Tuesday, May 3, 2011

Pertentangan-Pertentangan Al Qur’an Jawaban atas Sensus Israel (Ep 44)

Pertanyaan Mengenai Iman Episode 44

Pertentangan-Pertentangan dalam Al Qur’an Jawaban atas Sensus Israel

Mohamed:

Pemirsa terkasih, selamat berjumpa di episode lainnya dari program “Pertanyaan Mengenai Iman.” Dan sekali lagi, kita kedatangan tamu terhormat, Pendeta Zakaria Botros. Selamat datang kembali.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Terima kasih.

Mohamed:

Kita telah menerima banyak surat baik dari negara-negara Arab maupun Eropa, dan saya akan membagikan beberapa surat-surat tersebut kepada Anda. Kita mempunyai sebuah surat yang kita terima dari Maroko. Saya tidak melihat namanya disini. Dikatakan, ”Kepada keluarga program indah “Pertanyaan Mengenai Iman”, salam hangat dan damai bagi Anda semua. Merupakan sebuah kehormatan besar untuk mengambil sebuah pena dan menulis surat ini, setelah saya mengikuti program hebat ini, “Pertanyaan Mengenai Iman”, oleh Pendeta Zakaria Botros dan saudara Mohamed, pembawa acara program ini. Saya berterima kasih atas program yang indah dan menarik ini.”



Sebuah surat lainnya dari Saudara Saeed dari Siria: “Dalam nama Bapa, Anak, dan Ruh Allah. Keluarga saluran Al Hayat yang terkasih, semoga damai Isa Al-Masih beserta Anda semua. Saya ingin menawarkan ucapan terima kasih saya, kepada semua krew yang bekerja untuk program “Pertanyaan Mengenai Iman”, begitu juga mereka semua yang bekerja di saluran terhormat ini, yang menyatakan kebenaran dan hidup. Saudara terkasih, setelah ucapan terima kasih saya kepada Pendeta, Bapak Zakaria Botros, dan pembawa acara program atas usaha mereka untuk menyingkapkan kebenaran” …dan seterusnya, sampai di akhir suratnya. Dan kita membatasi jumlah suratnya sampai sini.

Kami berterima kasih, para pemirsa kami terkasih, atas setiap dan semua surat, dan semua doa yang Anda angkat bagi kami. Kami benar-benar membutuhkan doa dari saudara-saudara terkasih, dan orang-orang suci dan orang-orang benar. Kitab I Yahya, pasal 4: “Kasih yang sempurna mengusir ketakutan, karena di dalam ketakutan ada siksa hukuman dan orang yang takut belum sempurna di dalam kasih. Kita mengasihi sebab Tuhan terlebih dahulu mengasihi kita.” Dan karena kita mengasihi Dia, kita berbicara mengenai Dia. Dan kita benar-benar memuji kasih Anda bagi para Muslim, dan keinginan mendesak Anda untuk mengerti apa yang mereka juga percaya, dan cara Anda bertanya kepada para pemirsa terkasih serta para sheikh Al Azhar agar dapat memberikan penjelasan atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan di program ini. Dan merupakan kesenangan program ini untuk menjadikan pertanyaan-pertanayaan ini terdengar, agar jawaban yang logis dan meyakinkan dapat tersedia. Jadi apakah Anda mempunyai pertanyaan-pertanyaan lainnya yang ingin Anda bagikan?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Baiklah, tentu saja. Pertanyaan-pertanyaannya banyak, dan saya benar-benar berterima kasih, karena Anda memungkinkan saya untuk mengkomunikasikan hal-hal yang muncul di pikiran para generasi baru… dan kita semua ingin mengetahui, apakah para pengikut Isa Al-Masih ataupun orang Muslim, kita semua ingin tahu. Jadi dalam pembacaan saya atas buku-buku Islam, faktanya adalah pertama-tama saya mengasihi semua orang, dan saya ingin mendekatkan diri kepada mereka, dan mengerti ajaran-ajaran mereka. Saya bahkan membantu ulama-ulama terhormat, ulama-ulama Islam, untuk mencari tahu pertanyaan-pertanyaan yang muncul di pikiran orang-orang pada umumnya, termasuk saya sendiri, dan pikiran anak-anak muda Muslim yang berpandangan terbuka, terutama mereka yang tidak lagi menerima pernyataan, “Janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu.” Jadi hari ini semua orang berpikiran terbuka dan menikmati kebebasan berpikir dan berekspresi dan menentukan diri sendiri. Dan pertanyaan saya seputar… Perbedaan. Ya, episode sebelumnya mengenai perbedaan. Pertanyaan saya berhubungan dengan perbedaan antara kedua surat di dalam Al Qur’an mengenai hari kebangkitan. Di Surat ke 32 (As Sajda) ayat 5. Surat ke 32 (As Sajda). Dikatakan sebagai berikut: “Kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” Perhitungannya adalah… seribu tahun. Ayat kedua ada di Surat ke 70 (Al Ma’arij), ayat 4, yang mengatakan, “Dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.” Ada variasi disini. Perbedaan.

