Monday, January 24, 2011

Naskah dari Al-Quran (Ep 30)

Mohamed: Apa kabar pemirsa terkasih? Selamat berjumpa di episode ”Pertanyaan tentang Iman”. Bersama kita adalah seorang tamu kehormatan, Pendeta Zakaria Botros. Selamat datang Pak Zakaria.

P. Zakaria: Terima kasih.

Mohamed: Teman-teman, sebelum kita mulai program kita, saya akan membacakan beberapa ayat Alkitab: ”Ya Allah, Tuhan kami, betapa mulia namaMu di bumi. Engkau telah menyatakan kemuliaanMu di sorga. Dari mulut anak-anak kecil dan bayi-bayi Engkau telah menyatakan kekuatan. Saat aku merasakan surgawiMu, pekerjaan tanganMu, bulan dan bintang-bintang yang telah Kau ciptakan. Siapakah kami ini sampai Engkau mau memperhatikan kami, siapakah anak-anak kami sehingga Engkau mau mengunjungi kami? Karena Engkau telah menciptakan Dia sedikit lebih rendah dari para malaikat, dan Engkau telah memahkotaiNya dengan kemuliaan dan keagungan; Engkau telah memberikan kuasa atas segala ciptaan tanganMu, Engkau telah meletakan segala sesuatu dibawah kakiNya, semua domba dan lembu jantan bahkan hewan liar di ladang, burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, semua yang melewati lautan. Oh Tuhan, Tuhan kami, betapa besar namaMu di bumi ini!”



Para pemirsa terkasih, di episode sebelumnya kita telah membicarakan bukti-bukti dari pewahyuan dan bagaimana Alkitab disusun, serta bagaimana Al’Quran disusun. Pendeta Zakaria telah berjanji untuk bicara di episode yang lain, yaitu hari ini, tentang naskah-naskah dari Alkitab, dan juga naskah-naskah dari Al’Quran. Pak Zakaria, apakah Bapak dapat menceritakan kepada kami mengenai naskah-naskah tersebut?

P. Zakaria: Tentu saja. Alkitab memiliki lebih dari satu naskah, ada berlusin-lusin, bahkan beratus-ratus naskah. Dan saya dengar dari ahli terpercaya dalam bidang tersebut bahwa ada beribu-ribu naskah, dan ada sebuah buku yang berisi daftar dari seluruh naskah-naskah kuno tersebut. Tetapi dari apa yang saya pelajari dan baca sendiri, saya yakin bahwa penemuan terakhir dari naskah terkuno adalah gulungan naskah di Laut Mati. Penemuan terakhir tersebut ditemukan di tahun 1958 atau 1959 – merupakan penemuan terakhir atas naskah terkuno yang berasal dari abad pertama sebelum Masehi. Naskah tersebut terdiri dari keseluruhan kitab Perjanjian Lama. Hal yang aneh tetapi juga indah adalah Abbas Mahmoud Al Aqqad, seorang penulis Mesir, menulis di dalam majalah bulanan “Buku Al Helal” edisi Desember 1959, berjudul Lembah Qumran, yang berkata: ”Kita berharap bahwa penemuan di Lembah Qumran akan membuktikan penyimpangan-penyimpangan Alkitab. Tetapi sebaliknya penemuan Lembah Qumran membuktikan bahwa Alkitab itu benar.” Tulisan ini diterbitkan di majalah periodik Helal, edisi Desember 1959.

Mohamed: Dan naskah tersebut identik dengan Alkitab yang kita pakai sekarang ini?

P. Zakaria: Tepat. Ini merupakan kesaksian dari seorang penulis Islam terkenal. Ia merupakan pengarang dari serial “Abqariat” (para genius), para genius seperti Muhammad, dan Isa, dan lain sebagainya. Ia seorang peneliti. Ia sangat terkenal. Abbass El Aqqad. Jadi ini merupakan kesaksiannya sendiri. Dan saya telah menyimpan edisinya sebagai kesaksian dari seorang penulis konservatif Islam mengenai penemuan Lembah Qumran. Tentu saja ada beratus-ratus tulisan mengenai penemuan Lembah Qumran ini juga.

