Wednesday, August 17, 2011

Allah dan Dewa Bulan (Ep 59)

Pertanyaan Mengenai Iman Episode 59
Allah dan Dewa Bulan

Mohamed: Para pemirsa terkasih, selamat datang di episode baru dari program, “Pertanyaan Mengenai Iman”, dan sekali lagi kita kedatangan tamu kehormatan, Bapak Pendeta Zakaria Botros.  Selamat datang Pak.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Terima kasih banyak.

Mohamed: Sahabatku terkasih, saya ingin membuka episode ini dengan perkataan dari Isa Junjungan Yang Ilahi:  “Berbelas kasihanlah seperti Bapa juga berbelas kasihan.  Jangan menghakimi dan kamu tidak akan dihakimi.  Jangan mengutuk, dan kamu tidak akan dikutuk.  Ampuni dan kamu akan diampuni.  Memberi dan akan diberikan kepadamu; perhitungan yang baik, ditekan kebawah, dikocok, dan kelimpahan akan turun dari dadamu.  Karena dengan ukuran yang kamu pakai, itu juga yang akan diukurkan kepadamu.”  Kita telah menerima banyak surat.  Kita akan membacakan surat ini dengan Anda, datang dari Algeria.  Penulisnya berkata “Dalam nama Allah Maha Kasih, Maha Pengampun, damai beserta Anda, berkat Alah dan kasihNya.  Bapak Pendeta Zakaria Botros terhormat, saya mendapat impresi dari penjelasan Anda, bahwa Anda mengajukan undangan terbuka kepada para Muslim untuk mengetahui dan berpikir dan tidak lari dari pengertian ayat-ayat Al Qur’an, seperti Anda katakan bahwa para Muslim takut untuk menemukan kebenaran dan mungkin merupakan kesesatan.  Akan tetapi, saya ingin mengingatkan Anda, juga mengingatkan diri saya sendiri, bahwa kebijaksanaanlah yang dicari oleh orang percaya, dan saya tidak bermasalah untuk mengakui kebenaran dan menarik diri dari kesalahan, saat pikiran saya diterangi oleh terang kebenaran.  Dan saya bertanya kepada Anda untuk menerima tantangan ini, sama seperti saya telah menerimanya.  Apa yang telah saya kumpulkan dari Anda adalah bahwa isi dari Al Qur’an sesuai dengan pengajaran benar di Nasrani mengenai Isa, damai besertaNya.  Dan bahwa Allah, dalam pandangan Anda, adalah satu Allah, bukan tiga, seperti yang banyak orang pikir mengenai ajaran Isa, dan bahwa kata ’anak’ bukan berarti anak secara biologi, tetapi lebih kepada banyak arti lainnya, itu adalah salah satu hal yang saya pelajari dari Anda dan saya mendapatkan manfaatnya, dalam beberapa hal.  Bapak yang terhormat, apakah tidak pernah muncul di pikiran Anda, bagaimana seorang yang tidak berpendidikan ini mendapatkan seluruh pengetahuan tersebut, 14 abad yang lalu?  Lebih dari itu, bagaimana ia dapat tahu bahwa tumbuhan mempunyai pasangan – jantan dan betina – ayat 3 dari Surat ke 13 (Ar Ra’d):  “Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan.”  Konsep penebusan...  Menurut pengertian saya, penebusan membutuhkan seseorang untuk menyerahkan hatinya kepada Isa dan dibasuh oleh darahNya, agar diampuni dan menerima kehidupan kekal.  Pak, umpamanya seseorang memegang Anda dan mencungkil mata Anda, memotong tangan dan kaki Anda dan menentang Anda, dan mengakui di depan Anda bahwa ia telah menyerahkan hatinya kepada Isa dan telah dibasuh oleh darahNya…
