Friday, July 22, 2011

Sumber dari Al Qur’an (Ep 55)

Pertanyaan Mengenai Iman Episode 55

Sumber dari Al Qur’an

Mohamed:

Para pemirsa terkasih, selamat datang di program kami “Pertanyaan Mengenai Iman”. Dan sekali lagi kita kedatangan tamu kehormatan Bapak Pendeta Zakaria Botros. Selamat datang Pak.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Terima kasih.

Mohamed:

Saya ingin, para pemirsa terkasih, membagikan kepada Anda beberapa perkataan Isa Junjungan Yang Ilahi dari Kitab Injil Lukas. Dia berkata: ”Tetapi Aku katakan kepada kamu yang mendengar: kasihilah musuh-musuhmu, berbuatlah baik kepada mereka yang membenci kamu. Berkati mereka yang mengutuk kamu, dan berdoa bagi mereka yang dengan dengki mempergunakan kamu. Kepada dia yang memukul kamu di satu pipi, berikan yang satunya juga. Dan kepada mereka yang mengambil jubahmu, jangan tahan jasmu juga. Beri kepada siapapun yang memintanya kepadamu. Dan kepada dia yang mengambil barang-barangmu jangan memintanya kembali.

Dan apa yang kamu ingin orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. Tetapi jika kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apa kelebihannya bagimu?”
Dan oleh karenanya, kita mengasihi semua orang, dan berdoa agar semua orang dapat mengetahui kebenaran... di episode sebelumnya, kita membicarakan tentang begitu banyak sumber-sumber dari Al Qur’an, dan kita berhenti di sumber tertentu, di Israeliyat, sumber Nasrani, dan sumber-sumber sejenis, tetapi ada seseorang berkata: “Anda menuduh Al Qur’an menyalin elemen-elemen Israel dan Nasrani, tetapi tetap merupakan buku yang diwahyukan Allah, walaupun ada beberapa kesamaan dengan isi buku-buku Israel dan Nasrani. Jadi mengapa ada tuduhan tidak adil ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Baiklah. Kita tidak sembarangan menuduh siapapun, dan kita tidak menyerang siapapun, tetapi seperti yang selalu saya katakan berulang kali, kita hanya mempertanyakan. Allah memberikan kita kebebasan untuk berpikir, dan kita membaca semua yang tersedia bagi kita. Jadi kita membaca dan berpikir. Dan daripada mengutuk, kita bertanya... Tidak lebih, dan tidak kurang. Terakhir kali kita membicarakan beberapa kutipan, dan sebagai tambahan, sekarang saya membawa beberapa kutipan lainnya. Ada banyak… ada lebih dari 170 kutipan dari Kitab Suci mengenai kejadian-kejadian dalam Al Qur’an yang diambil dari Kitab Suci, seperti penciptaan bumi oleh Allah dalam 6 hari. Ada di Kitab Suci, di Taurat, di Kitab Kejadian pasal 1, dan di Al Qur’an di Surat ke 57 (Al Hadid) ayat 4… penciptaan Nabi Adam dari debu, dan seterusnya. Cerita mengenai Nabi Ibrahim, juga di Kitab Taurat, di Kejadian, dan Surat ke 3 (Ali ‘Imran). Kedatangan Yakub ke Mesir di Kejadian 46 yang ada di Kitab Taurat, dan di Surat ke 12 (Yusuf) ayat 99, hanya untuk menyebutkan beberapa perbandingan ini, antara isi dari Kitab Suci dan Al Qur’an. Ini 1 halaman… 2, 3, 4, 5 perbandingan, masing-masing dalam 2 kolom… banyak perbandingan. Dan ini semua hanya… kita masih dalam proses persiapan penelitian ini, supaya kita dapat menghasilkan perbandingan yang lebih rinci. Anda berkata bahwa kutipan dari Kitab Suci Taurat dan buku ini dibukakan oleh Allah. Bagus… Disetujui. Baik, walaupun apa yang kita lihat disini, saya bertanya-tanya apa pendapat Anda mengenai kutipan Al Qur’an dari puisi.

