Thursday, February 10, 2011

GEMA NESTORIANISME DALAM PENOLAKAN AL QUR’AN TERHADAP KEILAHIAN YESUS

GAMBARAN ISA DALAM AL QUR’AN

Pada bagian ini kita akan mengkaji mengenai tokoh Isa dalam Al Qur’an. Sumber-sumber kajian kami mengenai Isa dalam Al Qur’an didasarkan pada eksplorasi sejumlah ayat Al Qur’an yang berbicara secara eksplisit mengenai Isa dan bagaimana tanggapan para cendekiawan muslim terhadap ayat-ayat tersebut.

Kesaksian Mengenai Namanya

Geofrey Parinder menyatakan bahwa Isa disebut dalam 15 surah Al Qur’an sebanyak 93 ayat[1]. Sementara Abd Al Fadi menyebutkan ada nama Isa disebutkan 93 kali dalam 15 ayat Al Qur’an[2]. Namun Anish Shorosh mengusulkan bahwa nama Isa disebutkan dalam Al Qur’an sebanyak 99 kali dalam 93 ayat Al Qur’an[3]. Meskipun pendapat para ahli tidak sepaham, namun nama Isa sepakat disebut lebih dari duapuluh kali. Sementara Muhamad disebutkan sebanyak 25 kali saja dalam Al Qur’an.

[Download Format PDF]

Al Qur’an mencatat bahwa Nama Isa selalu dihubungkan dengan Maryam, sehingga terkadang disebutkan Isa Putera Maryam. Berikut kita akan melihat sejumlah ayat yang menuliskan nama Isa.



Dalam Qs Al Maidah (3):45 disebutkan demikian: “(Ingatlah), ketika malaikat berkata: ‘Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu [dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan] dengan kalimat (yang datang) daripadaNya, namaNya Al Masih Isa Putera Maryam,…”

Demikian pula dalam Qs Al Baqarah (2):87 disebutkan: “Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjijat) kepada Isa Putra Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Rohul Qudus”

Dalam banyak ayat lain disebutkan mengenai nama Isa seperti dalam Qs 2:136, Qs 2:253, Qs 3:52, Qs 3:55, Qs 3:59, Qs 3:84, Qs 4:157, Qs 4:163, Qs 4:171, Qs 4:172, Qs 5:17, Qs 5:46, Qs 5:72, Qs 5:75, Qs 5:78, Qs 5:110, Qs 6:85, Qs 9:30, Qs 19:34, Qs 21:91, Qs 23:50, Qs 33:7, Qs 42:13, Qs 43:57, Qs 61:14, dll.

Nama diri Yesus dalam Qur’an adalah Isa yang dipergunakan dalam pengertian pribadi tanpa penjelasan. Bentuk nama itu telah memunculkan komentar yang perlu dipertimbangkan walaupun ada kesepakatan umum bahwa nama“Isa” berasal dari bahasa Syria “Yeshu” yang berasal dari bahasa Yahudi “Yeshua”[4].

Bambang Noorsena melacak pengertian nama “Isa” dengan memberikan ulasan: “Demikian juga, kendati nama Isa kurang merata dipakai dalam komunitas Kristen Arab, tetapi nama itu bisa dilacak asal-usulnya dari komunitas Kristen berbahasa Arami di wilayah Syria Timur. Selain nama itu ditemukan dari masa pra Islam, yaitu sebuah biara Bernama Isaniyyah (pengikut Isa) di Syria bagian selatan tahun 671 Ms, Juga nama itu adalah hasil korespondensi bunyi (phonetic corespondence) Yang lazim sebagai gejala linguistik. Biasanya aksara yod (y) berubah dalam Bahasa Arab ain atau hamzah. Seperti Yerusalayim menjadi Urusalim, Yordan Menjadi Urdun, maka kata Ibrani Yeshua dalam bentuk Arami Yesho dan Isho Dan vokal ‘o’ panjang juga acap menjadi ‘a’ panjang, misalnya: Shaloom, Menjadi Salaam. Walhasil, maka bentuk Arami/Suryani Isho menjadi nama Arab Isa[5]

Bambang Noorsena menambahkan dalam pernyataan mengenai Isa, “Karena tidak ditemui problem apapun dari sudut liguistik, maka keberatan pemakaian istilah-istilah itu, sebagaimana tampak pada karya-karya Landauer dan Noldeke juga Harun Hadiwijono, agaknya lebih dilatarbelakangi oleh prasangka teologis seorang Kristen terhadap ajaran Islam[6].