Apakah Anda akan merasa enak mendengarnya, dan yakin bahwa Allah akan memaafkan dia?  Sebuah pertanyaan disini.  Tidak pernah...  Apapun alasan yang dia berikan kepada Anda.  Bagaimana nasib manusia yang ada sebelum Isa, semoga damai besertaNya?  Bukankah mereka juga mempunyai hak atas pengampunan dan penebusan oleh darah Isa?  Bapak yang terhormat, dapatkah Anda untuk sejenak, dapatkah Anda untuk sejenak melepaskan harga diri dan keras kepala dan ketakutan akan orang-orang yang mengatakan kebenaran untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi dengan Allah Maha Besar, yang murah hati, dan diselamatkan dengan kesaksian Isa, semoga damai besertaNya di hari kebangkitan.  Ayat 116, 117, and 118 dari Surat ke 5 (Al Ma’eda).  Lebih dari itu, Anda akan menyelamatkan jutaan orang yang terhilang karena kesaksian Anda kepada mereka.  Saya berdoa kepada Allah untuk pimpinan bagi saya dan Anda.  Tidak ada paksaan dalam agama.”  Terima kasih.” Terima kasih, saudara Gamal.  Apa komentar Anda mengenai surat ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tentu saja, kami berterima kasih atas minatnya, untuk menulis kepada program ini.  Sebenarnya, ini membuktikan minatnya.  Untuk itu, kami sangat menghargai dan berterima kasih kepadanya.  Dan mengenai pertanyaan-pertanyaannya mengenai dari mana orang yang tidak berpendidikan ini mendapatkan hal-hal seperti itu, saya percaya di episode-episode sebelumnya kita telah menjawab semua itu, dan sudah menjelaskan bahwa dia bukan tidak berpendidikan atau seperti itu.  Ia seorang kafir (bukan Israel)… yaitu, ia bukan orang dari buku.  Dan kemudian, mengenai ilmu tumbuh-tumbuhan...  Ilmu tumbuh-tumbuhan sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu...  di Mesir, contohnya, dan didalam kebudayaan Samaria sudah mencapai kemajuan di bidang ini, juga di obat-obatan, astronomi, dan disiplin-disiplin ilmu lainnya.  Ini bukan hal yang baru bagi seseorang di abad ke-7.  Dan mengenai konsep penebusan, mengenai seseorang mencungkil mata dan memotong kaki lawannya... dan seterusnya, dan bagaimana Anda tidak akan pernah mengampuninya.  Tentu saja, dia sendiri tidak dapat menghentikannya; ia datang dari latar belakang Muslim dan dia tidak dapat mengampuni, karena ia percaya mata diganti mata, gigi diganti gigi, dan pemrakarsanya-lah yang lebih bersalah.  Tetapi dalam ajaran Isa, sejarah para martir penuh dengan pembunuhan, pemotongan bagian tubuh dan penyiksaan, dimasukkan ke minyak mendidih, kemudian air dingin.  Mereka bertahan dari itu semua, dan mengampuni, dan mereka berkata, “Allah, jangan perhitungkan dosa mereka ini kepada mereka.”  Stefanus, di Kitab Suci… mereka melempari dia dengan batu, dan saat dia dilempari batu, ia berkata, Allah, jangan perhitungkan dosa ini kepada mereka.”

