Pembawa Acara: Para pemirsa yang saya kasihi, berjumpa lagi dalam program “Questions About Faith.” / “Pertanyaan-pertanyaan Tentang Iman.” Telah ada saat ini bersama kita Bapak Pendeta Zakaria Boutros yang akan menjawab semua pertanyaan anda. Minggu lalu kita telah membahas “Prinsip-prinsip tentang Tritunggal.” Dan hari ini Bapak Pendeta Zakaria akan melanjutkan untuk menjawab semua pertanyaan anda. Pertanyaan untuk hari ini adalah: Dapatkah Kekristenan menghilangkan ajaran gereja tentang Tritunggal ini atau apakah ajaran ini adalah suatu hal yang penting? Silahkan.
Bpk. Zakaria : Sebagai kelanjutan dari diskusi kita sebelumnya, minggu lalu kita mengatakan bahwa kita perlu mencari sebuah dasar yang sama. Hingga saat dalam pencarian dan setelah menemukan suatu dasar yang sama, tidak dapatkan kita hilangkan saja ajaran tentang tritunggal ini? Mungkin saja pertanyaan ini jadi muncul di benak seseorang. Ini sebenarnya pertanyaan yang bagus, jadi mari kita bicarakan tentang hal ini. Apa yang ada dalam Tritunggal yang akan kita buang atau singkirkan? Saat kita berbicara tentang Tritunggal kami telah sebutkan sebelumnya bahwa hal ini ada hubungannya dengan keberadaan Allah. Allah memiliki keberadaan yang nyata. Dapatkah Allah menyingkirkan hak itu? Kami juga telah mengatakan bahwa keberadaan Allah ini adalah sebuah kejeniusan. Dapatkah kita menghilangkan bagian kejeniusan ini? Dapatkah Allah itu ada tanpa kejeniusan? Hal yang tidak mungkin.
Jadi, Allah yang adalah yang ada dan yang jenius itu haruslah hidup. Dia harus memiliki Roh dan Dia harus hidup. Oleh karena itu Dia menciptakan mahluk hidup. Lalu dapatkah Dia menyerahkan Rohnya? Tidak pernah! Lalu, saat kami mengatakan bahwa Allah adalah lebih dari sekedar pandangan tiga dalam satu, Dia adalah satu Allah yang berada dalam tiga diri yang berbeda., bagaimana mungkin saya dapat membuang salah satu dari ketiganya? Dapatkah Dia menghilangkan bagian kepandaian saja, atau keberadaan saja, atau Roh saja? Tritunggal mempunyai aturan yang sama dengan sebuah segitiga. Saat kami menyebutkan sebuah segitiga artinya adalah sebuah bentuk geometri yang memiliki 3 sisi. Dalam segitiga ini ada sebuah area yang dikelilingi oleh 3 sisi. Dapatkah anda masih mempunyai segitiga dengan membuang sisi-sisinya? Itu makanya disebut sebuah segitiga. Umpamanya ini adalah sebidang tanah, dan bila anda membuang salah satu sisinya maka salah satu sisinya akan terbuka. Dan kalau kita menyebutnya sebidang tanah, artinya itu adalah sebuah triangular, artinya anda tidak dapat membuang salah satu sisinya. Tuhan adalah satu, hidup, jenius dan ada. Bagian yang mana yang harus saya hilangkan, hingga bisa membuat anda dan saya menjadi lebih dekat dan berdiri pada sebuah dasar yang sama? Hal ini sangatlah tidak dapat dibayangkan.
Pembawa Acara: Teman-teman kita yang beragama Islam mengatakan bahwa hanya ada Allah dan tidak lebih dari itu, Allah itu hanya satu, dan tidak ada allah yang lain selain Dia. Dia tidak memiliki sekutu. Jadi saat kita mengatakan pada mereka bahwa Allah adalah tiga dalam satu….
Bpk. Zakaria : Ada yang mau saya benahi dari yang anda katakan tadi. Tritunggal adalah lebih dari sekedar simbol yang diartikan sebagai tiga dalam satu. Ini adalah Tritunggal dan bukan sekedar tiga dalam satu.