Namun alasan yang dikemukakan Bambang masih terbuka untuk diperdebatkan. Jika penggunaan Yesus (Yahshua – Yeshua) menjadi bentuk populer Isa, adalah semata korespondensi bunyi ‘Y’ (Yod, Ibrani) menjadi “Ain” dan “Hamzah”, lalu mengapa nama-nama Ibrani yang dimulai dengan huruf “Y” seperti “Yaakov”, “Yosef”, “Yokhanan”, tidak menjadi “Akub” atau “Osef” dan “Akhanan” ?. Bukankah dalam teks Qur’an mereka disebut dengan, “Yakub”, “Yusuf” dan “Yahya” ?.

G. J. O. Moshay memberikan ulasannya mengenai nama Isa sebagai berikut: “Para ahli bahasa dengan hati-hati mempertanyakan mengapa Al Qur’an mengacu Yesus sebagai Isa. Kalau menurut prinsip-prinsip linguistik dari rumpun bahasa-bahasa semit seperti bahasa Ibrani, bahasa Asyur, bahasa Aram, bahasa Arab, bahasa Etiopia, bahasa Funisia, Isa sebetulnya bukan terjemahan bahasa Arab dari Yesus, Jesu atau bahasa Yunani Iesous. Sesungguhnya yang benar adalah istilah yang digunakan oleh para penerjemah bangsa Arab yang menerjemahkan Kitab Perjanjian Baru kedalam Bahasa Arab yaitu Yesou atau Yesu[7] Geofrey Parinder pun berpendapat yang serupa (Bambang Noorsena mengutip Parinder, seakan-akan Parinder membenarkan bahwa Isa merupakan bentuk Syriac untuk Yesus). Selengkapnya pendapat beliau adalah: Bentuk tua dalam bahasa Syria, Yeshu, terjaga dalam penerjemahan Injil Arab modern sebagai Yasfi. Disarankan bahwa orang-orang Kristen Dinegeri-negeri yang berbicara dengan bahasa Arab seharusnya menggunakan Nama Isa seperti dipakai oleh seluruh orang muslim disekitar mereka. Namun penerjemahan baru dari Perjanjian Baru dalam bahasa Arab Yang dipersiapkan oleh Prof. Abdul Malik di Kairo, memperkuat Yasu Sebagai bentuk tradisionil dan kuno dan tidak ada orang-orang Kristen Arab yang tampak memakai bentuk Isa [8]

Sementara DR. Harun Hadiwijono menyoroti bahwa ungkapan Isa merupakan pengucapan terbalik dari Yosua yang ditulis dengan huruf Arab, “Ain”, “Shin”, “Ya” yang seharusnya “Ya”, “Shin”, “Ain”[9]. Bambang Ruseno Utomo, MA., meskipun mengakui ada unsur akar nama “Yoshua” dan “Mashiah” pada nama “Isa”, namun, “…didalam Al Qur’an menjadi kehilangan makna aslinya atau mengalami perkembangan pemahaman sesuai dengan konteksnya yang berbeda dengan penggunaannya didalam Alkitab[10].

Dari pemaparan diatas, nama Isa yang tertulis dalam Al Qur’an ternyata masih menjadi perdebatan. Ketidak jelasan asal-usul nama Isa merupakan perspektif tersendiri yang harus dikaji lebih mendalam khususnya hubungannya dengan nama Yesus.

Terlepas dari probabilitas linguistik diseputar nama Isa, Al Qur’an menegaskan bahwa itulah namanya yang diwahyukan pada Muhamad. Al Qur’an dan Islam secara khas menyebut nama Isa sebanyak lebih dari 20 kali.

Kesaksian Mengenai Hakikatnya

Jika kita telah menelaah mengenai nama Isa yang tertulis dalam Al Qur’an. Lalu bagaimanakah hakikat Isa dijelaskan oleh Al Qur’an ?. Al Qur’an memberikan keterangan mengenai hakikat Isa sebagai berikut: “(Ingatlah) ketika malaikat berkata: ‘Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera Yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang dari padaNya). Namanya Al Masih Putera Maryam, seorang terkemuka didunia Dan diakherat dan salah sseorang diantara orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)” (Qs 3:45)

Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa disisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: ‘Jadilah (seorang manusia),maka jadilah ia”(Qs 3:59)

Sesungguhnya Al Masih, Isa Putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang terjadi) kalimatNya yang disampaikanNya kepada Maryam dan (dengan tiupan) roh daripadaNya” (Qs 4: 171) “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: ’Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam” (Qs 5:17)

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: ‘Hai Isa putra Maryam, adakah engkau mengatakan kepada manusia:’Jadikanlah aku dan ibuku dua tuhan selain Allah ?’. Isa menjawab: ‘Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakanApa yang bukan hakku (mengatakannya)” (Qs 5:116)

Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa Rasul dan ibunya seorang yang sangat benar, keduanya-duanya biasa memakan makanan” (Qs 5:75)

Sejumlah besar Theolog dan Apologet Kristen cenderung menghubungkan kata “Kalimat” atau “Kalam” pada diri Isa dengan istilah “Logos” atau “Davar” yang dimiliki Yesus sebagaimana terekam dalam Yohanes 1:1,14. Seorang mantan muslim bernama Abdiyah Akbar Abdul Haq berusaha meyakinkan pembaca muslim bahwa Al Qur’an menyingkapkan hakikat Isa sebagai Firman Yang Maha Kuasa. Beliau menuliskan:

The Qur’an confirms the Injil in the declaration that Jesus Christ was the Word of God who became flesh and dwelt amongst us. We read in surah 3:45 (…) Muslim commentators have endeavored to minimize the full impact Of the plain declaration of the Koran that Jesus Christ was the Word Of God Incarnate[11]

Sebetulnya, jika kita jujur mencermati ayat-ayat yang telah dikutip, sangat jelas bagaimana sesungguhnya sikap Al Qur’an mengenai hakikat Isa. Isa adalah Kalam Allah (Qs 3:45), misal Penciptaannya seperti Adam, Jadilah, maka jadi (Qs 3:59), menolak dipertuhan oleh pengikutnya (Qs 5:116), orang yang menyebut Isa adalah Allah, kafir (Qs 5:72), Isa makan seperti layaknya rasul yang lain (Qs 5:75).

Memang disebutkan Isa adalah Kalam Allah, terkemuka didunia dan diakhirat, namun pengakuan ini tidak membawa dampak teologis maupun soteriologis terhadap Muhamad dan pengikutnya. Jika Isa adalah Kalam Tuhan sebagaimana dipahami oleh orang Kristen mengenai Yohanes 1:1,14, seharusnya Muhamad dan pengikutnya menjadi Kristen atau pengikut Yesus atau memandang Yesus sebagaimana Kitab Perjanjian Baru memberikan kesaksian Dia sebagai Sang Firman Yang Maha Kuasa sendiri.

Apa yang dikatakan pakar Islam sendiri mengenai pengertian Isa sebagai “Kalam Allah” atau “Kalam dariNya”. Masyhud S.M menjelaskan bahwa, “menurut Qur’an arti daripada “Kalam” atau “Kalimat” adalah, “…berarti “ujian” (Qs 2:124), “ketetapan” (Qs 39:19,71). Kalimat juga bermakna “omongan” dan “omongan” atau “kalam” ada dua macam. Kalam Qodim dan Kalam hawadits. Dan ini jelas, bahwa “kalimat” yang masuk (dimasukkan oleh Allah) ke tubuh Maryam, ialah kalimat hawadits bukan Kalam Qodim. Dengan demikian, maka Isa tidak ada unsur keTuhanannya”[12].

Fakhar al Din Razi memberikan komentar mengenai “Firman DariNya” sebagai berikut:[13]The Word from Him” (Qs 3:45), the pronoun (Him) just as the same pronoun “in his name” refers to the Messiah. Why then the pronoun is not of the same gender as “the Word”?, Because the person referred to is masculine”. Razi berargumentasi bahwa kata ganti “Dia” menunjuk pada “Sang Firman”, sementara kata ganti laki-laki berikutnya menunjuk pada Mesiah Yesus.

Sementara itu menanggapi sebutan Isa sebagai “Roh dariNya”, Muhamad Wahid memberikan keterangan : “Kalau dikatakan bahwa nabi Isa adalah RUHULLAH memang tidak bisa disalahkan, bila pengertian ini tidak diartikan dengan bentuk substansi atau dikhususkan kepada nabi Isa. Mendapat gelar RUHULLAH (Qs 4:17) maka ibunya mendapat tiupan RUHANAA (Qs 21:19, Qs 66:12). Karena keteguhan iman Maryam,dia mendapat tiupan RUHANNA dan kepadanya juga dikirimkan RUHANNA manakala beliau mendekatkan diri pada Allah. Jelaslah dari keterangan diatas bahwa RUH itu bukanlah suatu substitusi yang berdiri Sendiri kemudian ditiupkan diri manusia, sebagaimana meniupkan angin dalam ban Itulah yang dimaksud dengan Firman Allah[14]

Sebagaimana nama Isa mengundang kontroversi mengenai akar dan sumbernya, demikianlah hakikat Isa diperdebatkan. Kebanyakan Teolog maupun Apologet Kristen meyakini bahwa hakikat Isa dalam Qur’an adalah serupa dengan Yesus dalam Yohanes 1:1,14. Namun eksposisi ayat yang telah dipaparkan secara eksplisit membantah nilai ketuhanan Isa. Bahkan siapapun yang menisbatkan essensi ketuhanan pada diri Isa dituduh kafir.

