Tuesday, May 17, 2011

Kata-Kata non Arab dalam Al Qur’an (Ep 46)

Pertanyaan Mengenai Iman Episode 46

Kata-Kata non Arab dalam Al Qur’an

Mohamed:

Pemirsa terkasih, selamat berjumpa kembali di episode lainnya dari program, “Pertanyaan Mengenai Iman”. Sekali tagi, tamu terhormat yang bersama dengan kita, Bapak Zakaria Botros. Selamat datang kembali Pak. Selamat datang.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Terima kasih banyak.

Mohamed:

Kita telah menerima begitu banyak surat. Ini salah satunya… Saya akan membagikannya kepada Anda…

“Bapak Zakaria Botros terhormat: Salam, hormat dan penghormatan untuk Anda. Saya ingin berterima kasih atas program Anda yang hebat dan bermanfaat ini, yang telah meningkatkan iman dan pengetahuan saya, serta menambah banyak informasi kepada saya, yang jika tidak, tidak akan pernah saya ketahui. Saya mohon kepada Bapak yang unggul untuk menjawab beberapa pertanyaan yang membuat saya bingung dan tidak menemukan jawaban yang memuaskan.



Apakah gambar Isa Junjungan kita Yang Ilahi yang kita temui tercetak, gambar Dia yang sebenarnya atau tidak? Juga ada banyak gambar-gambar dari Dia yang sangat tidak sama. Apakah ada gambar Dia diantara gambar-gambar tersebut? Dan gambar yang mana yang benar? Dan jika tidak ada yang nyata, mengapa kita menerima gambar-gambar ini? Walaupun dalam Kitab Suci dikatakan, “Jangan membuat bagimu patung… jangan sujud menyembah kepadanya” dan dengan melakukan hal itu, kita tidak mematuhi perintah Allah.” Ini sebuah pertanyaan yang berharga, saudari Manal. Terima kasih, dan kita menantikan jawabannya. Saya tahu bahwa dalam Islam, patung dilarang seperti dewa-dewa, karena patung berhubungan dengan dewa-dewa. Mereka sama. Tentu saja. Silahkan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ada sedikit koreksi di sini. Saya tidak disapa sebagai ’Yang unggul’, tetapi saya dapat disapa sebagai ‘Uang suci”. “Yang unggul” adalah sebuah gelar untuk posisi yang lebih tinggi daripada posisi saya. Mengenai gambar Isa Al-Masih, gambar itu diambil dari gambar di kain kapan suci. Kain kapan Isa Al-Masih telah ditemukan dan dipamerkan di Torino. Gambar yang tercetak ini diteliti oleh agen-agen pihak luar dan mereka menemukan bahwa kain tersebut tidak dicat dengan minyak atau warna-warna atau apapun juga.

Isa Al-Masih, seperti Ia bangkit dari kematian, kecemerlangan cahaya kebangkitan, seperti cahaya bom atom, mencetak rupa Isa Al-Masih dengan luka-lukaNya, wajahNya dan punggungNya di kain kapan, bagian belakang dan depan. Kain kapannya tidak dibungkus seperti itu, kainnya dibungkus seperti ini, belakang dan depan, dari atas ke bawah. Jadi gambar di kain kapan ada, dan dari situ semua gambar Isa Al-Masih diambil. Setiap negara mengambilnya dan mewarnainya sesuai seninya. Tetapi ciri-ciri utamanya tetap sama. Mengenai perintah, “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah… jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya.” Konsep dibalik ayat ini adalah melarang pemujaan atau sujud menyembah kepadanya. Buktinya hal itu disebutkan di Kitab yang sama, di pasal 20. Kita diperintahkan: “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada… jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya.” Di kitab yang sama, pasal 25, dikatakan: “Haruslah mereka membuat tabut... dua setengah hasta panjangnya… dan seterusnya. Dan haruslah kau buat dua kerub dari emas… emas tempaan… dan seterusnya.” “Buatlah satu kerub pada ujung sebelah sini dan satu kerub pada ujung sebelah sana;” – bukan untuk bersujud kepada mereka – Ia menyuruhnya untuk menutupnya dengan kerub. Tabut itu harus dihiasi dengan kerub. Kerub adalah malaikat. Larangannya bukan terhadap gambarnya, larangannya adalah terhadap pemujaan, karena apakah gambar? Gambar adalah alat ilustrasi. Ilustrasi. Dan dalam Islam, tentu saja, dewa-dewa dilarang. Tetapi jangan lupa bahwa ketika nabi Muhammad masuk ke Mekah, ketika ia menaklukkannya, ia masuk ke dalam Ka’bah dan berkata, “Buang semua gambar dan dewa-dewa”, tetapi ia meletakkan tangannya di atas sebuah gambar tertentu dan berkata, “kecuali yang ini”, dan itu adalah patung Maryam dan Isa Al-Masih. Dan patung tersebut tetap berada di Ka’bah sampai Ka’bah sendiri terbakar berabad-abad kemudian.

