Thursday, April 14, 2011

Kemungkinan Mengritik Islam, Al Qur’an, dan Muhammad (Ep 41)

Pertanyaan Mengenai Iman Episode 41

Kemungkinan Mengritik Islam, Al Qur’an, dan Muhammad

Mohamed:

Pemirsa terkasih, selamat berjumpa di episode “Pertanyaan Mengenai Iman”, dan bersama kita tamu terhormat Bapak Pendeta Zakaria Botros. Selamat datang.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Terima kasih banyak.

Mohamed:

Kita telah menerima banyak pertanyaan dan pesan dari negara-negara Arab dan Eropa juga. Dan beberapa orang merasa sangat tersinggung dan marah, sedangkan yang lainnya merasa senang. Dan kita hanya dapat mengucapkan terima kasih kepada Anda semua, kepada mereka yang berdoa bagi program ini dan juga kepada setiap orang yang mencari kebenaran, karena Allah ingin agar kita terbangun kepada kebenaran dan bukan kepada dosa. Dan merupakan kesenangan bagi saya untuk saat ini membagikannya kepada Anda mengenai hal yang terpenting yang ada di semua keberadaan, yaitu kasih, karena: “Allah adalah kasih.

Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang bergemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku. Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu.
Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.” Kami benar-benar mengasihi orang-orang Muslim. Dan oleh karena itu, kami berbicara mengenai kasih. Satu surat yang kami terima dari Casablanca, dari saudara di Maroko, yang mengatakan, “Kepada sesama orang percaya yang bekerja keras untuk program Al Hayat, semoga damai Allah beserta Anda. Merupakan sukacita bagi saya untuk menulis kepada Anda atas nama sebuah kelompok orang-orang percaya yang telah mengenal hidup kekal yang benar, yang tidak mempunyai Kitab Suci, Taurat dan Perjanjian Baru. Ketidakadaan Kitab Suci dalam bahasa Arab ini merupakan suatu penghalang dan gangguan yang menghalangi kami dari kesempatan untuk mendapatkan manfaat dari pengetahuan dan kehidupan sukacita yang telah dijanjikan oleh Bapa kita. Semoga Anda akan terus menjadi pendukung yang baik dan membantu kami, dan sampai kita berjumpa kembali.” Terima kasih kepada Saudara Mokhtar, dan semua saudara-saudara lainnya yang beserta dengan dia. Kami akan berdoa bagi Anda, dan kita telah mengirimkan Kitab Suci kepada Anda. Kami berdoa agar Allah akan menggunakan buku-buku ini agar Anda dapat mengenal Dia dengan lebih baik.

Pada episode hari ini, kita akan berbicara mengenai kebebasan, kebebasan beragama, kebebasan menyembah, kebebasan mengkritik, kebebasan berpikir. Jadi kita berbicara mengenai kemungkinan mengkritik dalam Islam, dan ada banyak pejabat dan pendeta, baik orang Muslim dan pengikut Isa Al-Masih juga, dari media di negara-negara Arab, terutama Mesir, ada banyak kritikan-kritikan terhadap program “Pertanyaan Mengenai Iman” ini, yang disiarkan dari saluran televisi Al Hayat, dan terutama ditujukan kepada Anda, Pendeta Zakaria Botros, bahwa Anda menyerang agama Islam dengan seluruh ajaran-ajarannya, serta Al Qur’an, dan tradisi-tradisinya. Bukan hanya itu, tetapi juga sang rasul Islam, Muhammad sendiri. Jadi Apa tanggapan Anda atas hal ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Merupakan sukacita saya yang paling dalam untuk menjawab pertanyaan yang serius ini. Sebenarnya, saya mempunyai beberapa hal yang ingin saya bicarakan.

Mohamed:

Silahkan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Pertama-tama, mengapa? Mengapa mereka menganggap… maksud saya mereka yang berkeberatan… Mengapa mereka menganggap program ini sebagai penyerangan terhadap Islam, walaupun nama program ini adalah “Pertanyaan... Pertanyaan Mengenai Iman”?

Mohamed:

Ya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Yang Kedua: Biarkan mereka menyebutkan satu saja, di setiap episode, bahwa saya telah menyerang Islam atau sang Rasul. Semua yang kita katakan berasal dari buku-buku Islam, tidak lebih dan tidak kurang. Kita membacakan semua supaya para pemirsa dapat mendengarnya, karena mungkin mereka gelap atau tidak mengerti, mungkin para pemirsa tidak membaca, atau tidak mempunyai waktu. Jadi yang kita lakukan hanyalah membaca buku-buku Islam. Tidak lebih dan tidak kurang.