Mohamed: Apakah naskah-naskah terebut masih ada sekarang ini?

P. Zakaria: Ya, ada di musium di Yerusalem. Tetapi banyak penelitian yang dilakukan terhadap naskah-naskah tersebut oleh berbagai institusi penelitian. Selain naskah-naskah terebut, yang merupakan naskah-naskah tertua, ada beberapa naskah tua berumur abad ke-dua sampai ke-enam setelah Masehi. Diantaranya adalah naskah kuno Vatikan, yang disimpan di Vatikan, dan naskah kuno Sinai yang ditemukan di Biara Santa Catherine di Sinai. Sekarang naskah-naskah kuno tersebut berada di Musium Inggris. Dan naskah kuno Alexandria yang menceritakan Alexandria, ada di Musium Inggris juga. Dan masih banyak lagi, seperti yang ada di Cambridge, dan juga naskah kuno Naga’ Hammady di Mesir. Ada banyak penemuan-penemuan baru yang membuktikan keaslian Alkitab, dan membuktikan bahwa Alkitab tidak pernah dirubah. Jadi naskah-naskah tersebut merupakah naskah-naskah tua Alkitab. Alkitab merupakan buku yang bersifat ke-Tuhan-an. Dan tangan Tuhan telah memeliharanya. Sampai hari ini, tidak ada bukti kesalahan dari Alkitab atau bahwa Alkitab berbeda dari naskah asalnya. Semua kontradiksi-kontradiksi yang dituduhkan kepada Alkitab hanya terlihat oleh para pembaca yang cetek dan dangkal. Tetapi, saat pembaca tersebut mempelajari latar belakangnya dan mempelajarinya lebih dalam, ia akan menyadari kebenaran yang ada. Saya akan memberikan sebuah ilustrasi. Kejadian saat Isa dimuliakan. Dalam Alkitab Matius pasal 17 ayat 1 berkata, “enam hari kemudian Isa membawa Petrus, Yaku,b dan Yahya saudara Yakub, mendaik sebuah gunung yang tinggi untuk menyendiri disana.” Dan dalam Lukas pasal 9 ayat 28 berkata, “Kira-kira delapan hari setelah Isa mengatakan semuanya itu.” Jadi ada perbedaan disini. Bagaimana yang satu berkata enam hari yang satunya berkata delapan hari? Dari mana perbedaan ini? Disini, Lukas berkata: ” Kira-kira delapan hari setelah Isa mengatakan semuanya itu, Ia mengajak Petrus, Yahya dan Yakub,”...

Mohamed: Dan perbedaannya cukup jelas.

P. Zakaria: Tentu saja sangat jelas, ada perbedaan dua hari.

Mohamed: Apa penjelasan Anda sendiri mengenai hal tersebut?

P. Zakaria: Sebenarnya bukan penjelasan saya sendiri, tapi merupakan penjelasan dari para ahli Alkitab yang telah melakukan penelitian dan membandingkan kedua tulisan ini. Mereka berkata bahwa Matius menghitung jumlah harinya, yaitu enam hari, tanpa menghitung hari saat kejadian di pasal sebelumnya berlangsung. Jadi ia tidak menghitung hari itu, ia tidak menghitung hari pertama dan hari saat Isa dimuliakan itu sendiri, karena kejadiannya ada di hari itu. Ia mengambil jumlah hari diantara kedua hari ini, jadi ia menghitung hanya enam hari. Sedangkan Lukas menghitungnya dengan cara biasa. Ia menghitung dari sejak Isa bicara dan saat Isa dimuliakan. Sehingga ada delapan hari. Hal ini akan terlihat besar di mata para pembaca yang dangkal: ”Ah, kita menemukan satu ketidak-konsisten-an. Enam hari atau delapan hari?”

Mohamed: Jadi Anda katakan bahwa semua tuduhan Alkitab sudah dibelokan dan banyak kontradisksi-kontradiksi di dalamnya, sebenarnya tidak ada dasarnya dan tidak dapat dibuktikan?

P Zakaria: Itu semua hanyalah observasi dangkal belaka.

