Tuesday, May 24, 2011

Keunikan Al Qur’an dan Kesalahan Sejarah (Ep 47)

Pertanyaan Mengenai Iman Episode 47

Keunikan Al Qur’an dan Kesalahan Sejarah

Mohamed:

Pemirsa terkasih, selamat berjumpa kembali di program kita, “Pertanyaan Mengenai Iman.” Disini, tamu terkasih kita, Bapak Pendeta Zakaria Botros. Selamat datang.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Terima kasih banyak.

Mohamed:

Merupakan sukacita kami untuk membagikan kepada Anda di episode ini, beberapa surat yang telah kami terima… ada sangat banyak. Surat ini berasal dari Jerman: “Dalam nama Allah, Pencipta semesta alam, dan Allah semua mahluk, kepada program “Pertanyaan Mengenai Iman”, saya berterima kasih kepada Anda dari hati saya yang terdalam atas pesan-pesan dan buku-buku yang indah, dan saya menawarkan Anda kata-kata yang wangi seperti musim semi yang bemekaran, dan saya juga berterima kasih kepada setiap orang yang berpartisipasi dalam program yang indah ini, sehingga dapat menjadi lilin yang benderang di dalam hati yang gelap. Teman terkasihku, saya bersyukur kepada Allah, yang telah menempatkan Anda di jalan saya untuk menjernihkan kebenaran bagi saya, yang selama bertahun-tahun tidak saya sadari.

Tidak dipungkiri bahwa setiap orang sangat membutuhkan Allah, karena tanpa Allah, hidup manusia tidak berharga. Beberapa hari yang lalu, saya membaca suatu hal yang hebat di sebuah buku tertentu yang telah Anda kirimkan, yang tidak akan pernah saya lupakan, yaitu bahwa di setiap hati manusia ada sebuah kekosongan berbentuk Allah, dimana hanya Dialah yang dapat mengisinya. Ya, pernyataan ini menegaskan bahwa kita benar-benar membutuhkan Allah.” Anda benar, saudariku. “Saya seringkali memikirkan diri saya; betapa naifnya saya dahulu, bertahun-tahun hidup dengan mempercayai kebohongan yang benar-benar tidak mempunyai dasar. Selama bertahun-tahun, saya terbiasa berdoa dan berpuasa, dan memohon kepada Allah dan mengenakan cadar. Tetapi saya selalu merasa bahwa Allah jauh dari saya dan doa-dosa serta permohonan saya tidak sampai melebihi langit-langit rumah saya. Sepertinya mereka mencapai langit-langit rumah dan kembali ke saya. Tetapi sejak saya mulai menggunakan pikiran saya, saya mulai merasakan betapa Allah dekat dengan saya dan saya mulai merasa bahwa Ia benar-benar mendengar saya.”

Saudari terkasih, masalahnya dengan orang-orang Muslim adalah mereka bertindak sesuai dengan perkataan, “Saya tidak melihat, saya tidak mendengar, saya tidak berbicara,” karena jika ada Muslim manapun yang berani berpikir dan mendengar, bahkan sekali dalam hidupnya, hasilnya akan seperti apa yang Anda lihat sekarang. Karena kebenaran seperti matahari yang terang dan jika manusia manapun yang memiliki intelegen yang kecil atau sederhana membaca mengenai Isa Junjungan kita Yang Ilahi, ajaran-ajaranNya, dan perintah-perintahNya, tidak diragukan lagi ia akan dipengaruhi oleh semua itu dan tidak akan menunda-nunda, serta tidak akan dapat mengkritik satu huruf darinya. Ya, saya telah menemukan semua hal yang diinginkan hati saya, melalui hubungan pribadi saya dengan Allah dan kepastian atas kehidupan kekal, dan lebih dari itu semua, kasih Allah bagi manusia.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Syukur kepada Allah.