Mohamed:

Jadi, Anda tidak menyerang, tidak mengkritik, tetapi Anda hanya mengajukan fakta-fakta dari buku-buku dan referensi-referensi Islam, yang ada dan tersedia.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Itulah faktanya. Dan jika mereka menemukan saya telah menggunakan kata-kata yang menyerang, mereka seharusnya memberitahu saya, “Di episode ini dan itu, Anda mengatakan ini dan itu”, kemudian saya akan memeriksanya dan menjernihkannya. Pada kenyataannya, saya menganggap pertanyaan-pertanyaan saya, pertanyaan-pertanyaan yang saya katakan, sebagai pertanyaan yang sama, yang sudah ada di pikiran para pemirsa. Bukan hanya para pengikut Isa Al-Masih, tetapi orang-orang Muslim juga, terutama anak-anak muda Muslim, generasi yang sedang berkembang. Tetapi karena satu dan lain hal, seorang Muslim tidak dapat mengungkapkan pendapat atau pertanyaannya. Jadi kita mengekspresikan pemikiran bebas dan menyusun dalam kata-kata, hal-hal yang muncul di pikiran para Muslim kita yang terkasih, yang tidak dapat mendapatkan hal-hal tersebut. Kasih atas pengetahuan, kasih atas orang-orang yang ingin mendapatkan pengetahuan ini, telah membuat kami menerima alasan mereka dan berbicara atas nama mereka. Baiklah. Ini merupakan kesempatan yang baik bagi para ulama yang terkasih dan terhormat untuk memberikan tanggapan, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul di pikiran orang-orang. Dan saya pribadi berpikir bahwa daripada menentang saya, seharusnya mereka berterima kasih kepada saya, mereka seharusnya berterima kasih kepada program ini. Mengapa? Karena telah mengangkat topik ini untuk dibahas, memberikan mereka kesempatan untuk meyakinkan dan membawa pendirian bagi orang-orang. Tetapi…

Mohamed:

Saya setuju dengan Anda mengenai hal ini, karena saya telah membaca artikel-artikel di surat kabar Arab yang memiliki gaya tua yang hambar dan tidak jelas. Anda seorang Zionis, Anda seperti ini, Anda seperti itu. Benar-benar tuduhan yang tidak mempunyai dasar. Dan saya tahu dan saya menjamin kepada setiap orang bahwa kita tidak mempunyai hubungan apapun dengan negara maupun orientasi politik manapun. Silahkan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Itu benar. Ini pasti. Tetapi apa yang ingin saya katakan adalah, jika tidak ada jawaban-jawaban yang meyakinkan atas hal-hal yang kita katakan, berarti pertanyaan-pertanyaan tersebut telah menancap di mata kerbau.

Mohamed:

Oh tidak! Apa maksud Anda?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Maksud saya adalah mereka merupakan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab. Mereka membungkam semua suara. Tetapi jika ada jawaban yang logis, biarkan mereka mengatakannya di saluran manapun. Kami akan menyambut mereka dengan senang hati jika mereka mau datang ke studio ini, dan silahkan menjawabnya, dan biarlah kita berdialog. Ya. Dalam kasih. Karena tujuan kita adalah untuk mencapai kebenaran melalui kasih. Ya. Ya. Tidak lebih, tidak kurang. Baiklah. Yang saya ingin tanyakan sekarang adalah: Mengapa orang-orang yang berkeberatan ini mencoba melebih-lebihkan, dan berkata bahwa hal ini akan membuahkan pertengkaran agama? Apakah itu berarti dialog logis apapun dianggap sebagai pertengkaran? Apakah bertanya merupakan sebuah kejahatan? Apakah kebebasan berpendapat dan kebebasan mengekspresikan pikiran, yang disebutkan di hak azasi manusia... Apakah mereka semua telah menjadi suatu hal yang buruk ketika mereka diekspresikan hari ini? Apakah kami tidak berhak melakukan ini semua?

