Wednesday, August 22, 2012

Pertanyaan Mengenai Iman Episode 73


Antoine: Selamat datang, para pemirsa yang terhormat, kepada episode terbaru dari program ‘Pertanyaan Mengenai Iman’. Selamat datang juga kepada tamu kami terhormat, Bapak Pendeta Zakaria Botros.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Terima kasih.

Antoine: Kami berterima kasih kepada semua teman-teman yang telah menulis banyak surat kepada kami.
Saya ingin membacakan sebuah surat yang kami terima dari Algeria. Saudara kita berkata:
“Saluran Hayat membawakan topik-topik sulit dan menyediakan bukti yang memberikan kesempatan bagi orang untuk mengambil keputusan yang memberikan ketentraman kepada mereka, mengenai agama. Bukti ini merupakan mercu suar dan cahaya penyembuhan yang kuat, untuk menuntun seseorang kepada kebahagiaan di dunia dan di kekekalan nanti.”
Saudara ini memohon sebuah Kitab Suci dalam bahasa Arab juga. Saya rasa Kitab Suci ini sudah dikirimkan kepadanya. Saya berharap ia telah menerimanya dan diberkati olehnya.
Apakah Anda mempunyai komentar?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Saya senang bahwa ia mengirimkan surat kepada kita, dan bahwa kita saling berkomunikasi. Saya berharap kita dapat memenuhi harapannya dan terus menawarkan hal-hal yang bermanfaat.

Antoine: Amin.
Sebenarnya, beberapa pemirsa menulis kepada kita, mengeluh bahwa program ini merupakan penghinaan terhadap agama Islam. Apa tanggapan Anda terhadap surat-surat ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Seperti yang Anda ketahui, seringkali kita mendapatkan surat-surat seperti ini. Mereka percaya bahwa kita sedang menyerang Islam dan menghinanya, tetapi, pada kenyataannya, kita hanya mengacu kepada hal-hal yang kita baca di buku-buku Islam. Jadi apakah isi dari buku-buku ini merupakan penghinaan terhadap Islam? Jika ya, ini merupakan masalah mereka, bukan saya. Saya hanya membaca. Menurut pendapat saya, membacanya bukan suatu penghinaan; hanya mencari pengetahuan atas isu-isu yang lebih dalam.

Setelah kita membaca, kita mempertanyakan artinya, arti dari apa yang tertulis. Kita mengerti jika itu penting. Itu satu hal. Saya bersyukur kepada Allah bahwa akhir-akhir ini ada pelopor-pelopor intelek yang menulis mengenai topik yang sama. Saluran Hayat bukan satu-satunya yang membahas masalah ini. Ada majalah-majalah dan surat kabar-surat kabar yang berbicara dengan sangat terbuka. Ada banyak pelopor: contohnya, Dr. Sayed El Quimni, Konsultan Ashmawy, Gamal El Banna, Hassan El Banna bersaudara, pendiri Persaudaraan Muslim, Dr. Khaled Muntassir dan masih banyak lagi yang menulis dengan penerangan.
Jadi kita bertanya dan kita ingin mendapatkan jawaban dari Al Azhar sakral.
Kami telah mengundang Dr. Sayed Tantawy yang terhormat, untuk menghormati kami dengan datang dan memberikan jawaban mengenai apakah hal-hal yang kita bicarakan ini sesuai bagi seorang rasul Allah atau tidak

Antoine: Terima kasih. Setiap manusia pasti mempunyai hak untuk bertanya dan belajar mengenai kehidupan kekal. Amat sangat berbahaya untuk hidup tanpa mengetahui dimana ia akan menghabiskan kekekalannya.
Jika kita mempunyai pertanyaan, apakah kita dapat…

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Bertanya?

