Thursday, April 28, 2011

Perbedaan-Perbedaan dalam Tulisan Teks Al Qur'an (Ep 43)

Pertanyaan Mengenai Iman Episode 43

Pertanyaan Mengenai Iman Episode 43

Perbedaan-Perbedaan dalam Tulisan Teks Al Qur’an

Mohamed: Pemirsa terkasih, selamat berjumpa lagi di episode baru “Pertanyaan Mengenai Iman”, dan bersama kita hari ini adalah tamu kita terhormat, Bapak Pendeta Zakaria Botros. Selamat datang Pak.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Terima kasih.

Mohamed: “Kalau kami dimaki, kami memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar; kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah; kami telah menjadi sama dengan sampah dunia, yang sama dengan kotoran dari segala sesuatu, sampai pada saat ini.” “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar; Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu.” Inilah yang Rasul Pa’ul nasihatkan untuk kita lakukan, karena ia ingin agar kita memuliakan Allah karena kita adalah ciptaanNya dan sangat berharga di hati Allah. Kita telah menerima banyak surat dari negara yang berbeda-beda. Dan surat ini, khususnya dari Saudi Arabia menarik perhatian saya. Suratnya mengatakan, “Dalam nama Allah yang disembah oleh semua orang, kepada program “Pertanyaan Mengenai Iman”, saya memberikan rasa terima kasih terdalam atas program yang berhasil ini, agar semua orang dapat mengenal kebenaran dan saya berterima kasih khususnya untuk Pendeta Zakaria Botros atas usahanya yang bijaksana untuk menyampaikan kebenaran. Tetapi saya mempunyai beberapa pertanyaan dan saya ingin agar Anda dapat memberikan jawabannya kepada saya, apakah di dalam program itu sendiri, atau dalam sebuah surat yang dikirim ke alamat yang tertulis di amplop ini.

Pertanyaan pertama: Apakah Kitab Injil telah dirubah? Dan mengapa hanya ada empat murid yang menulisnya? Dan apakah ada Injil dari Petrus? Dan apakah sudah dibuang? Dan mengapa tidak ada satu Injil? Pertanyaan kedua: Ketika Isa Al-Masih berdoa, bukankah Ia berdoa kepada Allah? Pertanyaan ketiga: Jika Isa Al-Masih adalah perwujudan Allah, dari mana asalnya Al Qur’an? Kami ingin mengenal kebenaran tanpa merasa malu. Dapatkah seseorang memfabrikasi atau membuat-buat Al Qur’an ini? Pertanyaan keempat: Isa Al-Masih berkata dengan mulutnya sendiri: “Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tau… dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja.” Dan tidak berkata, “bahwa mereka akan mengenal Engkau, Allah yang benar dan Isa Al-Masih yang telah Engku kirim”. Kami membutuhkan penjelasan atas pertanyaan-pertanyaan ini dan kami sangat berterima kasih”. Dan ada sebuah permintaan lainnya: “Kami membutuhkan terjemahan untuk saluran Afrika Utara dan…” Baiklah. Hanya itu. Kita menerima banyak pertanyaan dari para pemirsa terkasih, dan Allah benar-benar ingin agar kita mengetahui kebenaran dan Ia mau agar kita bertanya. Dan sekali lagi, salah satu pertanyaan yang kita terima adalah: “Mengenai hal yang telah Anda katakan, bahwa Anda membaca di Ensiklopedia Islam mengenai Al Qur’an. Apakah seperangkat buku-buku tersebut menyebutkan apapun juga mengenai tulisan Al Qur’an sendiri? Anda berbicara mengenai beberapa salinan Al Qur’an. Tetapi pertanyaannya disini berhubungan dengan tulisan Al Qur’an sendiri. Apakah Ensiklopedia menyebutkan apapun juga mengenai perbedaan tulisan-tulisannya?”



Bpk. Pdt. Zakaria B.:


Sangat bagus. Pertama-tama, supaya tidak melangkahi pembicaraan ini, jika Anda ijinkan...