Mohamed: Tetapi pertanyaan ini ditujukan kepada Anda pribadi.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, sangat diterima.  Baik.  Tidak masalah.  Saya sudah pernah dipenjara lebih dari sekali… dua kali saya sudah dipenjara.  Sekali untuk setahun, dan kedua untuk empat hari dengan kemungkinan diusir ke luar negeri.  Empat hari tanpa makanan dan minuman.  Dan… saya bersyukur kepada Allah.  Saya berdoa bagi mereka, dan memaafkan mereka dengan seluruh hati saya.  Anda tahu, saat ruh kasih memenuhi hati seseorang, sifat manusia diubah dari dalam.  Tanpa pemenuhan kasih Allah dalam hati seseorang, tidak ada hal yang dapat dimengerti.  Tetapi kita berterima kasih kepadanya atas minatnya, dan menghargai, dan mengirimkan surat ini kepada kami.

Mohamed: Terima kasih.  Kita maju, sahabatku, ke topik baru, yaitu pertanyaan sebagai berikut.  “Kami menyadari di puncak menara mesjid pada umumnya, ada sebuah sabit dalam bentuk bulan, bulan sabit.  Apa arti bulan tersebut?  Dan apa penafsiran Anda mengenai bulan tersebut?”

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Baiklah, sebenarnya pertanyaan ini amat sangat penting dan amat sangat serius.  Karena ini menunjukkan seberapa besar Islam telah dipengaruhi – sebagai kelanjutan dari topik sebelumnya – dengan upacara agama, tradisi, kebiasaan dan ideologi para penyembah berhala di masa sebelum Islam.  Seperti yang telah kita lihat di episode sebelumnya, ini juga merupakan bentuk dampak baru dari penyembahan berhala di masa sebelum Islam.  Bagaimana?  Karena sebelum saya jelaskan bagaimana, saya mendengar sebuah pertanyaan dari seorang Sheikh, yang terhormat, Sheikh Al Karadawy, di “Al Gazeera”, salah satu program mereka.  Mereka bertanya kepadanya mengenai hubungan antara Islam dan sabit dalam bentuk bulan.  Jadi, dengan pasti ia menyangkal hubungan antara keduanya.  Saya tidak tahu apakah karena ia tidak benar-benar tahu, atau ia sekedar mengabaikannya.  Saya tidak mau menghakiminya untuk masalah ini.  Ia seorang profesor, seorang peneliti, juga seorang Mufty, jadi saya pikir tidak mungkin ia tidak mengetahuinya.  Dan oleh karenanya, saya ingin mengatakan kepada yang terhormat, dan orang-orang seperti beliau diantara para pemirsa kami yang terkasih, yang tidak mengetahui jumlah ayat-ayat dalam Al Qur’an yang membicarakan sabit dan bulan, yaitu mencapai 50 ayat.

Mohamed: Jadi, yang Sheikh Al Karadawy katakan adalah…

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Saya percaya jawabannya diplomatis, karena dia tidak mau mendapat masalah.  Dia hanya berkata, “Saya tidak tahu apa-apa mengenai hal itu.”  Inilah pandangan saya.  Hanya Allah yang tahu.  Dan siapapun yang berkata, “Saya tidak tahu” telah meloloskan sebuah fatwa, jadi saya baru saja meloloskan sebuah fatwa sekarang.  Jumlah Tradisi Rasul dimana bulan dan sabit disebutkan berjumlah 2.027 Tradisi.  Jadi jumlah total pernyataan di Al Qur’an dan di Tradisi… ada 50 ayat.

Mohamed: Ada 50 ayat, dan…

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Dan 2.027 Tradisi.  Jadi totalnya 2.913 pernyataan.
Itulah angkanya, jika kita coba membulatkannya, menjadi 3.000.  Bagaimana Sheikh yang terhormat tidak tahu apa-apa mengenai ini?  Ini adalah pertanyaan yang hebat.  Contohnya, pembicaraan mengenai bulan… Allah bersumpah atas bulan.  Di Surat ke 74 (Al Muddaththir) ayat 32:  “Demi bulan, dan malam ketika telah berlalu.”  Dan sekali lagi di Surat ke 91 (Al Shams) ayat 1 dan 2:  “…dan bulan apabila mengiringinya.”  Dan seterusnya.  Ini satu segi.

Mohamed: Apa posisi ensiklopedia mengenai hal ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ensiklopedia Britannica?  Maksud saya Ensiklopedia Islam, volume 32, halaman 10055.  Ensiklopedia membuka topik ini dengan pernyataan:  “Sabit mempunyai posisi penting dalam hukum Islam”, dan mengutip 55 bukti meyakinkan mengenainya.  Dan tentu saja, tidak mungkin bagi seseorang seperti Sheikh Al Karadawy yang terhormat tidak pernah melihat Ensiklopedia Islam, dan tidak melihat ke- 55 bukti dari hubungan dan relasi dan kedudukan penting dari sabit.  Seperti apa, contohnya?  Dikatakan di Ensiklopedia Islam:  “Melalui sabit, tanggal Higri Islam ditentukan, melalui sabit tanggal untuk ziarah ditentukan, dan melalui sabit, puasa ditentukan.”  Dan Al Qur’an mengacu kepada sabit di Surat ke 2 (Al Baqarah) sebagai berikut:  “Mereka akan bertanya kepadamu mengenai tahapan-tahapan bulan.”  Dan di Surat ke 2 (Al Baqarah) Al Qur’an juga mengacu kepada puasa:  “…sampai engkau melihat sabit.”  Dan diantara penggunaan awal dari sabit sebagai hiasan, adalah di keramik mesjid atau kubah batu.

