Terimakasih atas pernyataan dan ajakan yang Anda berikan dengan judul “Surat terbuka kepada Pendeta Messianik Yahudi – Pdt. Teguh Hindarto, MTH” http://jalanibrahim.wordpress.com/2010/05/05/surat-terbuka-kepada-pendeta-messianik-yahudi-pdt-teguh-hindarto-mth/ dimana dalam surat terbuka Anda mengajak saya untuk masuk Islam. Sebelum saya memberikan jawaban, saya akan menanggapi beberapa pernyataan Anda yang tidak tepat.
Anda berkata:Adapun keberadaan anda sebagai punggawa MESSIANIK JEWISH INDONESIA…
Anda berhadapan dengan sesama PEMUJA NABI IESHUA….
Anda berhadapan dengan PRINSIP UTAMA GEREJA-GEREJA MODERN yang SEPAKAT mengatakan NABI IESHUA adalah JELMAAN TUHAN di bumi…
Anda meyakini sang NABI bukan REINKARNASI TUHAN sementara mereka meyakini YESUS REINKARNASI TUHAN…
Anda juga berhadapan dengan kaum YAHUDI yang menghina YESUS sang Nabi sebagai MESIAS PALSU..
Di YAHUDI anda ditolak…di NASRANI anda juga ditolak…
YAHUDI tidak NASRANI bukan…
Tanggapan saya: Anda keliru menyebut saya dengan “punggawa Messianik Jewish Indonesia”. Perlu Anda ketahui bahwa Messianic Judaism/Jewish adalah pergerakan spiritual diantara komunitas Yudaisme dan Yahudi yang dimulai sejak Abad XIX hingga sekarang, dimana mereka beriman bahwa Yahshua (Yeshua) adalah Mesias Yahudi yang dinantikan selama ini. Mereka tidak ingin menyebut dan diidentifikasi sebagai Kristen. Mereka memiliki tata ibadah yang berakar pada nilai-nilai Yudaisme. Gerakan ini semakin meluas berkat kemajuan teknologi informasi khususnya media internet, sehingga warna dan keragaman pemahaman dan ibadah mereka dapat diakses oleh siapapun di belahan dunia lain bahkan di Indonesia.
Kekristenan di belahan dunia lain bahkan di Indonesia ada yang menolak namun ada pula yang menyambut kehadiran dan kelahiran gerakan spiritual ini. Banyak komunitas Kekristenan di Eropa, Amerika bahkan di Asia merespon gerakan ini dengan menggunakan istilah “Back to the Hebraic Root of Christianity”. Beberapa komunitas Kristen langsung melepaskan diri dengan Kekristenan sementara ada yang tetap berada dalam koridor Kristen namun dengan mengaplikasikan gagasan Messianic Judaism.
Saya termasuk golongan yang kedua. Saya tetap berada dalam koridor Kekristenan dan tidak pernah melepaskan diri dari Kekristenan. Untuk membedakan warna Kekristenan saya dengan denominasi lain (Orthodox, Katholik, Protestan, Pentakosta, Kharismatik, Baptis, Metodis, dll) saya lebih senang menyebut diri saya sebagai “Kristen Rekonstruksionis” atau “Kekristenan Semitik” atau “Judeochristianity”. Saya bukan Mesianik Yudaisme atau Mesianik Yahudi. Saya seorang Kristen namun dengan sebuah kesadaran baru karena selalu menempatkan diri sebagai orang yang ingin mengalami pencerahan baru dari Tuhan. Saya berada dalam titik kesadaran religius yang saya jalani sekarang ini, yaitu bentuk Kekristenan yang concern dengan pengkajian, penggalian tradisi berpikir dan tradisi ibadah yang berakar pada nilai-nilai Semitik-Yudaik sebagai akar Kekristenan.
Mengapa saya menggunakan nama situs kajian www.messianic-indonesia.com? Pertama, situs ini mula-mula diperuntukkan bagi teman-teman yang sevisi untuk membagikan pemahaman dan pengkajiannya agar menuliskan di portal ini. Nampaknya teman-teman masih banyak yang belum terbiasa menulis di media internet, sehingga portal ini tidak menghasilkan karya-karya pikir teolog atau rekan-rekan yang sevisi. Karena tidak ada juga yang mengisi tulisan, akhirnya saya mengambil inisiatif untuk memposting seluruh karya pikir dan kajian-kajian saya di situs ini. Kedua, dengan nama “Messianic-Indonesia” sebenarnya hanya untuk menandai corak analisis, corak teologia dan ekspresi ibadah yang berefleksi berdasarkan pergerakan Messianic Judaism/Jewish di luar Indonesia.