Mohamed:


Ya. Silahkan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:


Supaya tidak melangkahi pertanyaannya, kita dapat memberikan jawaban singkat, walaupun di episode-episode sebelumnya saya telah menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Pertanyaannya… Pertanyaan pertama: “Apakah Kitab Injil telah dirubah?” Kita telah berbicara mengenai hal ini dalam sebuah serial, dan kita mengatakan bahwa tidak terjadi perubahan. Yang terjadi adalah… mereka yang mengatakan bahwa hal itu terjadi. Apakah perubahannya terjadi di masa nabi Muhammad, atau di masa sebelum nabi Muhammad, atau setelah nabi Muhammad? Tetapi sampai kematian nabi Muhammad, ia bersaksi atas Kitab Suci, dengan mengatakan: “Bawakan kepadaku sebuah buku dari keberadaan Allah, yang akan menuntun lebih baik daripada yang lainnya, supaya aku dapat mengikutinya,” yaitu Taurat dan Injil, tentu saja. Jadi jika hal ini terjadi sampai ke masa nabi Muhammad, apakah mungkin mengalami perubahan setelah masa nabi Muhammad, maksud saya setelah abad ke delapan setelah Masehi, ketika pengikut Isa Al-Masih telah menyebar ke seluruh dunia? Itu akan amat sangat sulit. Pertanyaan kedua, ketika Al-Masih berdoa, kepada siapa Ia berdoa?

Mohamed:


Ya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:


Isa Al-Masih, pemirsa yang terhormat, adalah seorang manusia sempurna tanpa dosa – tidak seperti Anda dan saya – dimana Allah menyatakan diriNya di dalamNya, seperti Allah menyatakan diriNya di gunung, seperti yang dikatakan di Surat ke 8 (Al Anfal), “dan ketika Ia telah menampakkan diriNya sendiri kepada Musa di pohon”(*). Jadi daging, kemanusiaan, berdoa kepada keilahian; yaitu Allah. Ini sangat sederhana, semua pertanyaan-pertanyaan seperti ini. Dan saya yakin kita akan mengirimkan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya. Saya benar-benar percaya bahwa jawaban-jawaban tersebut telah sampai kepadanya.

Mohamed:


Yaitu, Anda mengatakan Allah dapat menjadi manusia, tetapi manusia tidak dapat menjadi Allah.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:


Allah dapat menyatakan diriNya dalam sebuah batu, seperti di gunung dan di semak belukar, ketika Ia muncul kepada nabi Musa. Dan dilanjutkan bahwa Ia dapat melakukan itu di manusia, dimana manusia jauh lebih tinggi daripada pohon-pohon dan batu-batuan. Bukankah itu benar? Jadi ini sebuah hal yang sangat sederhana. Sedangkan untuk pertanyaan-pertanyaan lainnya, yang juga Anda telah sebutkan, tulisan Al Qur’an sendiri. Saya sangat senang untuk selalu mengacu kepada Ensiklopedia Islam karena buku itu merupakan sebuah buku referensi yang bagus. Di volume 26 halaman 8186… 8186.

Mohamed:


Ya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:


Dikatakan sebagai berikut: – inilah yang dikatakan, kata demi kata – Dikatakan: “Lebih baik membicarakan tulisan Al Qur’an, yang dikenal sebagai salinan Uthman. Ada perbedaan-perbedaan sejak awal salinan Uthman, kesalahan pengejaan dan perbedaan bacaan.” Dan dilanjutkan dengan mengatakan, “Ada sejumlah perbedaan ejaan di salinan Uthman sendiri. Di Medinah dan Damaskus serta Basra dan Koufa serta Mekah.” Karena ia telah mengirimkan salinan kepada mereka semua.

Mohamed:


Ya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:


Ditemukan kesalahan-kesalahan di salinan dari Mushaf Uthman yang sama. Ini berasal dari sebuah buku berjudul “Al Moqnea” oleh Abu Amr Al Dany. Kata-kata ini diambil dari situ. Ada di sini. Dikatakan,”Perbedaan sejak awal salinan Uthman”; perbedaan ejaan, bahkan di salinan Medinah, di tempat di mana Uthman Ibn Affan sendiri tinggal. Anda tahu, saya sungguh-sungguh bersyukur kepada Allah atas ensiklopedia ini. Ensiklopedia ini membicarakan kebenaran dengan sangat jelas, tanpa berbicara berputar-putar, tanpa menutup-nutupi. Sangat hebat memiliki hal ini di dunia Arab… hasil kerja yang sangat baik.