Mohamed: Jadi apakah sabit itu merupakan lambang sesuatu, seperti waktu untuk berziarah, dan lainnya?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tentu saja, sabit telah menjadi standar atau norma untuk menentukan waktu ziarah dan puasa.  Sabit juga telah digunakan untuk perhiasan… anting-anting dan lain sebagainya, dan di uang logam oleh Salah El Din El Ayoubi.  Juga digunakan di periuk tanah liat, dan telah digunakan sebagai lencana oleh para penguasa Muslim...  Al Thaher Sayf Al Deen Barkook, diantara yang lainnya.  Penggunaan sabit oleh agama, penggunaan sabit dalam agama… seperti salib di Gereja Anie, di Asia Kecil, di abad ke-5 setelah Hegra telah digantikan dengan sebuah sabit saat diubah menjadi mesjid, untuk memberikan nilai simbolis…  Sabit menggantikan salib, sebagai tanda Muslim.  Dan seperti yang sudah Anda sebutkan, penggunaan sabit di atas kubah dan menara mesjid, dan seterusnya, merupakan hal yang biasa.  Ada sekitar 55… dan sabit menjadi lambang resmi Kerajaan Ottoman saat sang Sultan memutuskan untuk menempatkannya di bendera.  Dan banyak negara-negara Islam mengikutinya; Tunisia, Mesir, Pakistan, Libia, Malaysia, Mauritania, danAlgeria.  Mereka menempatkan sabit di bendera mereka sebagai lambang negara Islam.  Sabit juga telah digunakan untuk membedakan kuburan Muslim dari kuburan Israel dan Nasrani.  Maksud saya, orang-orang Nasrani mempunyai salib di kuburan mereka, dan diatas kuburan Israel mereka mempunyai Bintang Daud, jadi mereka memilih sabit.  Oleh karena itu, telah terbukti bahwa sabit mempunyai nilai yang besar bagi hukum Islam, dan Muslim telah mengambilnya sebagai sebuah lambang seperti salib.  Tetapi sebuah pertanyaan penting muncul disini ...  Maksud saya, orang-orang Nasrani mengambil salib sebagai lambang karena salib melambangkan penebusan, dan orang-orang Israil mengambil Bintang Daud sebagai lambang karena Bintang Daug melambangkan kerajaan yang mereka cari, dan kedatangan Penebus.  Ini pertanyaan saya.  Tetapi kemudian kenapa, disini Muslim mengambil sabit sebagai lambang?  Bukankah itu menimbulkan...  menimbulkan pemikiran?

Mohamed: Menimbulkan kecurigaan?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Mengapa?

Mohamed: Apakah ada rahasia dibalik itu?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tentu saja.  Tentu saja.

Mohamed: Karena Anda mengatakan bahwa seorang ulama Islam tertentu menyangkal atau menghindari topik ini, dan mengaku bahwa hal tersebut tidak punya tempat atau nilai.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tetapi di dalam kebohongan ini terletak rahasianya.

Mohamed: Ada sebuah rahasia.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tentu saja ada.

Mohamed: Apakah itu?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sabit tersebut, di masa sebelum Islam dan masa penyembah berhala, mempunyai nilai yang sangat besar karena sabit mewakilkan bulan… dewa bulan.

Mohamed: Yaitu, sebelum Islam,

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sebelum Islam.  Di heathenisme, seperti yang Ensiklopedia Islam nyatakan.  Ensiklopedia Britannica, volume 1.  halaman 10057 mengatakan:  “Orang-orang Arab di bagian Selatan Arab dulunya menyembah tritunggal.”