Mohamed:

Apakah itu mungkin?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Oh, ya, saya akan tunjukkan kepada Anda. Ini semua adalah hasil penelitian dan bacaan, selama otak berpikir. Dengarkan. Saya akan mengutip puisi ini untuk Anda, dan nanti kita akan liat kesamaannya dengan Al Qur’an: Sebuah puisi oleh Emro’ Al Qays. Dan Emro’ Al Qays muncul 30 tahun sebelum Muhammad. Ini yang ia tuliskan:

“Jam menghampiri dan bulan membelah hanya untuk mengungkapkan rusa yang menangkap hatiku dan kemudian terbang pergi, putih berkilau dengan kadar yang mencengangkan dengan mata besar hitam yang mengantuk, ia melewati aku di pesta makan, semarak, ia menembak aku dan menangkap dan membunuh dengan panah pandangan yang mematikan dan melarikan diri dari aku seperti gagang kering di sudut pagar, dan ia tetap dijauhkan dariku tetapi selama satu jam, jam yang menjadi sangat memberatkan dan pahit. Keindahan telah tertulis di pipinya dengan topeng bedak yang singkat. Bulan-bulan sekarang beredar kembali dalam gelap, dan aku melihat malam beredar di bulan, saat sinar terang pagi hari, dan di malam hari saat semua masih cahaya yang mengutusnya. Oh, apa yang menjadi bukti, aku berkata saat hujan membelah pipinya, jam menghampiri dan bulan membelah

Mohamed:

Dapatkah Anda menjelaskan puisi ini lebih lanjut? Apa yang dimaksud dengan kata-kata itu?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Baik. Contohnya, awal puisi “Jam menghampiri dan bulan membelah”, bukankah ini di Surat ke 54 (Al Qamar): Jam menghampiri dan bulan membelah!”? Ya, ada disini. Jadi menangkap dan membunuh”, di ayat yang ketiga.

Bukankah ini di Surat ke 54 (Al Qamar), ayat 29? “Maka mereka memanggil kawannya, lalu kawannya menangkap (unta itu) dan membunuhnya.”

Baiklah. seperti gagang kering di sudut pagar.” Di ayat 4 juga terjadi.

Di Surat ke 54 (Al Qamar) ayat 31: “(Kami mengirim sebuah ledakan kepada mereka supaya mereka [terbaring] seperti gagang kering di sudut pagar.)”

“Saat sinar terang pagi hari, dan di malam hari”, ini ada di ayat ke 8 di Surat ke 93 (Ad Dhuha): “Saat cahaya pagi, dan di malam hari saat semua tetap.” Kutipan, kutipan.

Mohamed:

Saya amat sangat terkejut. Kata-katanya hampir sama. Ya. Apakah ada kutipan-kutipan lainnya?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Tentu saja. Di Surat lainnya oleh Emro’ Al Qays, dikatakan…

Mohamed:

Maksud Anda, sebuah puisi lainnya?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Apa yang saya katakan?

Mohamed:

Anda berkata, “Surat”.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Oh, maafkan saya. Sebuah puisi, oleh Emro’ Al Qays:

“Ia mendekat dan kekasih-kekasihnya dibelakangnya, seperti mereka datang dengan ramai dari setiap sisi bukit, dan ia datang ke pesta makan dengan hiasannya, supaya para pekerjanya bersusah payah.”

“Mereka datang dengan ramai dari semua sisi bukit.” ada kata demi kata di Surat ke 21(Al Anbiyaa) ayat 56.

“Sampai saat hal dibukakan bagi Gog dan Magog dan mereka datang dengan ramai dari setiap sisi bukit.” Supaya para pekerjanya bersusah payah.” Seluruh kalimat ini ada di Surat ke 37 (Al Saffat) ayat 61: “Untuk ini biarkan semua pekerja bersusah payah.”

Mohamed:

Mungkin ia telah dipengaruhi oleh Emro’ Al Qays saja. Maksud saya, oleh puisi dari Emro’ Al Qays, tetapi saya bertanya-tanya apakah masih ada puisi-puisi lainnya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Oh, ya… ya. Anda tahu, ada periode dimana banyak dihasilkan puisi-puisi. Ya. Anda tahu, salah satu karakter terpenting yang telah mempengaruhi Muhammad, adalah seseorang bernama Omaya Ibn Aby Al Salat.