Mohamed:

Gambar ini ada di Ka’bah?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Di Ka’bah… dan Muhammad… sejarah dan biografi Rasul mengatakan begitu.

Mohamed:

Apakah ada di situ?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ada di situ, ada di biografi oleh Ibn Hisham dan Al Halabi.

Mohamed:

Sangat aneh.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya. Jadi itu adalah alat ilustrasi bukan pemujaan.

Mohamed:

Terima kasih. Sekarang kita kembali topik mengenai keunikan bahasa Al Qur’an, meskipun ada kesalahan bahasa, baik tata bahasa maupun konjugasi. Jadi apa pendapat Anda mengenai pernyataan Al Qur’an: “Kami telah menurunkan Al Qur’an Arab.”? Silahkan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Baiklah, tentu saja ada lebih dari sembilan ayat yang berhubungan bahwa itu adalah “Dalam Bahasa Arab yang jelas.” Di Surat ke 12 (Yusuf), 20 (Ta Ha), 39 (Az Zumar), 41 (Fussilat)(1), 26 (Ash Shu’araa), 43 (Az Zukhruf), 46 (Al Ahqaf), dan 26 (Ash Shu’araa), 16 (An Nahl), dan “Bahasa Arab yang jelas.” Dan semua para pemberi komentar menyetujui kata “Mobeen – jelas – yang berarti jenis bahasa Arab yang paling fasih.

Mohamed:

Jadi Anda yakin bahwa Al Qur’an dalam lidah bahasa Arab yang fasih.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Itu yang mereka katakan.

Mohamed:

Jadi Anda tidak yakin.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Baiklah, bagaimana saya dapat yakin ketika saya mempunyai sebuah daftar yang berisikan lebih dari 275 kata-kata dalam Al Qur’an yang bukan bahasa Arab? 275, dengan kesaksian dari ensiklopedia. Bukan, bukan, bukan ensiklopedia. Ensiklopedia Islam, volume 26 di halaman 8222.

Mohamed:

Jadi Anda mengatakan bahwa kata-kata yang dipertanyakan melebihi 275.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Sangat tepat, 275 kata. Di sini dikatakan mengenai kata-kata asing: “Para pemberi komentar awal tidak malu mengakui ada banyak kata-kata asing dalam Al Qur’an atau untuk membahas mereka… dan seterusnya.”

Mohamed:

Kata-kata asing? Apa maksud Anda mengenai hal itu? Apakah ada penjelasan?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ini mereka. Kata-kata… kata-kata terkenal dari Etiopia, Persia, Yunani, Hindi, Seriak, Ibrani, Nabatian, Coptic , Turki, Afrika dan Barbarisme. Ada kata-kata tersebut dalam jumlah yang besar. Itu dikutip oleh Ibn Abbas, dan mereka yang setuju dengannya memberikan perhatian khusus untuk mencari asal kata dan menentukan artinya. Tetapi setelah muncul prinsip kekekalan dan kesempurnaan Al Qur’an, mereka mulai merubah pendapat mereka. Kemudian mereka mengatakan, “Tidak, Al Qur’an sepenuhnya bahasa Arab.” Tetapi inilah yang dinyatakan oleh ensiklopedia. Ensiklopedia Islam dari halaman 8222 sampai 8224. Dikatakan sebagai berikut: Dikatakan, “Sejumlah besar ahli bahasa, seperti Abi Obayd, tidak pernah berhenti mengatakan bahwa ada kata-kata asing non-Arab di dalam Al Qur’an, dan ada sejumlah peneliti yang benar-benar mengesampingkan semua pertimbangan agama dalam meneliti topik ini, seperti Al Siouty, yang memberikan perhatian khusus kepada kata-kata asing dan mendedikasikan sebuah bab khusus untuk kata-kata tersebut dalam bukunya, “Al Etqan Fi Uloum Al Qur’an.” Untuk kata-kata yang tidak ditemukan dalam bahasa Hegaz, sebuah bab didedikasikan untuk kata-kata yang tidak ada di bahasa Arab. Dan ensiklopedia, Ensiklopedia Islam menambahkan: “Di sebuah pembelajaran yang terpisah oleh Al Motawakaly, sebuah kompilasi sejumlah besar kata-kata yang dianggap berasal dari Ethiopik, Persia, Yunani, Hindi, Seriak, Ibrani… dan seterusnya.”

Mohamed:

Dan ada kata-kata dari semua bahasa-bahasa ini di dalam Al Qur’an?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya, saya akan menunjukkannya kepada Anda sekarang. Ensiklopedia Islam berisikan contoh-contoh yang disebutkan oleh Al Siouty mengenai asal elemen kata-kata Al Qur’an. Ia mengatakan: “Kata-kata yang tidak dianggap bahasa Arab sama sekali dan tidak dapat dilacak ke akar bahasa Arab, seperti Istabraq – artinya “brokat” – Zangabeel, el Fardous… Dan seterusnya mencatat 275 kata-kata non-Arab.

Mohamed:

Ini sebuah informasi yang sangat serius. Dapatkah Anda menyebutkan beberapa contoh dari kata-kata asing ini dan surat-surat yang telah Anda catat?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Dengarkan, kita mempunyai sebuah buku disini berjudul: “Ta’reekh Al Al Qur’an”, “Penulisan Sejarah Al Qur’an.”

Mohamed:

Sejarah?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Penulisan sejarah.

Mohamed:

Penulisan Sejarah Al Qur’an. “Ta’reekh”.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

“Ta’reekh Al Al Qur’an”, oleh Sheikh Ibrahim Al Ibiary, dicetak oleh Dar Al Ketab Al Mesry, di Kairo tahun 1981. Buku itu mengutip beberapa contoh-contoh dari kata-kata non-Arab dalam Al Qur’an, dan menunjuk sebuah buku berjudul: “Al Borhan Fi Uloum Al Al Qur’an” oleh Al Zarkashi dan buku, “Al Etqan Fi Uloum Al Al Qur’an”, oleh Al Siouty. Apakah Anda ingin mengetahui beberapa kata, arti, serta lokasinya?

Mohamed:

Ya, saya ingin menanyakan kepada Anda beberapa kata-kata asing dan bahasa asli mereka serta artinya dalam bahasa Arab? Kata pertama adalah “Al Tour”. Ya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

“Al Tour”. Adalah sebuah kata asing. Darimana asalnya? Syriak. Apa artinya? “Gunung”. Dimana lokasinya? Di Surat ke 2 (Al Baqarah) ayat 63: “Ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan “Tour” di atasmu.” Artinya, “Kami angkatkan gunung di atasmu”.

Mohamed:

Al Tour.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

“Al Tour”, bukan ‘Tour’ dengan T ringan, tetapi ‘Tour ’ dengan ’Tah’.

Mohamed:

“Al Tour”, artinya “gunung”. Tifqa… Tafiqa.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Tafiqa… “Tafiqa” adalah sebuah kata Yunani, artinya “Mulailah keduanya”. Di Surat ke 7 (Al A’araf) ayat 22: “Dan mulailah keduanya – yaitu nabi Adam dan Siti Hawa – menutupinya dengan daun-daun.” “Al Raqeem” adalah sebuah kata Yunani, artinya “Torah”. Di Surat ke 18 (El Kahf), ayat 9: “Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?”