Mohamed:


Apakah ensiklopedia menyebutkan contoh-contoh perbedaan antara salinan-salinan tersebut?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:


Oh, ya, tentu saja.

Mohamed:


Apakah ada disitu?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:


Ya, salinan Uthman sampai ke Damaskus, dan ke Koufa, dan Basra, dan juga ke Medinah. Jadi salinan Damaskus mengatakan, di Surat ke 3 (Al i‘Imran) ayat 184 – inilah yang dikatakan ensiklopedia – ini, dikatakan di halaman 8187… dikatakan: “Di salinan Damaskus, dulunya dikatakan “Wa belzobor wa belketab” bukan “Alzobor, Alzobor wa alketab”. Ada tambahan kata depan “B” di ayat 184, di Surat ke 3 (Al i‘Imran). Dan juga di salinan Uthman di Damaskus, disana ada “Menkom” bukan “Menhom”, di ayat 21 dari Surat ke 40 (Gafir). Dan di Koufa, salinan Koufa dari Mushaf Uthman dulunya mengatakan “Amelat” bukan “Amelathu”, ayat 25 dari Surat ke 36(1) (Ya Sin). Dan di salinan Koufic, “AW ANNA”.

Mohamed:


Di surat mana?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:


Di Surat ke 40 (Gafir) ayat 26; “ay aw anna” tetapi di salinan Uthman “wa anna”, bukan “aw anna”.

Mohamed:


Saya bertanya-tanya, apa alasan untuk perbedaan-perbedaan ini? Bagaimana ini dapat terjadi? Apa misteri dibalik perbedaan-perbedaan ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:


Ini sebuah pertanyaan yang baik, yang juga telah dijawab oleh ensiklopedia... Saya benar-benar bersyukur kepada Allah atas ensiklopedia ini. Ini juga telah menjawab pertanyaan Anda. Di halaman 8187 kolom 2 dikatakan sebagai berikut: “Hal ini mungkin disebabkan oleh ketidaktepatan para penulisnya.” Para penulis yang menuliskannya dengan tidak tepat. Anda berkata, “Baiklah. Apakah ini mungkin”. Ya, mungkin dalam segala hal, tetapi tidak dalam Al Qur’an, karena Al Qur’an sendiri... “Kami telah mengirimkan sang Pengingat dan Kami menjaganya.” Jadi Al Qur’an tidak bertanggung jawab atas perubahan. Jadi jika Al Qur’an berubah, dimana Allah yang menjaganya? Kemudian, ini adalah kata-kata manusia. Dan inilah pertanyannya. Apakah Al Qur’an perkataan manusia atau perkataan Allah? Jika Al Qur’an adalah perkataan Allah, berarti tidak dapat dirubah, baik oleh pembatalan ataupun bukan pembatalan. Jadi inilah pertanyaan yang muncul. Dan ensiklopedia menambahkan juga, alasan yang kedua: “Huruf-huruf alfabet Arab, dengan segala kekurangannya di masa itu, digunakan di naskah awal Al Qur’an, yang menyebabkan perbedaan-perbedaan dalam bacaan-bacaan, begitu juga dalam penulisannya.” Paling ajaib. Kita dapat mengatakan hal ini mengenai buku-buku lainnya, tetapi ketika sampai ke Al Qur’an dan kita katakan, “Tidak!”

Mohamed:


Kata-kata yang sangat serius.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:


Dan apakah Anda tahu mengapa? Karena ini tercatat di torah yang dilestarikan. Baiklah. Tulisan di torah yang dilestarikan, apakah dari sistem yang berkekurangan atau yang benar?