Mohamed:

Omaya Ibn Aby Al Salat.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Dan Muhammad sangat memuja puisi-puisinya. Ada di Muslim's Saheeh – buku puisi – tiga Tradisi mengenai ini. Tradisi 6022, 23, dan 24, di Rentangan Amr Ibn Al Shareed, di rentangan ayahnya, “Suatu hari, ia duduk dengan sang Rasul, jadi Muhammad bertanya kepadanya: Apakah kamu mempunyai puisi dari Omaya Ibn Aby Al Salat? Aku berkata ‘Ya.’ Ia berkata, ‘Marilah’, jadi aku mulai mengutip sebuah ayat kepadanya, sehingga ia berkata, ‘Marilah’, sampai aku mengutip 100 ayat kepadanya. Anda lihat bagaimana menarik dan manis puisinya, dan begitu mengingat, ia menyalin ayat-ayat tersebut ke dalam Al Qur’an-nya.

Mohamed:

Apakah Anda dapat mengutip beberapa lagi sebagai contoh?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Oh, tentu saja.

Mohamed:

Silahkan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Saat dikatakan, “surga tidak memiliki penopang yang kelihatan.” Kata atau ayat yang digunakan oleh Bin Laden, saat ia bersumpah dengan seseorang yang diangkat “surga tidak memiliki penopang yang kelihatan.” Asalnya merupakan ekspresi dari Omaya Ibn Aby Al Salat. Di sebuah puisi indah yang berkata:

“Allah semesta alam dan semua bumi dan Allah dari gunung-gunung, Ia membangun mereka dan mendirikan mereka, 7 gunung besar tanpa penopang yang kelihatan, yang terlihat bagi kita maupun manusia. Ia menyempurnakannya dan menghiasinya dengan cahaya dari sinar matahari dan dari bulan sabit dan dari bintang jatuh yang bersinar dalam kegelapannya, yang panahnya lebih kuat dari pedang.”

Kata-kata ini ditemukan di Surat ke 31 (Luqman) ayat 10: “Dia menciptakan langit tanpa tiang yang dapat kamu lihat. Dia meletakkan gunung-gunung di bumi” hal yang sama, gunung-gunung. Jelas? Ia juga menyalin dari Omaya Ibn Aby Al Salat, gambaran dari keberadaan agung. Omaya Ibn Aby Al Salat berkata: “Kemuliaan bagiMu”. Ini dari buku, “The Poets of Christianity” (Puisi-Puisi Nasrani), di halaman 277. Ya. Dikatakan sebagai berikut… 227, maafkan saya, dikatakan:

“Keagungan dan keanggunan dan kedaulatan adalah milikMu Allah kami, karena tidak ada yang melebihi Engkau dalam keagungan atau lebih mulia, Raja tertinggi diatas tahta surgawi, kepada kebesaranNya wajah-wajah tunduk menyembah dan memuji disekitarNya dalam tabir cahaya, dan cahaya mengitariNya dan sungai cahaya menyala disekitarnya, kaki para malaikat dibawah singgasanaNya di atas kedua telapak tanganNya tetapi untuk Dia, mereka akan tumbuh lelah dan suram.”

Ini adalah sebuah puisi yang sangat panjang dan beberapa bagian darinya ada di Al Qur’an. Contohnya, “Allah bertahta dengan penuh kedaulatan diatas singasanaNya”, di Surat ke 59 (Al Hashr) ayat 23. “Tabir cahaya”, di Surat ke 42 (Ash Shura) ayat 51, ”Tidak ada kekuatan penglihatan yang dapat mencapaiNya”, Surat ke 6 (Al An’am) ayat 103. “Kaki para malaikat terletak di bawah singgasanaNya”, ada di Surat ke 40 (Ghafer) ayat 7. “Dia-lah Allah pencipta umat manusia”, di Surat ke 59 (Al Hashr) ayat 24.

Mohamed:

Saya bertanya-tanya apakah Waraka Ibn Nawfal memiliki beberapa puisi saat ini.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya. Waraka Ibn Nawfal adalah seorang puitikus… Pendeta itu, Waraka Ibn Nawfal.