Mohamed: Permisi.  Halaman berapa?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Permisi?

Mohamed: Halaman berapa?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: 10057 dan 10058.

Mohamed: 10057 dan 10058.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya.  Maaf, saya jadi bingung.

Mohamed: Karena kita ingin para pemirsa membuktikan ini sendiri.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, mereka harus membukanya sendiri dan membacanya di halaman … Maafkan saya… 1057:  “Orang-orang Arab di bagian Selatan Arab dulunya menyembah tritunggal, yaitu dewa bulan, dan dewa matahari, dan putra mereka Ashtar, dan bulan adalah ketua tritunggal, dewa bulan adalah dewa terhebat.”  Dan ini benar-benar hal yang sama yang ditegaskan oleh Sayed Mahmoud Al Qemny di dalam bukunya, “Al Ustoora Fi Al Torath or Fi Al Al Qur’an”.
Mohamed: Apakah buku ini ada di sirkulasi saat ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya.

Mohamed: Buku ini ada di pasaran.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya.  Dari halaman 4 ke halaman 11, ia berkata:  “Salah satu nama dari dewa bulan diantara orang Arab Sabian adalah Elah Meqa, yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Arab, “Allah, tuhan dari rumah suci di Mekah.” … dewa bulan.  Al Qemny juga menyebutkan dewa bulan dalam bukunya, di halaman 11:  “El, dewa bulan, adalah seorang laki-laki, dan istrinya Elat, yaitu matahari, dan mereka mempunyai Ashtar, yang terikat ke matahari saat matahari terbit dan terbenam, yang disebut di dalam Al Qur’an sebagai bintang terang di Surat ke 86 (At Tariq)” Dan itulah alasan Anda melihat sabit di atas mesjid dan sebuah bintang di ekornya.  Sebuah sabit, dan di ujung ekornya, sebuah bintang, yaitu apa?  Ashtar; anak mereka… Selain itu, apa pentingnya bintang bersama dengan bulan?  Seseorang harus berpikir mengenai hal-hal ini.  Anda seharusnya tidak mengabaikannya.  Anda harus!

Mohamed: Apakah ada tanda atau bukti bahwa bulan dipanggil “Alah”?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Oh, ya, tentu saja.  Tentu saja.

Mohamed: Kita sedang menentukan hubungan antara “Alah” dan “Allah”.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya … Betul.

Mohamed: Apakah ada hubungan diantara keduanya?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Benar sekali.  Hasil penemuan arkeologi yang ada di internet, “Arkeologi dari Timur Tengah”, “Al Athar Fi Al Shark Al Awsat”.  www.biblebelievers.org

Mohamed: www.biblebelievers.org.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Hasilnya berkata:  “Para arkeologis telah menemukan beberapa kuil yang didedikasikan untuk dewa bulan di beberapa tempat di Timur Tengah, dari Turki sampai ke Sungai Nil.  Disana, orang-orang Babilonian Assyrian dan Chaldean menamakannya dewa “Seen”, dewa “Seen”.  Para ilmuwan telah membuktikan… 2 arkeologis…, Jo Burg dan Hall … bahwa Somarian, sebuah kebudayaan di selatan Irak, dulunya memuja dewa yang sama, dan lambang bulan sabit ditemukan di segel penjara, dan roti mereka berbentuk sabit, bongkah roti berbentuk setengah bongkah, karena mereka mempersembahkannya kepada dewa bulan.  Dan di tahun 50-an di abad yang lalu, sebuah kuil besar yang ditemukan di Palestina merupakan milik dewa bulan”

Mohamed: Di tempat tertentu?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Hather.  “Dimana 2 patung dewa bulan ditemukan, setiap patungnya mewakilkan seorang laki-laki duduk di tahta dengan sebuah bulan sabit tergoreskan di dadanya.”  Dan Anda dapat menemukan ini di internet, di website tersebut.  Jika Anda memilihnya, Anda akan melihat kedua patung yang mereka temukan, dari penemuan mereka di tahun 50-an.