Mohamed:

Tetapi masih ada interpretasi di dalamnya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya, tentu saja ada interpretasinya. Dan seperti biasa, saya mengacu kepada komentar-komentar, dan saya menemukan interpretasi Al Qurtuby di internet. Mengatakan, “Dalam sehari yang kadarnya seribu tahun” Di Surat ke 32 (As Sajda), yaitu hari kebangkitan. Dan pernyataannya di Surat ke 70 (Al Ma’arij): “Dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.” Ini juga merupakan indikasi atas hari kebangkitan. Jadi, sepertinya satu hari mengacu kepada seribu dan kemudian limapuluh ribu. Al Qurtuby menambahkan sebagai berikut, “Pertanyaannya di Surat ke 70 (Al Ma’arij): “Dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.” Ini bermasalah, dibandingkan dengan ayat di Surat ke 32 (As Sajda), dimana dikatakan bahwa perhitungannya “seribu tahun”. Itulah yang para komentator sendiri temukan… Apa? Bermasalah. Al Qurtuby menambahkan lagi dalam komentarnya, sebagai berikut: “Abd Allah Ibn Faurooz orang Dilamite memohon Abd Aallah Ibn Abbas mengenai ayat ini dan mengenai pernyataannya, “Dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.” Ia berkata, “Ini adalah hari-hari yang dihitung oleh Dia yang Maha Mulia dan saya tidak tahu apa mereka. Dan saya benci mengatakan mengenai hal-hal yang tidak saya ketahui.” Saya tidak tahu, dan saya tidak menyadari. Tetapi apa tujuan Allah mengirimkan bukuNya kepada kita?

Mohamed:

Supaya kita mengerti mereka.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Itu benar, untuk mengerti mereka. Bukan bagi seorang ulama sampai ke jalan buku dan mengatakan, “Saya tidak tahu, saya tidak menyadarinya.” Al Qurtuby sendiri melanjutkan wacananya, kemudian: Saeed Ibn Mosayeb ditanyai mengenai hal ini. Ia berkata, “Saya tidak tahu.” Jadi saya memberitahu dia mengenai pernyataan Ibn Abbas, yang mengatakan, “Saya tidak tahu apa mereka.” Dan saya benci mengatakan mengenai hal-hal yang tidak saya ketahui. Jadi saya memberitahu kepadanya mengenai pernyataan Ibn Abbas. Jadi Ibn Mosayeb berkata kepada yang bertanya – yaitu Ibn Abbas – ia takut mengatakan pemberitaan mengenai hal itu, dan ia lebih tahu daripada saya, jadi apa yang harus saya katakan? Bahkan para pemberi komentar ulama hebat…

Mohamed:

Mereka tidak mempunyai jawaban?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Mereka tidak mempunyai jawaban? Ini menimbulkan sebuah pertanyaan di pikiran... Bagiamana bisa seribu, dan bagaimana bisa limapuluh ribu juga? Ini sebuah perbedaan yang besar. Bukankah begitu? Dan kami menantikan pendapat dari para ulama terhormat mengenai solusi atas masalah ini.

Mohamed:

Itu benar. Ini sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Apakah Anda mempunyai pertanyaan yang serupa di Al Qur’an juga?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Tentu saja… tentu saja. Dan bagus Anda memberikan kesempatan kepada kami untuk mengekspresikan diri kami sendiri. Ada beberapa pertanyaan. Dan saya tidak yakin jika seorang Muslim biasa yang membaca Al Qur’an-nya akan berhenti disitu, atau hanya membiarkan mereka lewat? Bereaksi atas ayat yang mengatakan, “Janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu.” Dan pada kenyataannya…

Mohamed:

Orang Muslim biasa, terbiasa untuk tidak bertanya, karena bertanya dilarang.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Tetapi kemana ia pergi untuk kekekalan?