Mohamed:

Ia seorang pendeta, bukankah begitu?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya, di Mekah. Al Nasrania merupakan kepercayaan keagamaan yang menyimpang dari agama Nasrani. Al Nasrania. Waraka Ibn Nawfal membuat referensi atas sebuah kepribadian yang hebat, bernama Zaid Ibn Amr Ibn Omar Ibn Nofail. Ia mengatakan hal-hal yang sangat indah mengenainya, yaitu:

“Engkau sangat penuh pimpinan dan berkat, oh Ibn Omar, karena engkau telah menjauhi tungku panas Allah – karena ia seorang Haneef – dan engkau telah pergi ke tempat tinggal yang agung – karena ia mati – engkau telah pergi ke tempat tinggal yang agung dimana engkau merasa senang dan menikmati kehormatan – engkau akan bertemu dengan teman-teman Allah disitu karena engkau tidak pernah menjadi orang yang kejam kepada manusia, dihukum ke neraka.

“Tidak ada Allah seperti Dia, dengan imanmu, tidak ada Allah seperti Dia.” Ini ditemukan di… Surat apa? Surat ke 42 (Ash Shura), dan Surat ke 4 (Al Nisaa), dimana Anda menemukan sahabat Allah: “Allah mengambil Ibrahim sebagai sahabatNya.” Ya. Dan juga disalin dari puisi Obayd Ibn Al Abras:

“Siapapun yang memohon kepada manusia, mereka akan menolaknya, tetapi siapapun yang memohon kepada Allah tidak akan pernah gagal, dan Allah tidak memihak. Ia tahu apa yang disembunyikan hati.”

Ini juga ada di Surat ke 17 (Al Israa), dan di Surat ke 9 (Al Touba).

Mohamed:

Dan Waraka Ibn Nawfal dan Obayd Ibn Al Abras adalah puitis Nasrani?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya, Nasrani.

Mohamed:

Mungkin ini masalah ekspresi yang mirip.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Mungkin saja. Pendapat lainnya, saya tidak dapat begitu saja melarang opini. Seseorang dapat berkata ini masalah kemiripan. Bukankah begitu? Tetapi seseorang juga dapat berkata… orang dapat juga berkata ini sebuah penjiplakan, pencurian puisi. Siapa yang memutuskan? Siapa yang dapat menilai puisi-puisi tersebut, saat seseorang mengambil dari yang satunya dan yang ini mencuri dari yang lainnya? Mereka menyebutnya penjiplakan, di kesusastraan.

Mohamed:

Kita tahu ada denominasi lainnya di Arab, selain Israel dan Nasrani. Jadi apakah sekte-sekte lainnya tersebut mempengaruhinya juga?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Tentu saja…

Mohamed:

Silahkan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ada “Haneef”, atau beberapa dari mereka memanggilnya, “Hanyfia”.

Mohamed:

Siapakah “Haneef” itu?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Pengikut sekte Ibrahim.

Mohamed:

Yaitu…?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Nabi Ibrahim, seorang teman Allah. Mereka mengikuti Nabi Ibrahim sebagai seorang monoteisme, karena “Haneef” berarti seorang penolak berhala. Jadi orang-orang tersebut tinggal di masa itu dan memanggil diri mereka Haneef, dalam kata lain, sekte Ibrahim. Waraka Ibn Nawfal mulai diantara mereka… Dia seorang Haneef.

Mohamed:

Sebelum ia menjadi seorang pendeta Nasrani?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya. Seorang pendeta Nasrani, tetapi sebelumnya dia seorang Haneef. Dan ada Zaid Ibn Amr, yang telah kita bicarakan sebelumnya. Dulunya dia suka bertapa di puncak Gunung Hyraa…

Mohamed:

Hyraa.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Hyraa. Dia akan menutup dirinya diatas sana seperti seorang pertapa. Muhammad suka menghabiskan waktu sebulan setiap kalinya bersama dengan dia, dan darinyalah ia belajar bahasa Arab dan menyalin beberapa puisinya.