Antoine: Ya, bertanya dan Anda akan menjawab kita.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Itu adalah tujuan dari program ini.
Di Sahih Muslim, ada sebuah buku mengenai menyusui. Ini sebuah topik yang serius. Sangat mengagetkan ketika saya membacanya. Buku Menyusui, Hadis 3663, dikatakan: “‘Aisha melaporkan bahwa Sahla Bint Suhail mendatangi sang Rasul dan berkata, ‘Rasul Allah, aku melihat di wajah Abu Hudhayfa… – suaminya – … sebuah raut yang aneh ketika Salim datang.” Ia melihat bahwa suaminya telah berubah.
Cerita ini disebutkan secara rinci di Malik’s Muwatta, Hadis 1287. Ia berkata: “Ibn Shihab ditanyai mengenai menyusui seorang dewasa. Ia berkata, ‘Urwa Ibn Zubayr memberitahu aku bahwa Abu Hudhayfa, yang merupakan salah satu teman rasul Allah, mengambil Salim.’… – Seseorang dipanggil Salim – …ketika Allah mengungkapkan bukuNya mengenai pembatalan adopsi di kejadian Zayd Ibn Haritha, mengatakan ‘‘Kembalikan mereka ke ayahnya.’ – Artinya kembalikan semua yang telah diadopsi kepada ayahnya. – …Sahla bint Suhayl, istri Abu Hudhayfa, mendatangi rasul Allah dan berkata, ‘Rasul Allah! Dahulu kita memperlakukan Salim seperti seorang anak dan ia sering melihat aku telanjang… – artinya hanya memakai satu rok. – …dan setelah pembatalan adopsi, Abu Hudhayfa sebal setiap Salim datang ke rumah. Apa pendapat engkau?’ Rasul Allah berkata kepadanya, ‘Susui ia dari susumu, 5 kali dan ia akan dilarang untuk menikahi kamu karena itu.’ – Ia akan dianggap seperti anakmu karena ia telah menyusui dari kamu. Ada sebuah kebiasaan di masa sebelum Islam yang seperti itu – …jadi sang Rasul berkata, ‘Susui ia.’ Sahla berkata, ‘Bagaimana aku dapat menyusui dia; dia seorang laki-laki dewasa?’ Rasul Allah tersenyum dan berkata, ‘Aku tahu ia seorang laki-laki dewasa.’”
Di cerita yang lain, ia tidak hanya tersenyum. Dikatakan bahwa sang Rasul tertawa.
Hadis 3674 menambahkan: “Ia kembali dan berkata, ‘Aku menyusui dia dan apa yang ada di pikiran Abu Hudhayfa pergi’. Ia menganggapnya sebagai anaknya dengan menyusui dia.”

Antoine: Sangat aneh! Mungkin beberapa pemirsa akan menganggap Hadis ini sebagai sisipan atau lemah, atau bahkan dari Israel. Apa pendapat Anda?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sebenarnya, hal ini disebutkan lebih dari satu kali di buku suara Hadis: Sahih Muslim, Malik’s Muwatta, Sunan El Nasai, Sunan Ibn Maga, Sunan El Bayhaqi, komentar mengenai Al Qur’an, dan buku ‘The Abrogating and the Abrogated’ (Pembatalan dan Yang Dibatalkan) oleh Imam Ja’far Al Mansour, halaman 124. Juga disebutkan di dalam buku yang diajarkan di Al Azhar. Bukunya adalah ‘Defending the Mohammedan Traditions’ (Mempertahankan Tradisi Muhammad) oleh Dr. Abdul Mahdi Abdul Qader Abdul Hady, seorang profesor di Universitas Al Azhar di Kairo. Buku ini diajarkan ke murid-murid tahun ketiga di Al Azhar.
Di halaman 97, ada sebuah Hadis mengenai menyusui orang dewasa. Di halaman 103 dikatakan: “Ada sebuah suara Hadis, dengan keaslian tertinggi. Tidak ada seorangpun yang dapat menyangkalnya. Di mata para peneliti, hal itu merupakan medali kehormatan di dada sekolah Islam.”

Antoine: Sebuah komentar yang sangat aneh! Mungkin ada alasan-alasan yang mengantarkan dia…

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ada isu-isu tertentu yang mengakibatkan hal tersebut.
Hadis 1287 di Malik’s Muwatta mengatakan: “‘Aisha, ibu orang-orang percaya, mengambil hal tersebut sebagai teladan bagi laki-laki manapun yang ia ingin temui. Ia memerintahkan saudara perempuannya, Umm Kulthum bint Abi Bakr al Siddiq, dan anak-anak perempuan saudara laki-lakinya untuk menyusui laki-laki manapun yang ia ingin temui.” Jadi hal itu menjadi jalan keluar bagi ‘Aisha. Setiap kali ia ingin bertemu dengan seorang laki-laki, ia akan memberitahu saudara perempuannya, atau salah satu dari anak perempuan saudara laki-lakinya untuk menyusui laki-laki itu, kemudian ia dapat menemui laki-laki itu.