Mohamed:

Kebebasan berpendapat. Kami tidak terbiasa dengan kebebasan berpendapat di dunia Arab.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Itulah masalahnya. Tetapi janganlah kita lupa juga bahwa kita berada di abad ke-21. Ya. Dan ada kebebasan yang dijamin, hak azasi, hukum, dan... dan seterusnya. Tetapi hal yang penting adalah, sebelum saya sampai ke poinnya, yang ingin saya bicarakan juga, saya ingin mengatakan hal ini kepada orang-orang yang kesal terhadap program ini. Sebuah program hampir setengah jam, dan mereka kesal. Tetapi dimana mereka yang kesal itu, dan mereka yang takut akan terjadinya pertengkaran masyarakat, ketika sheikh Motwaly Al Sharawy mengkritik para pengikut Isa Al-Masih dan Isa Al-Masih untuk waktu yang lama, dan hari ini, Dr. Mohamed Emara dan Dr. Zaghlool Al Naggar serta Sheikh Omar Abd Al Kafy, dan pencipta serta sutradara film “Baheb El Ceema”. Dimana mereka semua? Mengapa mereka tidak menyebutkan ini sebagai pertengkaran masyarakat? Tetapi ketika sampai ke program setengah jam yang memberikan penerangan ini, dimana kami mengajukan pertanyaan-pertanyaan, Anda menyebutnya pertengkaran masyarakat? Apakah sesuai dengan hukum jika mereka yang melakukannya, tetapi tidak sesuai dengan hukum jika kita yang melakukannya; untuk memiliki kebebasan berpendapat? Mereka menyerang Isa Al-Masih. Anda boleh menanyakannya kepada saya, bagaimana mereka menyerang Dia? Mereka melucuti Isa Al-Masih dari keilahianNya, dan mereka berkata Ia hanyalah seorang manusia. Kita mengatakan bahwa Ia adalah Allah yang mewujudkan diriNya dalam daging. Tetapi ketika mereka berkata, “Tidak, Ia hanyalah seorang manusia”, itu melucuti Isa Al-Masih dari keilahianNya, dan sebuah penurunan martabat dari ajaran Isa Al-Masih. Ketika mereka berkata, “Buku Anda telah dirubah”, itu merupakan sebuah fitnahan atas ajaran Isa Al-Masih. Dan ketika kita datang untuk menjawab hal-hal ini dan menjernihkan kebenaran, kita disebut kriminal? Ya, suatu keajaiban! Dan bagaimana dengan pembakaran gereja-gereja? Mengapa mereka tidak berbicara? Bagaimana dengan pembunuhan para pengikut Isa Al-Masih? Bukankah itu sebuah pertengkaran masyarakat? Bagaimana dengan Kushh?

Mohamed:

Apa maksud Anda dengan pembakaran gereja-gereja dan hal-hal lainnya itu?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Hal-hal yang terjadi di Mesir. Baiklah, negara-negara Arab… tetapi titik panasnya di Mesir. Sesekali waktu, mereka membakar beberapa gereja dan membunuh para pengikut Isa Al-Masih… pemusnahan suatu bangsa. Kushh adalah sebuah desa di Mesir bagian atas. Mereka memukuli mereka, merubuhkan rumah-rumah mereka, membunuh mereka, dan menuntut mereka ke pengadilan, dan tertuduhnya terbukti tidak bersalah. Dan siapa yang dipenjara? Para pengikut Isa Al-Masih. Dan mengapa? Karena tidak ada orang Muslim yang dapat ditegur untuk kepentingan seorang pengikut Isa Al-Masih. Mengapa? Mengapa mereka tidak mengatakan pertengkaran agama ketika sampai pada hal ini? Tetapi hal-hal yang kita katakan tidak ada hubungannya dengan pemukulan, atau dengan pedang. Dan kita hanya mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Mengapa mereka menyebutnya pertengkaran masyarakat, dan membesar-besarkan hal itu? Mengapa?

Mohamed:

Saya bertanya-tanya, dimanakah agama yang benar, yang mentolerir hal-hal seperti ini, pembunuhan dan penghancuran dengan api.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Agama apa? Mereka akan datang kembali dan berkata Surat ke 9 (At Touba) ayat 29: “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian…” Mereka yang tidak mengikuti agama yang benar, yaitu Islam. Sepertinya pembunuhan seorang pengikut Isa Al-Masih dianggap sesuai dengan hukum… sesuai dengan hukum dan tidak bersalah.