Mohamed:

Apakah Anda dapat menjelaskan kepada kami prinsip-prinsip dari Haneefisme? Dan apakah itu berhubungan dengan sekolah doktrin Hanafy? Silahkan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

“Haneefisme” tidak sama dengan sekolah “Hanafy”. Haneefisme adalah sekte Ibrahim. Banyak yang sudah dikatakan mengenainya dalam Al Qur’an, dalam banyak ayat, mengenai sekte Ibrahim, seorang Haneef. Ya. Di Surat ke 2 (Al Baqarah) ayat 135 berkata: “Bahkan agama Ibrahim, [karena ia] seorang pencari [kebenaran];” dan sekali lagi di Surat ke 3 (Ali ’Imran) ayat 95: “jadi pengikut agama Ibrahim yang lurus;” dan di Surat ke 4 (Al Nisaa) ayat 125: “dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus?” Jadi Haneefisme adalah sekte Ibrahim, menurut pernyataan dari Al Qur’an. Ya. Dan, ngomong-ngomong, apakah Anda tahu mengenai ayat yang berkata: “Agama dengan Allah adalah Islam”, tetapi ayat ini: “Agama dengan Allah hanyalah Islam“ sangat mencolok di versi Uthmanic. Tetapi sebelum versi Uthmanic, disebutkan “Agama dengan Allah hanyalah Haneefisme.“

Mohamed:

Ya. Ya ampun! Apakah sudah dirubah?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Perubahan total, sahabatku.

Mohamed:

Oleh Uthman.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Oleh Uthman, yang membakar salinan lainnya dan kemudian menuliskannya demikian. Tetapi sisa salinan lainnya … Obay, Abd Allah Ibn Masood… di dalamnya, Anda dapat menemukan: “Agama dengan Allah hanyalah Haneefisme.” Dan, saya katakan, Haneefisme adalah sesuatu, dan “Hanafy Mathahb” adalah suatu hal yang lain lagi. Ini dibangun setelah Islam, seperti Hanafy, Shafeey dan Malky, tetapi Haneefisme disini adalah sekte Ibrahim. Ya. Prinsip-prinsip dari Haneefisme, atau orang Haneef, dibawakan oleh Zaid Ibn Amr dalam puisinya, yaitu: Dan ini dapat ditemukan dalam bukunya, “The Poets of Christianity” (Puisi-Puisi Nasrani), di halaman 219. Mari kita lihat apa yang dikatakannya.

Mohamed:

Saya kira ini ada di “Biografi”, oleh Ibn Hisham.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Tidak, ini ada di buku “The Poets of Christianity” (Puisi-Puisi Nasrani). Dia katakan di dalamnya: “Apakah satu Allah…?” Maafkan saya, ada di “Biografi”, oleh Ibn Hisham, halaman 219. Anda benar. Di dalamnya ia katakan:

“Apakah 1 Allah atau 1.000 allah, haruskah kita memuja sesuatu yang terpecah-pecah? Aku memisahkan diri dari Allat dan AL Uzza seluruhnya. Dan oleh karenanya berperilaku sabar, tabah. Jadi aku tidak pernah memuja Al Uzza maupun kedua anak perempuannya, juga tidak pernah mendatangi kedua dewa dari Bani Amr, juga tidak memuja Hobal – yaitu dewa lainnya – yang dulunya adalah dewa kami saat kami belum berpengetahuan, tetapi aku lebih memilih memuja yang agung sebagai Allahku, bahwa ia akan mengampuni kesalahanku, Allah Maha Pengampun. Jadi tetaplah takwa kepada Allah-mu, yang selalu abadi, tidak pernah gagal. Pikirkan, kehidupan orang-orang benar adalah taman, dan kepada yang tidak percaya, api panas dasyat. Kepada Allah aku berdedikasi...” sampai akhir puisi.

Puisi ini terus berlanjut, dengan kata-kata yang panjang, menceritakan prinsip-prinsip Haneefisme, dan oleh karenanya Al Qur’an berkata: “jadi pengikut agama Ibrahim sang pencari;” Jadi kita telah melihat di dalam puisi…

Mohamed:

Maksud Anda, Nabi Ibrahim bukan seorang Muslim, seperti yang Anda katakan?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Bukan, tetapi seorang Muslim dan seorang Haneef: “jadi pengikut agama Ibrahim sang pencari;” Ia seorang Muslim dan seorang Haneef. Inilah yang mereka tangkap darinya. Ini yang mereka klaim.