Pembawa Acara: Benar sekali. Dapatkah kita terangkan hal ini lebih jelas lagi?
Bpk. Zakaria : Baiklah. Kita dapat berbicara dari sisi Al Qur’an sendiri. Kita telah membuktikannya dari Alkitab. Saat Alkitab mengatakan “Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,” Para saksi di surga ada tiga, Bapa – yang merupakan yang ada, dan Firman – yang adalah pengetahuan – dan Roh – yang adalah hidup.
Tapi bila saya mencuplik Alkitab kepada orang muslim, dia mungkin berkata untuk tidak mencupliknya dari Alkitab; itu semua sudah tercemar. Semua hal itu telah dibuat-buat. Jadi saat saya datang dan berbicara dengan saudara-saudari kita yang beragama Islam, saya akan katakan padanya: Mari kita lihat ke Al Qur’an dan lihat apakah hal ini ditulis di Al Qur’an atau tidak. Karena dia akan percaya pada Al Qur’an hingga saat saya berbicara padanya dari sisi Al Qur’an, hal itu akan meyakinkan dia. Tapi kadang-kadang dia bertanya pada saya tentang suatu hal: “Apakan anda percaya karena anda telah mencupliknya dari Al Qur’an”
Pembawa Acara: Benar sekali Pak Pendeta, saya hampir saja menanyakan hal yang sama.
Bpk. Zakaria : Tentu saja. Kalau saya percaya pada Al Qur’an, keadaannya pasti sudah berbeda, saat ini saya pasti sudah mengenakan pakaian berwarna putih dan tidak memakai pakaian hitam ini. Yang ingin saya katakan adalah: Tidaklah perlu untuk menjadi percaya akan sesuatu hanya untuk supaya bisa mengutip sesuatu. Misalnya saya sedang ingin menjelaskan sesuatu kepada seorang penganut Marxist. Kalau saya katakan pada dia dari sudut pandang seorang kapitalis maka dia akan berkata: Apa yang sedang anda katakan adalah bohong. Tapi kalau saya mengutip dari penulis-penulis aliran Marxist seperti saya mengutip dari Karl Marx, dan saya katakan bahwa Karl Marx telah mengatakan hal ini dan itu, dan ini membuktikan apa yang saya maksud. Jadi dia tidak dapat melawan balik. Yang ingin saya katakan adalah bahwa saya akan mengutip ayat-ayat dari Al Qur’an karena saudara-saudara kita yang yang beragama Islam memang hanya percaya pada Al Qur’an.
Jadi orang muslim akan melihat ke dalam dirinya sendiri bahwa Al Qur’an memang berbicara tentang Tritunggal persis sama dengan apa yang kita percayai. Percayakah anda bahwa Al Qur’an sendiri percaya tentang Trirunggal sama seperti yang kita percaya Tritunggul itu sesungguhnya? Orang muslim boleh bertanya pada saya: ”Ada dimanakah hal tentang itu? Hal ini tidaklah masuk akal.”
Pembawa acara: Pendeta, saat anda bicara, tolong untuk menyebutkan seluruh referensinya, dari Surat apa dan ayat berapa karena saya ingin orang-orang Muslim yang menonton program ini akan mengacu pada ayat-ayat itu dan juga mengacu pada penafsir dan pemberi penjelasan dari pihak Islam sendiri.
Bpk. Zakaria : Ayat yang paling penting dalam Al Qur’an yang membahas tentang Tritunggal ada di Surat 4 An Nisa An Nisa ayat 171, Surat 4 An Nisa ayat 171 yang mengatakan: “ Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan ruh dari-Nya. Orang-orang muslim hanya berhenti pada kalimat “utusan dari Allah” dan mengatakan: Ya, kalian tahu bahwa Dia cuma utusan Allah.” Saya katakan: Baiklah, saya setuju dengan anda, kami juga percaya bahwa Isa adalah utusan Allah, Dia telah diutus dengan sebuah pesan dari Allah dan Dia adalah seorang nabi karena Dia juga bernubuat tentang peristiwa-peristiwa di masa yang akan datang. Dia juga adalah seorang imam agung yang telah mempersembahkan pengorbanan diri-Nya untuk kita.