Mohamed:


Kita menyerahkan jawabannya kepada para pemirsa.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:


Tentu saja. Dan Ensiklopedia Islam melanjutkan juga, untuk menegaskan hal ini, dengan mengatakan: “dan selama abad pertama setelah Hijriah, bahasa Arab digunakan untuk menulis sesuatu yang disebut huruf yang berkekurangan, dimana huruf tersebut menggunakan konsonan, bukan vokal.” Yaitu, tidak ada “oo” atau “aa” atau “ee”, tanpa diakritik atau tanda pengenal maupun titik. Sekali lagi, penulisan satu huruf yang sama untuk menunjuk kepada satu atau lebih suara.” Dan ensiklopedia mengutip contoh-contohnya.

Mohamed:


Dapatkah Anda memberikan kita contoh-contoh?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:


Oh, Baiklah. Contohnya, huruf “Dal” tertulis seperti itu, tanpa sebuah titik. Anda dapat membacanya “Dal” atau “Thal”, dan “Raa”, sama seperti itu juga. Sedangkan untuk Nabra, yang dapat dibaca sebagai “B” dan jika Anda menaruh sebuah titik diatasnya, dapat menjadi “N”, tetapi jika Anda menaruh dua titik dibawahnya, dapat menjadi “Y”, tetapi jika Anda menaruh dua titik di atasnya, akan menjadi ‘T” dan jika Anda menaruh tiga titik di atasnya, akan menjadi “Th”. Jadi huruf yang sama dapat menjadi … Oh, saya bertanya-tanya, apakah seperti ini, atau seperti itu, atau seperti apa?

Mohamed:


Sesuai dengan apa yang Anda katakan, hal ini dapat mengakibatkan masalah dalam bahasa Al Qur’an sendiri.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:


Anda benar. Dan inilah yang benar-benar terjadi. Dan inilah yang telah dilihat oleh Ensiklopedia Islam di halaman 8187 dan 8188, yang merupakan lanjutan dari topik yang sama. Kemudian, apa yang dikatakannya? Dikatakan: “Walaupun ada persetujuan atas pengucapan konsonan, tetap masih ada sebuah masalah lainnya, karena beberapa kata kerja dapat dibaca sebagai suara aktif, begitu juga suara pasif.” Karena tidak ada diakritik. Bukankah begitu? “Begitu juga, beberapa nama dapat mempunyai sebuah “O” diakhirnya, atau sebuah “A” atau sebuah “E” yang merupakan petunjuk.” Karena tidak ada diakritik-diakritik ini, tanda-tanda garis kecil ini. Jadi, apakah itu sebuah obyek atau subyek, apakah kasus tidak langsung, ataukah genitif? Tidak diketahui. “Tetapi beberapa nama juga dapat terbaca sebagai kata kerja. Atau sebaliknya.” Ini merupakan kutipan dari Ensiklopedia Arab, dan dikatakan: “Telah mengumpulkan – telah dikumpulkan sekelompok besar perbedaan-perbedaan yang muncul karena sistem penulisan yang kita sebut huruf yang berkekurangan, huruf yang tidak bertitik, yaitu, huruf-huruf tanpa diakritik maupun titik.” “Beberapa contoh dari perbedaan-perbedaan penulisan”, karena hal ini.

Mohamed:


Dan perbedaan-perbedaan inilah yang membuat saya bertanya-tanya. Perbedaan-perbedaan ini benar-benar mempengaruhi artinya. Artinya berubah.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:


Tentu saja. Dan lagi, hal ini telah diakui oleh Ensiklopedia Islam. Ensiklopedia telah menekankan pengaruh dari hal ini. Di halaman 8188 kolom 1. Dikatakan: “Di sebagian besar kasus artinya berubah, seperti perbedaan antara “Kabeer” dan “Katheer” seperti di ayat 219 Surat ke 2 (Al Baqarah): “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar...” Dan perbedaan antara “Hadab” dan “Jadath” di ayat 96 dari Surat ke 21 (Al Anbiyaa). Dan beberapa contoh-contoh lainnya. Dan Al Sajestany juga menyebutkannya dalam bukunya, “Al Masahef”, lebih banyak contoh-contoh lainnya. Dikatakan sebagai berikut di halaman 50 sampai 77, di bagian mengenai perbedaan salinan-salinan di kota-kota, yaitu negara-negara, mengenai salinan Mushaf Uthman di halaman 39 sampai halaman 49, dan bagian mengenai perbedaan Mushaf-Mushaf, yaitu, Mushaf para teman rasul, dari halaman 50 sampai halaman 77.

