Bangsa Yahudi dan Umat Kristen pada jaman sebelum Muhammad
Bangsa Yahudi tersebar ke segala penjuru karena pendudukan pasukan Romawi di daerah sekitar Siria atau dijual sebagai budak setelah dipadamkannya pemberontakan mereka (70 M.; 132/135 M.). Koloni-koloni bangsa Yahudi terbentuk di Asia Kecil, Irak, di Semenanjung Arab, Mesir dan di Roma sendiri.
Dalam gelombang-gelombang peperangan yang terus menerus terjadi di antara negara-negara di sekitar Mediterania dan dengan adanya kekuatan dari wilayah Asia, orang-orang Yahudi yang tinggal di sebelah Timur padang pasir Siria berperang bersama-sama dengan kaum Sassanid melawan bangsa Romawi. Dengan pertolongan sekutu mereka, maka mereka membentuk sebuah kerajaan Yahudi di daerah Yaman Selatan, di mana mur dan kemenyan tumbuh, sebagai sebuah benteng untuk melawan pengaruh kekristenan dari kekaisaran Byzantium.
Setelah bangsa Romawi menghancurkan pemberontakan bangsa Yahudi di antara Yerusalem dan Damaskus, gereja-gereja Kristen terpusat di kota-kota Aleksandria, Antiokhia, Efesus, Roma, Edesa dan kemudian di Konstantinopel. Mereka menginjili Mesopotamia, Ethiopia, Afrika Utara dan Asia Tengah. Golongan Koptik Ethiopia kemudian mulai menginjili daerah Yaman Utara dan membangun sebuah kerajaan Kristen selama beberapa dekade dengan sebuah keuskupan di Wadi Nadjran. Pertempuran sengit berlangsung antara kerajaan Yahudi di Yaman Selatan dengan kerajaan Koptik di Yaman Utara. Budak-budak Kristen dari Siria juga dijual di Hedjaz. Sebuah jemaat rumah tangga di Mekah berkumpul dipimpin oleh Waraqa bin Nafwal. Di sekitar waktu yang sama, uskup dari kota Sohat, yang sekarang termasuk daerah kesultanan Oman, ikut hadir di Konsili Nicea.
Muhammad dan “Para Ahli kitab.”
Muhammad (575-632 M.) sangat terkesan dengan orang-orang Yahudi dan Kristen karena mereka memiliki kitab yang menyatakan kepada mereka rahasia tentang masa lalu, bahkan sampai ke masa penciptaan, dan mengatur kehidupan mereka sekarang melalui hukum-hukum dan menawarkan kepada mereka perspektif masa depan tentang Hari Penghakiman. Muhammad menghormati orang-orang Yahudi dan Kristen dan menyebut mereka sebagai “Para Ahli Kitab.” Ia ingin memiliki kitab seperti milik mereka dalam bahasa Arab. Ia berusaha untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi dari Alkitab dengan harapan bisa mengembangkan agamanya sendiri.
Muhammad sangat terkesan dengan Abraham, seorang Bedouin, yang siap untuk mengorbankan anak laki-lakinya sebagai korban kepada Allah (Surat al-Saffat 37:99-113). Karena itu, Al-Qur’an menyebut Abraham sebagai Muslim yang pertama (Surat Al 'Imran 3:67).
Musa, seorang pemimpin politik dan penghubung antara Allah dengan umat perjanjian-Nya, disebutkan sebanyak 136 kali di dalam Al-Qur'an. Ia adalah teladan bagi Muhammad dan para pengikutnya karena ia menyatukan iman dengan kekuasaan, agama dan negara dalam satu pribadi.
Kisah-kisah mengenai para bapa iman dan juga Salomo serta berbagai perintah dari Hukum Musa termuat 10 kali lebih banyak ayat di dalam Al-Qur'an dibandingkan dengan ayat-ayat mengenai Putra Maryam yang lemah lembut, sang tabib yang ajaib dan pengikut-pengikut-Nya. Siapa pun yang membaca Al-Qur'an cepat atau lambat mungkin akan menganggap Islam sebagai salah satu sekte agama Yahudi, yang mana sangat keras ditolak oleh kaum Muslim sendiri.
Pengaruh Gereja Ortodoks dalam Pembentukan Islam
Gereja Ortodoks mempunyai pengaruh yang lebih kuat terhadap Islam dibandingkan dengan Gereja Roma Katholik. Namun, orang-orang Kristen Ortodoks tidak memberikan pengajaran yang lengkap mengenai Kristus kepada Muhammad. Kaum Koptik menekankan tentang keilahian Yesus didasari pengajaran mereka di Aleksandria, sedangkan orang-orang Kristen yang mengikuti golongan Antiokhia lebih berkonsentrasi kepada hakekat kemanusiaan Kristus.