Antoine; Jadi untuk bertemu dengan laki-laki, bukan untuk mengadopsi mereka?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Jika saudaranya menyusui laki-laki itu, ia menjadi bibinya, bukankah begitu? Hal ini akan mengijinkan ia untuk bertemu dengan laki-laki itu.

Antoine: Apakah tidak ada orang yang keberatan atas hal ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, mereka keberatan.
Seorang perempuan bernama Umm Salma adalah salah satu istri sang Rasul. Di Sahih Muslim, Hadis 3676, dikatakan: “Zeinab, anak Umm Salma, melaporkan bahwa Umm Salma berkata kepada ‘Aisha, ‘Seorang anak laki-laki yang sedang puber datang kepadamu. Akan tetapi, aku tidak mau ia datang kepadaku.’ – Ia protes kepada ‘Aisha. – …Jadi ‘Aisha berkata, ‘Apakah engkau tidak melihat sebuah contoh dari rasul Allah? Istri Abu Hudhayfa berkata, ‘O Rasul Allah, Salim datang kepadaku dan sekarang ia seorang laki-laki dewasa, dan aku melihat kejijikan di Abu Hudhayfa saat kedatangannya.’ Kemudian rasul Allah berkata: ‘Susui ia supaya ia dapat datang kepadamu.’” Kemudian ia berkata ia melakukan apa yang telah dinasehatkan oleh sang Rasul.

Antoine: Apakah pendapat ‘Aisha berubah setelah ia mempraktekan hal ini?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tidak. Di halaman 124 dari bukunya ‘The Abrogating and the Abrogated’ (Pembatalan dan Yang Dibatalkan), Abu Ja’far al-Nahhas berkata: “Sikap ‘Aisha terhadap menyusui seorang dewasa tetap kokoh dan ia merekomendasikan hal itu.”
Ia mendukung pendiriannya dengan sebuah cerita. Itu sangat mengagetkan saya dan, tentu saja, ibu orang-orang percaya tidak dapat berbohong.
Hadis-nya ditemukan di Sahih Muslim, Hadis 167. Dikatakan: “‘Aisha melaporkan bahwa telah dinyatakan di dalam Al Qur’an bahwa sepuluh menyusui yang jelas membuat pernikahan tidak sah, kemudian dibatalkan menjadi 5 kali menyusui, dan ketika rasul Allah meninggal dunia, ayat-ayat ini ditemukan di Al Qur’an suci.”
Sebuah ayat Al Qur’an berkata bahwa 10 kali menyusui atau 5 kali menyusui akan membuat seorang anak seperti anaknya sendiri!
Di halaman 37 dalam bukunya ‘Nawasekh El Al Qur’an’, Ibn El Goozy menambahkan: “‘Aisha berkata bahwa ayat mengenai menyusui seorang dewasa ada diatas selembar kertas di bawah ranjang di rumahnya, dan ketika rasul Allah jatuh sakit, mereka menjadi sibuk dengannya dan kertas tersebut dimakan oleh hewan yang mereka pelihara di rumah.”
Mungkin seekor kambing atau domba memakan kertas Al Qur’an!
“Rasul Allah meninggal saat ayat Al Qur’an sedang dibacakan.”
Inilah ayat mengenai menyusui seorang dewasa.

Antoine: Apakah ada lagi Tradisi Rasul yang membicarakan ‘Aisha? Mungkin topik lainnya?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Di Sahih El Bukhari, Hadis 5188, dikatakan: “‘Aisha berkata, ‘Sang Rasul menikahi aku ketika aku berumur 6 tahun… – Sang Rasul menikahinya saat ia berumur 6 tahun – …Kami pergi ke Medinah. Kami pergi ke Bani El Harith dan ketika aku berumur berumur 9 tahun, ibuku datang kepadaku ketika aku sedang bermain ayunan.… – Ia sedang bermain ayunan. – …dengan teman-teman bermainku. Ia memanggilku dengan keras dan aku datang kepadanya. Aku tidak tahu apa yang ia inginkan dariku. Ia mengambil tanganku dan membawa aku ke pintu. Aku kehabisan nafas sampai kegelisahan di hatiku hilang. Ia menyapu mukaku dan kepalaku dengan air, kemudian membawa aku ke rumah, dimana para perempuan dari Ansar sedang berkumpul. Mereka berkata, ‘Semoga engkau membagikan berkat.’ Ia mempercayakan aku kepada mereka. Mereka mendadani aku dan tidak ada yang membuatku takut, kecuali rasul Allah. Aku dipercayakan kepada sang Rasul ketika aku berumur 9.”
Sangat aneh!