Mohamed:


Saya bertanya-tanya, bagaimana dengan perbedaan dalam pemecahan kata. Bahasa Arab bukan bahasa yang sederhana. Apakah ada hal-hal yang menyebutkan mengenai topik pemecahan kata ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:


Oh ya, tentu saja. Ini juga disebutkan kembali di halaman yang sama, di baris terakhir kolom pertama: “Dan terkadang ada perbedaan dalam pemecahan kata-kata akhir, yaitu vokal, atau terkadang tidak ada perbedaan yang dihasilkan.” Tetapi di lain waktu, hal ini mengakibatkan perbedaan arti.

Mohamed:


Dan seperti adanya, perbedaan-perbedaan ini juga ada dalam bentuk-bentuk yang berbeda-beda juga.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:


Oh ya, tentu saja. Tetapi ada sebuah poin yang sangat penting. Kita sedang membicarakan perbedaan-perbedaan, variasi. Ini “sebuah Al Qur’an agung yang dilestarikan dalam sebuah torah yang dijaga.” Bagaimana bisa terdapat perbedaan-perbedaan, tetapi ada torah yang dilestarikan? Apakah Anda menyimak? Kemudian, ini bukan torah yang dilestarikan, sangat sederhana. Itu sebuah pertanyaan yang besar. Maksud saya, apakah Al Qur’an yang kita miliki sekarang, sama dengan yang ada di torah yang dilestarikan? Mengandung perbedaan-perbedaan, “dan telah mengakibatkan perbedaan arti”. Ensiklopedia…

Mohamed:


Jadi Anda mempertanyakan, apakah buku-buku ini; Al Qur’an yang kita miliki di tangan kita, apakah ini merupakan perkataan Allah. Sebuah pertanyaan yang sangat serius.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:


Ini dari Ensiklopedia Islam yang telah diajukan oleh Sheikh Al Azhar. Dan mereka menyebutkan proyek termulia yang telah dihasilkan oleh ilmu pengetahuan. Dikatakan bahwa ada perbedaan-perbedaan, dan perbedaan tersebut telah mempengaruhi artinya.

Mohamed:


Ya. Mari kita kembali ke perkembangan masalah perbedaan. Bagaimana masalah ini telah berkembang sepanjang tahun-tahun terakhir?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:


Dengarkan temanku. Di abad pertama, semua ini menjadi jelas. Ensiklopedia Arab menyelidiki perkembangannya. Di halaman 8188, kolom 2, dikatakan: “Di masa Umayyad, yaitu, dari tahun 41 sampai 132 setelah Hijriah. Perbedaan-perbedaannya meningkat. Perbedaan-perbedaannya meningkat dalam bacaan Mushaf Uthman, sedikit demi sedikit, serta bacaan-bacaan baru, sedikit demi sedikit, dan bacaan-bacaan baru muncul, yang mencakup sebuah gabungan antara versi Uthman yang disahkan serta bacaan-bacaan yang berasal dari yang lainnya, terutama Ibn Masood dan Obayy.” Oh, baiklah... Tetapi tolong beritahu saya, temanku, bagaimana dengan torah yang dilestarikan? Kita tidak mau, baik Abd Allah, atau Obayy, atau bahkan Uthman. Oh baiklah, hal-hal ini berbeda, dan mereka disatukan dan mereka membuat sebuah campuran dari situ. Bagaimana dengan asalnya? Torah yang dilestarikan? Ini telah menjadi seperti buku buatan manusia lainnya, yang dapat diganti dan dirubah, dan mereka menyusunnya bersama-sama dan mereka mencocokkan satu dengan yang lainnya. Apakah ini merupakan sebuah buku yang diberikan oleh Allah atau buku buatan manusia? Maksud saya, ini benar-benar sebuah pertanyaan yang hebat. Inilah yang terjadi di masa Kerajaan Umayyad: “Perbedaan-perbedaannya meningkat dan bacaan-bacaannya muncul.” Di masa negara Abbasid. Sekali lagi, di buku yang sama, di halaman yang sama, di kolom yang sama: “Untuk mengimbanginya, di masa Abbasid ada perbedaan-perbedaan yang sama dalam bacaan-bacaan, sangat banyak sampai tidak mungkin untuk membedakan antara versi Mushaf Uthman yang disahkan dengan bacaan-bacaan lainnya.” Apakah Anda melihat sejauh mana hal ini di masa Abbasid? Ensiklopedia Islam melanjutkan dengan mengatakan, “Akan tetapi, dengan penggunaan titik yang jelas di huruf-huruf Arab, yaitu, penggunaan diakritik dan titik, memperkenalkan beberapa pengendalian atas bacaan-bacaan ini.” Baik. Ini juga pengendalian manusia. Kita masih jauh dari torah yang dilestarikan. Tetapi Ensiklopedia Islam memiliki reservasi ini, karena mengatakan: “Akan tetapi, mereka tidak dapat dipercaya karena kontradiksi-kontradisi yang ada di dalamnya, karena mereka tidak sesuai dengan bukti yang ada, yang disediakan oleh perkembangan ilmu pengetahuan naskah.” Apa itu? Kontradiksi... Kontradiksi. Apakah seperti itu? Ini… “tidak dapat dipercaya karena kontradiksi-kontradiksi yang ada di dalamnya.” “Karena mereka tidak sesuai dengan bukti yang ada, yang disediakan oleh perkembangan ilmu pengetahuan naskah.” Ini bermasalah.

Mohamed:


Anda menyebutkan sesuatu di sekitar masa Al Hajjaj Ibn Yussef Al Thaqafy, apakah ia melakukan perubahan-perubahan juga?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:


Tentu saja, ya. Bahkan lebih awal dari itu… kita sedang membicarakan abad keempat. Ensiklopedia Islam juga menyebutkan, di halaman 8189, bahwa: “Di awal abad keempat setelah Hijriah, penggunaan titik dan vokal di huruf Arab telah menyebar,” walaupun beberapa ahli mengatakan apa? “Penggunaan titik dan huruf-huruf vokal ini menjadikan perbedaan dalam pembacaan menjadi jelas dan nyata.” Ya ampun! “Perbedaan-perbedaannya menjadi jelas dan nyata?”

Mohamed:


Tetapi kebanyakkan orang tidak menyadari perbedaan-perbedaan ini.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:


Ada kerahasiaan yang besar, teman, mengenai topik ini. Hal ini harus diangkat. Mengapa mereka mencetak buku-buku tersebut dan menerbitkannya? Bukankah penting untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini? Tidak. Dengarkan suatu hal yang jauh lebih luar biasa. Dan Ensiklopedia menambahkan, “Dan ini telah mengakibatkan pertengkaran-pertengkaran yang tajam mengenai bacaan mana yang tepat.” Kebenarannya hilang. Bagaimana saudara Muslim saya, yang saya kasihi, yang kehidupan kekalnya saya pedulikan, dan saya tidak ingin itu hilang karena dirahasiakan… Bagaimana ia dapat melakukannya? Apakah kemudian ia akan mengikuti sebuah buku yang ciri khas utamanya telah hilang? Ini adalah kesaksian dari Ensiklopedia Islam. Saya menganggap bahwa ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang sangat serius. Dan mereka membutuhkan jawaban dari para ulama dan orang-orang yang berpengetahuan, kalau tidak akan menjadi sangat sulit. Jadi apakah ada orang yang menanggapi?

Mohamed:


Amin.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:


Ya. Dan sekarang kita sampai ke Al Hajjaj; Al Hajjaj Ibn Yussef El Thaqafy. Sebenarnya, Ensiklopedia Arab menambahkan sesuatu kepada topik ini… Ensiklopedia Arab; versi sederhana.