Pola penyembahan di dalam Islam bisa ditelusuri kembali kepada ibadah-ibadah Ortodoks di mana mereka bersujud sepanjang minggu sebelum Paskah untuk menghormati Tritunggal Yang Kudus. Kata qir’an di dalam gereja-gereja Ortodoks berbahasa Arab berarti: mengabarkan Injil pada saat misa kudus. Istilah inilah yang mungkin menjadi akar bagi kata Qur’an dan bukan sebaliknya. Di dalam Alkitab bangsa Asiria kata untuk keselamatan adalah furqan, yang sering muncul di dalam Al-Qur'an sebagai salah satu pengajaran yang sangat penting.
Muhammad dan perbedaan antara orang-orang Yahudi dan Kristen
Muhammad menyadari adanya perselisihan dan perdebatan yang sengit antara orang Yahudi dengan orang Kristen (Surat al-Baqara 2:113 dst). Pertarungan yang sengit terjadi antara kerajaan Yahudi di sebelah Selatan Yaman dengan kerajaan Kristen di daerah Utara Yaman selama beberapa ratus tahun di mana masing-masing pihak menganiaya pihak yang kalah kalau mereka menang dalam salah satu peperangan. Muhammad memahami perpecahan ini sebagai kehendak Allah, yang sengaja membuat kelompok-kelompok tersebut untuk saling berperang di Hedjaz, sehingga Islam bisa berhasil tersebar di antara kedua pihak yang bermusuhan, yang sudah dilemahkan karena peperangan mereka. Muhammad datang seolah-olah sebagai penonton yang tersenyum kepada kedua belah pihak, tetapi kemudian ia menaklukkan semuanya.
Orang Yahudi menolak Muhammad sebagai nabi. Mereka menemukan kekeliruan yang dia buat dalam Al-Qur'an dan mencelanya di depan umum. Karena itu Muhammad mengutuk mereka sepuluh kali (Surat al-Baqara 2:65-66; al-Ma'ida 5:60; al-Araf 7:163-166 dst). Ia menyebut orang Yahudi sebagai musuh Islam yang paling berbahaya (Surat al-Ma'ida 5:82). Ia memaksa pedagang-pedagang Yahudi yang kaya untuk keluar dari wilayahnya dan kemudian akhirnya ia memperbudak mereka atau membinasakan mereka dengan pedang.
Gereja Ortodoks – rantai penderitaan yang panjang
Pada awalnya orang-orang Kristen di Semenanjung Arab dianggap sebagai orang yang paling bersahabat di antara musuh-musuh kaum Muslim (Surat al-Ma'ida 5:82). Tetapi ketika mereka terus mengakui Yesus sebagai Anak Allah, mereka pun dikutuk seperti orang-orang Yahudi (Surat at-Tawba 9:29). Beberapa tahun kemudian mereka diusir dari Semenanjung Arab oleh Kalifah Umar bin Kattab.
Dalam sebuah serangan yang penuh kemenangan (632–732 M.) pasukan Muslim menaklukkan semua pusat penting dari kekristenan mula-mula: Yerusalem, Aleksandria, dan Antiokhia. Kemudian diikuti dengan Konstantinopel dan Efesus di dalam gelombang perkembangan Islam yang kedua. Kebanyakan orang Kristen di Barat telah melupakan, mengabaikan atau diam-diam menerima bencana terbesar dalam sejarah gereja ini.
Gereja Ortodoks sangat sering diuji melalui penderitaan. Mereka ditekan, dianiaya dan senantiasa dibatasi oleh Islam selama 1.370 tahun. Sepanjang kehidupan Muhammad, kebanyakan penduduk di negara-negara di daerah Tenggara dan Timur Laut Mediterania adalah Kristen Ortodoks, tetapi Islam menyerap 90 persen dari mereka dengan mengenakan pajak yang sangat mencekik, penindasan dan penghinaan, yang membuat mereka beralih menjadi umat Muslim. Hanya sisa 10 persen yang tetap setia kepada Yesus meskipun mereka dianggap sebagai warga negara kelas dua! Kelompok Muslim sering mengeksploitasi kaum minoritas yang taat ini sebagai tuan yang berkuasa. Orang-orang Kristen ini tidak pernah menjadi ancaman yang serius bagi Islam. Karena sikap mereka, kaum Muslim menganggap orang Kristen sebagai orang yang lemah lembut dan rendah hati, yang mudah untuk ditundukkan.