Pembawa acara: Hal ini bukan kemudian jadi meniadakan kenyataan bahwa Dia adalah Anak Allah, yang artinya bahwa Dia adalah perwujudan dari Allah sendiri.
Bpk. Zakaria : Panggilan apapun tidaklah menjadi masalah sama sekali buat saya. Apa yang saya percayai tentang Isa bahwa Dia adalah Allah, yang memiliki bentuk fisik seperti pada umumnya tapi tidak berdosa. Tubuh ini diambil-Nya dari ibuNya Maryam. Tubuhnya sama normal seperti tubuh yang anda miliki atau yang saya miliki, tapi Dia tidak memiliki tubuhnya ini melalui adanya keterlibatan seorang ayah.
Pembawa acara: Orang-orang muslim juga mempercayai hal yang sama. Hal ini ada dalam Al Qur’an dan tidak seorang pun yang dapat menentang hal ini.
Bpk. Zakaria : Al Qur’an juga mengatakan: “Kami mengutus pada Maryam Roh kami – atau meniupkan Roh kami pada Maryam – yang telah mempersembahkan dirinya sendiri kepada Maryam sebagai sepenuhnya seorang manusia dewasa.” Jadi Dia adalah seorang manusia biasa, tapi tidak berdosa dan kepenuhan akan Allah tinggal di dalam Dia. Ini adalah sebuah bahasan yang besar dan memerlukan waktu lagi, dimana kita dapat membahas tentang hal itu, bagaimana Allah menampakan diri-Nya pada Musa di atas bukit. Tapi apa yang ingin saya sebutkan di sini adalah ayat 171 . Saya ingin menyelesaikan apa yang saya telah mulai katakan tentang hal itu. Baiklah sekarang kita kesampingan hal ini, kita tidak ada masalah tentang hal itu. Sekarang mari kita bahas tentang Allah. Ayat ini tidak mengatakan bahwa Isa adalah Allah. Yang ingin saya katakan disini adalah bahwa, ayat ini membuktikan keberadaan dari Allah dan bahwa Isa adalah sunggguh Pembawa pesan-Nya, betul begitu? Allah ini memiliki satu pernyataan karena dikatakan ”dan kalimat-Nya” atau ”sebuah Firman dari Dia” sedangkan dalam bahasa Arab mengatakan “kalimatuhu”, akhiran “hu” pada akhir kata artinya adalah Dia (dalam bentuk pria /maskulin). Mengarah pada apakah hal ini? Tentu saja pada Allah; ini adalah kata ganti orang tunggal yang menyatakan orang ketiga, dan dalam bahasa Arab hal ini mengarah pada kata benda yang terdekat yang dalam hal ini adalah Allah. Jadi Dialah Pembawa pesan dari Allah dan merupakah Kalimat (Firman) Allah. Hal ini tepat sekali dengan yang orang Kristen katakan bahwa Isa adalah Firman dari Allah “dan merupakah Roh dari Dia” atau “ hasil dari Dia.” “h” yang ada dalam “Minhu” yang artinya adalah Dia (bentuk kata untu pria / maskulin) adalah kata ganti orang tunggal ketiga dan ini juga merupakan jenis untuk pria / maskulin, dan hal ini pasti mengacu pada Allah. Jadi Allah selain adalah Roh juga adalah Firman. TIdakkah itu adalah Tritunggal yang sama dengan yang kita percayai?
Pembawa acara: Tapi ada sedikit pertanyaan, Pak Pendeta. Banyak dari saudara-saudara kita beragama Islam yang mengatakan: “Semua dari kita memiliki Roh Allah yang ada dalam diri kita, sumber dari kehidupan kita, karena saat Allah menciptakan Adam, Allah meniupkan Roh-Nya atau menghembuskan Roh-Nya kedalam diri Adam. Oleh karena itu, semua dari kita memiliki Roh yang dari Allah.” Kami ingin mengerti perbedaannya.