Ensiklopedia Arab Sederhana, halaman 690. Biarkan saya melihatnya dan kita akan membacanya bersama-sama apa yang telah mereka tulis mengenai hal ini.

Mohamed:


600 dan apa?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:


690. Dikatakan ,”Ketika kesalahannya telah meningkat, ketika kesalahan membaca meningkat, ketika kesalahan membaca Al Qur’an meningkat, Nasr Ibn Assem diberi tanggung jawab untuk memperbaikinya.” “Kesalahan membaca Al Qur’an.” Ini benar-benar mengerikan, dimana buku referensi Arab… ini dia. “Dan ketika kesalahan membaca Al Qur’an meningkat, Aly Ibn Aby Taleb memberikan Nasr Ibn Assem tanggung jawab untuk memperbaikinya.” Manusia, manusia memperbaiki Al Qur’an. Mereka mengatakan Al Qur’an berasal dari tempat yang mulia dan ada di torah yang dilestarikan. Ada hal-hal yang perlu dipertanyakan. Kesalahan meningkat. Merupakan masalah. Abu Dawood Al Sajestany menulis dalam bukunya “Al Masahef”, di halaman 49: “Al Hajjaj Ibn Yussef merubah Mushaf Uthman, 11 huruf.” Dan ia menuliskannya dengan rinci di halaman 49. Bagaimana itu dapat dirubah? Ia merubahnya. Yang ini mengatakan, “modifikasi”, dan Al Sajestany berkata, “merubah”. Oh, baiklah, jadi itu merupakan buku buatan manusia.

Mohamed:


Sekarang Anda telah membuktikan, dari referensi-referensi ini, bahwa kita mempunyai banyak perbedaan-perbedaan. Jadi apa penafsiran Anda sendiri mengenai perbedaan-perbedaan ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Dengarkan, temanku. Pertama-tama, komentar saya sendiri atas hal-hal ini, mengenai buku-buku referensi yang saya gunakan adalah Ensiklopedia Islam, kita menemukan banyak hal mengenai perbedaan-perbedaan dalam Al Qur’an, yaitu sebagai berikut: Bagaimana perbedaan-perbedaan ini dapat terjadi? Maksud saya, ini pertanyaannya. Bagaimana semua perbedaan-perbedaan ini dapat terjadi? Maksud saya perbedaan-perbedaan yang kita sebutkan, mengutip Ensiklopedia dan Daerat el Maaref Arab, dan dari Al Sajestany. Semua perbedaan-perbedaan ini membuat saya bertanya-tanya… baiklah, jadi dimanakah: “Kami telah menurunkan seorang pengingat dan kami menjaganya…” Dimana pelestariannya? Dan, “Jika berasal dari sumber lainnya di luar Allah, mereka akan menemukan banyak pertentangan di dalamnya.”(*) Baiklah. Inilah pertentangan dan perbedaannya. Perbedaan yang radikal dan banyak jumlahnya. Jadi kemudian kenapa? Ini hal yang sangat sulit. Ini sebuah jalan simpang siur yang membutuhkan jalan keluar. Dimana Al Qur’an dari nabi Muhammad? Dimana ayat-ayat yang tertulis di kertas kulit? Dimana… Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Saya mohon.

Mohamed:


Terima kasih. Kita juga menerima sebuah pertanyaan yang berkata, “Anda percaya bahwa Allah adalah Isa Al-Masih, bagaimana Anda menerima bahwa Allah berperilaku seperti manusia; Ia makan, minum, dan pergi ke toilet? Sulit. Ini adalah hal-hal yang sulit untuk diterima.”

