Tuesday, August 23, 2011

Islam dan Haneef dan Perbandingannya (Ep 60)

Islam dan Haneef dan Perbandingannya

Mohamed: Selamat datang, para pemirsa terkasih, di episode program “Pertanyaan Mengenai Iman”, dan sekali lagi kita kedatangan tamu kehormatan, Bapak Pendeta Zakaria Botros.  Selamat datang kembali Pak.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Terima kasih banyak.

Mohamed: Kita telah menerima banyak surat.  Kita akan membacakan yang satu ini.  Kita menerimanya dari saudara Maged, ia berkata:  “Kepada teman-teman di program Al Hayat, saya mengirimkan salam hangat kepada Anda, dengan harapan bahwa surat saya menemukan Anda semua dalam keadaan sehat dan baik, dan bahwa Allah akan memimpin semua langkah Anda, dan memberkati Anda, dan memberkati pekerjaan Anda.  Saya menonton episode sebelumnya dari program Anda, dan sangat mengagumi gaya yang sederhana dan jelas, serta luasnya kasih yang tersembunyi di dalamnya.  Hal ini benar-benar telah membuat saya berpikir dalam-dalam, dan oleh karenanya saya mempunyai sebuah permintaan kepada Anda; yaitu untuk memberikan saya sebuah klarifikasi atau kejelasan, jika memungkinkan, begitu juga beberapa buku sederhana seperti penjelasan Bapak Pendeta, karena ia benar-benar mempunyai sebuah gaya yang langsung membuka hati, sehingga dapat mencapai pikiran dengan cara penjelasan yang menyeluruh bagi kita semua.”

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Amin!  Amin!  Amin!  Semoga Allah memberkatinya!

Mohamed: “…Hormat kami, dengan hormat.”  Terima kasih Saudara Maged.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Semoga Allah memberkatinya, dan meninggikannya!

Mohamed: Mari kita lanjutkan diskusi kita mengenai apakah…  Pertanyaannya adalah… “Apakah tercatat bahwa ayah Muhammad disebut Abd Allah.  Apakah nama Allah diketahui di Semenanjung Arab sebelum Muhammad?”

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Oh, ya, tentu saja.  Tentu saja… sangat yakin.  Jika Anda mengacu pada Ensiklopedia Islam, volume 4, halaman 133, Anda akan menemukan:  “Ada diantara orang-orang Mekah di masa sebelum Islam, mereka yang percaya kepada Allah dan Hari Terakhir.  Diantara mereka adalah Abd Al Motaleb, Zaid Ibn Amr, Qeiss Ibn Saeda, orang-orang Israel, Nasrani, dan Shabiin.”  Dan di Ensiklopedia yang sama, volume 21, halaman 6664, dikatakan:  “Dan juga Haneef adalah orang-orang monoteis.” Jadi di seluruh Arab ada Haneef, diantaranya adalah Abd Al Mottaleb, Zaid Ibn Amr, dan juga orang-orang Nasrani, diantaranya adalah Qeiss Ibn Saeda dan Waraka Ibn Nawfal.  Ada juga orang-orang Israel, dan juga orang-orang Shabiin.  Jadi semua orang-orang tersebut adalah monoteis.  Mereka mengenal Allah.

Mohamed: Anda menyebutkan orang-orang Haneef di episode sebelumnya, tetapi katakan siapakah Haneef itu.  Apakah Anda dapat mengatakan sedikit mengenai Haneef bagi para pemirsa yang belum mendengar tentang Haneef sebelumnya?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Oh, ya, tentu saja.  Dengan senang hati.

Mohamed: Silahkan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Al Qur’an menyebutkan di Surat ke 2 (Al Baqarah), ayat 135:  “Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus.  Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik.”  Jadi orang-orang Haneef adalah pengikut agama Ibrahim.  Jadi itulah Haneef.  Mereka bukan orang musyrik.  Mereka monoteis, dan mereka mengenal Allah.

Mohamed: Kepercayaan Nabi Ibrahim.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya.
Mohamed: Apa prinsip-prinsip mereka?  Dapatkah Anda meringkas prinsip-prinsip mereka untuk kami?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tentu saja.  Mereka percaya satu Allah, yang diungkapkan di puisi Zaid Ibn Amr, yang ditulis dan dicuplik oleh Ibn Hisham di Biografi Kenabian, volume 1, halaman 219, dimana ia berkata:
“Ada satu Allah, atau ribuan allah?  Haruskah kita memuja yang terpecah-pecah?  Aku memisahkan diriku dari Allat and Al Uzza, keduanya.  Dan oleh karenanya berperilaku sabar, tabah.  Lebih baik aku memuja Sang Pengasih sebagai Allah-ku untuk mengampuni kesalahanku, Allah maha pengampun.”
Puisinya amat sangat panjang.