Mohamed:

Apakah mungkin Allah akan mematikan semua orang yang tidak percaya akan agama Islam?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Inilah pertanyaan kami yang serius. Ya. Lihat temanku… dibawah kebebasan yang telah Anda katakan, saya benar-benar ingin mengatakannya dari tempat ini; dari saluran Al Hayat. Sebenarnya, saya ingin mengajukannya kepada sebuah badan yang sangat berkuasa, yang sangat saya hormati, maksud saya Administrasi Keadilan Mesir. Saya sangat menghormatinya. Di majalah “Rose al Youssef” isu nomer 3911. Ya. Tanggal 30 Mei 2003. “Untuk pertama kalinya Al Azhar menyita buku-buku dan otoritas hukum membatalkan atau menghapuskan buku-buku sitaan tersebut. Dibawah anggota dewan kepresidenan Farouk Abd Al Qader, presiden pengadilan, dan dewan anggota ini dan itu”, dikatakan di sini: “Lebih dari itu, pernyataan atas keputusan hakim berbeda dengan laporan akhir Al Azhar, yaitu bertentangan dengan pernyataan undang-undang yang menekankan kebebasan berpendapat, serta menjamin semuanya itu. Dan keputusan hakim menekankan bahwa klausa 47 dari undang-undang Republik Arab Mesir menyatakan bahwa kebebasan berpendapat dijamin dan semua orang mempunyai hak untuk mengekspresikan pendapatnya, serta menyebarkannya dalam bentuk lisan maupun tulisan, atau melalui gambar, atau bentuk-bentuk ekspresi lainnya.” Kebebasan. Saya memuji keadilan Mesir.

Mohamed:

Saya bertanya-tanya, apakah kebebasan seperti itu benar-benar ada?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Dengarkan. Jika ada keputusan hakim lainnya atas hal tersebut, secara hukum semua orang harus mentaatinya. Ya. Tidak ada jalan lain. Ini sebuah hal yang dapat dijadikan teladan. Maksud saya artikel yang ditulis oleh Eqbal El Sebae’i, dalam dua halaman penuh, “Rose al Youssef”, penuh dengan ilustrasi gambaran atas pribadi orang-orang seperti Sheikh mesjid Al Azhar dan… dan seterusnya. Maksud saya, matahari kebebasan mulai bersinar. Ya. Dan kita berharap bahwa matahari itu akan memenuhi bumi dengan sinar yang terang. Jadi inilah klausa 47. Setelah keputusan hakim seperti itu, apakah masih ada ruang untuk melarang kebebasan dialog kita, dan pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan di saluran Al Hayat, dalam program, “Pertanyaan Mengenai Iman”? Sebenarnya, secara pribadi saya tidak melihat program ini sebagai suatu penyerangan atas agama manapun. Tidak, malahan program ini mendorong pemikiran logis untuk mengenal kebenaran. Dan kebenaran ini tidak hanya dimiliki oleh badan tunggal. Tetapi lebih merupakan milik umum. Serta merupakan hak setiap orang untuk mencari kebenaran, untuk menerimanya tanpa rasa takut akan para penguasa maupun terorisme dari beberapa orang-orang yang radikal.

Mohamed:

Terima kasih. Jumlah pemirsa program TV Al Hayat terus-menerus bertambah, dan oleh karena itu kita menerima pertanyaan-pertanyaan dari para pemirsa baru yang mungkin telah Anda jawab sebelumnya. Apakah Anda keberatan untuk membalasnya? Kita telah menerima pertanyaan ini: “Apakah manusia mempunyai hak untuk mencari buku suci, terutama Al Qur’an?”