Bpk. Zakaria : Alkitab mengatakan bahwa: Allah menghembuskan kepada diri Adam sebuah nafas kehidupan. Itu merupakan roh manusia. Karena ketika Allah menghembuskan Roh-Nya ke dalam diri Adam atau menghembuskan kehidupan ke dalam diri Adam, Adam menjadi sebuah jiwa yang hidup, suatu mahluk hidup, ini merupakan roh manusia, tapi Roh Ke-Allah-an itu adalah hal yang lain; ini merupakan Roh dari Allah, itu bukanlah sebuah hembusan kehidupan dari Allah
Pembawa acara: Artinya adalah bahwa semua dari kita memiliki nafas kehidupan dari Allah, tapi Roh Allah adalah sesuatu yang sangat berbeda. Saya berharap semua orang akan mengerti dan menangkap akan tentang hal itu.
Bpk. Zakaria : Jadi, di Al Qur’an dalam “An Nisa” di ayat 171 kita mengetahui tentang Ke-Allah-an, kita mengetahui tentang Firman Allah, dan Roh Allah. Baiklah. Inilah yang orang-orang Muslim katakan. Masih ada beberapa kesaksian yang indah dalam hal ini tentang Tritunggal . Dr Shaqanqeery, nama lengkapnya adalah Mohamed Al Shaqanqeery adalah seorang professor dari Fakultas Hukum-Hukum Islam dari University Paris. Beliau adalah juga seorang professor dai Fakultas Hukum di Ain Shams, Kairo. Beliau telah menulis di Koran El Ahram newspaper pada tanggal 26 Mei 1985. Beliau menulis artikel yang asli di Paris dan artikel ini kemudian diterjemahkan oleh soerang professor yang lain yaitu Prof. Dr. Mohamed Badr, seorang professor dari Fakultas hukum sejarah di Universitas Ain Shams. Apa yang beliau katakan dalam artikel ini? “Kami tahu bahwa Al Qur’an mengatakan tentang Isa bahwa dialah Firman dari Allah dan Roh-Nya. Sekali lagi, kita tahu bahwa Al Qur’an mengatakan tentang Yesus bahwa Dia adalah Firman dan merupakah Roh dari Allah. Ini adalah ayat yang sama dalam Surat 4 An Nisa ayat 171, terjemahan dari katalog ini tidaklah sulit bagi orang Nasrani untuk mengerti. Tidaklah sulit bagi seorang Nasrani. Karena orang Nasrani tahu bahwa Isa adalah Firman Allah dan merupakan Roh-Nya, orang Nasrani dapat menerimanya. Oleh karena itu orang-orang Muslim keberatan akan hal itu, orang-orang Muslim berkata: “bagaimana mungkin?”
Pembawa acara: Bukankah itu aneh!
Bpk. Zakaria : Karena konsep seperti itu akan menuntun mereka pada untuk mengaku Ke-Allah-an dari Isa. Mereka akan terus menjelaskan pada diri mereka. Mereka mengajukan pertanyaan lainnya: Apa itu Isa? Mereka bertanya. Orang-orang Muslim menjawab: Dia adalah Firman Allah dan Dia adalah Roh-Nya Allah, ini menurut Al Qur’an. Bila anda bertanya kepada seorang Muslim apakah Isa itu, dia akan menjawab bahwa Isa adalah Firmannya Allah dan Roh-nya Allah, begitu? Tapi Firman dan Roh ini, apakah kedua hal ini diciptakan atau tidak? Roh Allah diciptakan atau tidak?
Tahukan anda betapa pandainya orang ini? Kami mau orang-orang untuk berpikir seperti itu supaya dapat menangkap kebenaran itu. Descrates mengatakan, “Saya berpikir, dan saya ragu, dan oleh karena itu saya ada.” Bila seseorang tidak meragukan sesuatu, dan kalau seseorang tidak berpikir, dia tidaklah ada / tidak nyata, dia sepertinya tidak ada di sana sama sekali. Banyak orang tidak mau berpikir, mereka juga tidak mau bertanya, dan mereka hanya menelannya mentah-mentah bahwa mereka telah diberitahu kebenaran itu.
Pembawa acara: Inilah bagimana orang-orang itu menerima adat kebiasaan mereka.
Bpk. Zakaria : Tetapi ini bukanlah cara bagaimana orang-orang di abad 21 seharusnya berpikir. Mari kita kembali lagi pada El Shaqanqeery. Apakah Firman dan Roh ini diciptakan atau tidak diciptakan. Bila Roh Tuhan tidak diciptakan, jadi tidaklah ada masalah. Tidak ada masalah.