Antoine: Beberapa pemirsa mungkin percaya bahwa seorang anak perempuan berumur 9 tahun lebih dewasa di masa itu. Mungkin mereka lebih seperti anak perempuan berumur 19 tahun saat ini.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Mungkin. Maksud Anda mereka telah mengalami masa puber? Mereka mungkin berpikir seperti itu, tetapi saat kita melihat cerita ‘Aisha, kita tidak menemukan dia seperti seorang anak berumur 19 tahun. Mengapa? Ia sedang bermain ayunan. Di masa itu, apakah seseorang berumur 19 tahun diperbolehkan bermain di ayunan dengan teman-teman bermainnya? Ia berkata, “Aku tidak tahu mengapa ibuku mengingini aku.” Apakah seorang wanita berumur 19 tahun tidak akan tahu? Dan kemudian ia berkata bahwa ibunya mencuci muka dan kepalanya. Apakah seorang wanita berumur 19 tahun membutuhkan orang lain untuk mencuci mukanya, kecuali ia seorang anak kecil?
Ada sebuah cerita lagi di buku ‘Wives of the Prophet’ (Istri-Istri sang Rasul), oleh Bint El Shati. Di halaman 88, ia berkata: “Ibu ‘Aisha menggendong dia dari ayunan dan mendudukinya di pangkuan sang Rasul.” Sekali lagi, jika ia 19 tahun, mengapa ia harus digendong dan didudukkan dipangkuan sang Rasul? Di halaman 89, Bint El Shati berkata bahwa sang Rasul mengundang teman-teman bermain ‘Aisha untuk bermain dengannya setelah ia menikahinya. Biasanya ia menggendong ‘Aisha di pundaknya, untuk menonton orang-orang Ethiopia bermain panah. Jika ia berumur 19 tahun, apakah sang Rasul akan menggendongnya di pundaknya untuk menonton permainan panah?

Antoine: Berapa umur rasul Islam ketika ia menikahi ‘Aisha?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ketika ia bertunangan dengan ‘Aisha, ‘Aisha berumur 6 tahun dan ia berumur 51 tahun. Pernikahannya disempurnakan setelah 3 tahun; ketika ‘Aisha berumur 9 tahun dan ia 54 tahun.

Antoine: Apa yang rasul Islam lihat dari ‘Aisha? Bukankah ia anak dari seorang teman dekatnya, Abu Bakr?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, Abu Bakr. ‘Aisha seorang yang spesial baginya.
Di Sahih El Bukhari, Hadis 3821, ia berkata: “Hisham melaporkan, dengan wewenang dari ayahnya, bahwa rasul Allah berkata… istri-istri sang Rasul telah memberontak. Seharusnya ia memperlakukan mereka dengan adil, tetapi ia pergi ke ‘Aisha lebih sering dari yang lainnya, jadi mereka bertemu untuk membahas masalah itu. Umm Salma pergi dan berbicara kepadanya, jadi sang Rasul berkata kepadanya, ‘Jangan membuat aku jengkel karena mengambil ‘Aisha, karena, oleh Allah, wahyu mulia tidak pernah datang kepadaku ketika aku ada diselimut perempuan manapun diantara engkau, kecuali dia.’”
Ketika ia dibawah selimut bersama dengan ‘Aisha, wahyu datang kepadanya….! Ia-lah satu-satunya. Itulah alasan mengapa ia sangat mencintai ‘Aisha.
Di Sahih El Bukhari, Hadis 7644, dikatakan: “Menuturkan ‘Aisha, ‘sang Rasul biasanya membacakan Al Qur’an saat kepalanya ada di pangkuanku dan aku sedang menstruasi.’”
Di website internet El Azhar, Sunan Abu Dawood, Hadis 270, berkata: “‘Aisha melaporkan, ‘Rasul Allah masuk di malam hari saat aku sedang menstruasi dan berkata, ‘Datanglah ke dekatku’. Aku berkata, ‘Aku sedang menstruasi’. Aku berkata, ‘Buka pahamu.’ – Maafkan saya karena bahasa ini, jika ada keluarga, anak-anak kecil, laki-laki maupun perempuan yang menonton. Maafkan saya, tetapi ini ada di buku – ‘Buka pahamu.’ Jadi aku membuka kedua pahaku. Kemudian ia meletakkan pipi dan dadanya di pahaku dan tidur.’”
Ini hal-hal yang mengerikan untuk ditulis di buku-buku dan sumber-sumber Islam yang dianggap sakral. Mereka percaya hal ini merupakan wahyu, seperti Al Qur’an!!
Apakah ini dapat tertulis di buku-buku mereka? Kotor! Kami menginginkan sebuah penjelasan dari para imam.