Mohamed:

Tetapi, saat masa Nabi Ibrahim tidak ada Islam.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Baiklah, sahabatku, mereka menafsirkan Islam seperti itu…

Mohamed:

Tetapi, Nabi Ibrahim seorang Haneef, bukankah begitu?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya, seorang Haneef. Betul. Tetapi mereka menafsirkannya sebagai kata “Islam” artinya seseorang “yang dari lidah dan tangannya orang-orang terselamatkan.” Baiklah, penolakan atas pemujaan dewa, pengakuan atas keesaan Tuhan, janji akan surga, penyiksaan kekal di api neraka. Nama Allah … Maha Kasih, Allah, Maha Pengampun, dan pengakuan atas agama Nabi Ibrahim. Jadi inilah prinsip-prinsip yang telah diambil Muhammad, dan disisipkannya. Jadi ia telah dipengaruhi oleh Zaid Ibn Amr, karena ia banyak berhubungan dengannya untuk waktu yang cukup lama, dan ia belajar banyak darinya selama 20 tahun. Muhammad sering datang dan tinggal bersamanya.

Mohamed:

20 tahun...

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya, 20 tahun.

Mohamed:

SebelumnyaAnda sebutkan bahwa ada banyak agama-agama lainnya di Semenanjung Arab, di masa Muhammad, dan dikatakan dahulu ada Shabiin. Siapakah Sabeaa itu? Dan hal-hal apa, jika ada, yang mempengaruhi Muhammad, sejauh yang berhubungan dengan mereka?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Baiklah, Shabiin benar-benar ada di Semenanjung Arab sebagai salah satu agama-agama yang banyak disitu, dan namanya bahkan disebutkan di dalam Al Qur’an. Di Surat ke 5 (Al Maidah) ayat 69, dikatakan: “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Israil, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian”… dan seterusnya.

Mohamed:

Dapatkah Anda sebutkah satu persatu sumber-sumber Shabiin?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Baiklah, Shabiin, sebenarnya, yang mempengaruhi Muhammad waktu itu… Mahmoud Shokry Al Aloosy Al Boghdady, dalam bukunya, “Belogh Al Erab Fy Ahwal Al Arab”, mendaftarkan prinsip-prinsip mereka. Ia berkata, “Mereka dahulu berdoa 5 kali, mereka dahulu berdoa untuk orang mati tanpa berlutut atau memuja. Mereka dahulu berpuasa 30 hari, dan puasanya berakhir saat bulan sabit, dan mereka dahulu mengadakan pesta makan besar, dan mereka mengagungkan Mekah, bernama Ka’abah.” Jadi kita menyadari sekarang, hal-hal yang disalin dari Shabiin; puasa selama sebulan, doa 5 waktu, hubungan yang akrab dengan bulan sabit, pengagungan Ka’abah…

Mohamed:

Ini adalah doktrin-doktrin yang sama dengan Islam.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Tulisannya indah.

Mohamed:

Aneh!

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Seperti yang sekarang kita telah lihat dengan jelas, kita ajukan pertanyaan-pertanyaan ini agar kita menerima jawaban dan penjelasan. Baiklah, Muhammad telah dipengaruhi oleh beberapa manusia, begitu juga legenda dan elemen Israel, kepercayaan Nasrani yang menyimpang, puisi-puisi sebelum masa Islam, Haneefisme atau Haneef, dan juga Shabiin. Jadi dapatkah yang mulia, para ulama terhormat, menjelaskan masalah ini, dan menunjukkan kepada kami apakah ini benar atau salah? Mengapa? Untuk kepentingan semua orang yang berpikir dan mau mencapai kebenaran. “Dan kebenaran akan membebaskanmu.” Dari kekuatan kasih kami kepada seluruh Muslim, kami mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini agar mereka tidak kehilangan takdir kekalnya, supaya mereka tidak mengambil jalan seperti yang Kitab Suci gambarkan, yaitu: “Ada sebuah jalan yang terlihat benar dimata manusia, tetapi berujung pada kematian.” Jadi dari kasih kami kepada saudara Muslim terkasih, kami katakan kepada mereka, “Pikirkan, untuk memastikan apakah ini jalan yang benar atau tidak.”