Mohamed: Kata-kata yang sangat indah dan mengagumkan, betul!  Artinya mereka percaya satu Allah.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, ya, tentu saja.  Mereka monoteis.

Mohamed: Mereka monoteis.  Bahkan sebelum Islam muncul.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Bahkan sebelum Islam muncul dan Muhammad muncul.  Tentu saja.  Saya bahkan dapat mengatakan hal yang sangat aneh yang terjadi di Biografi Kenabian – secara jujur dikatakan – dan dikatakan disitu… Ibn Hisham menyebutkannya di Biografi Kenabian, dimana ia berkata sebagai berikut:  “Sebelum wahyu Muhammad, sebuah meja atau sebuah perjamuan telah diberikan di kota Baldah, tetapi Zaid Ibn Amr menolak mengambil bagian darinya, katanya:  ‘Aku tentu saja tidak akan makan makanan yang telah dibunuh untuk para dewa, aku lebih memilih hanya makan makanan yang telah dipersembahkan kepada Allah.’”

Mohamed: Sangat indah.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sejauh ini … apa?  Baik.  Mari lihat apa yang dikatakan selanjutnya, di Biografi Kenabian.  Ibn Hisham melanjutkan ceritanya, sebagai berikut:  “Albeit, rasul Allah makan makanan itu.”

Mohamed: Aneh.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ibn Hisham mengatakan lagi, bahwa:  “Suhayly menandakan ini dengan sebuah pertanyaan:  ‘Bagaimana Allah memimpin Zaid untuk menolak makanan yang telah dibunuh bukan untuk Allah, sedangkan rasul Allah, lebih mulia atas kebajikan ini, di masa sebelum Islam?’” Maksud saya, bahkan saat Muhammad makan persembahan para dewa, Zaid Ibn Amr, tetap menjadi seorang Haneef…

Mohamed: Berpantang.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Berpantang.  Jadi Allah sudah dikenal.  Ia berkata, “Tidak pernah…  Persembahan yang bukan dipersembahkan bagi Allah tidak akan aku makan.”  Jadi mereka pasti mengenal Allah dan melakukan puasa bagiNya.

Mohamed: Omaya Ibn Abi Al Salat.  Anda menyebutkan sebelumnya bahwa ia seorang Haneef.  Dapatkah Anda menceritakan lebih banyak tentang dia?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tentu saja.  Kita berikan seluruh cerita ini hanya bertujuan untuk menyoroti fakta bahwa ada orang-orang Arab di masa sebelum Islam yang mengenal Allah, dan hanya menyembah Dia.

Mohamed: Mengenal Allah sebelum Islam.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sebelum Islam.
Mohamed: Mereka orang-orang monoteis sebelum Islam.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sebelum Islam, dan oleh karenanya, Omaya Ibn Aby Al Salat mengatakan hal berikut:  “setiap agama di hari penghakiman akan dianggap salah oleh Allah kecuali Hanifisme.”  Itulah persisnya asal muasal Muhammad mengambil pernyataan:  “Agama dengan Allah adalah Hanifisme”.  Dan saat Uthman Ibn Affan mengkoreksi Al Qur’an, dan membakar semua versi-versi lainnya, dia tidak mau ada kata ‘Hanyfia’, jadi ia menggantinya dengan kata ‘Islam’”.

Mohamed: Islam, menggantikan Hanyfia.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, daripada Hanifisme.

Mohamed: Dan sekarang kita mengerti bahwa orang-orang Haneef percaya Allah… Mereka monoteis, sebelum Islam.  Anda juga menyebutkan bahwa orang-orang Israel, Nasrani, dan Shabiin percaya satu Allah, juga sebelum Islam.  Dapatkah Anda memberikan sedikit pencerahan mengenai ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Anda tahu, bukti yang tidak dapat dipertanyakan dari hal ini ada di Surat ke 2 (Al Baqara) ayat 62, dimana dikatakan:  “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Israel, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”  Jadi siapakah mereka?  Mereka orang-orang percaya… mereka adalah orang-orang Israel dan Shabiin.”

Mohamed: Jadi, orang-orang Israel dan Nasrani bukan orang-orang tidak percaya…  Mereka bukan orang-orang kafir.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Mereka bukan orang-orang tidak percaya:  “Dan orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin.”