Mohamed:

Islam tidak memiliki semua elemen penting dan utama ini, dan malapetaka besarnya adalah kepada mereka yang Anda coba mengkomunikasikan kebenaran ini, mereka akan menutup kuping mereka dan menolak untuk mendengarkan, agar tidak digoda oleh kejahatan; oleh karena itu menghalangi diri mereka sendiri dari semua hal-hal yang indah ini, yang telah saya sebutkan. Saya tahu bahwa Allah meletakkan Anda di jalan saya agar dapat membawa saya kepada Dia, dan saya bersyukur kepadaNya atas hal tersebut. Tetapi saya masih perlu mengetahui lebih banyak lagi, karena sepanjang hidup saya, saya tidak pernah mendengar apapun mengenai ajaran Isa Al-Masih kecuali melalui Islam, dan informasi saya tidak sempurna. Saya telah mengunjungi sebuah gereja dekat rumah saya beberapa hari yang lalu, dan saya terkejut atas perlakuan baik mereka. Mereka tidak pernah menanyakan siapa saya, juga tidak menanyakan alasan kunjungan saya. Mereka lebih memilih untuk mengundang saya ke ibadah yang sedang mereka lakukan, walaupun saya mempunyai anak-anak kecil. Mereka tidak terganggu atas hal itu, walaupun anak-anak saya bermain dan berisik. Saya tidak banyak mengerti karena saya tidak tahu apakah ibadah itu, tetapi saya merasa sangat gembira.”

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Diberkatilah nama Allah.

Mohamed:

“Saudara terkasihku, saya akan sangat berterima kasih jika Anda berhubungan dengan saya melalui surat-surat Anda yang indah dan buku-buku berharga, dan saya akan sangat berhutang kepada Anda. Semoga Allah memberkati perjalanan Anda, supaya Anda akan memegang tangan-tangan lebih banyak orang lagi dan memberitahu mereka jalan kepada keselamatan.”

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Amin.

Mohamed:

Terima kasih saudari Jilan. Kami berdoa bagi Anda dan kami bersyukur kepada Allah atas Anda, begitu juga berdoa bagi banyak orang agar mengenai kebenaran.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Amin.

Mohamed:

Dalam program ini kita akan berbicara mengenai keajaiban Al Qur’an, dan juga mengenai kesalahan-kesalahan sejarah, karena kita telah menerima sebuah pertanyaan dari salah seorang pemirsa kita: “Apakah ada persetujuan antara Kitab Suci dan Al Qur’an mengenai sejarah atas kejadian-kejadian yang terjadi dalam keduanya? Dan sejauh mana hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh para sejarawan dan arkeologis?”

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya, sejujurnya ini pertanyaan yang amat sangat penting. Cukup terlihat oleh semua orang yang membaca Kitab Suci dan Al Qur’an bahwa ada perbedaan-perbedaan atas kejadian-kejadian sejarah. Jadi pertanyaannya adalah: “Yang mengilhami buku ini, dan mengilhami buku itu, seperti yang mereka duga, bagaimana Ia dapat membuat kesalahan mengenai kejadian-kejadian sejarah?” Di sini kita menemukan sebuah gambar dan di sana kita menemukan sebuah gambar lainnya. Contohnya, mengenai perawan Maryam yang mulia… mengenai perawan Maryam, di Surat ke 66 (At Tahrim) ayat 12 dikatakan: “dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat!” Maryam, putri Imran. Dan di Surat ke 19 (Maryam) ayat 28 … 27 dan 28: “Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.” Saudara perempuan Harun. Jadi ia anak perempuan Imran dan saudara perempuan Harun. Inilah yang digambarkan Al Qur’an mengenai Maryam. Tetapi Kitab Suci, begitu juga catatan sejarah, semuanya menjelaskan bahwa perawan Maryam, ibu Isa, adalah anak Yohakim, dan sebenarnya Amram, bukan Amranm, adalah ayah Harun, yang mempunyai seorang anak perempuan yang juga bernama Miryam, dan ia seorang nabi perempuan. Tetapi ia bukanlah ibu dari Isa. Di Kitab Keluaran pasal 15 dan ayat 20, dan Kitab I Hikayat pasal 6 dan ayat 3 – Anda dapat membaca mengenai hal ini – dan ini terjadi di tahun 1.500 sebelum Masehi. Miryam, anak Amram, saudara perempuan Harun, menikahi seorang laki-laki bernama Hoor dan melahirkan Nadab dan Abihood. Inilah kesaksian sejarah. Jadi bagaimana Al Qur’an dapat membingungkan dia dengan perawan Maryam, ibu Isa? Walaupun perbedaan diantara mereka adalah 1.500 tahun.