Mohamed:

Hal yang penting adalah takdir kekekalan. Ya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ketika ia mendengar kata-kata seperti itu, buku-buku ini dianggap berasal dari Allah. Mereka seharusnya membimbing kita ke jalan kehidupan kekal. Jadi ketika saya tidak mengerti hal itu dengan baik, hal itu merupakan halangan bagi saya. Anda tahu seperti apa? Seperti seseorang berjalan di jalanan yang seharusnya membawa dia ke kota tertentu. Tetapi jalan itu tidak membawa dia ke mana-mana. Jadi kemana jalan ini membawanya? Ia berkata, “Saya tidak tahu, saya tidak punya gambaran.” Kemana ia pergi? Inilah pertanyaannya. Kenyataannya saya mengulurkan undangan saya kepada setiap Muslim untuk mempelajari Al Qur’an-nya sendiri dengan seksama, dan berhenti di setiap kata, agar mengenal imannya sendiri dan takdir kekalnya. Dan jika ia menemukan bahwa terlalu sulit untuk mengerti sesuatu, biarkan ia mempelajari komentar-komentar lainnya dan menanyakan para ulama Muslim untuk menjelaskan kepadanya. Dengan cara ini, ia akan mengetahui kebenaran, karena takdir kekekalannya bergantung di timbangan. Dan masalah ini tidak memiliki… Isu ini merupakan isu “Ya” atau “Tidak”. Apakah ada takdir atau tidak? Pada umumnya, saya juga mempunyai sebuah pertanyaan mengenai jumlah hari penciptaan.

Mohamed:

Permisi, sebelum kita maju ke topik penciptaan… Takdir kekekalan, di dalam Al Qur’an… Allah mengetahuinya dan manusia tidak mengetahui hal itu.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Tetapi ia juga menyatakannya di dalam Al Qur’an, bidadari bermata hitam, anak-anak muda, madu dan susu. Ini terkenal. Tetapi masalah yang saya bicarakan adalah, jika jalannya tidak diketahui, tertutup dengan kesuraman dan penuh dengan pertentangan-pertentangan ini, jadi ada sebuah tanda tanya mengenai kepastian dari takdir kekekalan. Jika ada pertentangan-pertentangan di hal-hal yang tertulis, bagaimana dengan takdir kekekalan? Ini berhubungan dengan kesuraman yang besar, dan oleh karena itu saya berkata, biarkan setiap orang melihat masa depannya sendiri. Tidak ada seorangpun yang bertanggung jawab atas Anda, atau atas saya.

Mohamed:

Setiap manusia akan memberikan pertanggungan jawabnya sendiri.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

...Di hadapan Allah. Anda dapat berkata kepadaNya, “Ah, mereka telah memberitahu kami ini, mereka telah memberitahu kami itu.” Tidak ada hal seperti ’Mereka mengatakan ini atau itu kepada kita’. Bukankah itu benar? Sebuah pertanyaan lainnya. Jumlah hari penciptaan… Kita telah berbicara mengenai hari kebangkitan. Baiklah, sekarang hari penciptaan. Ada juga perbedaan besar mengenai hal itu.

Mohamed:

Lagi?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya, sangat berbeda. Ada tujuh surat di Al Qur’an: Surat ke 7 (Al A’raf), Surat ke 11 (Hud), Surat ke 25 (Al Furqan), Surat ke 32 (As Sajda), Surat ke 50 (Qaf), Surat ke 57 (Al Hadid), dan Surat ke 10 (Yunus). Ketujuh surat ini menyetujui hari penciptaan. Jadi, contohnya, di Surat ke 10 (Yunus) ayat 3, dikatakan: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa...” Jadi disini enam.

Mohamed:

Dan ayat-ayatnya sama., surat-surat ini sesuai.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya. Sekarang kita sampai ke Surat ke 41 (Fussilat) dari ayat 9 sampai 12. Dikatakan sebagai berikut: “Menciptakan bumi dalam delapan masa.” Bagaimana? ”Katakanlah: ”Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya!” Hitung dengan saya. Ia menciptakan bumi dalam?