Mohamed: Ya, bagaimana dengan … Ya, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin.  Tetapi saat itu kita bicara mengenai agama-agama lainnya, yaitu Nasrani… maksud saya Agama Nasrani dan Israel, yang bukan orang-orang tidak percaya, tetapi lebih ke orang-orang monoteis juga.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tentu saja.

Mohamed: Baik.  Saya juga punya sebuah pertanyaan mengenai orang-orang Quraish.  Apakah orang-orang Quraish juga monoteis, atau mereka sekutu?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ini hal yang sangat penting.  Karena semua suku berbeda yang kita lihat di Arab, sejauh ini… Hannef, Shabiin, Israel, Nasrani, semua monoteis.  Jadi hanya tinggal orang-orang Quraish.  Apakah mereka monoteis?

Mohamed: Itulah pertanyaannya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Atau mereka politeis?  Faktanya, sejauh yang para pemirsa, terutama para Muslim diantaranya, pikirkan, saya akan mengatakan hal-hal yang akan mengagetkan mereka.  Mereka akan tercengang.  Tetapi ini adalah fakta, yang kita dapati melalui pelajaran.  Dengarkan, temanku.  Orang-orang Quraish mengenal Allah, dan hanya menyembah Dia saja.

Mohamed: Apakah Anda punya bukti-bukti untuk itu?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Banyak bukti, dan kita akan mendiskusikan klaim yang mengatakan mereka menyembah banyak dewa dan mempersekutukan lainnya dengan Allah.  Tapi pertama-tama, biarkan saya menjelaskan, dan fokus pada fakta bahwa mereka adalah orang-orang monoteis.

Mohamed: Silahkan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Pertama, di Talbya mereka, jauh sebelum Islam:  “Aku adalah hambaMu, O Allah, aku adalah hambaMu.  Engkau tidak punya sekutu, Engkau adalah Allah satu-satunya.” “Labyka Allahoma Lbayk, Labayk La Shareeka Lak”.

Mohamed: Ini adalah penggugahan saat ziarah.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, ini diingatkan saat ziarah, seperti yang kita katakan sebelumnya.   Ziarah penuh dengan upacara agama.  Dan di perdamaian Hodaybya, dimana Muhammad dipengaruhi oleh orang-orang Quraish, Aly Ibn Aby Taleb.  Pertama tertulis dalam naskah:  “Dalam nama Allah Maha Pengasih, Maha Pengampun.” Jadi utusan dari Quraish menolaknya.  Mereka berkata, “Maaf, kami tidak dapat menerima semboyan-mu.”

Mohamed: Dan mengapa?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Mengapa?  “Karena kita memiliki semboyan sendiri.” Mereka berkata dengan kewenangan.  Mereka berkata, “Kamu harus menulis pendahuluan kami sendiri:  “Aku adalah hambaMu, O Allah, Aku adalah hambaMu.  Engkau tidak punya sekutu, Engkau adalah Allah satu-satunya.” “Labyka Allahoma Lbayk, Labayk La Shareeka Lak”.

Mohamed: Kata-kata demikian!

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Dan Muhammad menyusun dan berkata kepada Aly Ibn Aby Taleb…

Mohamed: Ia menerima.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: “Tuliskan.”

Mohamed: Kata-katanya indah.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Jadi kemudian, Talbya mencakup:  “Engkau tidak punya sekutu.”  Monoteisme.  Ini mencengangkan orang.  Karena menyatakan bahwa agama Islam muncul dari pengaruh monoteisme.

Mohamed: Tetapi, Anda berkata…

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tetapi disini kita lihat bahwa semua orang adalah monoteis.  Hal kedua mengenai Quraish:  Pengagungan… yaitu Takbir yang sama di Islam.

Mohamed: Apakah sudah ada disitu, sebelum Islam?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sudah ada disitu, di “Al Seera Al Halabya”.  Di volume 1, dikatakan:  “Saat uang tebusan Abd Allah, ayah dari Muhammad, diterima dari Abd Al Mottaleb, saat Abd Al Mottaleb telah bersumpah bahwa jika ia punya 10 anak, ia akan mengorbankan satu dari mereka kepada dewa-dewa sebagai persembahan.  Jadi ia mempunyai 10 anak, dan mengadakan undian, jatuh ke Abd Allah.  Jadi orang-orang Quraish berkata, ‘Tidak mungkin.  Engkau tidak boleh membunuhnya.  Kami akan menebus dia.’  Mereka pergi ke peramal, dan bertanya ‘Bagaimana kita dapat menebusnya?  Apa yang engkau pergunakan untuk menebus?’  Mereka berkata, ‘sepuluh unta.’ Jadi ia mengadakan undian.”