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Sebuah pertanyaan yang benar-benar indah, dan saya juga ingat bahwa saya telah menjawabnya di episode yang terdahulu. Tetapi tentu saja saya tidak keberatan, karena jumlahnya bertambah, dan saya tahu bahwa ada jutaan orang yang menonton saluran Al Hayat saat ini, di seluruh negara-negara Arab, begitu juga Eropa. Saya telah menjawabnya tetapi saya akan menjawabnya sekali lagi. Dan saya juga teringat akan hari itu, dimana sebuah artikel diterbitkan di surat kabar Al Ahram. Ya. Artikel hari Sabtu 11 Mei 2002, mengenai sebuah konferensi majelis atau konvensi peneliti Islam, yang dilaksanakan oleh Al Azhar dengan judul, “Inilah Islam”, dari tanggal 16 sampai 18 April 2002. Pengarangnya, Ahmad Bahgat, mengatakan “Editor ‘Sandooq el Donya’ mengutip sebuah surat yang ia terima dari Konsultan Gamal El Deen Mahmoud, bekas Seketaris Jendral Dewan Tinggi Islam, dan bekas Wakil Presiden Pengadilan Cassation, yang mengatakan: “Sheikh Abd El Moezz Abd El Sattar, seorang misionaris berpengalaman telah tergerak dan memberikan sebuah pidato yang sangat kuat di konvensi tersebut. Sheikh ini mengajukan saran bahwa tulisan dari buku-buku mulia harus diadili, tulisan dari buku-buku mulia, termasuk Al Qur’an yang ditinggikan.” Jadi sebagai jawaban atas pertanyaan yang Anda ajukan ini: Apakah manusia mempunyai hak untuk mencari buku suci?” Saya akan menjawab bahwa Dr. Sheikh Abd El Moezz Abd El Sattar telah lebih maju dari ini. Ia berpegang pada tulisan buku-buku mulia harus diadili. Kita tidak mengadili. Kita tidak mengadili buku-buku, maupun memeriksa mereka, maupun menghakimi ataupun mengutuk mereka. Kita hanya membaca dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan kita membiarkan orang yang pandai untuk berpikir, memeriksanya sendiri. Ya. Dan jawaban atas pertanyaan mereka. Mengapa?

Mohamed:

Supaya kita dapat memohon atau bertanya kepada Allah, dan itu tidak dilarang.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Tidak sama sekali. Bahkan Allah Isa berkata: “Kamu menyelidiki Kitab-Kitab Suci sebab kamu menyangka bahwa olehNya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-Kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku. Jadi agama mendorong Anda untuk mencari. Ya. Mencari. Tetapi saya bertanya-tanya dan heran, bagaimana Al Qur’an dapat mengatakan, “Janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu.” Seseorang berkata, “Selidiki… dan Kitab-Kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku” dan yang satunya berkata, “Janganlah kamu menanyakan.” Ini sebuah pertanyaan. Sebuah pertanyaan.

Mohamed:

Ya, ada pertanyaan lebih lanjut yang berhubungan dengan pertanyaan sebelumnya, tetapi pertanyaan ini berhubungan dengan rasul Islam. Pengirimnya bertanya, “Apakah ada yang berhak menyelidiki kehidupan rasul Muhammad? Bukankah itu sebuah penghinaan terhadap sang Rasul Islam?”

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Benar. Saya telah menjawab pertanyaan ini sebelumnya. Maksud saya, saya telah menjawab pertanyaan ini di episode sebelumnya, tetapi saya tidak keberatan sama sekali untuk memberitahu para pemirsa yang baru mengenai Dr. Aisha Abd El Rahman, terkenal seperti Bent el Shatie. Beberapa orang menyebut dia seorang kafir sekarang, walaupun ia seorang profesor di pelajaran tinggi Al Qur’an di Universitas Al Qaraween, Maroko. Dalam bukunya yang berjudul, “The Wives Of The Prophet” (Istri-istri Sang Rasul), ia menulis di halaman 7 dan 8: “Perahasiaan kehidupan pribadi sang Rasul bertentangan dengan integritas penelitian, serta tidak sesuai dengan petunjuk dari Al Qur’an mulia, yang memastikan untuk mencatat informasi yang menekankan sisi kemanusiaan sang Rasul.” Dan ia juga mengatakan, “Saya tidak mempunyai hak untuk merahasiakan apa yang telah Allah Maha Mulia bukakan mengenai rumah rasul kita, di ayat-ayat yang kita gunakan dalam berdoa, jadi tidak ada lagi…” Dengarkan pernyataan yang amat sangat kuat ini: “Tidak ada lagi hak bagi para peneliti untuk mengabaikan penyebutannya.” Ia harus menyebutkan hal tersebut. Shatie melanjutkannya dengan berkata, “Dalam semua aspek yang telah saya lihat dari kehidupan Rasul Allah, saya tidak melihat apapun juga yang saya merasa malu untuk bukakan kepada para peneliti.” Jadi kalau begitu, jika tidak ada apapun disini yang dapat mengakibatkan masalah ketika dibukakan kepada para peneliti, mengapa mereka menyalahkan kita? Shatie tidak malu.