Pembawa acara: Bagaimana mungkin?
Bpk. Zakaria : Kita katakan bahwa Allah itu adalah kehidupan, bahwa Dia memiliki Roh. Apakah Allah yang telah menciptakan Roh ini atau Roh ini memang sudah ada di dalam dia?
Pembawa acara: Pastinya Roh ini memang sudah ada di dalam Dia
Bpk. Zakaria : Kalau saya berkata bahwa Roh Allah itu tidak diciptakan lalu kemudian tidaklah ada masalah, jadi Roh Allah itu tidak diciptakan, jadi Roh ini sifatnya abadi seperti Allah. El Shaqanqeery tiba pada kebenaran ini. Sejauh ini baik-baik saja. Sangat masuk di akal. Dan yang berikut ini adalah bomnya kalau begitu: Isa oleh karena itu adalah Allah, karena Dia merupakan Roh-Nya Allah seperti yang disaksikan dalam Al Qur’an.
Pembawa acara: Sebenar-benarnya ini adalah hanya susu, dan seluruhnya menyehatkan.
Bpk. Zakaria : Roh Allah, apakah roh ini diciptakan atau tidak? Kalau kita katakan bahwa Dia tidak diciptakan, tidak ada masalah kalau begitu, jadi Isa adalah Allah. Disini kita tidak sedang berbicara tentang badan secara fisik; kita sedang membicarakan tentang Roh Kudus yang tinggal di dalam Isa dan yang telah diwujudkan di dalam Dia. Karena kita berkata, “Hebatlah misteri dari kebenaran itu; Allah telah menjelma dalam daging. Al Shaqanqeery berkata bahwa “ Isa adalah Roh Allah menurut ayat di dalam Al Qur’an di Surat 4 An Nisa ayat 171. Roh ini bisa diciptakan atau juga tidak diciptakan. Bila tidak diciptakan, Roh ini pastilah Allah, dan oleh karena itu Isa pastilah Allah. Tapi bila Roh Allah itu diciptakan, akan lebih mudah bila dikatakan bahwa Roh itu diciptakan. Bila Roh Allah itu diciptakan, maka Roh Allah dan Firman Allah juga diciptakan atau telah diciptakan. Jadi sebelum menciptakan Firman-Nya dan sebelum menciptakan Roh-Nya, Tuhan tidaklah memiliki kepandaian atau pun Roh, yang mana hal ini tidaklah masuk akal.
Pembawa acara: Tentu saja
Bpk. Zakaria : Tidaklah mungkin. Boleh saya mengulangi point-pointnya lagi?
Pembawa acara: Ya.
Bpk. Zakaria : Di dalam Surat “An-Nisa”, mengatakan bahwa: “Isa adalah kalimat dari Allah dan roh dari Allah.” Surat 4 An Nisa ayat 171. Roh dan kalimat (Firman) ini yang adalah sebutan lain dari Isa, apakah dua hal ini telah diciptakan atau tidak? Kalau kita katakan bahwa hal-hal ini tidaklah diciptakan jadi Isa pastilah Allah; Allah telah menjelma dalam daging dan menjadi manusia.”Orang boleh keberatan dan bilang tidak; roh dan kalimat (firman) ini telah diciptakan. Mereka ini telah diciptakan ! Dan oleh karena itu pada saat Allah tidak memiliki kepandaian, maka Allah tidak memiliki roh.
Pembawa acara: Tentu saja tidak begitu!
Bpk. Zakaria : Dan hal ini tidaklah masuk akal. Hal ini merupakan hal yang sederhana. Artikel ini telah diterbitkan di Koran Mesir Al Ahram pada tanggal 26 Mei 1985. Saya ingin memberikan cerita kesaksian yang lainnya, bolehkah?
Pembawa acara: Silahkan
Bpk. Zakaria : Apakah kita masih ada waktu lebih?
Pembawa acara: Ya, pasti.