Mohamed: Sepuluh unta?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya.  Sepuluh unta…  Untuk membunuh sepuluh unta.

Mohamed: Sepuluh atau seratus?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Saya akan sampai kesitu.  “Engkau harus memberikan sepuluh.  Jadi mereka memberikan 10, tetapi undiannya jatuh ke Abd Allah.  Ia berkata, “Aku akan membunuh sepuluh lagi.”  Sekarang ada 20.  Masih, undiannya jatuh ke Abd Allah.  30…40...  Sampai mereka mencapai 100.  Jadi saat undiannya jatuh ke unta… saat mereka mencapai 100, Quraish mengagungkan Allah:  “Allah lebih hebat.”  Dan oleh karenanya, tebusan Abd Al Mottaleb untuk anaknya, Abd Allah, ayah Muhammad, diterima.”  Jadi mereka mengenal Allah, yang lebih hebat.  Mereka juga memberi nama anak-anaknya berhubungan dengan Allah, seperti Abd Allah, seperti ayah Muhammad sendiri.  Namanya adalah “hamba Allah”, karena Abd Al Mottaleb mengenal Allah, karena ia seorang Haneef yang menyembah Allah.

Mohamed: Apakah perkataan ini dikutip dari referensi lainnya?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Dari “Ibn Hisham”, volume 1, halaman 119.

Mohamed: Volume ini ada di “Ibn Hisham”.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: “Ibn Hisham”, volume 1, halaman 119.

Mohamed: Terima kasih.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Di “Ibn Hisham” juga, volume 1 halaman 36, disitu juga disebutkan seorang laki-laki bernama Kays Ibn Abd Allah, anak dari Je'da Ibn Ka’ab.  Jadi mereka mempunyai nama “Abd Allah”.  Dan Ibn Hozan seorang penyembah berhala, tetapi bernama Abd Allah.  Mengapa?  Quraish di masa sebelum Islam, dan sekali lagi di “Ibn Hisham”, volume 1, halaman 95, dikatakan:  “Ada seorang laki-laki bernama Dos Ibn Adsan Ibn Abd Allah Ibn Zahran Ibn Ka’ab… dan seterusnya.” Jadi dari sini jelas terlihat bahwa Allah sudah dikenal.

Mohamed: Di Arab.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Bahkan di antara para Quraish, yang dulunya berkata:  “Aku dalam pelayananMu, O Allah, aku dalam pelayanMu.  Aku tidak punya sekutu lainnya, Engkaulah satu-satunya Allah.” “Labyka Allahoma Lbayk, Labayk La Shareeka Lak.”, yang diambil Muhammad, dan ditempatkan seluruhnya di upacara ziarah, tanpa perubahan sedikitpun.

Mohamed: Tetapi Al Qur’an berkata bahwa Quraish adalah para sekutu.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Mari kita periksa itu.  Mari kita periksa ini, karena ini benar-benar koreksi yang saya maksud di awal.  Ini membutuhkan sedikit penjelasan untuk menghapuskan kebingungan.

Mohamed: Silahkan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Para Quraish penyembah berhala percaya akan satu allah yang tidak mempunyai sekutu, seperti yang disebutkan sebelumnya.  Akan tetapi, mereka mengadopsi para perantara, bersama dengan Allah.

Mohamed: Seperti?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Allat dan Al Uzza dan Manat.

Mohamed: Mereka mengambilnya dari para perantara.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Untuk menjadi perantara.  Mereka menjadi perantara antara mereka dengan Allah yang satu itu.