Mohamed: Tergantung pada para pembaca dan cara ia memahami isinya.

P. Zakaria: Karena itulah saya berharap agar saluran ini dapat memberikan kita kesempatan untuk menyiarkan sebuah program spesial untuk mendiskusikan topik apakah Alkitab sudah dibelokan atau tidak, dengan menggunakan contoh-contoh. Kita bicara di episode sebelumnya bahwa Alkitab tidak dibelokan. Tapi kita membutuhkan contoh-contoh yang nyata. Mereka berkata, ”Oh ya, seperti ini disini dan seperti itu disana.” Jadi terlihat ada kontradiksi. Saya berharap ada waktu di episode selanjutnya dimana kita bisa mendiskusikan apakah perbedaan-perbedaan tersebut nyata, dengan menggunakan contoh-contoh dengan rincian yang nyata seperti yang baru saja saya disampaikan.

Mohamed: Mari kita berdoa agar Tuhan memberikan kesempatan tersebut dan kita dapat melakukannya.

P. Zakaria: Saya sangat berharap karena hal-hal seperti ini sangat mengganggu pemikiran beberapa orang, seperti para pembaca yang baru dan sederhana, dan bukan hanya untuk mereka, tapi juga para musuh Alkitab. Para musuh Alkitab terus berusaha menunjukkan kepada semua orang bahwa isi Alkitab bertentangan. Para musuh tersebut sebenarnya adalah orang-orang atheis atau tidak ber-Tuhan yang muncul di abad ke-16 pada masa Renaisan Eropa. Mereka mulai menarik diri dari gereja dan agama, dan mereka menuliskan buku-buku yang menentang Akitab, kritik-kritik, dan editorial-editorial. Beberapa Muslim yang tidak peduli mengambil pemalsuan tersebut, mempelajarinya, dan mulai mempertanyakan keaslian Alkitab. Dan saya berkata mereka orang-orang yang tidak peduli, tanpa merendahkan posisi mereka, karena satu alasan: Biarkan para atheis menantang Alkitab sesukanya. Tetapi bagi orang Muslim, dimana Al-Quran sendiri merupakan saksi dari keaslian Alkitab, hal ini berbahaya dan tidak berguna.

Mohamed: Ini sebuah pertanyaan sampingan, bukan topik diskusi kita saat ini. Beberapa orang berkata bahwa ada Injil Barnabas. Apa Injil Barnabas ini? Jika tidak keberatan secara singkat saja. Apakah Injil ini ada di dalam Alkitab yang Anda miliki dan gunakan sekarang? Atau tidak ada?

P. Zakaria: Tidak, tidak ada disini. Saya sebut hal ini sebagai, ”kebohongan injil Barnabas.”

Mohamed: Maksud Anda tulisan itu sama sekali bukan injil?

P. Zakaria: Bukan, sama sekali bukan injil.

Mohamed: Jadi sama sekali tidak ada Injil Barnabas?

P. Zakaria: Sebenarnya bagus juga Anda menanyakan hal tersebut. Saya akan sedikit menyimpang dari topik kita hari ini. Tapi ini kesempatan yang baik, terutama karena Anda sudah memulainya. Mari kita lihat Ensiklopedi Arab singkat, “Al Mawsoo’a Al Arabia Al Moyassara”. Mari kita lihat apa yang dikatakannya mengenai injil Barnabas. Huruf “B”, Barnabas, Ini dia, halaman 354.

Mohamed: Apakah Anda menggunakan buku panduan Islam disini?

P. Zakaria: Tentu saja, ini Ensiklopedi Arab singkat.

Mohamed: Ensiklopedi Arab singkat

P. Zakaria: Disini dikatakan: “injil Barnabas merupakan buku palsu yang ditulis oleh seorang Eropa di abad ke-15. Berisikan kondisi politik dan agama yang kacau di Yerusalem semasa kehidupan Isa. Dituliskan bahwa Isa berkata bahwa Ia bukan Penyelamat.” Isa mendeklarasikan diriNya sendiri, ”Saya bukan Penyelamat.” Kemudian siapakah sang Penyelamat itu? Selanjutnya dikatakan “Isa datang untuk membawa kabar baik mengenai Muhammad yang akan menjadi Penyelamat.”