Mohamed:

Dua hari.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Dua hari. “Dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni) nya dalam empat masa.” Jadi, berapa?

Mohamed:

Enam.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Sekarang, hari-hari penciptaan seharusnya sudah selesai. “Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintahKu dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati!” Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa” Jadi ada berapa sekarang?

Mohamed:

Delapan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Delapan. Jadi bagaimana bisa enam. Anda mungkin berkata, “Ah, ia menciptakan bumi dalam enam hari, tetapi surga adalah hal yang berbeda.” Tidak. Di Surat ke 7 dikatakan: “Yang menciptakan Surga dan Bumi dalam enam hari.”(*) Jadi disini ia merincinya dalam delapan hari. Seseorang mungkin berkata, “Tetapi marilah; Anda tidak diijinkan mengartikannya sesuai dengan keinginan Anda.” Saya tidak pernah mengartikannya sesuai keinginan saya. Ini semua dari mana? Dari komentar-komentar… komentar Imam Al Nasafy atas ayat ini, volume 4 halaman 130. Apa yang ia katakan? “Allah menciptakan bumi dalam dua hari. Kemudian ia berkata, “Ia menentukan kadar makanan-makanannya dalam empat hari.” Kemudian ia berkata, “Ia menciptakan tujuh langit dalam dua hari.” Komentarnya sekarang: “Jadi ini bertentangan dengan pernyataanNya, dalam enam hari, di Surat ke 7 (Al A’raf.)” Jadi ini merupakan pengakuan dari Imam Al Nasafy, yaitu ada pertentangan antara enam dan delapan. Apa pendapat para pejabat tinggi ulama Muslim? Maksud saya, kita berbicara mengenai pertentangan-pertentangan dalam tulisan Al Qur’an… jumlahnya, begitu juga tulisan Al Qur’an-nya sendiri. Dan ini merupakan pertentangan lebih lanjut mengenai peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian dalam Al Qur’an sendiri, dalam perhitungan juga? Ini cukup mengagumkan. Dan membutuhkan kedudukan yang berani, karena saya harus… saya harus mempercayai sesuatu yang saya ketahui dan nyata, atau saya akan membangun iman saya di atas kata-kata yang tidak nyata. Dan kemana ini akan membawa saya?

Mohamed:

Jadi Anda mengatakan bahwa ada banyak perbedaan-perbedaan dalam Al Qur’an. Tetapi di surat-surat yang telah kita terima, ada beberapa yang mengatakan bahwa ada perbedaan-perbedaan dalam Kitab Suci juga. Karena pertanyaannya disini mengatakan, “Di Kitab I Hikayat, pasal 21 ayat 5, jumlah orang Israil berbeda dengan jumlah yang disebutkan di Kitab II Samuel, pasal 24 dan ayat 9. Sekali lagi, di tempat yang sama, ada perbedaan lainnya dalam jumlah bani Yehuda. Jadi apa penjelasan Anda atas pertentangan ini…?” Silahkan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Baik. Mari kita lihat mereka. Pertama-tama mari kita ambil, contohnya, cerita di Kitab I Hikayat 21: “Lalu Yoba memberitahukan kepada Daud hasil pendaftaran rakyat. Di antara seluruh orang Israil ada sejuta seratus ribu orang yang dapat memegang pedang.” Dikatakan seribu ribu. Seribu ribu adalah sejuta, dan kemudian seratus ribu laki-laki, “Yang dapat memegang pedang, dan Yehuda ada empat ratus tujuh puluh ribu orang yang dapat memegang pedang.” Jadi, empat ratus dan apa? Dan 70.000 laki-laki, “yang dapat memegang pedang.” Jadi ini cerita di I Hikayat. Jadi disini dikatakan 1.100.000 bani Israil. Dan suku Yehuda, 470.000. Baiklah. Mari kita lihat apa yang Kitab Samuel katakan. Di Kitab Samuel, dikatakan, “Lalu Yoab memberitahukan kepada raja hasil pendaftaran rakyat. Orang Israil ada delapan ratus ribu orang perangnya yang dapat memegang pedang; dan suku Yehuda ada lima ratus ribu.” Baiklah, mari kita lihat suku Yehuda. Ini, dikatakan 470.000, dan ini, berapa? 500.000.