Mohamed: Yaitu…?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Allah yang lebih besar, yang satu.  Kita juga jangan melewatkan Nabi Muhammad, saat ia mengingini orang-orang Quraish untuk mengikut dia…  Setan datang kepadanya dan meletakkan perkataan ini di mulutnya:  “Apakah engkau telah menganggap Allat dan Al Uzza dan Manat  yang  berperingkat ketiga…”  Ini adalah para perantara mereka.  Kemudian ia berkata, “Allah-allah unggul itu, pengantaraan mereka-lah yang diharapkan.”  Jadi mereka memiliki perantara.  Maksud saya, peran mereka adalah untuk menjadi perantara.  Dan itulah alasan semua Quraish memujanya, dan mengikutinya, dan saat malam datang, ia menemukan bahwa keadaan telah menjadi porak poranda dan teman-temannya bertanya kepadanya:  “Apa yang telah engkau lakukan?  Engkau telah mendorong kami kembali ke masa penyembahan berhala sebelum Islam!”  Ia berkata, “Oh, tidak, tidak, tidak.  Itu adalah setan, yang mengucapkannya melalui mulutku.  Jibril datang kepadaku dan berkata, ‘Setan-lah yang mengucapkannya melalui mulutmu.’”  Bagaimana setan dapat berbicara melalui mulut seorang Nabi?  Hal inilah yang tidak dapat saya mengerti.  Maksud saya, dimanakah malaikat pengingat?  Dan dimanakah perlindungan… bahwa manusia tidak dapat disentuh oleh setan kecuali ia mengambil setan sebagai pelindung, atau percaya kepadanya?

Mohamed: Ini adalah kata-kata yang sangat berani.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Perkataan itu hanyalah kebenaran.

Mohamed: Mari kembali ke ke-satu-an Allah.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Jadi monoteisme sudah ada disitu.  Orang-orang tersebut, para Quraish, percaya kepada satu Allah, tetapi mereka mengambil perantara untukNya.  Jadi benar dan tepat, inilah keadaan saat itu, dan siapapun yang melakukan penelitian mengenai hal ini seharusnya menemukan kebenaran ini.

Mohamed: Muhammad, bahkan – menurut Anda – tidak memperbaharui pemujaan Allah, atau monoteisme.  Tetapi Quraish mempersekutukan allah-allah dengan dia dan mengambil para perantara, dan baik Israel dan Nasrani menjauh dari monoteisme, yang membutuhkan seorang rasul diutus untuk menyatakan monoteisme...  Dan ini adalah pesan Muhammad.  Jadi apa pendapat Anda?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Baik.  Baik.  Sebuah ide yang cermat juga, untuk mengatakan bahwa Muhammad muncul untuk mengembalikan para sekutu tersebut, seperti orang-orang Israel dan Nasrani.  Tetapi apa pendapat Anda?  Orang Nasrani sejati tidak pernah menjauh dari monoteisme.  “Kita percaya akan satu Allah.”  Seperti doa kita.  “Kita percaya akan satu Allah” di lebih dari satu tempat.  Dan orang-orang Israel juga ...  Tidak ada kesalahan dari agama mereka.  Sampai hari ini mereka tidak mempunyai sekutu.  Ini satu segi.  Tetapi ada keserongan dalam ke-Nasrani-an.  Orang-orang yang serong… orang-orang sesat, yang disangkal oleh orang Nasrani, dikucilkan, dan keserongannya disingkapkan.  Jadi Anda tidak dapat menyamaratakan dan menuduh semua Nasrani, karena mereka  telah memberikan pernyataannya.  Sebagai orang Nasrani sejati, tidak pernah berbuat salah.  Sampai hari ini kita percaya satu Allah yang tidak mempunyai sekutu, dan saya dapat mengatakannya dengan suara lantang.  Saya bersaksi bahwa tidak ada Allah lain selain Allah, dan Ia tidak mempunyai sekutu, dan bahwa Isa adalah perkataan Allah, dan Ruh Allah.  Kita juga percaya akan satu Allah.  Secara umum, maksud saya.  Apakah Anda mengikuti?  Baik.  Bagaimana dengan orang-orang Haneef?  Orang-orang Haneef tidak pernah tersesat.  Dan ia… saat Nabi Muhammad mendapat wahyu, menurut Surat ke 16 (Al Nahl):  “Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad):  “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif.” dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.  [dari lainnya dalam memuja Allah-nya].”  Ikutilah agama Ibrahim, Haneef.  Ini perintah agung baginya, menurut yang ia katakan.  Baik.  Jika ia diperintahkan untuk mengikuti agama Ibrahim, mengapa ia membangun sebuah agama baru?

Mohamed: Apakah Anda mengatakan bahwa ia dipanggil untuk mengikuti agama Ibrahim?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Bukankah ini perintahnya?