Sebutan Isa “Kalam Allah” atau “Roh Allah” tidak memiliki dampak atau konsekwensi logis berupa ketaatan sebagai kekristenan memahaminya melalui Kitab Perjanjian Baru. Beberapa komentator Muslim menghubungkan “Kalam dan Roh Allah” pada Isa sebagai sebuah proses kelahiran yang istimewa (tanpa ayah dan ibu).

“Al Qur’an mengakui fakta bahwa Yesus tidak mempunyai ayah seperti manusia pada umumnya, akan tetapi hal ini tidak berarti ia mengakui Yesus sebagai Anak Allah atau Allah itu sendiri”, demikian komentar DR. Maneh Hammad Al Johani[15].

Kesaksian Mengenai Karyanya

Al Qur’an tidak memberikan catatan terperinci dari kehidupan dan karya Isa. Dalam sejumlah ayat dikatakan bahwa ia mengajarkan Injil dari Allah (Qs 5:46), melakukan berbagai muzizat dengan penyertaan Ruhul Kudus (Qs 2:87), melakukan muzizat mencipta burung dari tanah liat dengan izin Allah (Qs 5:110), menyembuhkan berbagai penyakit, kebutaan, dll (Qs 5:110), mengajarkan Tauhid pada Allah (Qs 5:117), berpengetahuan akan hari kiamat (Qs 43:61), datang dengan muzizat dan menghalalkan sebagian yang diharamkan orang Yahudi (Qs 3:50).

Kematian dan kebangkitan Yesus yang sentral dalam Perjanjian Baru, tidak memiliki gema yang signifikan secara soteriologis maupun kristologis. Kisah Isa dalam Al Qur’an dimulai dengan kelahirannya yang ajaib dan akhir kehidupannya yang penuh teka-teki. Ada sejumlah pernyataan Al Qur’an yang mengakibatkan teka-teki dan perbedaan pendapat dikalangan Muslim sendiri mengenai akhir hidup Isa.

Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali” (Qs 19:33)

“(Ingatlah) ketika Allah berfirman: ‘Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepadaKu serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir …” (Qs 3:55)

“..Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka” (Qs 5:117)

Dan karena ucapan mereka: ‘Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putera Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak Pula menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh) orang yang diserupakan Isa bagi Mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mem Punyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mngikuti persangkaan Belaka, mereka tidak pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa Tetapi yang sebenarnya, Allah telah mengangkat Isa kepadaNya” (Qs 4:157-158)

Perhatikanlah frasa kalimat yang digarisbawahi diatas. “Aku mati”, “Aku bangkit”, “Aku mewafatkanmu”, “Aku mengangkatmu kepadaKu”, “Wafatkan aku”, “Tidak disalib”, “Tidak dibunuh”, “Orang lain yang diserupakan”, “Allah mengangkat Isa”. Sangat sulit menemukan suatu kronologi yang historis dari kisah-kisah yang kontradiktif dan terpisah-pisah tersebut. Oleh karenanya, diantara pakar-pakar Muslim pun terjadi banyak perbendaan pendapat mengenai teka-teki akhir kehidupan Isa di bumi.

Ada yang berpegang pada teori bahwa Isa tidak mati tapi diangkat oleh Allah. Ada teori bahwa Isa tidak disalib tapi orang lain yang disalibkan. Ada teori bahwa Isa mati suri saat disalib lalu berhasil diselamatkan ke Kashmir dan mati tua disana.

Secara singkat akan kita tinjau sejenak beberapa pendapat yang berselisih mengenai akhir hidup Isa putera Maryam. Ali Yasir menjelaskan bahwa Isa memang disalibkan namun tidak mati melainkan nampaknya saja seperti mati[16]. Senada dengan Yasir, Syafii R. Batuah mengatakan bahwa Isa mengalami mati suri saat di salibkan. Dirawat oleh para muridnya lalu hijrah ke Kashmir dan mati tua disana dalam usia 120 tahun. Sampai hari ini ada kuburan Isa yang dikenal sebagai Yus Asaf di India[17].