Mohamed: Ini baru-baru saja… di tahun 50-an.  Para pemirsa dapat masuk ke website yang saya www ….  Kita akan menayangkan websitenya di layar.  www.biblebelievers.org.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya.

Mohamed: Sebuah pertanyaan.  Penemuan arkeologis ini… Anda katakan dilakukan di Irak dan Palestina, tetapi apakah ada penemuan lainnya di Semenanjung Arab?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tentu saja.  Sejak abad ke-19, banyak arkeologis melakukan eksplorasi di Sheba, Menan dan Kataban, dan menemukan banyak naskah-naskah.

Mohamed: Menan dan Kataban ada di Arab, bukan?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya.  Dan di tahun 50-an di abad yang lalu, beberapa arkeologis lainnya, diantaranya adalah Windle Philips, W. F. Albert, Richard Dower dan lain-lain.  “Eksplorasi di Kataban, Temna, dan Maareb, ibukota Sheba kuno dan mereka menemukan beribu-ribu artifak (barang-barang buatan manusia) dan periuk yang bergambar sabit, dewa bulan.  Pelajaran arkeologis di daerah Semenanjung Arab menemukan bahwa kepala dewa, yang pemujaannya terdapat di seluruh Arab, bernama dewa bulan Elah, dan telah dikonfirmasikan, melalui bukti-bukti pasti, bahwa pemujaan dewa bulan telah menyebar di masa Muhammad, nabi Islam, diantara dewa-dewa lainnya saat itu.

Mohamed: Maksud Anda, orang-orang saat itu memuja bulan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Dan memiliki patung di Ka’bah, sebuah dewa.  Arkeologis Coon juga telah menyatakan bahwa dewa bulan juga disebut “Al Elah”, yang telah dihubungkan dengan “Allah”, sebelum Islam.  Professor Coon juga mengatakan:  “Itulah orientasi Muhammad mengenai pengaruh Elah.  Elah telah menjadi…  Elah telah berubah menjadi Al Elah, yaitu, “Allah, mahluk tertinggi – Al Akbar.”  Dan itulah alasan mengapa orang-orang Qurashite tidak perlu menanyakan kepadanya siapakah allah yang ia nyatakan itu, karena mereka sudah mengetahuinya.  Bukankah begitu?  Jika ia datang dengan nama allah asing, mereka pasti akan berkata, “Siapakah itu?” Dan oleh karenanya, Muhammad tidak pernah perlu memperkenalkan allah, karena allah telah dikenal oleh para orang kafir.  Dan di lingkungan seperti inilah, yang dirasuki pemujaan dewa bulan, Muhammad dibesarkan, dan faktanya, para orang kafir tidak pernah mengeluh sama sekali atas nama asing allah ini sebagai hal yang aneh karena memang tidak aneh.  Kaisar Farah, seorang peneliti Islam, berkata:  “Orang-orang Arab dulunya memuja dewa bulan sebagai allah tertinggi, dan sejak mereka menganut bahwa “allah lebih hebat”, mereka masih membawa ide keberadaan allah-allah lainnya, dan allah ini lebih baik...  Allah Akbar.”  Jadi ada dewa-dewa, dan ada seorang dewa yang terbaik.

Mohamed: Saya hampir mendengar Anda berkata bahwa allah Islam adalah dewa bulan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Atau lainnya, mereka tidak akan menempatkan sabit sebagai simbol dan lambang di atas mesjid.  Maksud saya, mengapa sabit ditempatkan disitu?  Apa hubungannya?  Anda mengikuti?  Ini adalah asumsi yang kita ajukan, dan kami memohon kepada para pemirsa untuk membuktikannya sendiri.  Apakah ada hubungan lainnya antara bulan dengan sabit yang ada di atas kubah, di atas mesjid…  dan seterusnya?  Apa hubungannya?  Apakah sudah jelas?