Sekalipun saya harus berhadapan dengan arus utama yang masih mendominir pemikiran teologi dan ekspresi ibadah Kekeristenan di Indonesia, namun saya tidak berusaha untuk membenturkan diri dan melakukan perang opini terbuka. Saya hanya ingin menyampaikan pesan (message) secara persuasif baik secara tertulis dan lisan. Keputusan ada pada pribadi-pribadi yang membaca dan merenungkan tulisan dan pernyataan saya. Seorang pembaru (Arab,mujadid) pantang untuk gentar menghadapi berbagai perlawanan dan tantangan. Seorang pembaru menjadikan lawan, tantangan, penderitaan sebagai kawan yang mempertajam visi dan pemikirannya. Sekali layar dikembangkan, pantang untuk diturunkan kembali.
Anda berkata:
Kami menyarankan bapak Teguh Hindarto…
Lebih tepat buat bapak meleburkan diri sekalian ke dalam ISLAM..
Dengan ISLAM bapak tidaklah meninggalkan NABI YESHUA…
Dengan ISLAM bapak beragama seperti agama NABI YESHUA…
Semoga..jika tidak di hari ini…semoga bapak bisa memikirkan tawaran kami kepada bapak…kelak di kemudian hari di satu fase kehidupan bapak Teguh…
Sebagaimana Nabi kami berdoa mengharap keislaman Umar bin Khattab…
maka kami pun berdoa dan berharap keislaman seorang cerdas dan brillian bernama Teguh Hindarto..
Kami akhiri risalah ini dengan doa kami kepada bapak Teguh…
Semoga ALLAH Subhanahu wa ta’ala…ALLAH yang MAHA SUCI dan MAHA TINGGI…
Dia yang anda menyebutNya dalam IBRANI sebagai HA KADOSH EL ELYON..
Memberi bapak Teguh Hindarto dan anak istri bapak..Hidayah ISLAM…Aamiin
Tanggapan saya: Terimakasih atas ajakan dan kepedulian Anda. Saya sangat menghargai. Perlu Anda tahu, saya adalah seorang musafir dan peziarah spiritual. Sebelum saya berlabuh pada Yesus Sang Mesias (Yahshua ha Mashiakh) dan berada dalam titik kesadaran religius sekarang ini, saya adalah seorang yang skeptis dengan Kekristenan yang saya anut sejak kecil. Saya hanya seorang Kristen nominal. Dalam kegamangan, saya mencari agama yang haq. Saya membaca buku-buku filsafat, saya melibatkan pada suatu kegiatan ilmu beladiri dan hal-hal yang berbau ghoib. Saya hampir berlabuh pada Islam. Saya tertarik dengan Islam dalam hal; kesalehan personal dan kolektif, kepedulian sosial, membela yang tertindas (sayangnya wajah Islam yang demikian semakin kabur dan lebih memancarkan wajah garang, keras dan radikalisme yang anarkis akhir-akhir ini). Apalagi saya dibesarkan di Bandung, kota dengan mayoritas Islam dan belum pernah ditundukkan melalui pekabaran Injil zending Belanda. Sejumlah konsep-konsep Keislaman yang saya dapatkan di Bandung masih tertanam dalam bawah sadar saya. Ada nilai-nilai postip dalam Keislaman, layaknya semua agama lainnya seperti Budha, Hindu, Tao, Kong Hu Cu, dll.
Persoalannya, sekalipun saya memiliki simpati besar pada Islam, namun satu hal yang tidak pernah mendapatkan jawaban yang memuaskan dalam Islam. Soal keselamatan, soal kehidupan setelah mati, soal surga dan neraka. Dalam kesadaran religius dari titik nol, saya telah merekam berbagai penjelasan, tulisan, gambaran yang memberikan deskripsi Islam mengenai surga, neraka, azab, kematian, dll. Dalam pemahaman saya yang masih belajar, saya sangat digelisahkan dengan “jembatan shiratal mustaqim” dimana semua orang akan melewatinya, dimana jembatan ini terbuat dari rambut dibelah tujuh dan dibentangkan di atas api neraka yang siap melahap orang yang melewatinya. Siapakah yang dapat lolos dengan selamat dari jembatan itu? Mereka yang amalannya baik. Mereka akan lolos dengan cara yang beragam, ada yang berjalan cepat, ada yang berlari secepat kilatan cahaya sesuai dengan kadar perbuatan baikknya. THE BIG QUESTION: Siapa yang dapat menjamin bahwa amalan baiknya yang selama ini dikerjakan sepanjang hidup akan meloloskan seseorang dari api neraka tersebut? TIDAK ADA! Semua hanya berkata dengan penuh pengharapan, INSYAALLAH (Jika Allah menghendaki). Bahkan salah satu syair lagu penyanyi kegemaran saya yang sampai hari ini saya dengarkan mengatakan, “mengumpulkan bekal, untuk perjalanan abadi”. Perbuatan hidup kita adalah bekal untuk memasuki perjalanan abadi. Jika perbuatan hidup dianalogikan dengan bekal, mari kita berpikir logis. Bekal itu bisa cukup bisa tidak cukup untuk memasuki keabadian. Siapa yang bisa menjamin bahwa bekal yang dia bawa telah cukup untuk membawa dia pada keabadian surgawi? Sekali lagi TIDAK ADA!