Mohamed:

Maksud Anda tidak ada apapun yang akan menghalangi penelitian.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Dengarkan apa yang Shatie katakan selanjutnya. Dan ia berkata, “Dalam itu semua, referensi saya hanyalah Al Qur’an mulia dan Tradisi Rasul, begitu juga referensi-referensi Islam atas biografi dan sejarah, yang tidak perlu dicurigai, dalam hal niat baik dan ketegakan iman mereka.” Kalau begitu, ketika para peneliti maupun para ulama tidak malu membukakan kehidupan sang Rasul, jadi apa yang kita lakukan? Kita mengajukan pertanyaan mengenai kehidupan tersebut, tidak lebih dan tidak kurang. Jadi mengapa hal itu dianggap sebagai penghinaan terhadap Islam? Walaupun Shatie melakukan apa? Ia membahas pernikahan sang Rasul dengan seorang anak, ’Aisha, yang berumur enam tahun dan sang Rasul menyempurnakan pernikahannya ketika ia berumur sembilan tahun, dan banyak isu-isu lainnya seperti istrinya, Zainab, istri anaknya… dan seterusnya. Dan itu semua tidak seharusnya dirahasiakan. Faktanya, hal ini tidak hanya berhenti di Bent Al Shatie saja, tetapi semua biografi Rasul, begitu juga buku-buku Tradisi, Saheeh, seperti Saheeh el Bukhary, serta buku-buku Muslim lainnya, mencatat hal-hal itu semua dengan sangat jelas. Jadi mengapa kita disalahkan hanya karena mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal ini? Jadi inilah masalahnya. Selain itu, biarkan saya mengutip bagi Anda sebuah pernyataan dari Kitab Suci mengenai cara pengikut Isa Al-Masih menanggapi pertanyaan seperti itu: ”Dan selalu siap untuk memberikan sanggahan kepada siapapun yang mengajukan sebuah alasan kepada kamu dengan harapan ada di dalam kamu.” Semua orang harus siap menjawab.

Mohamed:

Ada juga pertanyaan yang mengatakan, “Kami mendengar sebuah kaset dari seorang pemimpin gereja, yang ada di peredaran di website Islam, dan mereka memainkannya terus menerus di ruang ngobrol Paltalk begitu juga yang lainnya. Menentang sang pemimpin gereja… menentang Anda sendiri, dan menentang Saluran Al Hayat, ia mengatakan bahwa Anda seharusnya tidak menyerang nabi Muhammad. Dan inilah pertanyaan saya: Apakah ini dianggap sebagai persetujuan dari pihak Anda bahwa nabi Muhammad benar-benar seorang nabi, dan seseorang seharusnya tidak menyerang dia? Apa pendapat Anda mengenai serangan yang diajukan pemimpin gereja ini terhadap Anda?”

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Saya senang atas serangan ini, untuk suatu alasan yang sangat penting. Ya. Karena gereja tidak ada hubungan sama sekali dengan program ini, dan agama tidak bertanggung jawab atas program ini. Saya bertanggung jawab sepenuhnya atas program ini. Sayalah yang bertanggung jawab. Jadi dibukakan kepada segenap orang, bahwa gereja tidak bertanggung jawab. Dan buktinya adalah, gereja menyerang saya dan menyerang program ini. Dan hal ini menyenangkan saya karena hal ini menunjukkan bahwa saya bertanggung jawab sampai ke akhir. Dan sekali lagi, saya ulangi, jika pemikiraan ini dianggap sebagai sebuah hinaan terhadap sang rasul Islam, serta dianggap sebagai pengakuan dari sisinya bahwa Muhammad adalah seorang nabi, saya yakin ini bukanlah yang pemimpin gereja inginkan. Tidak mungkin. Dan sekali lagi saya katakan di akhir program, apakah bertanya benar-benar dianggap sebagai sebuah kejahatan? Apakah kebebasan merupakan sebuah masalah? Itu saja. Apakah ada yang lainnya?

Mohamed:

Seorang pemirsa mengatakan, “Saya mengetahui program “Pertanyaan Mengenai Iman” ini melalui seorang teman, dan ketika saya menontonnya, saya membara dengan kemarahan dan saya hampir merusak TVnya. Tetapi akhirnya saya membereskannya dengan menghapus saluran ini dari sistem saya. Tetapi saat jam program ini disiarkan, tidak dapat menahan untuk tidak menontonnya. Jadi saya berkata kepada diri saya sendiri untuk menontonnya karena rasa ingin tahu saya, dan berhati-hati untuk tidak dipengaruhi oleh program ini. Akan tetapi sekarang, setelah lima bulan saya menontonnya, saya mengirim surat kepada Anda untuk mengucapkan terima kasih, karena mata saya telah dibukakan dan sekarang saya mengenal kebenaran. Dan sekarang saya menikmati anugerah Isa Junjungan kita Yang Ilahi.” Apakah Anda mau memberikan komentar sebelum kita menutup program ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Kita bersyukur kepada Allah. Saya bersyukur kepada Allah bahwa orang-orang mulai memeriksa dan bertanya-tanya untuk mencapai kebenaran, dan saya mengucapkan selamat kepada saudara terkasih ini, karena ia telah mengenal kebenaran. Sejujurnya, ketika orang-orang Muslim menonton program ini, mereka terkejut, sama seperti teman kita ini. Tetapi ketika mereka duduk diam dan berpikir, pertanyaan-pertanyaan ini muncul di pikiran mereka. Dan ketika mereka tidak menemukan jawabannya dalam Islam, mereka mulai bertanya-tanya, “Dimanakah kebenarannya?” Saya sama sekali tidak peduli akan jumlah pengikut Isa Al-Masih yang meningkat atau jumlah orang-orang Muslim yang menurun. Ini bukan isu kita. Isu kita adalah kasih kita akan jiwa manusia yang diciptakan Allah. Ya. Supaya mereka dapat mengenal kebenaran untuk kehidupan kekal mereka, tidak lebih dan tidak kurang. Dengan kasih dan doa, kita berkumpul bersama-sama untuk mengenal kebenaran.

Mohamed:

Terima kasih. Dapatkah Anda menutup episode ini dengan sebuah doa bagi saudara kita ini dan saudara-saudara lainnya juga?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Amin. Terima kasih. Allah yang baik dan murah hati, kami sangat bersyukur atas program ini, Allah, yang telah menjadikannya tersedia bagi saudara-saudara terkasih kami serta orang-orang yang Engkau kasihi, yang telah Engkau ciptakan dengan tanganMu sendiri, Engkau telah merencanakan penebusan dan keselamatan kekal. Aku mohon kepada Engkau, Allah, untuk membukakan mata kami semua, untuk mengenal Engkau dan menikmati Engkau, dan memenuhi kehidupan kami dengan hidup bagi Engkau serta mendapatkan kehidupan kekal dalam namaMu. Terima kasih Allah, atas jiwa-jiwa yang telah disentuh dan kami tahu ini dari banyak surat-surat yang kami terima. Diberkatilah pekerjaanMu dan semoga namaMu dimuliakan dari sekarang sampai selama-lamanya. Amin.

Mohamed:

Amin. Terima kasih. Pemirsa terkasih, kami benar-benar berbicara mengenai Kebenaran, begitu juga mengenai kasih, karena “Allah adalah kasih”, dan jika Anda benar-benar ingin mengenal Dia, angkat hati Anda bersama dengan saya kepada Allah, dan minta Dia untuk membukakan kebenaranNya sendiri kepada Anda, dan jangan terganggu dengan apa yang Anda dengar di berita maupun surat kabar, begitu juga perkataan orang-orang, karena “Kita harus mematuhi Allah daripada manusia.” Karena Allah berkata: Janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” Kirimlah surat kepada kami di alamat yang akan muncul di layar, dan jika Anda menginginkan sebuah Kitab Suci gratis, kami akan dengan senang hati mengirimkannya kepada Anda. Terima kasih. Sampai kita berjumpa kembali.


Texts being used:

The Indonesian Bible text used for New Testament is “The Indonesian (1912 Translation) – Greek Diglot New Testament” – “Kitab Suci Injil Dwibahasa Indonesia (Terjemahan 1912) – Yunani” version. © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 2000.

The Indonesian Bible text used for Old Testament is “The New Translation, 1974” – “Alkitab Terjemahan Baru (TB), 1974” version. © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 1974.

The Indonesian Al Qur’an text used is taken from
http://Quran.al-islam.com/

Indonesian version:
http://Quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSora=1&nAya=1&nSeg=1&l=eng&t=ind

Notes on this episode:

(*) For verses that is not clearly defined, the translation is done directly as the text said, not taken from the quote in the Bible – Untuk ayat-ayat yang tidak direferensikan secara jelas, terjemahan dilakukan secara langsung seperti apa kata text, bukan diambil langsung sesuai dengan teks dari Kitab Suci.

No comments:

Post a Comment