Mohamed:

Maksud Anda ada perbedaan waktu yang besar diantara keduanya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Maryam bukanlah anak perempuan Amram, bukan juga saudara perempuan nabi Musa dan nabi Harun. Ini adalah seseorang dan itu adalah orang lain. Apakah Allah akan membuat kesalahan seperti itu? Ini sebuah tanda tanya yang saya angkat dihadapan para pemirsa dan dihadapan para ulama Islam supaya mereka memberikan pendapat mereka atas hal ini.

Mohamed:

Apakah Anda keberatan untuk menceritakan kepada kita mengenai kelahiran Isa Al-Masih, berdasarkan Kitab Suci dan juga Al Qur’an? Dan apakah ada perbedaan diantara keduanya?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Tentu saja. Tentu saja. Maksud saya, contohnya, di Surat ke 19 (Maryam) dari ayat 22 sampai 26, dikatakan: “Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan”. Maka seseorang(1) menyerunya dari tempat yang rendah – yaitu Isa Al-Masih’ – “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu – Saria adalah sebuah kata asing, seperti yang kita pelajari kemarin. – Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang Manusia pun pada hari ini!” Apakah Anda mengikuti? Cerita ini benar-benar berbeda dengan cerita Lukas mengenai kelahiran Isa Al-Masih, dimana dikatakan dalam Injil Lukas pasal 2 dari ayat 1 sampai 7: “ Pada waktu itu, Kaisar Agustus mengeluarkan perintah supaya diadakan sensus di seluruh dunia… Karena itu semua orang yang akan disensus kembali ke kota-nya masing-masing. Maka Yusuf pun berangkat dari kota Nazaret di Galilea ke Bait Lahim, kota Daud, di wilayah Yudea, sebab ia dari keluarga dan keturunan nabi Daud… Ketika mereka di sana, sampailah waktunya bagi Maryam untuk melahirkan. Ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung. Maryam membungkusnya dengan kain bedung lalu membaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka untuk menginap.” Jadi hal-hal yang kita catat di sini… dicatat bahwa ada perbedaan yang besar diantara kedua cerita. Sebenarnya Al Qur’an keliru atas Maryam, ibu Isa Al-Masih, dengan Hagar, istri Ibrahim dan ibu Ismail. Perempuan yang pergi ke gurun adalah Hagar, ibu Ismail, dan perempuan yang ditunjukkan sungai oleh malaikat adalah Hagar, ibu Ismail. Tetapi perawan Maryam melahirkan Isa Al-Masih di Bethlehem, dan sejarah bersaksi atas hal ini. Anda dapat pergi ke Bethlehem sekarang, Anda akan melihat palungannya bukan di gurun, di kota Daud di Bethlehem.

Mohamed:

Ya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ini menciptakan banyak pertanyaan, pertanyaan utama mengenai, sebuah pertanyaan besar mengenai, “Goyanglah pangkal pohon kurma ke arahmu.” Bagaimana?

Mohamed:

Apakah Allah mungkin telah memberikan ia kekuatan untuk menggoyangkan pangkal pohon?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ini adalah pertanyaan yang memposisikan dirinya sendiri. Maksud saya, seseorang yang baru saja melahirkan dan diketahui bahwa itu merupakan pengalaman yang menyakitkan, bahkan seperti yang dikatakan: “Rasa sakit akan melahirkan.” Ia sedang kesakitan, jadi mengapa Ia menyuruh dia, “Goyanglah pangkal pohon kurma.” Mengapa Ia tidak menggoyangkannya untuk dia supaya kurma-kurmanya jatuh? Anda dapat berkata kepada saya, “Tidak, Ia harus memainkan peranNya sendiri.” Tetapi apa peran yang Ia mainkan ketika menyulap anak sungai sehingga mendapatkan sebuah sungai, ketika seseorang yang menggali sebuah sungai untuknya akan menyebabkan kurma-kurmanya jatuh.