Bpk. Pdt. Zakaria B.:


Allah menyatakan diriNya dalam daging. Ya. Allah menyatakan diriNya dalam daging. DagingNya tetap daging, dan Allah berdiam di dalamnya. Jadi tubuh, daging, makan dan minum dan berperilaku seperti manusia, tetapi Allah tidak terpengaruh. Ya. Saya akan memberikan Anda sebuah contoh yang sangat kecil. Matahari dan sinarnya. Ketika matahari menyinari sebuah kolam yang tenang atau sebuah saluran air kotor, dan sinarnya masuk dan menembus, apakah sinarnya akan terkontaminasi? Ataukah sinarnya akan mensterilkan tempat tersebut? Sinarnya akan mensterilkan tempat tersebut. Anda lihat bagaimana? Jadi orang yang mengerti dan mengatakan, “Bagaimana bisa … tubuh makan dan minum dan pergi ke toilet”, tetapi Allah tidak terpengaruh karena Ia hanya menyatakan diriNya dalam daging. Jadi inilah jawabannya, asli dan sederhana.

Mohamed:


Ya. Ada sebuah pertanyaan terakhir, dimana ia mengatakan: “Saya takut kepada Allah dan inilah yang membuat saya jauh dari Dia. Jadi apa yang dapat saya lakukan?”

Bpk. Pdt. Zakaria B.:


Lihatlah temanku, rupa Allah dalam Islam seratus persen mengerikan, Maha Besar, pembalas dendam, angkuh… dan seterusnya. Tetapi dalam ajaran Isa Al-Masih, “Allah adalah kasih.” Allah tidak mengerikan. Ia juga seorang Bapa: “Aku akan menjadi seorang Bapa bagimu, dan kamu akan menjadi anak-anakKu....” Siapapun yang berhubungan dengan Allah sebagai Bapa, dengan kasih yang sempurna, tidak akan takut.

Mohamed:


Terima kasih banyak. Pemirsa terkasih, Anda telah mendengar banyak pertentangan dan perbedaan. Saya percaya bahwa Allah dan perkataan Allah terlestarikan dan kekal, dari kekekalan dahulu dan selamanya, dan mereka tidak akan berubah sama sekali. Dan perkataan Allah harus diukir dalam hati sebelum dalam pikiran. “Allah adalah kasih.” Dan Allah berkata, “Dan kamu akan mengenal kebenaran dan kebenaran itu akan membebaskan kamu.”(*) Jadi jika Anda mau mengenal kebenaran, yaitu Allah, angkat hatimu kepada Allah, suci dan bersih, dalam kerendahan hati seperti saya telah mengangkat suara saya kepada Allah. Saya berdiri di depan Ka’bah di Arab Saudi dulu sekali, dan mengangkat hati saya kepada Allah dan bertanya kepadaNya “Ya Allah, aku ingin mengenal Engkau karena aku mengasihi Engkau. Tunjukkanlah DiriMu dan bicaralah kepada hambaMu”. Dan syukur kepada Allah, yang telah menghadapi saya selama bertahun-tahun, dimana selama itu saya mengalami kesetiaanNya, kasihNya, dan saya mengalami keintiman dengan Allah, persahabatan Allah. Karena Ia dekat lebih dari seorang saudara, ia telah menjadi Bapa surgawi bagi saya, dan saya menjadi anakNya. Terima kasih. Sampai kita berjumpa kembali.


Texts being used:

The Indonesian Bible text used for New Testament is “The Indonesian (1912 Translation) – Greek Diglot New Testament” – “Kitab Suci Injil Dwibahasa Indonesia (Terjemahan 1912) – Yunani” version. © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 2000.

The Indonesian Bible text used for Old Testament is “The New Translation, 1974” – “Alkitab Terjemahan Baru (TB), 1974” version. © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 1974.

The Indonesian Al Qur’an text used is taken from
http://Quran.al-islam.com/

Indonesian version:
http://Quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSora=1&nAya=1&nSeg=1&l=eng&t=ind

Notes on this episode:

(*) For verses that is not clearly defined, the translation is done directly as the text said, not taken from the quote in the Bible – Untuk ayat-ayat yang tidak direferensikan secara jelas, terjemahan dilakukan secara langsung seperti apa kata text, bukan diambil langsung sesuai dengan teks dari Kitab Suci.

(1) Should be Surat 36. We change it from Surah 35 into Surah 36. – Seharusnya Surat ke 36. Kita merubahnya dari Surat ke 35 menjadi Surat ke 36.

No comments:

Post a Comment