Bpk. Zakaria : Professor Ahmed Abd El Mo`ty Hegazy, seorang pengarang buku terkenal dari Mesir, telah menulis di Koran El Ahram terbitan tanggal 19 Juni 2002 bahwa: Kekristenan adalah agama yang percaya hanya pada satu Allah dan bahwa Tritunggal dalam Kekristenan bukanlah berarti bermacam-macam atau jamak; maksudnya bukanlah allah yang bermacam-macam atau adanya beberapa allah; lebih kepada menunjukkan akan gambaran atau penjelasan akan suatu kebenaran yang sama.
Pembawa acara: Lain waktu saja dan dimana tadi diterbitkan?
Bpk. Zakaria : Di koran El Ahram terbitan 19 Juni 2002. Artikel ini lumayan masih baru; yang ditulis oleh Ahmed Abd El Mo`ty Hegazy, seorang penulis yang terkenal. Sekali lagi, disini dikatakan bahwa: “Kekristenan adalah suatu agama yang hanya percaya akan satu Allah dan Tritunggal yang ada di dalam Kekeristenan ini bukan maksudnya adalah bermacam-macam allah atau adanya allah yang banyak, tapi lebih kepada memposisikan beberapa aspek yang berbeda akan satu kebenaran yang sama.” Beliau masih melanjutkan: ”Dan dalam pengertian ini, hal tersebut dekat dengan konsep yang dipegang oleh orang-orang Islam akan Allah yang satu الذات الإلهية dan keberagaman dari sifat-safat pribadinya, karena sifat-sifat itu merupakan hal-hal yang pokok dalam diri Allah seperti yang dikatakan oleh Mutazalites المعتزلة .”
Pembawa acara: hal ini membutuhkan banyak sekali penjelasan
Bpk. Zakaria : Orang-orang seperti professor ini berpikir seperti itu juga dan mereka mendapatkan kesimpulan-kesimpulan itu.
Pembawa acara: Mari kita sederhanakan.
Bpk. Zakaria : Kekristenan merupakan sebuah agama yang menyembah hanya pada satu Allah, yang artinya adalah orang-orang Kristen percaya hanya pada satu Allah. Bagaimana dengan Tritunggal kalau begitu? Professor tadi mengatakan bahwa Tritunggal bukan berarti adanya allah yang bermaca-macam, tidaklah ada beberapa allah. Apa maksudnya dengan hal ini kalau begitu? Beliau mengatakan: Tritunggal memposisikan beberapa karakter yang berbeda akan suatu kebenaran yang sama. Kebenaran yang satu bisa dipandang dari karakter yang berbeda dan dalam pengertian itu, Kekristenan sangatlah serupa dengan kepercayaan orang Islam tentang Allah yang satu dengan beberapa sifat yang pribadi. Apa sajakah sifat-sifat pribadi itu menurut Ilmu tentang Ketuhanan yang Esa / Monotheology, yang disebut dalam bahasa Arab dengan Kalaam علم الكلام yang berhubungan dengan ilmu tentang Ketuhanan dalam Kekristenan? Orang-orang Muslim percaya bahwa Allah adalah satu, tapi Allah memiliki beberapa sifat-sifat pribadi tertentu. Ada sifat-sifat yang lain yang lebih dari sekedar perbuatan, seperti hal berkuasa, mampu melakukan banyak hal. Hal-hal seperti yang Dia lakukan itu adalah merupakan sifat yang berhubungan dengan perbuatan. Dan ada lagi sifat-sifat yang secara umum.
Pembawa acara: Tapi itu adalah beberapa sifat pribadi yang ada hubungannya dengan Ke-Allah-an.
Bpk. Zakaria : Sifat-sifat pribadi yang ada hubungannya dengan Ke-Allah-an, tanpa adanya Keallahan itu sendiri. Apakah itu? Apakah sifat-sifat itu?
Yang pertama adalah “Ada / Hidup.” Kalau seseorang mengatakan bahwa Allah itu tidak hidup, lalu kita tidak sedang membicarakan tentang Allah, jadi kita sedang berada jauh dari yang pembahasan. Jadi keberadaan harus ada hubungannya dengan Allah sebagai sifat yang melekat pada Ke-Allahan-Nya, dan hal ini tidak melibatkan orang lain. Allah tidak membutuhkan orang lain di luar Dia untuk hidup.