Mohamed:

Ini kehendak Allah. Allah tidak membuat kesalahan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Oh, ya. Ini kehendak Allah, bukankah begitu? Kehendak Allah. Hal-hal seperti itu karena Allah menginginkan mereka seperti itu. Dengarkan saya, Pak. Saya mohon maaf. Saya benar-benar mohon maaf karena saya melupakan Surat ke 5 (Al Maidah) ayat 101, yang berkata sebagai berikut: “Janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu.” Jadi tidak ada tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan di luar itu. “Seperti itu. Itu kehendak Allah.” Allah berkehendak dan Allah tahu yang lebih baik, dan pikiran kita tetap bingung, sepertinya agama adalah rahasia dan misteri yang tidak terpecahkan. Tetapi saya bertanya kembali dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan saja: Bagaimana Isa Al-Masih dapat berkata kepada dia dari bawah, “Maka makan, minum,” tetapi ketika ia bertemu seseorang ia berkata, “Aku berpuasa”, dan bahwa, “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah.” Apakah Ia mengajarkannya untuk berbohong? “Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu.”

Mohamed:

Allah melarang.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Tetapi ketika Anda bertemu seseorang, Anda berpuasa. Ini masalah yang membutuhkan pemikiran, apakah saya salah? Pasti dalam hal ini ada sesuatu yang tidak dapat dimengerti pikiran kita. Yang kita inginkan hanyalah agar para ulama terhormat mau menjelaskan perbedaan-perbedaan ini kepada kami, beritahu kami apa ini semua.

Mohamed:

Pertanyaan sulit. Tetapi mungkin, apa artinya berpuasa, apakah berpantang bicara saja.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Bicara saja? Mungkin Anda benar. Tetapi menurut saya tidak. Dan mengapa begitu? Karena puasa tidak pernah muncul, dalam hukum yang disetujui manapun, sebagai berpantang bicara, dan bukan berpantang makanan. Benar? Dan lebih dari itu, bagaimana ia dapat berkata, “Aku bernazar untuk tidak berbicara”, tetapi ia baru saja berkata “Alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan!” Dan Ia menyuruhnya untuk, “Goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” Baiklah, ia berbicara... Apakah Anda mengikuti? Jadi ini benar-benar tidak sesuai, menurut pikiran saya sendiri.

Mohamed:

Sebenarnya, hal ini cukup membingungkan. Mari kita ke contoh lainnya. Apakah Anda mempunyai contoh-contoh yang serupa?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Maksud Anda mengenai sejarah?

Mohamed:

Ya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Kita mempunyai masalah.

Mohamed:

Ya. Saya fokus atas hal urutan kronologikal juga.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Kita telah berbicara mengenai sang perawan dan garis keturunannya di sejarah, serta kelahiran Isa Al-Masih sebagai kejadian sejarah, dan kita juga sampai ke suatu hal yang sangat aneh. Firaun... Al Qur’an berkata, di Surat ke 28 (Al Qasas) ayat 8 dan ayat 38, bahwa ia mempunyai seorang perdana menteri bernama Haman, dan inilah kesalahan penempatannya. Maksud saya, di Surat ke 28 (Al Qasas), dikatakan: “ Firaun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah!” “Berkata Firaun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta!” Haman, perdana menteri Firaun, walaupun Kitab Suci memberitahu kita bahwa Haman bukanlah perdana menteri Firaun. Ia adalah perdana menteri raja Ahasuerus, raja Persia yang bernama Zaraksees, yang tinggal di tahun 486 sebelum Masehi. Haman adalah nama Allah dalam Ilamites, yaitu sebuah nama Persia. Firaun berkuasa atas Mesir di tahun 1.490 sebelum Masehi.