Mohamed: Ya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ini yang dikatakan Allah kepadanya.  Surat ke 16 (Al Nahl) ayat 123.  Para pemirsa terkasih, Andalah hakimnya:  “Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad):  “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif.  Dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.”  Dan Al Jalalan… komentar Al Jalalayn.  Ini dia… edisi saku:  “Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad):  “Ikutilah agama Ibrahim seorang pencari…” dan seterusnya.  Agama Ibrahim.  Tapi mengapa Muhammad membangun sebuah agama baru?  Ini pertanyaan saya sendiri.  Saya hanya bertanya, dan menanti jawabannya… agar seseorang menjawab saya, “Bukan, tidak seperti itu.  Itu pertanyaan yang salah.”  Ya, Ia berkata kepadanya untuk mengikuti agama Ibrahim seorang yang Haneef, tetapi mungkin itu telah dicabut.  Anda lihat maksud saya?  Maksud saya, hal itu membutuhkan sedikit penyesuaian.  Orang yang mempunyai pikiran harus menilainya sendiri.  Al Qur’an mengatakan kepada mereka untuk mengikuti agama Ibrahim sang pencari – seorang Haneef – tetapi ia pergi dan membangun sendiri sebuah agama.  Tetapi kemudian, apakah Muhammad berhasil dalam misinya?  Saya akan menduga bahwa ia akan membangun monoteisme.  Apakah ia berhasil?  Ajaran Isa tetap bertahan setelah 14 abad.  Jadi apa yang ia capai?  Bahkan di negara-negara yang ditaklukkannya dengan pedang dan kolonisasi, Anda masih dapat menemukan ajaran Isa dan agama Yahudi disitu, sebagaimana adanya.  Apakah mereka masih membutuhkan nabi itu datang sekali lagi, dan membangun monoteisme?  Meragukan.

Mohamed: Jadi apa nasihat terakhir Anda kepada para Muslim?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Terima kasih.  Saya berterima kasih untuk pertanyaan ini, jujur kepada Anda.  Sahabat Muslim terkasih, diantara para pemirsa… dengan kasih Allah, carilah kasihNya, carilah pimpinan, carilah berkatNya.  Dan saya menasihati Anda untuk melakukan suatu hal yang sangat penting.  Buatlah sebuah tabel seperti ini...  sebuah tabel seperti ini.  Tulislah di sisi satunya, poin perbandingan, kemudian tuliskan Yahudi, Islam, dan Nasrani.  Poin perbandingan...  “Kepercayaan akan satu Allah:” Bagaimana di Agama Yahudi?  Bagaimana di Agama Islam?  Bagaimana dengan ajaran Isa?  “Penyembahan”… penyembahan Allah:  Seperti apa di Agama Israel, Islam, dan Nasrani?  “Doktrin atau ajaran”:  di Agama Israel, Islam, Nasrani.  “Tujuan akhir”:  di Agama Israel, Islam, dan Nasrani.  Dan setelah Anda menuliskannya untuk setiap hal, pikirkan, baca buku, dan cari tahu.  “Cari ayat-ayat yang Anda pikir mengandung kehidupan kekal di dalamnya.  Dan ayat-ayat yang memberikan kesaksian kepada Anda”, cari.  Lihat.  Dan pahami.  Saya akan memberikan beberapa tip untuk membantu Anda.  Saya harap para pemirsa cukup jelas.

Mohamed: Saya coba membuatnya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Silahkan?  Mari ambil yang pertama dulu.  Yaitu apa?

Mohamed: Monoteisme.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Percaya akan satu Allah.  Apa yang Agama Israel katakan mengenai kepercayaan akan satu Allah?  Israel adalah monoteisme.  Anda mungkin berkata, “Tidak, dikatakan dalam Al Qur’an bahwa orang Israel berkata ‘Ozair adalah anak Allah’, bukankah itu benar?”  Percaya saya, para pemirsa terkasih, saat saya membaca hal ini beberapa tahun lalu, saya mengambil Kitab Suci Israel dan mempelajarinya secara seksama.  Maksud saya Kitab Taurat, Kitab Zabur dan Kitab Para Nabi.  Saya meneliti semuanya dengan seksama, mencari kata “Uzzair”, tetapi saya tidak menemukannya.

Mohamed: Apa ini…?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Saya punya konkordasi, sama seperti Al Qur’an memiliki konkordasi:  “Al Mojam Al Mofahras Lealfath Al Al Qur’an.” Ya.  Kita juga punya yang sama.  Saya sudah mencarinya di kamus Kitab Suci, atau konkordasi Kitab Suci, hanya untuk mencari kata “Uzzair”, yang dipercaya sebagai anak Allah.  Sama sekali tidak ada.