Prof. DR. Syalaby tidak sependapat dengan pemahaman diatas. Beliau menyimpulkan mengenai akhir hidup Isa dengan mengatakan: “Menurut pendapat saya bahwa Al Qur’an yang tidak menyebutkan secara pasti tentang Isa masih hidup dengan jasadnya dan untuk mengelak kesangsian tentang kelahirannya tanpa bapak dan dikatakan bahwa ia kekal selamanya yang menyebabkan lahirnya pikiran salah mengenai kebutuh annya, maka ada baiknya jika kaum muslimin berpegang bahwa Isa telah wafat dan tamat seperti nabi-nabi yang lain. Dan ia hanya hidup dengan ruhnya saja dalam kehidupan sebagai kemuliaan dan pengangkatan derajat[18]

Mengenai tokoh “yang diserupakan” tidak ada informasi eksplisit dalam Al Qur’an. Kebanyakan Muslim merujuk pada Injil Barnabas (yang dinyatakan palsu oleh kekristenan), yang menjelaskan bahwa orang yang diserupakan adalah Yudas Iskariot[19].

Demikianlah sekilas perbedaan pendapat diantara tokoh-tokoh Islam mengenai akhir hidup Isa. Adapun tanggapan terhadap kontradiksi ayat mengenai akhir kehidupan Isa tidak akan dibahas dalam tulisan ini. Kami hanya memaparkan data Qur’anikal dan pendapat para komentator Islam mengenai karya Isa dalam kehidupan dan akhir kehidupannya.

Kesaksian Mengenai Ajarannya

Qur’an mencatat secara singkat apa yang diajarkan oleh Isa putera Maryam. Isa mengajarkan mengesakan Allah atau Tauhid (Qs 5:117), Isa mengajarkan Taurat dan Injil (Qs 5:46). Berikut kutipan ayat yang berbicara mengenai kenyataan tersebut.

Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi bani Israil) dengan Isa putra Maryam, membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil sedang didalamnya Ada petunjuk dan cahaya dan membenarkan kitab yang sebelumnya: Taurat” “Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau berikan kepadaku ,yaitu : ‘Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu

Kesaksian Mengenai Gelarnya

Al Qur’an mencatat beberapa gelar Isa yang dominan. Isa di sebut sebagai “Kalam Allah” (Qs 3:45), Isa sebagai “Roh Allah” (Qs 4:171, Qs 66:12, Qs 21:91), Isa sebagai “Nabi” (Qs 19:30, Qs 2:136, Qs 4:163, Qs 6:84, Qs 33:7, Qs 57:26), Isa sebagai “Rasul” (Qs 2:87, Qs 2:253, Qs 3:48-49, Qs 3:53, Qs 5:111, Qs 57:27), Isa sebagai “Hamba Allah” (Qs 4:172, Qs 43:59, Qs 19:30), Isa sebagai “Tanda” (Qs 19:21, Qs 21:91, Qs 23:50, Qs 3:50), Isa sebagai “Rahmat Allah” (Qs 3:45), Isa sebagai “Saksi” (Qs 4:159, Qs 5:117), “Al Masih” (Qs 4:157, Qs 4:171, Qs 5:17, Qs 5:72, Qs 9:31).

Gelar-gelar Isa dalam Al Qur’an memiliki konotasi yang positip, agung, mulia. Namun gelar-gelar itu tidak mendatangkan konsekwensi logis berupa ketaatan kepada Yesus sebagaimana yang dikisahkan dalam Perjanjian Baru. Penyebutan gelar-gelar Isa tetap mengambang dan kehilangan kesinambungannya dengan Yesus dalam Perjanjian Baru.

John Gilchrist berkata, “Al Qur’an yang dengan benar menyebut Yesus, Al Masih, tidak berusaha untuk menjelaskan gelar itu. Kalau begitu, apa makna yang sebenarnya ?”[20].

Sebagai kesimpulan pengkajian kita terhadap sejumlah ayat dalam Al Qur’an, baik mengenai Nama Isa, Hakikat nya, Karya nya, Gelar nya bahkan Ajaran nya, kita tetap tidak melihat sosok tokoh yang jelas. Kita melihat gambaran yang samar mengenai Yesus dalam Al Qur’an yang dinamai Isa oleh Muslim. Kenyataan ini seperti digambarkan oleh Anton Wessels, “Ringkasan dari kata-kata Al Qur’an mengenai Yesus ini cukup mengemukakan betapa fragmentaris Yesus digambarkan dalam Qur’an”[21]. Selanjutnya beliau menambahkan, “Citra Yesus dalam Qur’an sangat mempengaruhi semua pendapat Muslim tentang Dia sampai pada zaman kita ini. Seringkali pendapat itu bersifat polemis dan menentang orang Kristen. Namun ada juga suara-suara lain[22].