Dalam perjalanan dan kegelisahan spiritual tersebut, sampailah saya pada kondisi yang menuntun untuk membaca Kitab Suci yang selama ini tersimpan rapi dalam rak buku rumah saya. Kitab itu masih saya pakai sampai hari ini,meski sudah rusak keadaanya. Roh Tuhan menuntun saya untuk membaca Yohanes 14:6 yang berkata: Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”. Ayat ini memberikan penegasan dan kepastian dari seorang pribadi bernama Yesus. Sejak itu, saya begitu terpikat untuk membaca dan terus membaca Kitab Suci. Bahkan saya harus diam-diam membaca Kitab Suci karena jam belajar saya (masih SMA) saya habiskan untuk membaca dan terus membaca Kitab Suci, hal mana tentu membuat orang tua saya cukup gusar dengan kebiasaan baru tersebut.
Kesadaran baru itulah yang mendorong saya untuk berdiskusi dengan teman-teman Islam di SMA. Kebiasaan tersebut masih terus terjadi saat saya memustuskan sekolah teologia di Yogyakarta. Semasa saya kuliah saya sering mengajak diskusi teman-teman Muslim sehingga membuat saya diundang berdebat dengan Kiai dari Ahmadiyah di Yogyakarta di mesjidnya dengan dihadiri puluhan santri dan muallaf serta guru-guru Islam. Dengan demikian, berbicara diskusi, debat, adu argumentasi adalah soal yang sudah terbiasa dalam diri saya untuk menemukan yang haq. Apalagi saya pernah tergila-gila dengan ilmu filsafat yang mengajarkan berpikir radik untuk mendapatkan pengetahuan.
Saya tidak mungkin menceritakan secara detail kisah kehidupan saya karena waktu dan kesempatan yang terbatas. Intinya, saya pernah berlabuh sementara pada Islam dan belajar banyak tentang Islam. Namun itu bukan perjalanan terakhir saya. Pelabuhan hati dan rindu jiwa saya pada keselamatan dan kehidupan kekal telah terjawab pada diri Yesus Sang Mesias. Dalam Yohanes 5:24-26 beliau bersabda: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak (Tuhan), dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri”. Saya tidak mungkin kembali di tempat berlabuh yang lama yang tidak memberikan jawaban atas kegelisahan jiwa saya dan kehausan rohani saya akan kehidupan kekal.
Terkait ajakan Anda, bagaimana saya akan mengikuti Agama Anda jika pemimpin dan agama Anda tidak mampu memberikan kehidupan kekal?” Al Qur’an menyatakan dalam Qs 19 (Maryam): 71-72 sbb: “Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut”. Dan apakah yang dikatakan para mufasirin (ahli tafsir) terhadap ayat tersebut?
Tafsir Ibnu Kathir mengatakan:
(tidak ada seorang pun dari padamu melainkan mendatangi neraka itu) Penyebarangan kaum Muslim (di atas Api Neraka) berarti mereka menyeberangi jembatan di atas Neraka. Tapi penyeberangan kaum pagan di atas Api Neraka berarti mereka masuk ke dalam Api."
As-Suddi melaporkan dari Murrah, dari Ibn Mas'ud, bahwa dia menerangkan tentang pernyataan Allah: (Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.) "Sebuah sumpah yang harus dipenuhi." Mujahid berkata, "Hatman berarti telah ditetapkan sebelumnya."