Mohamed: Ya.  Ya.  Mengapa bulan telah dipilih sebagai lambang?  Apa alasan seorang Muslim mengambilnya sebagai lambang?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sangat betul.  Bukan Muslim; Muhammad-lah yang telah mengambilnya.

Mohamed: Ya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tidak ada alasan lainnya, kecuali bahwa sabit merupakan simbol dewa bulan, dewa orang Arab, dan ia cenderung melakukannya untuk berkompromi, seperti yang terjadi di perdamaian Hodaybiya.  Kompromi, kompromi...  Hanya untuk memenangkan orang-orang Qurashite dan Arab, setelah ia kalah dan menghabiskan semua usahanya untuk memenangkan orang-orang Israil di Medinah, dan kemenangan atas orang-orang Nasrani merupakan sebuah kegagalan juga.  Jadi pilihan satu-satunya adalah ia harus memenangkan orang-orang Arab.  Jadi ia membuat mereka senang…  ia mengambil dewa-dewa mereka sebagai tanda, juga puasa, dan upacara agama, dan Ka’bah…  hanya untuk menyenangkan mereka, sebagai usaha untuk berkompromi dengan mereka.  Inilah penjelasan saya, dan hanya Allah yang tahu.

Mohamed: Apakah Anda mempunyai pertanyaan lainnya mengenai topik ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya.  Saya ingin bertanya:  “Mengapa kita menemukan sebuah sabit diatas mesjid, dan sebuah gambar sabit dengan bintangnya?” Bukankah mereka mengklaim di Surat ke 21 (Al Anbiaa) bahwa Nabi Ibrahim membuang dewa-dewa?

Mohamed: Ya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Dan lagi saat Muhammad masuk Ka’bah, bukankah ia memerintahkan agar semua dewa-dewa dihapuskan?  Ya.  Dan saat patung bulan, bersama dengan bintangnya ditempatkan disitu, bukankah itu sebuah patung?  Bukankah itu sebuah dewa?

Mohamed: Ya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Jadi mengapa Anda tidak melakukan apapun atas sabit diatas mesjid?  Apa misterinya?  Dan apa alasannya?

Mohamed: Ya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Dengarkan.  Manusia itu… seorang manusia pandai, harus menarik kesimpulan dan berpikir dan berasional, dan kemudian menilai.  Mengapa patung bulan?  Bukankah itu pendewaan?  Bukankah sama dengan pemujaan dewa?  Saya berharap bahwa setiap Muslim yang sudah diterangi akan mempelajari akar Islam untuk menemukan asalnya, melalui metode modern, kritik ilmu pengetahuan.  Yang harus ia lakukan hanyalah mengangkat hatinya kepada Tuhan dan berkata kepadaNya:  “Tuhan, terangi hati saya ketika saya merenungi hal-hal ini, untuk mengetahui kebenaran dan mencapai kebenaran…” Seperti saudara kita yang mengirimkan surat ini katakan, bahwa ia ingin mencapai kebenaran.  Bukankah begitu?  Anda tahu, saya berharap saat ini bahwa saudaraku, para pemirsa Muslim…  Saya tahu Anda duduk disitu, dan mungkin Anda membara dengan kemarahaan saat ini, jika ini pertama kalinya Anda menonton saya, dan mungkin Anda sedang berpikir, jika Anda sudah terbiasa menonton saya.  Tetapi pada umumnya, marilah kita lupakan semua ini.  Mari kita bertanya kepada Tuhan untuk memimpin hati kita.  Katakan dengan saya, “ Tuhan, terangi hati saya, dan biarkan sinar pengetahuanMu menerangi pikiranku, untuk mengenal kasihMu.  Berbelas kasihanlah kepadaku, seorang pendosa.  Miliki hati-ku hari ini.  Berikan aku karunia untuk mengetahui kebenaran, untuk mengikutinya, dan untuk menyenangkan Engkau dalam hidupku, saat aku mengenal Engkau, sungguh dan benar-benar.  Biarkan sinar pengetahuanMu menerangi hatiku.  Aku berterima kasih karena Engkau mendengar doaku dan menjawab permohonanku.”Amin.