Mohamed: Mari pindah ke Agama Islam.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Islam adalah monotheis.  Betul?  Tetapi, permisi, mereka mempersekutukan Muhammad dengan Allah, yang terbukti dengan fakta bahwa jika Anda seorang percaya, tidak cukup untuk berkata:  “Saya bersaksi bahwa tidak ada allah lain selain Allah.” Kemudian mereka akan berkata, “Teruskan.” Hai teman-teman, saya seorang yang percaya kepada Allah.  Percaya saya… “Saya bersaksi bahwa tidak ada allah lain selain Allah.” Salah?  Mereka akan menjawab bahwa ini adalah jawaban yang salah.  Mengapa?  Karena perkataan tersebut tidak lengkap.  Bagaimana kelengkapannya?  “Dan begitulah dan juga rasul Allah.” Tidak dapat dilengkapi, kecuali oleh dia?

Mohamed: Bagaimana dengan ajaran Isa Al-Masih?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Pengikut Isa Al-Masih percaya...

Mohamed: Anda menyembah 3 allah.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ini yang dituduhkan kepada kita.  Itu sangat benar.  Tapi kita percaya bahwa ketiga bentuk tersebut merupakan sifat pribadi Allah.  Keberadaan, kita sebut “Bapa”.  Intelek dan akal, kita sebut “Anak”.  Dan “Ruh Allah Yang Kudus” adalah hidup Allah.  Allah mempunyai kehidupan.  Allah ‘berada’, berakal, dan hidup.  Ini adalah sifat pribadi, hal yang nyata, dan kita memberikan nama kepada mereka.  “Bapa”, karena Ia adalah sumber keberadaan, akal kita sebut “Anak”, seperti “otak anak”.  PerkataanNya menyatakan akal.  Dan kemudian kita mempunyai hidup ...  “Ruh”.  Jadi kita percaya akan satu Allah.  Saya bersaksi bahwa tidak ada allah lain selain Allah, Benar?

Mohamed: Ya.  Bagaimana dengan penyembahan?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Penyembahan.  Agama Israel mempunyai kewajiban.  Penyembahan merupakan sebuah kewajiban, bukankah begitu?  Dan dilakukan hanya untuk mendapatkan penghargaan.  Allah akan memberikan penghargaan kepadanya untuk melakukan hal tersebut.  Dan mereka memberikan pengorbanan binatang.

Mohamed: Betul.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Begitu juga di agama Islam … Penyembahan, dalam Islam, adalah sebuah kewajiban, dan dilakukan untuk mendapatkan penghargaan.  Dan mereka juga memberikan korban di acara pengorbanan.  Sedangkan dalam ajaran Isa Al-Masih, penyembahan berarti kasih.  Artinya, saya berdoa untuk menerima kasih dari doa.  Saya membaca Kitab Suci, bukan untuk mendapatkan penghargaan, tetapi lebih untuk mendapatkan kasih, bagaimana hidup dengan kasih, untuk menikmati Allah, dan menikmati kasihNya.  Puasa merupakan korban kasih.  Bukankah begitu?

Mohamed: Ya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Semuanya tentang kasih.

Mohamed: Bagaimana dengan doktrin atau ajaran?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Pengajaran.  Pengajaran Kitab Taurat adalah mata untuk mata, gigi untuk gigi, poligami dan istri muda, dan perang – walaupun untuk mempertahankan diri, persamaan antara nabi dan orang biasa, dalam hak.  Maksud saya, mereka semua sama.

Mohamed: Sejajar.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sejajar.  Begitu juga Islam, juga mata untuk mata dan gigi untuk gigi, persis sama seperti Israel.  Poligami, seperti Israel, istri muda, seperti Israel, dan perang, seperti Israel, tetapi untuk penyebaran agama dan kolonisasi.  Hak Muhammad lebih unggul dibandingkan orang-orang lainnya.

Mohamed: Dan Ajaran Isa Al-Masih?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Dan Isa Al-Masih mengenal toleransi, “Siapa yang memukul engkau di pipi.”  Kesucian pernikahan, monogami dalam pernikahan, damai, dan kasih.  Al-Masih mengorbankan hidupNya bagi orang-orangNya, dan kita tidak punya hak istimewa.