Ibn Jurayj mengatakan hal yang sama. Mengenai pernyataan Allah: (Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa) Ketika semua makhluk melalui Api Neraka, orang2 yang tak percaya dan tak taat sudah ditentukan untuk jatuh ke dalamnya karena ketidaktaatan mereka, Allah akan menyelamatkan orang yang beriman dan takwa dari Api Neraka karena perbuatan mereka. Karenanya, penyeberangan mereka di atas jembatan dan cepatnya mereka menyeberangi tergantung dari perbuatan2 mereka sewaktu hidup. Muslim yang melakukan dosa2 besar tidak akan mendapat perantaraan. Para malaikat, nabi2 dan Muslim2 lainnya akan memperantarai. Maka, banyak orang2 berdosa diperbolehkan ke luar Neraka. Saat itu api telah membakar habis banyak bagian tubuh mereka, kecuali bagian muka wajah untuk bersujud. Pengeluaran mereka dari Api Neraka tergantung dari iman dalam hati mereka. Juga tergantung siapapun yang punya iman lebih kecil setelah dia. Lalu siapapun setelah orang itu yang punya iman lebih kecil lagi, dan begitu seterusnya. Hal ini terus berlangsung sampai ke orang yang punya iman terkecil dalam hatinya, yang berat imannya sama dengan berat sebuah atom. Setelah itu, Allah akan mengeluarkan dari Api Neraka orang yang berkata "La ilaha illallah,'' meskipun orang itu hanya satu hari dalam seluruh hidupnya melakukan kebaikan, atau bahkan tidak pernah melakukan kebaikan apapun dalam hidupnya. Setelah itu, tiada lagi yang tinggal dalam Api Neraka, kecuali mereka yang tetap harus berada di sana untuk selamanya. Hal ini telah dilaporkan dalam banyak Hadis sahih dari Rasul Allah (Sumber: http://tafsir.com/default.asp?sid=19&tid=31598)
Ustadz ‘Ashim bin Musthafa, Lc dalam artikelnya menuliskan (Majalah As-Sunnah Edisi 09/Thn. XIII/Dzulhijjah 1430H/Desember 2010M):
Yang perlu diketahui, Ulama ahli tafsir berbeda pendapat mengenai pengertian kata al-wurûd (mendatangi neraka) dalam ayat tersebut. Sebagian Ulama menyatakan, maksudnya neraka dihadirkan di hadapan segenap makhluk, sehingga semua orang akan merasa ketakutan. Setelah itu, Allâh Ta'ala menyelamatkan kaum muttaqîn (orang-orang yang bertakwa). Atau menurut penafsiran yang lain, semua makhluk akan memasukinya. Akan tetapi bagi kaum Mukminin meskipun mereka memasukinya, neraka akan menjadi dingin dan keselamatan bagi mereka. Di samping itu, terdapat penafsiran lain yang memaknai kata al-wurûd dengan mendekati neraka. Dan ada pula yang menafsirkan bahwa maksudnya adalah panas badan yang dialami kaum Mukminin saat menderita sakit panas.
Syaikh ‘Abdul Muhsin menyatakan bahwa penafsiran paling populer mengenai ayat di atas ada dua pendapat. Pertama, semua orang akan memasuki neraka, akan tetapi kaum Mukminin tidak mengalami bahaya. Kedua, semua orang akan melewati shirâth (jembatan) sesuai dengan kadar amal shalehnya. Jembatan ini terbentang di atas permukaan neraka Jahannam. Jadi, orang yang melewatinya dikatakan telah mendatangi neraka. Penafsiran ini dinukil Ibnu Katsîr rahimahullâh dari Ibnu Mas’ûd radhiallâhu'anhu.
Dari dua pendapat ini, Imam Ibnul Abil ‘Izzi rahimahullâh (wafat tahun 792 H) memandang bahwa pendapat kedua itulah yang paling kuat dan râjih (Sumber: http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=110
Sangat jelas bahwa menurut tafsir di atas bahwa semua orang termasuk umat Muslim akan memasuki tempat tersebut dan diselamatkan berdasarkan amalannya. Pertanyaannya, Siapakah yang dapat menjamin bahwa amalan dirinya selama di dunia telah memberikan kepastian bahwa dirinya akan keluar dari neraka?
Saudara Dokter Jalan Ibrohim yang terkasih, setelah saya menjawab pernyataan Anda dan menjelaskan posisi keimanan saya. Giliran saya mengajak Anda untuk mengenal Yesus Sang Mesias atau Yahshua ha Mashiakh. Barangsiapa mengenal dan melihat Yesus, dia sudah melihat dan menemukan Bapa, sumber kehidupan abadi yaitu YHWH (Yahweh). Dia pemiliki sorga. Dia mengasihi Anda. Dia menginginkan Anda untuk menjawab tawaran Kasih Karunia-Nya. Apakah jawaban Anda?
No comments:
Post a Comment