Mohamed:

Dan Haman, di 486 sebelum Masehi.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Yaitu seribu tahun lebih awal. Benar? Pertanyaan yang memposisikan dirinya sendiri adalah: Dapatkah pewahyuan membuat kesalahan? Tidakkah Allah tahu bahwa Haman adalah perdana menteri Ahasuerus, raja Persia, dan kemudian membingungkan dia dengan perdana menteri Firaun di Mesir?

Mohamed:

Kita tahu bahwa Allah sempurna. Mungkinkah karena kemiripan nama? Mungkin ada lebih dari satu Haman?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Mungkin. Kemungkinan ini dapat dipertimbangkan.

Mohamed:

Ya, logikanya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Logika yang akan membuktikan ini, tetapi ada turunannya. Kata ‘Haman,’ dalam akar dan kontruksi bahasanya, sama sekali tidak ada hubungannya dengan Firaun di Mesir. Jadi secara bahasa, ini adalah kata Persia.

Mohamed:

Maksud Anda, nama ‘Haman’ tidak pernah ada di Mesir.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Itu merupakan sebuah nama dewa di Iran, di Persia. Jadi bagaimana mereka akan memberikan sebuah perdana menteri, nama dewa dari negara asing? Kebiasan di seluruh tanah Mesir pada saat itu adalah untuk memanggil orang dengan nama dewa-dewa Mesir. Amonhotep, Amonra’e, Atonra’e, dan seterusnya. Ra’e adalah seorang dewa, dan Amon adalah dewa, jadi semua nama-nama tersebut berhubungan dengan dewa-dewa Mesir. Bagaimana seseorang menyebut dirinya sendiri dengan nama seorang dewa asing di masanya? Mereka akan membunuhnya karena dianggap seorang mata-mata.

Mohamed:

Apakah Anda mempunyai contoh-contoh lainnya? Apakah hanya ini satu-satunya?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Tidak, tentu saja. Tidak hanya Haman dan Firaun. Ada sebuah contoh yang sangat mengejutkan. Ini tidak mungkin. Sangat tidak mungkin bagi Allah yang benar melakukan kesalahan-kesalahan seperti ini. Hal ini sangat mencurigakan.

Mohamed:

Maksud Anda ada banyak kesalahan-kesalahan yang tidak dapat diterima?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya. Maksud saya, contohnya Samiri yang membuat anak lembu bagi Musa… bagi orang-orang Musa di gurun. Di Surat ke 20 (Ta Ha), mengatakan sebagai berikut, dari ayat 85 sampai ayat 88, ia berkata: “Allah berfirman: “Maka sesungguhnya kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri. Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa: “Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, lalu kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?” Mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya. Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lubang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: “Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa”. Jadi Samiri, bahkan kata “Samari” tidak dikenal saat itu… tidak sama sekali.

Mohamed:

Dan mengapa?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Saya beritahu Anda mengapa. Musa hidup di tahun 1500 sebelum Masehi, sebelum Isa Al-Masih.

Mohamed:

Sebelum Isa Al-Masih…

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Dan kata “Samiri” berhubungan dengan kota Samaria, dan kota tersebut muncul tujuh abad setelah masa nabi Musa. Kota itu telah dibangun tujuh abad setelah masa nabi Musa. Maksud saya, dibangun di tahun 880 sebelum Masehi, menurut sejarah. Dan tidak ada orang-orang yang disebut Samiri.

Mohamed:

Jadi bagaimana Samiri ini dapat ditemukan?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Di masa nabi Musa. Bagaimana ia dapat muncul di masa nabi Musa? Bukankah itu benar? Allah tidak membuat kesalahan sama sekali, tetapi Muhammad datang 7 abad setelah Isa Al-Masih, jadi seluruh hal ini mencurigakan. Ini meragukan. Saya tidak mau memberikan Anda solusinya, tetapi kita menantikan pandangan para ulama Islam yang agung dan mulia untuk menjelaskan hal ini untuk kita.