Penyembahan yang penuh kuasa kepada Tritunggal Yang Kudus dalam Gereja Ortodoks dan sistem hierarkinya membantu mereka untuk bertahan. Dalam negara-negara non Islam mereka sering tunduk kepada pemerintah yang berkuasa tetapi di dalam kerendahan hati mereka seringkali terseret untuk menjalankan peran sebagai agama negara (Byzantium, Rusia, Yunani, Serbia dll). Kaum Muslim di negara-negara mereka memaksa para uskup dan uskup agung kaum Ortodoks untuk memungut pajak minoritas dari orang Kristen di dalam gereja mereka bagi para penguasa Muslim. Sebagai kompensasinya mereka diberi kekuasaan istimewa yang terbatas dalam gereja mereka. Saat ini gereja Ortodoks yang tersisa memiliki 250 juta umat yang merupakan 14 persen dari keseluruhan orang Kristen di seluruh dunia.
Islam dan Gereja Roma Katholik
Gereja Roma Katholik, meskipun sebenarnya juga bervariasi, dianggap oleh kaum Muslim sebagai gereja yang berjuang. Gereja itu dianggap sebagai kekuatan politik-agama dunia bahkan setelah runtuhnya kekaisaran Romawi Barat dan munculnya kekacauan counter-reformasi di Eropa.
Balatentara Katholik di bawah pimpinan Charles Martell memukul mundur serangan pertama dari kaum Muslim di Tours, dekat Paris, Perancis (732 M.). Tetapi, balatentara Perang Salib Katholik melemahkan Gereja Ortodoks dengan penaklukan mereka atas Konstantinopel (1204 M.) sehingga benteng pertahanan Kristen bagian Timur melawan Islam akhirnya jatuh ke tangan kaum Muslim pada tahun 1453. Segera sesudah itu pada tahun 1529 pasukan Turki sudah berada di gerbang kota Wina untuk pertama kalinya. Ketika mereka mengepung Wina untuk kedua kalinya pada tahun 1683, hanya pasukan Katholik Polandia saja yang bisa menahan gerak laju kaum Muslim yang bermaksud menaklukkan seluruh Eropa.
Sementara itu, pengadilan Roma telah mengusir ratusan ribu orang-orang Yahudi dan Muslim dari Spanyol dan Eropa. Gereja Roma Katholik dengan pasukan Perang Salib mereka juga memunculkan gambaran yang berbahaya mengenai kekristenan di dalam alam pikiran Islam. Konsep negara agama dari kaum Muslim menghadapi saingan beratnya di dalam Gereja Katholik, yang bisa membatasi gerak laju perkembangan mereka.
Sejak saat itu kaum Muslim menganggap bahwa semua kegiatan misionaris Kristen bertujuan untuk mendirikan negara Kristen. Mereka tidak mempercayai upaya gereja Katholik untuk merangkul mereka yang sejak Konsili Vatikan kedua memutuskan untuk membuka gereja Katholik bagi elemen-elemen yang baik dari semua agama dunia. Pendekatan Paus Yohanes Paulus II untuk adanya kerjasama sedunia di antara orang Muslim dengan orang Kristen ditanggapi secara skeptis oleh orang Muslim karena mereka percaya bahwa gereja Katholik secara diam-diam sedang berusaha membangun Kerajaan Kristus di dunia ini. Namun demikian, otoritas dari para Paus sudah membuat Gereja Katholik bersatu di dalam kesatuan yang terorganisir di bawah semboyan: “Kerajaan-Mu datanglah, di bumi seperti di surga”, yang mempunyai umat sejumlah setengah dari umat Kristen sedunia, dengan anggota 950 juta orang.
Islam dan Gereja Protestan
Gereja Protestan pada awalnya adalah “gereja-gereja kritis” yang berusaha untuk mereformasi Gereja Katholik. Mereka memilih Kitab Suci tanpa mengikutsertakan tradisi sebagai dasar pengajaran mereka, percaya kepada keselamatan hanya berdasarkan anugerah, tanpa pekerjaan pembenaran diri sendiri dan hanya percaya kepada Kristus sebagai perantara, bukan bunda Maria.