Mohamed:

Ada sebuah kata lainnya, “Hodna”.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

“Hedna”. Ini sebuah kata Yunani yang berarti “Kami bertobat”. Surat ke 7 (Al A’araf) ayat 156: “Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertobat) kepada Engkau!” “Inna Hodna Elayka”. Kata “Ta Ha” di Surat ke 20 (Ta Ha). Anda akan terkejut bahwa itu bukanlah kata bahasa Arab. Asalnya adalah bahasa Ethiopik. Artinya, “Ta’a”, “Oh, tidak”. “Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah.”

Mohamed:

Bagaimana dengan kata “Sineen”? Apa bahasa asalnya?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Bahasa Yunani…

Mohamed:

Bahasa Yunani.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Bahasa Yunani… dan artinya, “berupa yang baik”.

Mohamed:

Baik?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

“Dekat pohon ara dan zaitun, Gunung Sinai dan daerah pedesaan ini,” “…Gunung yang berupa yang baik, ia bersumpah atasnya.”

Mohamed:

Gunung yang berupa baik.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya, maksud saya bagus.

Mohamed:

Bagaimana dengan kata “Sijil”?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Kata “Sijil” adalah dari bahasa Persia dan artinya “buku” ...Ini ada di Surat ke 21 (Al Anbia’) ayat 104.

Mohamed:

Tetapi terdengar Arab bagi saya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Itu sebuah kata bahasa Persia. Surat ke 21 (Al Anbiyaa) ayat 104, dikatakan: “(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas.”

Mohamed:

Bagaimana dengan “Istabraq”?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Itu kata bahasa Persia. Artinya ”brokat kasar atau sutera yang tebal” dan ada di Surat ke 44 (Ad Dukhan) ayat 53: “Mereka memakai sutera yang halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan,”

Mohamed:

“Mutaqabilayn”. “Al Sundus”.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

“Al Sundus” adalah bahasa Hindi.

Mohamed:

Asalnya dari India?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya, artinya “Pakaian bagus atau sutera yang halus”. Di Surat ke 44 (Ad Dukhan), ayat 53: “Mereka memakai sutera yang halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan,”

Mohamed:

“Al sarriy”.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya, “Sarriya”. “Al sarriya” adalah kata bahasa Yunani. Artinya “Anak sungai”. Di Surat ke 19 (Maryam) ayat 24: “Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.” Sungai tempat minum, jadi makan dan minum.

Mohamed:

Bagaimana dengan “Mishkah”?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

“Mishkah” adalah bahasa Ethiopik. Artinya “Cekuk”, dalam sebuah tembok, seperti kubah cekuk di Surat ke 24 (An Nur): “Allah adalah cahaya surga dan bumi. SinarNya dapat dibandingkan dengan sebuah cekuk dimana didalamnya ada sebuah lampu.” Yaitu sebuah ruangan kecil di tembok, dimana lampu diletakkan.

Mohamed:

Bagaimana dengan…?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

“Durriy”? Itukah yang Anda inginkan?

Mohamed:

“Durriy”.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

“Durriy” adalah sebuah kata bahasa Ethiopik juga, dan artinya “Berkilau”. Dikatakan: “Lampunya ada di dalam sebuah kaca; dan kacanya seperti bintang yang berkilau.”

Mohamed:

Ya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

“Nashe’at al leil” adalah bahasa Ethiopik. Artinya, “Serangan malam”, dan muncul di Surat ke 73 (Al Muzzammill) ayat 6: “Bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.”

“Keflayn” adalah Ethiopik dan artinya, “Dua bagian”. Di Surat ke 57 (Al Hadeed) ayat 28: “Hai orang-orang yang beriman (kepada para Rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian.” Yaitu dua bagian rahmat.

Mohamed:

Bagaimana dengan “Al Qaswara”?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

“Qaswara” adalah sebuah kata bahasa Ethiopik, artinya “Singa”. Di Surat ke 74 (Al Muddaththir), ayat 51: “Lari daripada singa.”

Mohamed:

Dari seekor singa... Bagaimana dengan “Milla alukhra”?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Itu bahasa Coptic. Artinya “Yang terakhir”.

Mohamed:

Ya. Kata “Ukhra” bukan bahasa Arab.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Tidak, maksud saya “Al milla.”