Antoine: Sulit untuk berbicara seperti ini, terutama di depan keluarga dan orang-orang muda.
Akan tetapi, terima kasih telah menjelaskannya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, ini sulit, tetapi kebenarannya adalah ini semua merupakan sumber-sumber Islam dan ini ditemukan di Hadis sakral. Orang-orang Muslim membanggakan Hadis-Hadis ini.
Mengapa ditutup-tutupi? Mengapa orang Muslim tidak menyebutkan ini di saluran satelit dan semua siaran Islam mereka? Mengapa mereka tidak menyebutkan hal-hal seperti ini, kemudian mempelajari dan menjelaskannya? Mengapa ada penggelapan media seperti ini?
Jika hal ini membuat kita merasa jijik, apa yang dapat Anda katakan mengenai Sunan Abu Dawood, Hadis 2388? Sangat memalukan untuk membicarakan hal ini. Dikatakan: “‘Aisha melaporkan bahwa sang Rasul suka menciumnya ketika ia sedang berpuasa… – Saya tidak tahu sisa Hadis-nya. – …Sang Rasul menghisap lidah ‘Aisha ketika berpuasa.”
Ini sangat sulit dan sebenarnya saya sangat ragu-ragu untuk membacakan apa yang ada di ‘Sunan El Nasa’i’, buku yang membicarakan apa yang dilakukan sang Rasul ketika salah satu dari istrinya sedang menstruasi.
“Gumay’ Ibn ‘Omair melaporkan bahwa ibunya dan bibinya mendatangi ‘Aisha dan bertanya kepadanya, ‘Apa yang rasul Allah lakukan ketika salah satu dari engkau sedang menstruasi?’ Ia berkata, ‘Jika salah satu dari kami sedang menstruasi, ia akan memintanya untuk mengikatkan pembalut pinggang dan kemudian ia akan menyentuh dada dan payudaranya.’”
Saya mohon maaf kepada para pemirsa mengenai hal ini, tetapi saya ingin menanyakan para sheikh yang terhormat agar memberikan pendapat mereka atas Hadis seperti ini, terutama karena Hadis ini dianggap beralasan, seperti disebutkan di Sunan El Turmuzi, Hadis 122. Dikatakan: “Abu Issa berkata bahwa Hadis ‘Aisha beralasan, dituturkan lebih dari satu orang teman terpercaya dan pengikut rasul. Disebutkan oleh Shafei, Ahmad dan Ishak.”