KESAMAAN PANDANGAN QUR’AN DAN NESTORIANISME

MENGENAI HAKIKAT YESUS

Sebagaimana telah diuraikan pada Bab I mengenai sejarah kontroversi mengenai Keilahian dan Kemanusiaan Yesus, yang melibatkan beberapa tokoh gereja untuk bersidang dan merumuskan ajaran yang benar tentang hakikat Yesus. James P. Eckman mendeskripsikan zaman itu sbb: “As one studies the early church, it becomes clear that the emergence of error usually prompted the church to seek a more satisfactory explanation of a theological question. This was true of doctrin of Christ. Throughout the period from 325 to 451, major interpretations emerged, often heretical, that challanged the church to think more precisely about defining the relationship of Jesus’ two natures[23] (jika seseorang mempelajari sejarah gereja mula-mula, menjadi jelas bahwa masuknya kekeliruan biasanya mendorong gereja untuk menemukan penjelasan teologis yang sangat masuk akal. Hal ini adalah doktrin yang benar tentang Mesias. Sepanjang tahun 325-451, kebanyakan berbagai penafsiran yang muncul, terkadang menyimpang sehingga menantang gereja untuk memikirkan lebih tepat untuk mendefinisikan hubungan kedua tabiat Yesus)

Ada dua sekolah teologia penting yang menekankan secara ekstrim aspek keilahian Yesus dan kemanusiaan Yesus. Sekolah Alexandria dan sekolah Anthiokhia. Sekolah Alexandria dipengaruhi oleh ajaran filsafat Plato mengenai “tabiat Ilahi” sehingga mempengaruhi pemahaman mereka bahwa Keilahian Yesus sedemikian rupa menguasai kemanusiaan-Nya. Menurut Apollinaris dari sekolah Alexandria menyatakan bahwa Yesus sepenuhnya Tuhan dan jiwa-Nya digantikan dengan Logos Ilahi. Dengan pemahaman ini berarti kemanusiaan Yesus tidak sempurna.

Sementara sekolah Anthiokhia dipengaruhi oleh Aristoteles yang menekankan kesatuan jiwa dan tubuh sehingga tidak mengenal konsep dikotomi. Pandangan ini berpengaruh terhadap pemahaman terhadap Yesus. Nestorius seorang Patriakh Konstantinople, pada tahun 428 menyatakan bahwa Yesus benar-benar manusia yang terpisah dari keilahian-Nya.

Abdiyah Akbar Abdul Haqq menjelaskan bahwa pemahaman Nestorius memiliki kesamaan dalam pernyataan Qur’an terutama Qs 3:45 dan Qs 5:75 yang berbunyi sbb:

“(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)

Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu).

Beliau mengatakan, “The Koranic passage quoted earlier (Qs 3:45) maintains a position very much to the Nestorian Church. Nestorius, who was bitterly opposed by Cyril, maintained that Jesus, “Consubtansial with the Father is Christ: This is true, for in the divinity He is eternal. Consubstantial with us (is He) naturally: This is true, for He is too was a man as we also are (The Bazaar of Heraclides, Clarendon Press, 1925, p.196)[24] artinya, “bagian ayat Qur’an diawal menekankan posisi yang mendekati Gereja Nestorian. Nestorius yang secara sengit ditentang oleh Cyrilius menyatakan mengenai Yesus sbb: yang sejajar dengan Sang Bapa adalah Mesias, hal ini benar karena dalam keilahian-Nya Dia kekal. Yang sejajar dengan kita adalah tabiatnya, hal ini benar karena dia juga adalah manusia yang sama dengan kita”.

Selanjutnya beliau menambahkan, “The rejection of the idea that Jesus Son of Mary was the son of God is in line with the Nestorian position. It is opposed to calling Mary the Mother of God and Jesus the Son of Mary, the Son of God. Again, it is enlightening to note that Nestorius himself regard the sonship of Christ due to the virgin birth as a creative reality similar to Adam. Referring to the Nativity narratives in the Synoptics, Nestorius explains that the Holy Spirit of God acted creatively in the virgin birth. In this way Christ was born of Mary as a new creation-the type man for a redeemed humanity, Adam (The Bazaar, pp.196, 311, 62)[25] artinya, “penolakkan gagasan bahwa Yesus Putra Maria adalah Putra Tuhan sejajar dengan pandangan Nestorius. Pandangan ini menentang untuk menyebut Maria sebagai Bunda Tuhan dan Yesus Putra Maria sebagai Putra Tuhan. Sekali lagi ini mengentengkan pernyataan bahwa Nestorius sendiri menganggap status Anak pada Mesias yang ditujukan pada kelahiran Sang Perawan sebagai ciptaan belaka yang sejajar dengan Adam. Menunjuk pada kisah kelahiran dalam Injil Sinoptik, Nestorius menjelaskan bahwa Roh Kudus terlibat aktif dalam melakukan penciptaan dalam kelahiran Sang Perawan. Dengan cara ini Mesias yang dilahirkan Maria sepeti ciptaan baru, jenis manusia untuk penebusan manusia, Adam).