Mohamed:

“Al milla”... “Al millal ukhra”.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Artinya, “Yang terakhir”. Surat ke 38 (Sad) ayat 7.

Mohamed:

Artinya ”Yang terakhir”?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya. “ Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir; ini (menyesakan Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan.” “Al millal akhera”. Yaitu “Hari yang terakhir”. “Waraa’ahom.”

Mohamed:

Ya…

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

“Waraa’ahom” bukan berarti “Di belakang mereka”. Waraa’ahom adalah kata bahasa Coptic yang berarti “Di hadapan mereka”. Apakah Anda mengikuti? “Waraa’ahom” akan berarti “Di belakang mereka” jika itu bahasa Arab, tetapi di sini artinya, “Di hadapan mereka”. Diturunkan dari bahasa Coptic.

Di Surat ke 18 (Al Kahf): “Di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.” Ini ada di komentar Al Tabary, bukan saya sendiri. Ia berkata, “Di hadapan mereka ada seorang raja.”

Mohamed:

Bagaimana dengan “Bata’enha”?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Bahasa Coptic juga, dan artinya berlawanan dengan arti bahasa Arab “Batn”, yang berarti, “Bagian dalam”. Jika kita mengambilnya dari “Batan”, akan berarti “Dari dalam”, tetapi dalam bahasa Coptic artinya “Permukaan luarnya”.

Mohamed:

Dari luar.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Surat ke 55 (Ar Rahman), ayat 54: “ Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutra.” Artinya, bagian luarnya terbuat dari brokat atau sutra.

Mohamed:

“Abareeq”?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Bahasa Persia… artinya “Piala”. Di Surat ke 56 (Al Waqi’a), ayat 18.

Mohamed:

“Injeel”?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Bahasa Yunani dan artinya “Kabar gembira”. Ketika kita berkata “Injeel Matius”, artinya, “Kabar gembiar yang dibawakan Matius.” Ya, pesan gembira.

Mohamed:

Kata “Injeel” ada di Al Qur’an juga.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya, dan mengapa begitu? Ini adalah semua kata-kata yang muncul di Al Qur’an, yang bukan berasal dari Arab, tetapi mereka masih menyebutnya “ini bahasa Arab yang jelas.” Ini tidak jelas, ini telah….

Mohamed:

Kata-kata dari bahasa lain.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Kata-kata bahasa asing.

Mohamed:

Baik, “Taboot”?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Bahasa Coptic juga, artinya “Peti jenazah”.

Mohamed:

“Juhannam”?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Bahasa Coptic juga ... Maaf, bahasa Ibrani.

Mohamed:

Bahasa Ibrani.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Dari bahasa Ibrani. Artinya, “Api atau neraka jahanam”. Surat ke 8 (Al Anfal), ayat 36.

Mohamed:

Bagaimana dengan “Zakat”?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Dapatkah Anda mempercayai ini? Itu adalah kata bahasa Ibrani.

Mohamed:

Tidak!

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Percaya saya, itu adalah kata bahasa Ibrani. Artinya, “Sebagian uang”.

Mohamed:

Dan asalnya…

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Sebuah kata bahasa Ibrani.

Mohamed:

Aneh tapi nyata!

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Anda tahu, ada banyak bani Israil yang tersebar di Medinah dan bahasa mereka dikenal dan digunakan.

Mohamed:

“Sijjeel”?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

“Sijjeel” is Pahlavy … adalah bahasa Persia.

Mohamed:

Bahasa Persia.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Artinya “Lumpur padat”. “Ia melempari mereka dengan batu sijjeel.” Yaitu lumpur padat.

Mohamed:

“Suradeq”.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Bahasa Persia. Artinya “Paviliun”.

Mohamed:

Apa?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Paviliun seperti sebuah tenda.

Mohamed:

Oh ya, tenda. Bagaimana dengan kata “Surat”?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Asalnya “Seriak”. Artinya “bagian” atau “bab”, seperti sebuah bab buku.

Mohamed:

Bagaimana dengan “Ferdouss”?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

“Ferdaouss” adalah kata bahasa Pahlavy, dan artinya “Sebuah taman”. “Taghooth” adalah kata bahasa Ethiopik, artinya “Musuh”. “Taghooth” artinya “Musuh”. “Ma’aoon…” Bahasa Ibrani. Artinya, “Sebuah tempat”. “Ma’aoon” adalah sebuah kata Ibrani.