Mohamed:

Saya hampir mendengar perkataan Anda bahwa akhir dari Islam adalah kematian.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Saya hanya menanyakan. Biarkah masing-masing memeriksanya sendiri. Siapakah saya, mengutuk apapun?

Mohamed:

Para pemirsa terkasih, hal-hal ini membingungkan hati dan jiwa, tetapi biarkan saya membagikan kepada Anda sebuah surat yang telah menyentuh saya secara pribadi. Ini suratnya. Kita menerimanya dari seorang saudara, seorang Muslim.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Tulisannya indah.

Mohamed:

Ya, sangat indah. Tentu saja, kita tidak akan menyebutkan nama. Tetapi ia berkata, “Dalam nama Allah, Maha Pengasih dan Maha Pengampun. Hormat bagi Allah, sesuai namaNya yang agung, dan kekuasaanNya yang megah, dan damai bagi orang-orang yang menunjukkan pimpinan Allah, dan damai bagi nubuatan dan pesan, yang dalam namaNya para rasul dan nabi datang, dan damai bagi semua yang mengikutiNya dan percaya Kabar BaikNya yang diwartakan oleh tentara Allah, dan damai bagi yang menjelaskan kepada kami pertolongan Allah.” – Sekarang ke topik kita – “Saya sangat bergembira dengan tamu kehormatan Anda, saat saya mengenalnya sebagai orang yang berbudi mulia dan berkarakter yang patut dipuji. Sejak saya mengenal tamu kehormatan Anda, terutama sejak saya jatuh cinta kepadanya, baik orangnya maupun perkataannya. Seperti yang dikatakan, saya mengasihi dia dengan alasan kasih.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Terima kasih.

Mohamed:

“Dan karena kasih inilah, pemahaman saya dibukakan dan keseluruhan diri saya dibukakan terhadap diskusinya, baik pikiran dan hati.”

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Kita bersyukur kepada Allah. Terima kasih, Allah!

Mohamed:

“Saudaraku yang mulia, saya memilih agar Anda tidak mengirimkan surat-surat atau pesan-pesan karena keadaan khusus saya.” Ya. Dan saya percaya bahwa kita semua tahu mengenai keadaan khusus saya ini dengan sangat baik.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Pedang Islam…

Mohamed:

Dimana kebebasan berpendapat? “Dan karena saya tidak punya akses internet, saya sangat ingin berada bersama dengan Anda dalam daging dan darah, supaya yang dikatakan guru dapat menjadi kenyataan: Aku telah datang supaya mereka memperoleh hidup,” Ya... Amin. Syukur kepada Allah. “Dan hidup, seperti yang Anda tahu, adalah sebuah dunia yang komprehensif, tetapi eksklusif. Dunia meliputi segala sesuatu, kecuali perdagangan dalam nama Allah, atau menerima keuntungan pribadi melalui nama yang mulia, menggunakan alasan untuk masuk ke gerbang atau berdiri di ambang batas... ambang batas, semua untuk motif-motif yang tersembunyi, menjual ilusi kepada orang, memeras hidup mereka kemudian memuntahkan mereka ke dalam kehilangan, kesepian, dan kebingungan, dan kebinasaan. Jadi Ia tidak meninggalkan mereka dalam hidup mereka sendiri apa adanya, maupun mengangkat mereka ke kehidupan kekal, supaya mereka bisa menjadi seperti Musa Hitam.”

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Sangat indah!

Mohamed:

“Dan saya minta Allah untuk memberikan kepada Anda kemakmuran dalam hal kebenaran dan bimbingan. Berdoalah bagi saya, untuk hidup yang baik dan sempurna, dan agar Allah akan mengirimkan orang-orang kepada saya untuk mengusir kesepian saya, untuk kemuliaan namaNya. Puji dan tinggikan Dia.”

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Dimuliakanlah nama Allah!