Mohamed: Para pemirsa terhormat, apa yang baru saja kita dengar menunjukkan bahwa injil Barnabas sama sekali tidak ada kaitannya dengan Alkitab. Terima kasih. Kembali ke topik kita hari ini.

P. Zakaria: Sekarang kita telah membahas isu-isu mengenai naskah-naskah Injil. Semua pertanyaan Anda sudah dijawab.

Mohamed: Saya punya sebuah pertanyaan lagi mengenai naskah-naskah Al-Quran. Apakah Anda dapat bercerita mengenai naskah-naskah kuno Al-Quran?

P. Zakaria: Tentu saja. Para ahli Al’Quran juga telah menulis megenai naskah-naskah Al’Quran ini juga. Ada dua naskah kuno. Yang pertama disebut naskah kuno Samarqand. Naskah kuno ini disimpan di Musium Inggris. Maaf, di Musium Turki di Turki. Di Musium Dotcaby di Istanbul, Turki.

Mohamed: Di Musium Dotcaby di Istanbul, Turki.

P. Zakaria: Ya. Naskah tersebut berumur 32 tahun setelah Higra, yaitu tahun 654 Setelah Masehi, tanpa memperhatikan kebenaran tanggalnya; karena itu bukan topik kita hari ini. Aslinya naskah tersebut berumur abad ke-8 Setelah Masehi. Asalnya naskah tersebut berumur abad ke-2 Setelah Masehi, karena naskah terebut merupakan naskah-naskah Al Hajaj Ibn Yussef Al Thaqafy. Banyak pendapat yang berbeda atas isu ini. Tetapi marilah kita tidak membahas pertentangan tersebut. Naskah kuno tersebut tidak punya titik sama sekali; huruf ”B” sama dengan huruf ”T” karena hanya ada satu aksen. Dengan menambahkan titik, Anda dapat menjadikannya huruf-huruf apapun yang Anda mau.

Mohamed: Tidak ada titik?

P. Zakaria: Tidak ada titik.

Mohamed: Apakah ada diakritik atau tanda pengenal?

P. Zakaria: Tidak, tidak ada diakritik juga.

Mohamed: Jadi tidak ada titik dan tidak ada diakritik.

P. Zakaria: Saya buat salinannya dari musium. Tulisan ini, tulisan Kufi. Tidak ada titik maupun vokal. Tidak ada Dammas, Fathas, atau Kasras, tidak ada perulangan, tidak ada apa-apanya sama sekali. Ini satu ayat, dan ini salinan dari ayat lainnya.

Mohamed: Juga tidak ada diakritik maupun titik.

P. Zakaria: Ini ada salinan ketiga. Ada beberapa ayat lanjutannya juga. Ini merupakan salinan asli dari naskah kuno, yang sekarang ada di Samarqand, maksud saya di Turki. Ini merupakan naskah kuno Samarqand. Lihat ini.

Mohamed: Apakah para pemirsa dapat mengecek ini juga?

P. Zakaria: Tentu saja, ini naskah kuno yang sangat terkenal. Ada di musium, di Turki.

Mohamed: Apakah Anda dapat memberikan websitenya?

P. Zakaria: Ya, ini alamatnya www.geocities.com.

Mohamed: www.geocities.com

P. Zakaria: Ada di internet dan saya buat salinannya dari situ. Apakah Anda masih mengikuti? Jadi, naskah kuno ini sendiri menunjukan perbedaan yang serius antara naskah itu sendiri dengan Al’Quran.

Mohamed: Apa perbedaannya?

P. Zakaria: Ada 750 perbedaan. Apakah mau beberapa contoh?

Mohamed: Tentu saja.