Mohamed:

Banyak kata-kata yang bukan bahasa Arab.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

275 kata. Kita hanya mencatat 30 kata. 275 kata asing dan pada akhirnya mereka mengatakan: “Bahasa Arab yang jelas.”

Mohamed:

Saya mempunyai sebuah pertanyaan dari episode sebelumnya. Kita tidak mempunyai waktu untuk menjawabnya dan saya mempunyai sebuah pertanyaan lainnya, pertanyaan terakhir. Pertanyaan dari episode yang lalu adalah sebuah pertanyaan rohani, yang menanyakan: “Mengapa Allah menciptakan saya?” Dan pertanyaan ini ditanyakan oleh semua orang. Silahkan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ada beberapa orang yang mengatakan bahwa Allah menciptakan kita untuk menyembah Dia, untuk menyembah Dia, Ia menciptakan kita untuk menyembah Dia. Yaitu tujuannya adalah penyembahanNya. Dalam kasus ini, sejujurnya, Allah akan terlihat seperti seseorang yang butuh disembah. Ia menciptakan mereka untuk menyembah Dia.

Tidak… tetapi dalam ajaran Isa Al-Masih, Allah menciptakan kita dari kebesaran kasihNya. Ia mengasihi kita, jadi Ia menciptakan kita, dan ketika kita datang untuk mengenal kasihNya, kita mengasihi Dia dengan lebih lagi sebagai balasannya, dan puncak kasih tersebut adalah penyembahan. Seseorang berkata, “Ini dan itu begitu mengasihi, ini dan itu sampai sedemikian memuja.” Apa artinya, “Sampai sedemikian memuja”? Artinya ia tidak dapat menyatakan bahwa apapun dari dia, karena seorang budak tidak mempunyai hak. Oleh karena itu penyembahan merupakan hasil, bukan tujuan. Dan oleh karena itulah ajaran Isa Al-Masih adalah kasih. Kita berkata bahwa Allah menciptakan kita karena kasihNya, dan Ia mau kita hidup di dalamNya, dalam kasih. “Kita mengasihi Dia karena Ia mengasihi kita terlebih dahulu.”

Mohamed:

Jadi bukan karena maksud perbudakan atau perhambaan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Tidak, jika seperti itu Allah akan egois.

Mohamed:

Dan bukan agar kita menjadi budak Allah.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Tidak, tapi harus kehendak kita sendiri.

Mohamed:

Tetapi kita menjadi penyembah Allah.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Kita melakukan ini dari kehendak bebas kita sendiri, tetapi ini bukan tujuan Allah.

Mohamed:

Dan kita menyembah Allah karena kita percaya kepadaNya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Dan mengasihi Dia.

Mohamed:

Dan kasih kita kepadaNya, jadi kita menyembahNya dan mengagungkanNya dan meninggikanNya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Karena itu sesuai bagiNya. Ia tidak menciptakan kita untuk tujuan khusus ini; ini adalah hasil dari kasih kita. Apakah jelas? Perbedaan antara tujuan dan hasil? Tujuan artinya tujuan saya untuk melakukan hal tersebut, tetapi hasil… hasil bukanlah tujuan. Seelah menyelesaikan suatu tujuan, kita mendapatkan hasil.

Mohamed:

Tujuannya adalah kasih Allah dan hasilnya adalah penyembahan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya. Hasilnya penyembahan.

Mohamed:

Terima kasih. Pertanyaan terakhir: “Apa yang harus saya lakukan agar memiliki hubungan pribadi dengan Allah?”

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Betapa indah. Sebuah pertanyaan yang indah!