Antoine: Semua cerita mengenai seks diceritakan oleh ‘Aisha. Bukankah itu benar?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Apakah ini dianggap baik atau buruk? Sebenarnya, walaupun kata-kata ini sulit dan aneh, orang-orang Muslim saat ini harus melihat bagaimana isu pribadi Muhamad dan ranjangnya telah dengan bebas diceritakan. Saya pikir apa yang ‘Aisha lakukan telah membantu kita mengerti lebih banyak mengenai nilai-nilai dan perilaku Muhammad.
Mengenai hal-hal eksplisit ini, cukup mengutip Malik’s Muwatta, buku Kesucian, Hadis 116. Dikatakan: “Nafi’ menuturkan bahwa Ubaydullah Ibn Abdullah Ibn Omar mengirimkan sebuah pertanyaan kepada ‘Aisha, menanyakan… – Seorang laki-laki dikirim untuk bertanya kepada ‘Aisha – …‘Bolehkan seorang laki-laki membelai istrinya ketika ia sedang menstruasi?’… – Hal yang mengerikan untuk mengajukan pertanyaan yang sangat blak-blakan ini kepada seorang perempuan. – …Ia menjawab, ‘Biarkan ia mengikatkan pembalut pinggang dibagian bawahnya, kemudian ia boleh membelainya.’’’
Apakah ia seorang pembuat hukum atau apa? Saya tidak mengerti, tetapi ini merupakan hal yang sangat sulit untuk dibicarakan.
Di Musnad Ahmed, Hadis 25565, dikatakan: “‘Aisha menuturkan dan berkata, ‘Sang rasul, semoga doa dan damai Allah besertanya, membelai aku saat aku sedang menstruasi dan ia masuk denganku ke bawah selimutku saat aku sedang menstruasi.’”
Kemudian, di ‘Fath al-Bari fi Sharh Sahih Bukhari’ oleh Asqalani, buku mengenai membelai dan berpuasa, Hadis 1792 berbicara mengenai bagaimana ‘Aisha berbicara dengan laki-laki mengenai cara membelai istri-istri mereka. Ia menasehati mereka tentang apa yang harus mereka praktekkan.
Asqalani berkata: “Malik menuturkan di Muwatta bahwa Abdullah Ibn Abdul Rahman mendatangi ‘Aisha dan ‘Aisha berkata kepadanya, ‘Apa yang menghalangimu mendekati istrimu, dan membelai serta menciumnya?’ … – Jika ia hanya menjawab pertanyaan, akan lebih baik, tetapi disini ia memulai pembicaraannya. – …Ia berkata, ‘Dapatkah aku menciumnya ketika aku sedang berpuasa?’ Ia berkata, ‘Ya.’”
Dan ia menyebutkan apa yang ada di Sunan Abu Dawood, Hadis 2388, bahwa sang Rasul menciumnya ketika sang Rasul sedang berpuasa dan menghisap lidahnya.
Ia seorang penasihat!

Antoine: Bagaimana ‘Aisha dapat membagikan rahasia kehidupannya dengan rasul Islam? Apakah benar-benar ia yang melakukannya atau orang lain yang menuturkannya di kemudian hari?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sebenarnya, di artikel tanggal 16 November 2004 di website Islam Online, saya membaca mengenai keputusan hakim resmi.
Keputusan hakim mengenai perilaku hubungan seksual, dikatakan: “Rasul Allah melarang laki-laki membicarakan apa yang mereka lakukan terhadap istri-istrinya… – Ia melarang mereka berbicara mengenai kehidupan pribadi mereka dengan orang lain. – …dan ia melarang perempuan untuk berbicara kepada orang lain mengenai apa yang terjadi antara dia dengan suaminya, dan berkata, ‘Jangan lakukan ini karena hal ini seperti setan menemukan setan betina dan berhubungan seksual dengannya dengan ditonton orang-orang.’”
Hadis menyatakan bahwa tidak ada seorangpun yang boleh menyebutkan ini, jadi bagaimana ‘Aisha mengetahui semua hubungan pribadi Muhammad dengan istri-istrinya? Ini sangat mengerikan!
Ada dua pertentangan disini! Sebuah masalah besar. Anda lihat?
Saya memposisikan ini sebagai pertanyaan karena hal-hal ini ditemukan di buku-buku. Saya hanya bertanya. Mohon berikan kami jawaban supaya kami dapat mengerti. Apa ini semua dan apa artinya?
Kami menghormati kepandaian kami dan selama buku-buku tersebut ada di pasaran, kami akan membacanya dan mengajukan pertanyaan. Kemudian kami akan membagikan penemuan-penemuan kami kepada saudara-saudara Muslim kami supaya mereka dapat memikirkannya juga.
Saat ini, orang memiliki mental yang berbeda dengan orang dulu. Mereka mencoba mengerti apa yang mereka baca. Itulah mengapa saya mendorong para pemirsa untuk membaca, berpikir, bertanya, dan menemukan kebenaran.