Mohamed:

Mudah-mudahan, kita akan menonton saluran TV Arab, untuk penjelasan logis atas perbedaan-perbedaan ini…

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Saya harap.

Mohamed:

Kita ingin mendengar…

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Oh, saya sangat berharap mereka akan datang ke studio ini, dan membahasnya dengan kita. Saya telah mengundang mereka selama setahun penuh untuk membahasnya di studio ini, dan kita belum menerima satu suratpun dari seseorang yang mengatakan bahwa mereka mau datang dan membicarakan hal-hal ini. Mereka bahkan tidak perlu datang. Mereka dapat berbicara di saluran TV Arab seperti yang Anda sarankan.

Mohamed:

Mereka dapat berbicara dan mereka menuduh Anda sebagai seorang Zionist, seorang agen CIA, dan lain sebagainya. Saya pribadi telah membaca beberapa artikel dan mendengar tuduhan-tuduhan tersebut, tetapi saya belum mendengar…

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ini pengelakan, pengelakan dari pembelajaran obyektif terhadap tuduhan pribadi, dan ini cara kuno yang sama. Ini seperti piringan hitam yang rusak. Sudah terlalu kuno sekarang, dan tidak membodohi siapapun. Hal ini tidak lagi mempunyai tempat di komunikasi logis.

Mohamed:

Apakah Anda mempunyai hal-hal lainnya yang ingin Anda tambahkan?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya, ya, tentu saja. Bapak terkasih, ada sebuah cerita lainnya mengenai pertentangan-pertentangan dalam Al Qur’an sendiri. Maksud saya, kita telah mengutip pertentangan-pertentangan antara Al Qur’an dan Kitab Suci, dan Allah tidak dapat membuat kesalahan dalam keduanya. Tetapi ada, dalam Al Qur’an sendiri, ketidakkonsistenan internal.

Mohamed:

Oh, tidak!

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Bagiamana itu? Mengenai Firaun… apakah ia mati atau tidak, dan apakah ia telah ditenggelamkan atau tidak. Satu surat mengatakan bahwa ia tenggelam dan surat lainnya mengatakan bahwa ia tidak tenggelam. Mari kita lihat mereka. Surat ke 28 (Al Qasas) ayat 38 sampai 40, mengatakan sebagai berikut: “Berkata Firaun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta!” Dan berlaku angkuhlah Firaun dan bala tentaranya di bumi (Mesir) tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami. Maka Kami hukumlah Firaun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. – Yaitu, mereka dilemparkan ke laut – Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang lalim!” Apa akibatnya? Kematian. Karena tenggelam: “Kami lemparkan mereka ke dalam laut.” Itulah yang ada di Surat ke 28 (Al Qasas). Sekarang marilah kita lihat Surat ke 10 (Yunus), ayat 90 sampai 92: “Kami memungkinkan bani Israel melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Firaun dan bala tentaranya – yaitu, menangkap mereka – karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Firaun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh bani Israel, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” “Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu.” Oh… “Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang lalim.” Tetapi di sini dikatakan, “Kami selamatkan badanmu, supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” Apakah ia tenggelam atau tidak? Informasi tertentu ini ditemukan di Kitab Suci karena sesuai dengan sejarah dunia, bahwa Firaun di masa nabi Musa telah tenggelam. Di pembelajaran mengenai Mesir, Firaun di masa nabi Musa tenggelam di laut. Kitab Zabur 136 ayat 15, dan Kitab Keluaran pasal 14 ayat 28, berkata sebagai berikut: “Mencampakkan Firaun dengan tentaranya ke Laut!” dan juga menambahkan, “Seorangpun tidak ada yang tinggal dari mereka.” “Seorangpun tidak ada yang tinggal dari mereka.” Bukan – menyelamatkan dia bersama-sama dengan tubuhnya, dan Allah tidak dapat merubah perkataanNya. Setelah Allah berbicara mengenai sebuah kejadian, yang terbukti dalam sejarah, kemudian ada orang lain yang datang dan berkata, “Kami selamatkan badanmu.”