Mohamed:

Karena setiap ciptaan mengingini Penciptanya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ini sangat indah. Apa yang saya lakukan, saya hanya mendengarkan suaraNya, karena Ia berkata: “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetuk; jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk.”(*) Program ini adalah Allah yang mengetuk hati. Ia berkata, “Aku di sini.” Dan Anda duduk dan menonton… Anda tidak di sini secara kebetulan. Tidak, ada sebuah tujuan dan rencana untuk Anda dengar, ketika saya mendengar ketukan kasihNya, saya membuka hati saya bagi Dia. Ia berkata, “ Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetuk; jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan Aku pintu, Aku akan masuk.”(*) Ketika Ia masuk ke dalam hidup saya, sebuah hubungan pribadi antara saya dan Dia dimulai, sebuah hubungan kasih yang didasari oleh kasihNya kepada saya. Dan Dia-lah yang datang kepada saya untuk memasuki hati saya. Jadi saya menerima Dia, dan berkata kepadaNya: “Silahkan masuk Allah, masuklah ke dalam hatiku.” Saya ingin agar semua pemirsa saat ini mengatakannya dengan saya: “Ya Allah, Engkau mengetuk pintu hatiku. Aku membuka pintu bagi Engkau, Tuanku. Masuklah, dan tinggallah dalamku, supaya aku dapat hidup dalam hubungan suci denganMu, sebuah hubungan pribadi, sebuah hubungan kasih. Amin.” “Aku berterima kasih karena Engkau mendengar doaku dan Engkau telah mengabulkan permohonanku. Amin.”

Mohamed:

Terima kasih. Apa rintangannya? Ini adalah hasrat dan keinginan semua orang, untuk mempunyai hubungan pribadi dengan Allah. Apa yang merintangi manusia untuk membuat atau mengambil keputusan ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Halangannya… mungkin ada banyak halangan, dan semua halangan datang dari kita, bukan dari Allah, karena Allah menginginkan: “Semua manusia diselamatkan dan mengenal kebenaran.”(*) Jadi jika ada halangan, itu ada di bagian saya… keras hati, keengganan, dosa yang mengikat saya dan tidak mau saya lepaskan, agar dapat hidup dengan Allah. Tidak adanya kepercayaan dan iman dapat terjadi dengan mudah, bahwa Allah akan begitu saja masuk ke hati saya karena Ia mengasihi saya. Tidak adanya kepercayaan dan iman. Bukankah itu benar? Tetapi jika seseorang bersungguh-sungguh mengasihi Allah, Allah pasti akan memenuhi keinginannya.

Mohamed:

Tetapi ada hal-hal yang lebih besar atau lebih hebat dari kita manusia, yang memisahkan kita dari Allah.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Dosa dan setan. Dosa dan setan… Baiklah, saya menempatkan mereka bersama-sama. Allah adalah Allah yang penuh kasih, yang memanggil saya ke jalan keselamatan, betul? Ia mungkin mencabut kenikmatan fisik saya, tetapi Ia akan memberikan saya sukacita rohani dan damai sejahtera. Akan tetapi setan melakukan hal yang sebaliknya. Ia memberikan saya kenikmatan sementara dan mencuri damai sejahtera saya. Mana yang saya pilih? Setiap orang pandai, kita dapat mengevaluasi positif dan negatifnya, dan setiap orang bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Jadi sekarang Allah menawarkan kasihNya, dan bersama-sama dengan kasih tesebut, Ia menawarkan damai sejahtera, ketenangan, suka cita, dan keamaanan di dunia dan di surga. Setan menawarkan dosa, kenikmatan sementara dan kenikmatan duniawi, serta menghancurkan atau mencuri damai sejahtera dan sukacita manusia. Dan ia terus menerus merasa letih.

“Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi”. Tidak ada kepuasan, tetapi orang yang pandai harus mempertimbangkan kasih Allah dan damai sejahtera bersama Dia, dan godaan setan dan damai sejahtera yang hilang. “Tidak ada damai bagi orang jahat kata Allah. Tetapi yang jahat seperti laut bergelora yang tidak dapat tenang, yang airnya melemparkan lumpur dan kotoran.”(*) tetapi Isa Al-Masih berkata, “Damai Aku berikan kepadamu.” “Marilah kepadaKu semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadaMu.” Jadi kita datang dan menyerahkan beban kita kepadaNya… keletihan, penyakit, depresi, masalah, kebutuhan kita, dan kita katakan kepadaNya: “Allah, Engkaulah Bapaku. Aku serahkan semuanya di kakiMu. Engkaulah yang memelihara burung-burung di udara, jadi hidupku ada di tanganMu.”