Mohamed:

Benar.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Jadi, sangat jelas.

Mohamed:

Perbedaannya 30.000, benar?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Perbedaannya 30.000. Kemana perginya ke- 30.000 orang itu? Dan bagaimana mereka dapat diperhitungkan? Mari kita menghitungnya … Dengarkan. Kita sampai ke teka-teki dari solusinya. Di Kitab II Samuel, pasal 6, dimulai di ayat 1. Dikatakan, “Daud mengumpulkan pula semua orang pilihan di antara orang Israil, tiga puluh ribu orang banyaknya. Kemudian bersiaplah Daud, lalu berjalan … dengan seluruh rakyat yang menyertainya…” 30.000. Inilah orang-orang yang dikumpulkan oleh siapa? Oleh Daud. Dan disitu ia telah mengumpulkan 470. Jadi 470 ditambah 30 sama dengan 500.000. Dan itulah hasil yang dibutuhkan.

Mohamed:

Benar.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Jadi ini bukan isu mengenai… Ini merupakan pertentangan yang dangkal.

Mohamed:

Tetapi mengapa hal tersebut tidak disebutkan di tulisannya sendiri?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Tidak disebutkan di tulisannya sendiri karena mereka merupakan penjaga tembok, mereka bukan orang-orang yang seharusnya berperang. Mereka yang pergi berperang adalah 470.000, tetapi Daud mengambil para penjaga tembok, penjaga kota, dan mereka ada 30.000. Jadi 470.000 ditambah 30.000 menjadi 500.000. Inilah yang disebut pertentangan.

Mohamed:

Bagaimana dengan… Dapatkah Anda menyebutkan pertanyaan yang kedua, mengenai perbedaan jumlah Israil, dari referensi yang sama?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya, sekarang mengenai Israil. Dikatakan di referensi pertama mengenai Israil; 1.100.000.

Mohamed:

Permisi. Israil disini tidak sama dengan Israil jaman modern.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Oh tidak, tidak sama. Israil adalah orang-orang Allah di jaman dahulu, yang telah disediakan untuk Isa Al-Masih yang datang kepada mereka. Tetapi Israil jaman modern adalah negara Zionis, suatu hal yang berbeda.

Mohamed:

Ini bukan topik pembahasan kita juga.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ini bukan topik pembahasan kita, dan referensi disini tidak ada hubungannya dengan Israil jaman modern. Israil disini, ada 1.100.000. Benar? Dan di referensi sebelumnya ada 800.000. Jadi ini adalah masalah.

Mohamed:

Jadi ada perbedaan 300.000.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya, 300.000. Benar? Kemana mereka pergi? Kalau begitu, apakah benar-benar ada pertentangan dalam Kitab Suci? Tentu tidak. Jadi apa solusinya? Solusinya ada di kata “seluruh”. Perhatikan, ketika dikatakan 1.100.000. Perhatikan saya. Ketika dikatakan 1.100.000, dikatakan: “Lalu Yoba memberitahukan kepada Daud hasil pendaftaran rakyat. Di antara seluruh orang Israil ada sejuta seratus ribu orang yang dapat memegang pedang.” Tetapi ketika dikatakan bahwa jumlahnya 800.000 dikatakan, “Orang Israil ada”, bukan “Seluruh orang Israil ada.” Jadi perbedaannya dari mana? Mari kita analisa situasinya. Anda tahu… Kitab Suci mengartikan dirinya sendiri. Dan pembaca yang cermat amat menemukan solusinya. Mereka yang belajar…

Mohamed:

1.100.000 sangat jelas disini, dikurangi 800.000. Jadi perbedaannya pasti 300.000.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya, 300.000. Kita ingin mengetahui ke-300.000 ini.

Mohamed:

Kemana mereka pergi?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Dan dimana mereka disebutkan?

Mohamed:

Anda mempunyai sebuah jawaban?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya, saya mempunyai sebuah jawaban. Di Kitab Samuel kita mempunyai jawaban atas hal ini. Di pasal 27 dari I Hikayat, pasal 27, dimulai dengan ayat 1. Dikatakan sebagai berikut: “Adapun orang Israil, inilah daftar para kepala puak, – yaitu suku-suku – para panglima pasukan seribu.” Suku-suku. Ada berapa suku disitu?