TANGGAPAN TERHADAP PANDANGAN QUR’AN

MENGENAI HAKIKAT YESUS

Sekalipun pandangan Qur’an menyatakan penolakkan atas keilahian Yesus sebagaimana dinyatakan dalam beberapa ayat seperti Qs 3:59 dan Qs 9:30 sbb: “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia”.

Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah." Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?”

Namun ayat yang tersedia patut dieksplorasi dengan mendalam. Jika kita mengikuti laporan Qs 3:45 sbb: “(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)”, frasa “Kalimat daripada-Nya” dapat dipertanyakan apakah berstatus “qodim” (kekal) atau “hawadits” (ciptaan)? Jika status “Kalam” pada diri Isa adalah “hawadits” sebagaimana layaknya Adam yang terjadi dari “Kun” (Jadilah), seharusnya Isa tidak memiliki gelar istimewa “Rohullah dan Kalimatullah?” Jika keistimewaan Isa setara dengan Adam, mengapa hanya Isa yang memiliki gelar “Kalimatullah” dan “Rohullah?”

Meminjam konsep Al Ghazali mengenai hubungan Allah dan Firman-Nya dikatakan sbb: “Bahwa Al Qur’an yang dibaca melalui lidah, tertulis dalam lembaran-lembaran, serta bisa dihafalkan tersebut, bersamaan dengan itu sebenarnya qodim (tanpa permulaan), qaimah (berdiri sendiri) dalam Dzat Allah, tidak menerima perceraian, perpisahan, baik melalui perpindahan ke hati maupun lembaran[26]

Ketidakjelasan hakikat Isa dalam Qur’an dan hakikat Yesus dalam Injil tentu dapat membingungkan seseorang. Daripada menyalahkan laporan Injil mengenai hakikat Yesus, lebih baik mengikuti petunjuk dalam Qs 10:94 sbb: “Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu temasuk orang-orang yang ragu-ragu”. Dan Kitab yang dibaca oleh orang Kristen tiada berselisih memberikan kesaksian bahwa Yesus adalah Mesias, Putra Tuhan Yang Hidup (Mat 16:16, Yoh 1:18; 20:31).

“Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak (Tuhan) yang hidup!"

“Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal (Tuhan), yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya”.

“tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak (Tuhan) dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya”.

Dia adalah Sang Firman Tuhan yang menjadi manusia (Yoh 1:14)

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”.

Ayat yang sama terdapat dalam Qs 4:171 sbb: “Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.”. Sekalipun ayat ini menyerang keyakinan Kristen mengenai keilahian Yesus, namun ayat-ayat di atas jelas memperlihatkan istilah-istilah yang tidak dapat dijelaskan dalam Al Qur’an (frasa “Kalimat-Nya” dan “Roh dari-Nya”) melainkan sangat jelas jika membaca Injil.

Teguh Hindarto, MTh.


[1] Geofrey Parinder, Yesus dalam Qur’an, dit. Ali Masrur dkk, Bintang Cemerlang, Yogyakarta 2001, hal 12

[2] Abd Al Fadi, Almasih dalam Injil dan Al Qur’an, dit. Jalan Al Rahmat, Jakarta [t.th], hal 1

[3] Op.Cit., Anish Shorosh, hal 107

[4] Op.Cit., Geofrey Parinder, hal 12

[5] Bambang Noorsena, Mengenai Kata Allah, Institute for Syriac Christian Studies, November 2001, hal 46

[6] Ibid., hal 46-47

[7] Who Is This Allah ?, Dorchester House Publications, 1995, p. 142

[8] Op. Cit., Geofrey Parinder, hal 14

[9] Iman Kristen, BPK-Gunung Mulia, Jakarta, 1995, hal 320-321

[10] Op. Cit., Terdengar Gemanya, hal 72

[11] Abdiyah Akbar Abdul Haq, Sharing Your Faith with a Muslim, Bethany House Publishers, 1980, p. 67

[12] Masyhud S.M., Dialog Santri Pendeta, Pustaka Dai, 1992, hal xiv

[13] Loc.Cit., Abdiyah Akbar Abdul Haq, p. 67

[14] Muhamad Wahid., Seluk Beluk Mati dan Hidup, Mutiara Solo, 1981, hal 24

[15] Maneh Hammad Al Johani, Yang Benar Tentang Yesus, Qalam, 1996, hal 21

[16] Simon A.Y., Mengungkap Misteri Penyaliban Yesus, YABUMI, 1994, hal 18-19

[17] Syafii R. Batuah, Dari Palestina ke Kashmir, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1997, hal 4-6, 30-36