Sifat yang kedua adalah “Maha tahu” atau “Pengetahuan.” Allah adalah maha tahu, Allah mengetahui segala sesuatu, Dia mengetahui diri-Nya sendiri; Dia mengetahui dunia ini yang telah Dia ciptakan; Dia mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan. Jadi Allah itu mengetahui diri-Nya sendiri. Ini adalah sifat pribadi-Nya dan tidak melibatkan orang lain untuk memberian-Nya pengetahuan ini.
Sifat yang ketiga adalah bahwa Dia adalah “Hidup.” Dialah kehidupan itu dan yang ada; Dia tidak dapat mati. Jadi menurut ilmu pengetahuan Tawheed التوحيد atau Kalaam, yang artinya adalah Ilmu yang mempelajari tentang ketuhanan, Allah itu satu tapi Dia memiliki 3 sifat-sifat pribadi: yang ada, pengetahuan, dan yang hidup. Siapakah yang mengatakan tentang hal itu? Ahmed Abd El Mo`ty Hegazy di Koran El Ahram terbitan 19 Juni 2002.
Pembawa acara: Baru-baru ini saja kalau begitu
Bpk. Zakaria : Ya, belum lama ini. Jadi kalau begitu, kita percaya akan satu Allah. Kita bukanlah orang-orang kafir; hal ini ada hubungannya dengan Keallahan dan sifat-Nya yang berbeda-beda atau sifat-sifat yang berbeda dari Keallahan itu.
Pembawa acara: Sekarang tibalah kita pada pertanyaan yang terakhir dalam episode kali ini. Tidakkah anda tahu bahwa yang anda katakan itu adalah sebuah penghinaan pada Tuhan dan mengarahkan akan adanya persekutuan dengan Allah lainnya? Dan anda masih menuntut bahwa anda adalah orang yang percaya hanya pada satu Allah?
Bpk. Zakaria : Kita bukanlah para penyembah berhala atau musyrik karena Islam sendiri bersaksi bahwa kita bukanlah seperti itu. Bagaimana itu bisa? Dalam Surat 29 Al ‘Ankabut ayat 46, dikatakan, “ Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim diantara mereka, dan katakanlah :” Kami telah beriman kepada yang di turunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri” “Dikatakan,”Allah yang sama.”
Pembawa acara: Tapi pak pendeta, orang-orang Muslim yang kita kasihi itu mengambil ayat yang lain dari Al Qur’an dan mengatakan mereka tidak percaya pada yang mengatakan…
Bpk. Zakaria : …bahwa Allah itu adalah tiga dari ketiganya
Pembawa acara: Bukan. “Mereka yang mengatakan bahwa Isa adalah Allah”
Bpk. Zakaria : Isa adalah Allah
Pembawa acara: tiga dari ketiganya itu sudah selesai. Itu adalah hal yang lain.
Bpk. Zakaria : Ini adalah hal yang lain.
Pembawa acara: Hal ini ada dalam Surat “Al Maidah” yang diulang sebanyak dua kali.
Bpk. Zakaria : Benar, saya akan katakan pada anda.
Pembawa acara: Silahkan.