Mohamed:

Dan ini pertentangan keji dengan cerita Kitab Suci.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Bertentangan dengan Kitab Suci. Kemudian ada sebuah tanda tanya besar, sebesar studio ini. Sebuah tanda tanya besar. Apa yang sedang terjadi? Apakah ini wahyu dari Allah? Apakah Allah mungkin menentang diriNya sendiri dan merubah perkataanNya?

Mohamed:

Banyak pertentangan-pertentangan dan perbedaan-perbedaan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Bermasalah…

Mohamed:

Cukup bermasalah.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Cukup bermasalah! Bgaimana para Muslim terkasih membaca hal-hal seperti itu tanpa mengerti atau bertanya-tanya mengenai mereka?

Mohamed:

Dan mengenai hal ini, salah seorang pemirsa bertanya: “Saya mendengar bahwa yang harus saya lakukan adalah membuka hati saya bagi Isa Al-Masih supaya Ia dapat masuk. Tetapi hati saya penuh dosa, jadi apakah Ia akan menerima saya? Dan bagaimana hal itu dapat terjadi?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ini pertanyaan utama, amat sangat penting. Dan sebenarnya, saya bersyukur kepada Allah bahwa ada orang-orang yang peduli akan isu-isu rohani dan tidak sekedar masalah teori dan teologi. Maih ada orang-orang yang peduli akan kehidupan rohani. “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba; akan menjadi putih seperti bulu doa.” “Dan darah Isa Al-Masih, anakNya, membersihkan kita dari semua dosa… Jika kita mengakui dosa-dosa kita, Ia setia dan akan mengampuni kita dari dosa-dosa kita, serta membersihkan kita dari segala kejahatan.”

Mohamed:

Amin. Pemirsa terkasih, Allah Isa Al-Masih berkata: “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya.” Allah, saat ini mengetuk pintu hati Anda, karena Ia berkata: “"Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah. Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita. Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh. Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani. Tetapi manusia rohani menilai segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain. Sebab: "Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?" Tetapi kami memiliki pikiran Isa Al-Masih.”

Pemirsa terkasih, Allah menginginkan hal itu: “semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.” Ia juga berkata: “Aku telah datang agar engkau beroleh hidup dan hidup yang lebih berkelimpahan.”(*) Ia mengatakan lagi, “Aku sudah mengasihimu dengan kasih yang tak berkesudahan, maka dengan kasih yang tak berkesudahan, Aku sudah memanggil engkau.”(*) Terima kasih banyak. Sampai kita berjumpa lagi di episode lainnya. Amin. Terima kasih.


Texts being used:

The Indonesian Bible text used for New Testament is “The Indonesian (1912 Translation) – Greek Diglot New Testament” – “Kitab Suci Injil Dwibahasa Indonesia (Terjemahan 1912) – Yunani” version. © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 2000.

The Indonesian Bible text used for Old Testament is “The New Translation, 1974” – “Alkitab Terjemahan Baru (TB), 1974” version. © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 1974.

The Indonesian Al Qur’an text used is taken from
http://Quran.al-islam.com/

Indonesian version:
http://Quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSora=1&nAya=1&nSeg=1&l=eng&t=ind

Notes on this episode:

(*) For verses that is not clearly defined, the translation is done directly as the text said, not taken from the quote in the Bible – Untuk ayat-ayat yang tidak direferensikan secara jelas, terjemahan dilakukan secara langsung seperti apa kata text, bukan diambil langsung sesuai dengan teks dari Kitab Suci.

(1) English version says ‘someone’ but Indonesian version says ‘Gabriel’. We use ‘someone’ so it will be consistent with the context. – Versi Bahasa Inggris menggunakan ‘seseorang’ tetapi versi Indonesia menggunakan ‘Jibril’. Kita menggunakan ‘seseorang’ supaya sesuai dengan konteksnya.

No comments:

Post a Comment