Mohamed: Tujuan akhir dari ketiga agama.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tujuan akhir dari Israel adalah kerajaan dunia, negara Israel dan surga dunia.  Ke-Al-Masih-an… saat janji atas seorang Penebus yang mereka tunggu, dipenuhi.  Dan Islam mengikuti:  tempat di dunia, negara Islam, dan surga penuh gadis perawan dan anggur, dan seterusnya.  Dalam ajaran Isa Al-Masih, tidak ada tempat di dunia, tidak ada negara di dunia atau kekuatan dalam pengajaran Isa Al-Masih, sama sekali.  Tapi lebih kepada kerajaan surga yang berisikan kehidupan ruh tanpa makan atau minum atau pernikahan.  Jadi Islam, seperti yang saya lihat...  saya telah menuliskannya sejajar satu sama lainnya.  Karena tidak ada perbedaan diantara keduanya.  Islam memiliki warna Israel, dengan sebuah pengecualian yang besar bahwa Israel mengakui beberapa rasul, tetapi Islam, hanya satu, karena di dalam Islam, Muhammad adalah satu-satunya rasul.  Inilah perbedaan diantara keduanya.  Saya ingin saudaraku, diantara para pemirsa, untuk memikirkan hal-hal ini dan menilainya, dan melihat...  jika Islam sama dengan Israel, jadi dia seorang Israel.  Hanya sebuah perbedaan dimana ia percaya bahwa Muhammad adalah seorang rasul, sedangkan Israel percaya kepada Nabi Musa.

Mohamed: Kami punya sebuah pertanyaan terakhir yang datang dari seorang pemirsa, yang berkata:  “Setelah saya mengetahui bahwa Isa adalah Penyelamat saya, saya takut untuk menunjukkan iman saya karena, seperti yang Anda tahu, kita hidup di negara yang tidak mengijinkan kebebasan berpendapat atau agama, karena saya hidup di negara yang tidak mengenal kebebasan berpendapat atau agama, dan saya mempunyai teman-teman yang telah mengalami pekerjaan Isa Al-Masih dalam hidup mereka.  Tetapi mereka menderita di penjara, dan diantaranya adalah mereka-mereka tidak diketahui akhirnya, mereka menghilang.  Beritahu saya, apa yang dapat saya lakukan?  Haruskan saya bersaksi dan memberitahukan iman saya, seperti Isa katakan:  “Siapa yang menolak aku dihadapan manusia, dia juga akan Aku tolak di surga”, atau bagaimana?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Dengan cepat.  Dengan cepat, hal ini membutuhkan kebijaksanaan.  Bahkan Isa Al-Masih berkata kepada beberapa orang:  “Pergi dan proklamirkan”, tetapi kepada yang lain Ia berkata, “Pergi ke rumahmu dan jangan katakan kepada siapapun mengenai hal ini.”  Dan mengapa?  Karena ada keadaan dan konteks yang berbeda-beda.  Jadi kita membutuhkan kebijaksanaan.  Jika Anda temukan bahwa bersaksi adalah hal yang bijaksana, jadi bersaksilah.  Jika bijaksana untuk pulang dan menutup mulut, itu juga baik.

Mohamed: Terima kasih.  Para pemirsa terkasih, dalam episode ini saya dengan senang hati ingin membagikan beberapa ayat yang Isa Junjungan Yang Ilahi katakan:  “Aku gembala yang baik.  Gembala yang baik memberikan hidupNya bagi domba-dombaNya.  Domba-dombaKu mendengar suaraKu, dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikuti Aku, dan Aku memberikan mereka kehidupan kekal, dan mereka tidak akan pernah binasa.  Tidak ada seorangpun dapat merampas mereka dari tanganKu.”  Jika Anda percaya kepada Isa Al-Masih, tidak ada orang yang dapat merampas Anda dari tanganNya, karena Dia-lah sang Penyelamat.  Terima kasih.  Sampai berjumpa lagi.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Amin.



Texts being used:
The Indonesian Bible text used for New Testament is “The Indonesian (1912 Translation) – Greek Diglot New Testament” – “Kitab Suci Injil Dwibahasa Indonesia (Terjemahan 1912) – Yunani” version.  © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 2000.
The Indonesian Bible text used for Old Testament is “The New Translation, 1974” – “Alkitab Terjemahan Baru (TB), 1974” version.  © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 1974.
The Indonesian Al Qur’an text used is taken from
http://Quran.al-islam.com/
Indonesian version:
http://Quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSora=1&nAya=1&nSeg=1&l=eng&t=ind
Notes on this episode:
For verses that is not clearly defined, the translation is done directly as the text said, not taken from the quote in the Bible – Untuk ayat-ayat yang tidak direferensikan secara jelas, terjemahan dilakukan secara langsung seperti apa kata text, bukan diambil langsung sesuai dengan teks dari Kitab Suci.

No comments:

Post a Comment