Mohamed:

Duabelas.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Dan seribu, masing-masing seribu. Setiap suku, yaitu 12, dan seribu dari setiap suku menjadi berapa?

Mohamed:

12.000.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

12.000, benar? Kemudian dikatakan lagi, “Melayani raja dalam segala hal mengenai rombongan orang-orang yang bertugas.” Rombongan-rombongan ini datang dan pergi bulan demi bulan, setiap bulannya, setiap rombongan mempunyai 24.000. Jadi 24.000 dikalikan 12…

Mohamed:

Jadi 24.000 dikalikan 12 sama dengan 288.000, ditambah 12.000 pasukan, ditambah 288.000.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Jumlah mereka 300.000.

Mohamed:

Sama dengan 300.000. Anda pandai dengan angka-angka.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Tidak, bukan saya. Tetapi Kitab Suci.

Mohamed:

Ya, bukan Anda, tetapi Kitab Suci.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Tidak, bukan saya. Kitab Suci menjelaskannya sendiri. Tetapi temanku terkasih, inilah pembelajaran. Anda tahu, temanku terkasih, apa masalahnya? Siapapun yang yang menemukan kesalahan di dalam Kitab Suci, mereka mengatakan “Tunggu dulu. Ini satu.” “Tidak, Anda harus mempelajarinya.” “Tidak, ini sebuah kesalahan.” Dan hampir dipastikan, mereka tidak mempelajarinya. Mereka mengutip dari buku Ahmed Didat, dari buku ‘Al Faqeer Al Hendy’, yang menterjemahkan semua keberatan terhadap Kitab Suci dari abad pertengahan, atau dari masa renaisan. Dan mereka menempatkannya disitu tanpa sadar. Dan mereka berbicara mengenai hal tersebut tanpa mengerti. Tetapi ini sebuah pembelajaran.

Mohamed:

Ini sebuah proses yang sulit.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya, tentu saja. Sebuah pembelajaran yang sulit.

Mohamed:

Jadi Anda setuju dengan saya bahwa ini sebuah proses yang sulit?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Oh, tentu saja, ini sebuah proses yang sulit karena melibatkan pembelajaran. Perbedaan antara membaca Kitab Suci secara kursif untuk penghiburan dan makanan, dan pembelajaran analitis bertujuan untuk mencapai dasar masalah yang kelihatan ini, saat ini merupakan suatu hal yang sulit karena membutuhkan pembelajaran, pembelajaran Kitab Suci, yang merupakan bagian para ahli. Jadi saya menasehatkan semua Muslim untuk belajar. Jika Anda ingin mencapai solusi, jika Anda menemukan sebuah masalah, cobalah mencari solusinya dalam komentar-komentar yang berhubungan dengan hal ini, karena ini merupakan pembelajaran yang dalam.

Mohamed:

Maksud Anda, komentar-komentar dalam Kitab Suci.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya, Kitab Suci tentu saja. Anda akan menemukan solusinya, lengkap dan tersedia.

Mohamed:

Itulah mengapa Allah berkata: “Orang-orangKu binasa karena ketidaktahuannya.”(*)

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Tepat.

Mohamed:

“Tetapi keinginan Allah agar manusia tidak binasa.“

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya, tentus aja. Ia harus tahu.

Mohamed:

Jadi kita harus mencari Injil.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

“Pertanyaan Mengenai Iman.”

Mohamed:

Ya. Ada sebuah pertanyaan lainnya mengenai hari pembebasan, yang merupakan sebuah kritikan dan pertanyaan atas Raja Yoyakhin, karena ada sebuah perbedaan antara cerita di Kitab Raja-Raja dan Kitab Armiya (Yeremia). Jadi apa jawaban Anda atas hal ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Mari kita melihatnya. Kitab II Raja-Raja pasal 25. Ini Kitab I Raja-Raja, dan ini Kitab II Raja-Raja, dan ini pasal 25. Apa yang dikatakan? Dikatakan: “Kemudian dalam tahun ketigapuluh tujuh sesudah Yoyakhin, raja Yehuda dibuang, dalam bulan yang kedua belas, pada tanggal duapuluh tujuh bulan ini, maka Ewil-Merodakh, raja Babel, dalam tahun ia menjadi raja, menunjukkan belas kasihannya kepada Yoyakhin, raja Yehuda, dengan melepaskannya dari penjara. Ewil-Merodakh berbicara baik-baik dengan dia dan memberi kedudukan kepadanya lebih tinggi dari pada kedudukan raja-raja yang bersama-sama dengan dia di Babel.” Tanggal berapa itu? Tanggal 27 di bulan 12 tahun 37.