Mohamed: Amin.  Sebelum kita menutup episode ini, saya mempunyai sebuah pertanyaan untuk 3 menit ke depan, atau mungkin 2 pertanyaan.  Pertama, karena Anda katakan bahwa “Allat” atau “Allah” adalah dewa bulan, jadi saya tidak punya nama lain untuk memanggil Allah, kecuali Allah.  Jadi saya harus memanggil Allah apa?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sebenarnya bukan masalah nama.  Tetapi masalahnya maksud.

Mohamed: Silahkan diteruskan…

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Maksud.  Apa maksudnya?  Saat Anda berdoa kepada Allah, apakah maksud Anda dewa bulan?  Atau maksud Anda, Anda bermaksud berdoa kepada Allah… Anda berdoa kepada pencipta alam semesta?.

Mohamed: Saya yakin bahwa setiap Muslim berdoa kepada Allah, pencipta alam semesta.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tetapi dia masih tetap harus berpikir, “Mengapa sabit?”.  Di masa sebelum Islam, nama siapakah Allah Akbar, terbesar?  Mengapa mereka memanggilnya “Allah, Maha Besar” oleh para penyembah berhala?  Karena mereka para pemuja bintang.  Jadi matahari sangat hebat, tetapi di pikiran para pengembara Arab (Bedouin), saat malam datang, matahari tidak dapat mengalahkan kegelapan, jadi matahari kabur.  Tetapi saat bulan datang, bulan menetap dan melawan kegelapan, dan memberikan cahayanya, menerangi kegelapan.  Jadi mereka menganggap bulan adalah penakluk kegelapan, dan oleh karenanya, lebih berkuasa daripada matahari.

Mohamed: Kita punya sebuah pertanyaan terakhir, yaitu … Penulisnya berkata:  “Saya seorang Ameer, bagian dari Islam, dan saya terkenal akan kebrutalan dan kecintaan saya untuk menumpahkan darah.  Saya menyesal atas semua yang telah saya lakukan.  Saya menawarkan penyesalan dan Allah Penebus menerima saya, menyelamatkan saya, dan mengubah hidup saya.”

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Amin!

Mohamed: “Dan sekarang, saya mengasihi mereka yang saya benci, yang saya anggap musuh, yang dengan salahnya saya panggil “Nasara”.  Tetapi masalah saya saat ini adalah bahwa saya membenci mereka yang mendorong saya ke arah yang salah, dan telah membohongi saya selama 35 tahun masa hidup saya.  Jadi nasihat apa yang Anda berikan kepada saya?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Amin.  Pendek saja, saya ingin berkata bahwa Isa mengajarkan kita untuk mengasihi musuh-musuh kita.  Katakan kepadaNya, “Allah, aliri hati saya dengan kasihMu, agar saya dapat mengasihi semua orang melalui hatiMu.” Amin.

Mohamed: Terima kasih.  Dan kami akan berjumpa Anda lagi di episode lainnya.  Para pemirsa terkasih, “Yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah.” Terima kasih.  Sampai kita berjumpa lagi di episode selanjutnya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Amin.
Mohamed: Terima kasih banyak.



Texts being used:
The Indonesian Bible text used for New Testament is “The Indonesian (1912 Translation) – Greek Diglot New Testament” – “Kitab Suci Injil Dwibahasa Indonesia (Terjemahan 1912) – Yunani” version.  © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 2000.
The Indonesian Bible text used for Old Testament is “The New Translation, 1974” – “Alkitab Terjemahan Baru (TB), 1974” version.  © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 1974.
The Indonesian Al Qur’an text used is taken from
http://Quran.al-islam.com/
Indonesian version:
http://Quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSora=1&nAya=1&nSeg=1&l=eng&t=ind
Notes on this episode:
For verses that is not clearly defined, the translation is done directly as the text said, not taken from the quote in the Bible – Untuk ayat-ayat yang tidak direferensikan secara jelas, terjemahan dilakukan secara langsung seperti apa kata text, bukan diambil langsung sesuai dengan teks dari Kitab Suci.


No comments:

Post a Comment