[18] Ahmad Syalaby, Perbandingan Agama : Agama Masehi, Bumi Aksara, 1994, hal 42-43

[19] Rahnip, M.BA., Terjemah Injil Barnabas, PT. Bina Ilmu, hal 275-276

[20] John Gilchrist, Kristus menurut ajaran Islam & Kristen, dit. Jalan Al Rahmat, Jakarta (t.th), hal 21

[21] Anton Wessel, Memandang Yesus, BPK-Gunung Mulia, 1990, hal 39

[22] Ibid., hal 41

[23] Exploring Church History, Evanggelical Training Association, 2002, p.33

[24] Sharing Your Faith Wit a Muslim, Minneapolis: Bethany House Publishers, 1980, p. 70-71

[25] Ibid., p.72

[26] Nurullah & Fauzan, Inti Tauhid: Ketaqwaan Kepada Allah, Kepanjen: Husaini, 1988, hal 32-33

Sumber: http://messianic-indonesia.com

6 comments:

  1. Pemahaman yg harus disejajarkan dan tidak akan ketemu, Injil adalah kesaksian para murid Sang Mesias yg dituliskan oleh beberapa Murid level-2 dan sebagian ditulis sendiri oleh saksi hidup (murid langsung Yesus , abad 1 Masehi dan telah ditutup kesaksian itu oleh Murid langsung. Sehingga cerita apapun yg di keluarkan oleh orang lain adalah pada zaman yang berbeda , sehingga diragukan kebenarannya ! (rekayasa pikiran manusia). Saat Injil dituliskan pada abad-1 sebagian besar Murid langsung Yesus masih hidup dan apa yg di tuliskan diakui kebenarannya oleh jemaat Kristen mula-mula , dari sejarah mencatat sebagian murid Yesus menjadi martir (dihukum mati) karena mempertahankan keyakinannya, dari bukti tersebut dapat diambil kesimpulan dari kejadian para martir didalamnya mengandung kebenaran.

    ReplyDelete
  2. Siapapun menulis cerita Yesus diluar abad-1 Masehi , adalah bukan fakta sejarah dan itu semua justru rekayasa manusia yg ingin memutar balikkan kebenaran yang disampaikan Yesus kedunia.......maka bertobatlah , sebelum kedatangan Yesus yang ke-2 .............Amien

    ReplyDelete
  3. Aku belum selesai membaca seluruh tulisanmu, baru membaca sampai pada firman tuhan kepada Isa putra maryam yg berbunyi : Hai Isa putra Maryam.......

    Mari ambil jeda sebentar, coba berfikir sedikit razional, sebenarnya wahyu atau quran inj diturunkan untuk siapa...? Untuk Muhamad atau untuk Isa....?

    Pertanyaanya adalah apakah saat itu Isa ada lagi kongkow bersama Muhamad atau bagaimana, kalzu saat itu wahyu ďiturunkan kepada Muhamad mengapa firmannya kok sèperti itu. Tolong hal ini jelaskan kepada umat yg awam ini, baru setelah mengetahuinya dengan benar aku akan melanjutkan membaca tulisanmu lagi.

    Pls balas ya

    ReplyDelete
  4. Aku belum selesai membaca seluruh tulisanmu, baru membaca sampai pada firman tuhan kepada Isa putra maryam yg berbunyi : Hai Isa putra Maryam.......

    Mari ambil jeda sebentar, coba berfikir sedikit razional, sebenarnya wahyu atau quran inj diturunkan untuk siapa...? Untuk Muhamad atau untuk Isa....?

    Pertanyaanya adalah apakah saat itu Isa ada lagi kongkow bersama Muhamad atau bagaimana, kalzu saat itu wahyu ďiturunkan kepada Muhamad mengapa firmannya kok sèperti itu. Tolong hal ini jelaskan kepada umat yg awam ini, baru setelah mengetahuinya dengan benar aku akan melanjutkan membaca tulisanmu lagi.

    Pls balas ya

    ReplyDelete
  5. Ini namanya tafsir seenak udel..dia tidak mempelajari bahasa ibu dari kitab injil.

    ReplyDelete
  6. Injil lebih dulu ada.jauh sebelum adanya quran.
    Injil menceritrakan awal ikwal kehidupan Yesus. Sebelumnya dinubuatkan dalam kitab Yesaya 53:1-12.
    Yohanes 1:1
    Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.*diteruskan sampai ayat 18. semua jelas pakai bahasa yang sangat mudah dipahami.
    Intinya tidak usah baca kitab lain yang tak jelas adal usulnya. kita bisa sesat jalannya.

    ReplyDelete