Mohamed:

Ya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Di tahun ke 37, di bulan ke 12, di hari ke 27. Benar? Dan sekarang kita ke Kitab Armiya (Yeremia). Dan memeriksa apa yang ia katakan mengenai hal ini.

Mohamed:

Pasal berapa?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Di pasal 52 … Ini Kitab Armiya (Yeremia). Dan ini pasal 52, ayat 31. Ini ayat 31. “Dalam tahun ketiga puluh tujuh – tahun yang sama disini – sesudah Yoyakhin, raja Yehuda, dibuang, dalam bulan yang kedua belas – ya, bulan yang sama – pada tanggal duapuluh lima bulan itu.” Di yang satunya dikatakan, “pada tanggal duapuluh tujuh.”

Mohamed:

Jadi ada perbedaan dua hari.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ada perbedaan dua hari. Di bulan, dimana ”Ewil-Merodakh… dan seterusnya”. Berbicara baik-baik dengan dia.” Tentu saja, itu benar, ketika seseorang melihatnya. Bagaimana bisa dikatakan 27 di situ dan di sini, 25? “Oh, Kitab Suci bertentangan, Kitab Suci salah.” Apa solusinya? Solusinya amat sangat sederhana bagi mereka yang tahu. Ketika raja mengeluarkan surat keputusan, harus bertanggal 25 bulan 12 tahun 37. Tetapi ketika orang itu benar-benar dibebaskan, ini juga bertanggal, ia dibebaskan tanggal 27 bulan 12 tahun 37. Jadi surat keputusannya dikeluarkan tanggal 25 dan pembebasannya terjadi tanggal 27, setelah dua hari. Dan itu terjadi di seluruh dunia. Ketika seseorang diputuskan tidak bersalah di pengadilan, ia kembali ke penjara, dan sejak itu pembebasannya mulai berlaku. Tetapi tidak ada pertentangan.

Mohamed:

Terima kasih. Kita telah kehabisan waktu. Masih ada sebuah pertanyaan yang ingin saya ajukan. Yaitu mengenai keilahian Isa Al-Masih, tetapi kita akan mengajukannya di episode selanjutnya. Kitab Suci berkata: “Jika kita menerima kesaksian manusia, kesaksian Allah lebih besar”(*), dan oleh karena itu kita harus “mencari Injil.” Para pemirsa terkasih, sekali lagi kami mengirimkan salam hangat dan berterima kasih kepada Anda karena telah menjadi pendengar yang baik saat kami mengunjungi Anda di rumah-rumah Anda. Merupakan sebuah kehormatan untuk bertemu dengan Anda di episode yang penuh berkat ini, dan kami berdoa agar Allah akan membukakan kebenaran kepada setiap jiwa yang mencari kebenaran. Terima kasih. Sampai kita berjumpa kembali.


Texts being used:

The Indonesian Bible text used for New Testament is “The Indonesian (1912 Translation) – Greek Diglot New Testament” – “Kitab Suci Injil Dwibahasa Indonesia (Terjemahan 1912) – Yunani” version. © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 2000.

The Indonesian Bible text used for Old Testament is “The New Translation, 1974” – “Alkitab Terjemahan Baru (TB), 1974” version. © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 1974.

The Indonesian Al Qur’an text used is taken from
http://Quran.al-islam.com/

Indonesian version:
http://Quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSora=1&nAya=1&nSeg=1&l=eng&t=ind

Notes on this episode:

(*) For verses that is not clearly defined, the translation is done directly as the text said, not taken from the quote in the Bible – Untuk ayat-ayat yang tidak direferensikan secara jelas, terjemahan dilakukan secara langsung seperti apa kata text, bukan diambil langsung sesuai dengan teks dari Kitab Suci.

No comments:

Post a Comment