P. Zakaria: Di Surat ke 3 Aali ‘Imraan ayat 78, dan di naskah kuno Samarqand, Aali ‘Imraan, ayat 78. Inilah tulisan aslinya: “Mereka berkata Ia dari sisi Allah, mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahui.” Tetapi di Al’Quran baru yang kita pakai sekarang ini, jika Anda buka, Anda akan baca: ”Mereka berkata Ia dari sisi Allah”, tetapi kemudian mereka menambahkan, ”padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahui.” Jadi apa maksud dari tambahan ini? Apakah kalimat ini ada di lembaran yang dilestarikan? Baiklah, sekarang naskah asli yang seharusnya berumur 32 tahun setelah Higra. Jadi seharusnya itu merupakan salinan Othman Ibn Affan. Inilah tulisan aslinya. Kemudian kenapa kalimat tersebut ditambahkan? Bagian ini, bagian, “padahal ia bukan dari sisi Allah?”. Contoh lainnya adalah: Surat ke 6, Al An’Aam ayat 146. Di naskah asli tertulis, ”Kepada orang-orang Yahudi, kami haramkan lemaknya”. Di Al’Quran yang dipakai sekarang tertulis, ” Kepada orang-orang Yahudi”, kemudian sebuah tambahan yang besar, ”segala binatang yang berkuku satu, dan hewan ternak, domba dan kambing, kami haramkan lemaknya”. Jadi inilah naskah-naskah yang sekarang ada di Istanbul, ada 750 perbedaan-perbedaan seperti ini. Contoh lainnya ada di Surat ke 6, Al An’Aam ayat 141 yang berkata, ”Dan Dia-lah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan pohon kurma, tanaman-tanaman yang bermacam rasanya.” Itu aslinya, sedangkan yang ada di Al’Quran sekarang adalah: ”Dan Dia-lah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung.” Kata, ”dan tidak berjunjung” tidak ada di naskah asli. Kenapa ditambahkan? Sekali lagi, apakah kata tersebut ada di lembaran yang dilestarikan? Dan bagaimana seseorang dapat menambahkan sesuatu di lembaran yang dilestarikan? Baiklah, mari kita lihat Surat ke 3, Aali ’Imraan ayat 37: ”Itu dari Allah yang memberikan rezeki kepada semua orang.” Tetapi lihatlah ini: ”Itu dari Allah, karena Allah memberi rezeki kepada semua orang.” Untuk apa tambahan ini? Bukankah ini buku yang seharusnya ada di lembaran yang dilestarikan? Jadi, apakah di lembaran yang dilestarikan tersebut ada perubahan-perubahan dan penjajaran ini?

Mohamed: Inilah yang saya pelajari dari kecil.

P. Zakaria: Dan semua Muslim: “Al’Quran agung berada di lembaran yang dilestarikan.” Jadi jika “Al’Quran agung” dan “ada di lembaran yang dilestarikan”, apa yang merubahnya? Ini adalah naskah kuno yang pertama, yaitu naskah kuno Samarqand.

Mohamed: Anda berkata bahwa ada sebuah naskah kuno lainnya?