Antoine: Terima kasih. Dapatkah Anda memberikan pesan kasih dan damai dari Kitab Suci?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tentu saja. Perkataan Isa Al-Masih dapat ditemukan di Kotbah di Bukit, yaitu di Kitab Injil Matius, pasal 5, 6 dan 7.
Kita sampai kebagian dimana Ia berkata, “Jangan menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat, yaitu hukum yang terdapat dalam Kitab Suci Taurat, atau Firman yang telah disampaikan Allah melalui para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, sebelum langit dan bumi lenyap, satu titik atau satu huruf terkecil pun dari Kitab Suci Taurat tidak akan ditiadakan sampai semuanya digenapi. Sebab itu barangsiapa meniadakan salah satu perintah yang terkecil sekalipun dari hukum Taurat lalu mengajarkannya kepada orang lain, maka ia akan memperoleh kedudukan yang paling rendah dalam Kerajaan Surga. Tetapi barangsiapa melakukan hukum Taurat dan mengajarkannya, maka ia akan memperoleh kedudukan yang tinggi dalam Kerajaan Surga. Karena itu Aku berkata kepadamu, jika kamu tidak melakukan kehendak Allah lebih daripada para ahli Kitab Suci Taurat dan orang-orang dari mazhab Farisi, maka kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.”
Jadi Isa Al-Masih tidak datang untuk meniadakan atau membatalkan! “Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” Ini penting.
Isa Al-Masih menggenapi, Ia tidak meniadakan. Kemudian Ia berkata bahwa tidak ada satu titik atau satu huruf terkecilpun akan berlalu dari Kitab Suci, sampai digenapi.
Bagian yang paling indah adalah ketika Ia berkata, “…Tetapi barangsiapa melakukan hukum Taurat dan mengajarkannya, maka ia akan memperoleh kedudukan yang tinggi dalam Kerajaan Surga.”
Seseorang harus menerapkan apa yang ia baca. Ia harus membaca buku, bukan hanya membacanya sepintas seperti membaca surat kabar. Akan tetapi, kita membaca untuk belajar, mengerti dan menerapkan kata-kata itu. Kita harus menjadi pelaku dan bukan hanya pendengar. Jika saya tidak dapat menerapkan kata-kata itu, saya harus meminta Allah agar memberikan saya kekuatan. Saya harus berkata, “Allah, berikan aku kekuatan untuk melakukannya.”
Kita harus membiarkan pintu terbuka antara kita dan Allah. Saya dapat berbicara kepada Allah seperti kepada Bapa saya sendiri, dan berkata, “Bapa, ajari aku, kuatkan aku, tolong aku, beri aku. Aku ingin melakukan PerkataanMu tetapi aku tidak dapat melakukannya. Aku ingin Engkau menguatkan aku dengan Ruh Kudus-Mu, untuk memungkinkan aku melakukan PerkataanMu.”
Apakah Anda mengerti? Allah akan memberikan Anda semuanya… segalanya. Allah tidak hanya duduk di menara tinggi, Ia Maha Hadir. Ia ada dengan saya, dengan Anda, dan dimanapun juga. Oleh karena itu, pemirsa terkasih, minta Allah memenuhi hati Anda dengan keberadaanNya supaya Anda dapat merasakan kehidupan bersama Dia, dengan karunia dan berkat Isa Al-Masih.

Antoine: Amin.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Terima kasih.

Antoine: Terima kasih banyak dan terima kasih kepada para pemirsa terkasih.
Jangan lupa untuk menulis kepada kami ke alamat yang akan muncul di layar sebentar lagi. Jika ada yang ingin menerima sebuah Kitab Suci gratis atau Kitab Taurat, kami akan dengan senang hati mengirimkannya kepada Anda
Jika Anda mempunyai pertanyaan, kami akan menjawabnya melalui internet atau program ini.
Allah memberkati Anda. Sampai berjumpa di lain waktu.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Amin.

Texts being used:
The Indonesian Bible text used for New Testament is “The Indonesian (1912 Translation) – Greek Diglot New Testament” – “Kitab Suci Injil Dwibahasa Indonesia (Terjemahan 1912) – Yunani” version. © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 2000.
The Indonesian Bible text used for Old Testament is “The New Translation, 1974” – “Alkitab Terjemahan Baru (TB), 1974” version. © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 1974.
The Indonesian Al Qur’an text used is taken from

http://Quran.al-islam.com/

Indonesian version:

http://Quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSora=1&nAya=1&nSeg=1&l=eng&t=ind

Notes on this episode:
N. A.

No comments:

Post a Comment