Mohamed:

Saudaraku terkasih, Allah berkata … Tuhan berkata, , “Aku tidak akan meninggalkan engkau sebagai yatim piatu;” Amin. Amin. Apakah Anda punya ayat-ayat yang dapat menghibur saudara kita ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya. “Tetaplah kuat dan berani, karena Allah menyertai engkau.” Ya. Bagi saya, sebelum kita tutup program ini, kita harus mengangkat doa baginya, dan bagi orang-orang yang seperti dia, yang telah memulai di jalanNya dan melihat cahaya, tetapi takut akan terorisme… supaya Allah mendukung mereka, memberkati mereka, menguatkan mereka, dan membantu mereka.

Mohamed:

Jika Anda menginjinkan saya, saya akan membacakan sebuah ayat yang Allah gunakan untuk menyentuh hati saya. Dan ini untuk kita semua: “Bukankah telah Kuperintahkau kepadamu?…” – dari Kitab Yusyak (Yosua) 1:9 - “Bukankah telah Kuperintahkau kepadamu: Kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Jangan kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, kemanapun engkau pergi.”

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Amin.

Mohamed:

Silahkan...

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Allah yang penuh kasih dan baik, yang telah mengasihi kita dengan kasih yang abadi, dan oleh karenanya menarik kita dengan kebaikanNya... Engkau, yang matanya memandang kita sejak awal sampai ke akhir, kami bersyukur kepadaMu atas pekerjaan Roh Allah Yang Maha Kudus dengan jiwa-jiwa ini, tersebar di semua negara-negara di bumi. Oh, tolong Allah, kuatkan anakMu, juga mereka yang tidak kita kenal, begitu juga orang-orang yang mengirimkan pesan-pesan itu kepada kami. Pelihara mereka dalam tangan kananMu, kuduskan mereka dengan kebenaranMu, tinggikan mereka dalam keagunganMu, pakai mereka untuk kemulianMu, supaya mereka mendapat hidup abadi. Di dalam namaMu, mendapat semua kemuliaan. Kami bersyukur karena Engkau telah menjawab karena kasihMu. Semua kemuliaan bagiMu sekarang dan selama-lamanya. Amin. Dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus, satu Allah.

Mohamed:

Amin! Para pemirsa terkasih, Isa Junjungan Yang Ilahi bersabda: Kasihilah Allah, Tuhanmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu.” …Dan Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”, lebih daripada bakaran persembahan dan korban. Allah tidak membutuhkan pekerjaan kita karena Ia berkata bahwa pekerjaan kita adalah Karpet yang kotor;” Yang Allah inginkan dari kita adalah kita percaya kepadaNya dengan segenap hati, jiwa, dan tubuh. Angkat hatimu dengan saya kepada Allah, satu-satunya Tuhan, dan serahkan hidup Anda kepadaNya dan biarkan nama Anda tertulis di Buku Kehidupan, dalam Isa. Kami berterima kasih. Jika Anda ingin Kitab Suci gratis, atau buku “Anak Ismael”, suratilah kami ke alamat di layar Anda, dan kami akan dengan senang hati mengirimkannya kepada Anda. Terima kasih. Sampai berjumpa lagi di episode lainnya. Terima kasih banyak.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Terima kasih.


Texts being used:

The Indonesian Bible text used for New Testament is “The Indonesian (1912 Translation) – Greek Diglot New Testament” – “Kitab Suci Injil Dwibahasa Indonesia (Terjemahan 1912) – Yunani” version. © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 2000.

The Indonesian Bible text used for Old Testament is “The New Translation, 1974” – “Alkitab Terjemahan Baru (TB), 1974” version. © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 1974.

The Indonesian Al Qur’an text used is taken from
http://Quran.al-islam.com/

Indonesian version:
http://Quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSora=1&nAya=1&nSeg=1&l=eng&t=ind

Notes on this episode:

For verses that is not clearly defined, the translation is done directly as the text said, not taken from the quote in the Bible – Untuk ayat-ayat yang tidak direferensikan secara jelas, terjemahan dilakukan secara langsung seperti apa kata text, bukan diambil langsung sesuai dengan teks dari Kitab Suci.

No comments:

Post a Comment