P. Zakaria: Ya betul, yaitu naskah kuno London yang ditemukan di Musium Inggris. Naskah tersebut berumur 150 Setelah Higra, tahun 150 Setelah Higra, yaitu abad kedua setelah Higra, kira-kira tahun 772 Setelah Masehi. Dan naskah ini - walaupun berumur dua abad – masih belum mempunyai vokal dan titik, sama seperti salinan Othmnic. Inilah yang Al Sajestany katakan di halaman 7 pada bukunya yang berjudul “Al Masahef”. Al Sajestany berkata di halaman 158 dan 159: “Al Hassan dan Ibn Sereen tidak suka memberikan titik pada Al’Quran di salinan Quranic, dan tidak suka memberikan titik di Al’Quran sesuai tata bahasanya, yaitu uraian dan sintaksis, karena saat itu adalah masa dimana Abo Al Aswad Al Do’aly mulai memasukkan tanda titik dan diakritik dalam Al’Quran. Jadi tidak ada orang yang menyetujuinya, mereka ingin Al’Quran apa adanya, tanpa diakritik ataupun titik. Jadi dalam bukunya, Al Sajestany menyebutkan bahwa mereka tidak suka memberikan titik dan diakritik, dan tentu saja Anda tidak dapat membedakan antara huruf ”B” dengan huruf ”T” dengan dua titik di atas, huruf ”Th” dengan tiga titik di atas, huruf ”N” dengan 1 titik di atas, serta huruf ”Y” dengan dua titik di bawah. Satu kata dapat mempunyai lima arti, itulah yang kemudian terjadi dan kita punya contohnya. Hal yang sama juga terjadi untuk kata “Hah” dan “Khah”, serta “Tah” dan “Thah”. Mereka memberikan sebuah contoh disini, ada kata yang dapat ditulis sebagai ”Noun”. Kata tersebut tidak mempunyai titik seperti membaca “Noun”, “Ein”, “Lam”, “Meem”, “Heh”. Anda dapat membaca kata ini dalam sebelas cara yang berbeda. Sebelas cara. Dapat dibaca sebagai ”Kami mengetahuinya”, atau ”Kamu mengetahuinya” dalam bentuk tunggal laki-laki atau, ”Dia (laki-laki) mengetahuinya” atau, ”Kita mengajar hal itu” atau, ”Anda mengajar” dalam bentuk tunggal laki-laki, atau ”Dia (laki-laki) mengajar” dalam bentuk tunggal laki-laki atau, ”Kita sedang diajarkan”, karena tidak ada diakritik juga, atau ”Anda sedang diajarkan”, atau ”Dia (laki-laki) sedang diajarkan” atau, ”Dengan pengetahuan-nya (laki-laki), atau ”Dengan bendera-nya (laki-laki)”. Jadi sebuah kata seperti contoh tadi, tanpa titik dan diakritik, bagaimana Anda dapat membacanya?

Mohamed: Jika seseorang menemukan alasan, ia akan berhenti bertanya-tanya.

P. Zakaria: Ini dia. Sebelas cara yang berbeda, sebelas bentuk. Hal ini telah menyebabkan perbedaan-perbedaan antara salinan-salinan Al’Quran yang ada sekarang ini. Contohnya, Surat ke 6, Al An’Aam, ayat 60: ”Aku perlu mempermaklumkan suatu hal yang lebih buruk daripada ini sebagai imbalan jasa dari Allah, kepada mereka yang telah dikutuk Allah dan membuatNya marah dan dirubah menjadi monyet-monyet dan babi, melayani orang-orang sombong.” Saat Anda membaca sekilas, Anda melihat bahwa subyek dari kata kerja “melayani” adalah Allah dalam bentuk tunggal laki-laki, dan sangat tidak mungkin Allah mau melayani orang-orang yang sombong. Bukankah begitu? Jadi mereka mulai menambahkan bacaan-bacaan yang berbeda. Ada tujuh bacaan dari Ibn Masood, empat dari Obai Ibn Aby Ka’ab, enam dari Ibn Abbas dan Anas serta Obaid Ibn Omaira. Mari kita ambil bacaan dari Ibn Masood sebagai contoh. Ada tujuh bacaan. Mari kita lihat apa yang ia coba tuliskan saat ditambahkan diakritik: ”Dan mereka yang melayani (bentuk jamak) orang-orang yang sombong. Bacaan lainnya: ”Dan para pemuja orang-orang yang sombong.” Bacaan ketiga: ”Dan orang-orang sombong dilayani.” Bacaan keempat: ”Dan pembantu dari orang-orang sombong.” Bacaan kelima: ”Dan orang-orang sombong dilayani (bentuk jamak).” Maaf, yang kelima dalam bentuk tunggal. Bacaan keenamlah yang dalam bentuk jamak. Bacaan ketujuh: “Dan para pembantu atau para budak dari orang-orang sombong.” Kacau. Dan inilah yang membuat Othman membakar semua salinan yang berbeda-beda tersebut karena telah menyebabkan banyak masalah. Kemudian Al Hajaj Ibn Yussef Al Thakafy datang dan mengulang semua prosesnya kembali. Ia membakar semua salinan baru yang baru saja diperkenalkan. Apa yang kita dapatkan dari semua ini? Bahwa Muhammad tidak meninggalkan Al’Quran yang dikompilasi ke dalam sebuah buku; tetapi ayat-ayat tunggal yang dituliskan di perkamen (kertas dari kulit), tulang, dan daun kelapa. Ini adalah fakta. Fakta kedua adalah: Salinan yang dikompilasi oleh Abo Bakr setelah kematian kurirnya disimpan di rumah Hafsa. Salinan tersebut dihancurkan oleh Marawan Ibn Al Hakam, yang merobek-robek kemudian membakarnya agar tidak mengakibatkan pertentangan dengan salinan Othman. Fakta ketiga: Othman Ibn Affan telah membakar salinan-salinan tersebut untuk menghilangkan bukti-bukti adanya perbedaan-perbedaan. Selain itu, banyak orang Muslim yang saling membunuh karena hal itu. Begitu juga Al Hajaj Ibn Yussef Al Thakafy. Naskah-naskah kuno seperti yang ada di Turki dan London sangat berbeda dengan salinan-salinan yang beredar di kalangan Muslim saat ini. Dari ini semua, ada satu pertanyaan besar yang muncul. Apakah Al’Quran yang ada sekarang ini sama dengan yang ada saat masa Muhammad?