Mohamed:

Allah sangat meninggikan manusia dan sangat mengasihi manusia juga. Dapatkah Anda membagikan kepada saya beberapa ayat mengenai bagaimana Allah meninggikan manusia? Silahkan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.:

Ya. “Bukan lagi sebagai hamba… yaitu sebagai saudara yang kekasih.” Betapa indah – saudara yang kekasih. Ia juga berkata, “Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anakKu laki-laki dan anak-anakKu perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa.” “Karena engkau berharga di mataKu, Engkau telah ditinggikan, dan Aku mengasihi engkau; Oleh karena itu Aku memberikan manusia kepadamu, dan orang-orang untuk hidupmu, jangan putus asa karena Aku-lah Allah-mu, Aku akan menguatkan engkau, ya, Aku akan menolong engkau, Aku akan menopang engkau dengan tangan kanan kebaikanKu. Jangan takut engkau cacing Yakub, Aku akan menjadikan engkau pembajak dengan gigi yang tajam; engkau akan membajak gunung-gunung dan menghancurkan mereka kecil-kecil, dan membuat bukit-bukit seperti sekam”(*) Janji Allah baik untuk anak-anakNya. Datang kepadaku, Aku akan berikan kepadamu.

Mohamed:

Terima kasih banyak. Pemirsa terkasih, apakah Anda telah mendengar Allah mengetuk pintu hati Anda? Allah dari kekekalan mengasihi manusia dan meninggikan dia, dan menciptakan dia dalam rupa terbaik. Ia menciptakan manusia seperti rupaNya sendiri. Kita seperti Allah… Kita berbentuk terbaik. Allah mengatakan kepada Anda saat ini: “Aku sudah mengasihimu dengan kasih yang tidak berkesudahan; jadi dengan kasih kebaikan, Aku sudah menarik engkau.”(*) Allah Maha Pengampun, Bapa, penuh kasih, Ia-lah sumber kasih, sumber kelimpahan; Ia ingin memberikan kita kehidupan kekal. Ia juga ingin menuliskan nama-nama kita di buku kehidupan. Saya sendiri telah membuat keputusan dan saya menyerahkan hati saya kepada Allah. Saya mengangkat mata dan ruh saya kepada Allah saya, pencipta surga dan bumi, dan memohon pengampunan padaNya, dan untuk hidup denganNya. Dan saya mulai mempunyai hubungan pribadi dan persahabatan dengan Bapa surgawi saya, dan betapa indahnya persahabatan ini! Betapa indahnya persahabatan dengan Allah surga dan bumi, dengan Pencipta saya dan Raja saya, Raja atas segala raja, dan Allah dari segala allah. Angkat hati Anda bersama dengan saya kepada Allah, dan serahkan ruh dan hati Anda kepada Dia, supaya Ia akan menetap dalam hati Anda selamanya, dan supaya Anda akan bersama dengan Dia di surga dan surga kekal.

Terima kasih dan sampai kita berjumpa kembali.


Texts being used:

The Indonesian Bible text used for New Testament is “The Indonesian (1912 Translation) – Greek Diglot New Testament” – “Kitab Suci Injil Dwibahasa Indonesia (Terjemahan 1912) – Yunani” version. © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 2000.

The Indonesian Bible text used for Old Testament is “The New Translation, 1974” – “Alkitab Terjemahan Baru (TB), 1974” version. © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 1974.

The Indonesian Al Qur’an text used is taken from
http://Quran.al-islam.com/

Indonesian version:
http://Quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSora=1&nAya=1&nSeg=1&l=eng&t=ind

Notes on this episode:

(*) For verses that is not clearly defined, the translation is done directly as the text said, not taken from the quote in the Bible – Untuk ayat-ayat yang tidak direferensikan secara jelas, terjemahan dilakukan secara langsung seperti apa kata text, bukan diambil langsung sesuai dengan teks dari Kitab Suci.

(1) Should be Surah 41. We change it from Surah 42 into Surah 41. – Seharusnya Surat ke 41. Kita merubahnya dari Surat ke 42 menjadi Surat ke 41.

No comments:

Post a Comment