepadaNya:  “Oh Tuhan, Engkau-lah kebenaran, dan aku ingin mengenal Engkau.”  Dan saya harus tahu Tuhan yang benar, dan saya tidak menyembah berhala atau batu sejak itu.  Angkatlah hatimu ke Tuhan bersama dengan saya, dan minta Ia untuk menunjukkan Anda kebenaran.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Amin.

Mohamed: Terima kasih.  Sampai kita berjumpa kembali di episode lainnya.  Terima kasih banyak.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Terima kasih.



Texts being used: 
The Indonesian Bible text used for New Testament is “The Indonesian (1912 Translation) – Greek Diglot New Testament” – “Kitab Suci Injil Dwibahasa Indonesia (Terjemahan 1912) – Yunani” version.  © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 2000.
The Indonesian Bible text used for Old Testament is “The New Translation, 1974” – “Alkitab Terjemahan Baru (TB), 1974” version.  © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 1974.
The Indonesian Al Qur’an text used is taken from
http://Quran.al-islam.com/
Indonesian version:
http://Quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSora=1&nAya=1&nSeg=1&l=eng&t=ind
Notes on this episode:
For verses that is not clearly defined, the translation is done directly as the text said, not taken from the quote in the Bible – Untuk ayat-ayat yang tidak direferensikan secara jelas, terjemahan dilakukan secara langsung seperti apa kata text, bukan diambil langsung sesuai dengan teks dari Kitab Suci.

No comments:

Post a Comment