Mohamed: Terima kasih Pak Pendeta. Pemirsa,kita tinggalkan pertanyaan ini untuk Anda jawab, dan saya ada sedikit komentar. Saya berterima kasih kepada Allah dan minta Ia menunjukkan kebenaran kepada saya dan ”Kamu perlu menemukan Kebenaran itu dan Kebenaran itu akan membebaskan engkau.” Dan saya berkata kepada Allah, ”Inilah aku, Allah dan Penyelamat, aku telah mencari Engkau dan Engkau telah menemukan aku. Aku minta Engkau dan Engkau menjawab aku. Aku berdoa padaMu dan Engkau mendengar aku, aku memanggil Engkau dan Engkau menjawab aku, dan mengasihi aku terlebih dahulu. Inilah aku sekarang, bukan budakMu tetapi sebagai anak Allah, bukan tawanan, aku orang bebas. Aku tidak lagi jahat, tetapi menjadi kudus. Aku menjadi seperti Engkau. Aku mengasihi semua orang.” Kata-kata ini mengekspresikan perasaan saya, dan juga saudara-saudari sekalian, kita semua yang telah beriman kepada Isa, dan membayar harga yang luar biasa mahal. Mereka bayar dengan rugi yang besar. Beberapa masuk penjara dan beberapa kehilangan keluarga dan orang-orang yang dikasihinya, dan ada yang ditinggalkan oleh teman dan pasangannya. Ada juga yang kehilangan rumahi, bisnis, dan pekerjaannya. Beberapa dari kita sekarang tidak punya rumah, ditolak dalam berbagai hal. Tetapi biarkan saya mengulang apa yang Allah katakan kepada Anda semua, dan kepada kita semua yang telah memilih jalan ini, jalan iman kepada Isa. ”Jangan takut kepada mereka yang dapat membunuh daging tetapi tidak dapat membunuh jiwa, tetapi takutlah akan Dia yang dapat menghancurkan jiwa dan tubuh di neraka.” Para pemirsa terkasih, terima kasih banyak atas perhatiannya dan silahkan mengajukan pertanyaan Anda. Saya ingin Anda tahu bahwa kami membagikan hal ini hanya untuk satu tujuan; agar terjadi manifestasi / penrwujudan Kebenaran Mulia, karena kehendak Allah agar semua orang diselamatkan dan mengetahui Kebenaran ini. Angkat hatimu kepada Allah bersama-sama dengan saya, dan minta untuk mengerti Kebenaran itu. Berdoa kepada Allah untuk datang ke hati Anda, karena Alkitab berkata, ”Jika kamu mengaku Isa dengan mulutmu dan percaya di dalam hatimu bahwa Ia adalah Tuhan, kamu akan diselamatkan”, dari kutuk dan hukuman abadi. Terima kasih para pemirsa terkasih. Silahkan mengajukan pertanyaan-pertanyaan Anda. Di layar Anda dapat membaca alamat dan website kami di internet. Sampai berjumpa di episode lainnya. Allah memberkati. Terima kasih.

No comments:

Post a Comment