Bpk. Zakaria : Pernyataan ini memerlukan sedikit pemahaman. Kita tidak mengatakan bahwa tubuh dari Isa adalah Allah. Kita mempertahankan bahwa Allah telah menjelmakan diri-Nya dalam tubuh Isa. Dalam gereja kita, kita menyatakan bahwa sifat Ke-Allah-an-Nya tidak pernah bisa dipisahkan dari sifat manusia-Nya – walaupun hanya sekedip mata pun. Isa memiliki sifat baik itu sifat Ke-Allah-an sekali gus sifat manusia dalam cara-cara tertentu yang tidak dapat dicampur-adukan; sifat-sifat ini tidak dapat bergabung tapi tidak juga dapat diubah. Saya akan berikan sebuah contoh akhir berikut ini. Kalau saya mengambil lempengan logam dan meletakkannya di dalam api. Dan kita membakarnya dengan panas yang sesuai. Apa yang akan terjadi pada lempengan logam itu? Warnanya akan berubah menjadi merah. Tadinya lempengan ini berwarna hitam kemudian berubah menjadi merah. Apakah warna asli dari lempengan logam tersebut sekarang? Atau kita akan menyebutnya bahwa lempengan logam ini mempunyai dua sifat asli yang bersatu. Keaslian dari logam ini masih tinggal disini; saya dapat menghantamnya; saya dapat membengkokkannya, saya dapat membentuknya tapi lempengan ini tetap masih memiliki sifat aslinya, karena lempengan ini masih merah menyala; dan saya bisa menggunakannya untuk membakar sesuatu atau seseorang. Tapi apakah lempengan logam ini telah berubah menjadi api atau api yang telah berubah menjadi lempengan metal; tidak satu pun di antaranya telah bergabung atau bercampur atau berubah. Saya dapat membengkokkannya dan juga menggunakannya untuk membakar sesuatu. Begitu juga dengan Isa dalam kesatuan antara Ke-Allahan (digambarkan sebagai api tadi) tapi juga kemanusiaan (dilambangkan dengan logam). Jadi Isa masih menampilkan perbuatan-perbuatan ke-Allahan dan sekaligus menampilkan perbuatan-perbuatan manusia melalui sifat manusia-nya; Dia makan dan minum melalui tubuhnya; Jelas sekarang?
Pembawa acara: Sekarang lebih jelas jadinya. Tapi masih ada sedikit kesulitan . Orang Muslim keberatan pada tuntutan ini dan mengatakan: Bagaimana mungkin Allah itu bisa makan dan minum dan bisa merasa lapar?
Bpk. Zakaria : Ini tepat sekali dengan apa yang saya maksud ketika saya mengatakan bahwa melalui tubuh manusianya, Isa menampilkan perbuatan-perbuatan yang dilakukan manusia. Tapi melalui sifat Ke-Allahannya Dia telah membangkitkan orang mati, menyembuhkan orang sakit dan telah melakukan perbuatan-perbuatan yang luar biasa. Sama halnya dengan api yang dapat membakar, dapat menyetrika dan logam itu dapat dibengkokkan dan dipukul, tapi api tadi tidak dipengaruhi sama sekali oleh pukulan dan pembengkokan. Jadi Isa memiliki dua sifat. Dua sifat kepribadian yang menyatu dalam satu pribadi, melalui sifat manusia-Nya Dia menampilkan semua perbuatan-perbuatan manusia dan melalui sifat keallahan-Nya, Dia menampilkan semua perbuatan-perbuatan ke-Allahan. Tubuhnya tidak kemudian berubah menjadi Allah, dan Allah tidak kemudian jadi berubah kedalam tubuh, ini adalah kesatuan dari ke-Allahan sekaligus manusia. ”Agunglah rahasia kebenaran ini: Allah yang telah menyatakan diriNya dalam rupa manusia. Sama seperti saat Isa menampakkan diri pada Musa di semak duri yang terbakar, sama halnya saat Dia menampakkan diri pada Musa di atas bukit, sama seperti yang terdapat dalam Surat Al Ahqaf dan kita dapat melanjutkan untuk membahas tentang hal ini di episode yang lain.
Pembawa acara: Terima kasih Pak Pendeta untuk penjelasan-penjelasannya, saya berharap dan berdoa bahwa kebenaran itu akan berbicara pada orang-orang Muslim yang kita kasihi. Dan kami menunggu wawancara-wawancara yang lainnya dengan anda. Para penonton yang terkasih, kami menantikan pertanyaan-pertanyaan dari anda. Setiap pertanyaan yang anda alamatkan pada kami akan kami beri perhatian penuh dan kami akan jawabnya. Kami akan terus menjawabnya sampai kebenaran itu berbicara pada anda. Sebentar lagi anda akan melihat sebuah alamat. Bila anda membutuhkan sebuah alkitab atau bacaan-bacaan lainnya, akan kami kirimkan kepada anda secara gratis ke alamat anda. Terima kasih, dan sampai jumpa di episode yang lainnya.
Sumber: http://www.siaranalhayat.com/pertanyaan-tentang-iman/
No comments:
Post a Comment