Kebanyakan Gereja Protestan di Eropa di abad pertama setelah Reformasi adalah gereja-gereja lokal dari penguasa regional. Kebangunan rohani yang kuat setelah terjadinya kekakuan tradisi dan perpecahan menghasilkan gerakan misionaris yang sangat kuat di Amerika, Eropa dan Korea. Tetapi, teologia yang berdasarkan rasional tanpa pengendalian dari sebuah otoritas gereja pusat akhirnya menimbulkan banyak orang Protestan liberal jatuh ke dalam kebebasan yang tidak Alkitabiah. Gereja-gereja independen mereka merupakan sepertiga dari seluruh umat Kristen sedunia dengan jumlah anggota sekitar 600 juta orang.
Golongan Protestan, yang baru muncul 450 tahun yang lalu, memulai usaha penjangkauan ke seluruh dunia pada abad 18 dan 19. Mereka mengirimkan mesin cetak yang pertama ke Timur Tengah dan mencetak terjemahan Alkitab dalam banyak bahasa Islam. Mereka memungkinkan adanya penggandaan Alkitab, Al-Qur'an, traktat dan poster. Lembaga pelayanan dan sekolah Protestan mendukung usaha penginjilan mereka yang didasari oleh percetakan firman Allah. Sayangnya, kegiatan Protestan justru banyak menyinggung orang-orang Kristen Ortodoks, sehingga mengakibatkan adanya perlawanan terus menerus dari pendeta-pendeta Ortodoks terhadap kaum Protestan.
Umat Muslim memandang Gereja Protestan dengan kecurigaan, karena banyak dari umat Protestan menganggap Negara Israel sebagai umat pilihan Tuhan. Karena itu para misionaris Protestan sering dianggap sebagai mata-mata atau sekutu bangsa Perjanjian Lama.
Namun demikian, Muslim Liberal memiliki pandangan yang berbeda terhadap kaum Protestan. Seorang Sheikh Islam bertanya, “Mengapa orang yang pertama kali mendarat di bulan adalah orang Protestan?” Ia sendiri menjawab pertanyaan itu: “Kami orang Muslim terkungkung di dalam pemikiran kami dan tidak bisa mengembangkan teknik modern. Orang Katholik selalu harus mengakui dosa mereka dan memiliki sikap yang kurang baik. Hanya orang Protestan yang mengembangkan semangat ‘kebebasan’ dan didorong untuk mencoba yang sesuatu yang dianggap mustahil.” Semua usaha untuk menyangkal konsepnya ini sia-sia. Bahkan efek samping yang menjadi bumerang akibat dari kemajuan teknik yang ditunjukkan kepadanya juga tidak mengubahkan pendiriannya. Ia memiliki ide sendiri mengenai motivasi dan tujuan dari agama masa kini.
Perpecahan di dalam gereja dan perpecahan di dalam Islam
Tiga aliran utama gereja ini sudah terbagi lagi dalam banyak gereja-gereja yang lebih kecil. Jumlah gereja yang mandiri, sinode atau organisasi yang memiliki doktrin dan administrasi sendiri melebihi jumlah 22.000 buah, sebuah angka yang mendorong kita untuk bertobat kalau kita ingat doa Yesus Kristus: “Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu.” (Yohanes 17:21-22).
Satu kesamaan yang masih mengikat semua gereja-gereja itu adalah tiga elemen yang paling mendasar dari Katekismus: Doa Bapa Kami, Pengakuan Iman Nicene dan Sepuluh Hukum Allah beserta penjelasannya sesuai dengan Perjanjian Baru. Pengakuan kita akan Allah kita, sang Bapa, Anak dan Roh Kudus dipandang sebagai ajaran Politeisme dan dianggap sebagai penghujatan yang tidak dapat diampuni oleh orang Muslim. Mereka tidak menerima adanya Allah Tritunggal dan hanya mengakui satu Allah. Mereka juga menyangkal peristiwa penyaliban Kristus, dasar dari iman kita (Surat An-Nisa 4:157). Islam membuktikan dirinya sebagai sebuah kekuatan anti Kristen di seluruh dunia (1 Yohanes 2:22-24, 4:1-5). Pemikiran seperti itu berakar secara mendalam di dalam diri orang Muslim, meskipun mereka tidak menyatakannya secara terbuka. Keseluruhan budaya Muslim disisipi oleh sikap anti Kristen ini.
Siapa pun yang melihat perpecahan gereja di Timur Tengah dan di seluruh dunia tidak akan heran jika dalam Islam pun terjadi perpecahan. Sama seperti gereja-gereja sudah terpecah ribuan kali, demikian juga Islam menunjukkan juga adanya kaleidoskop yang penuh dengan warna. Dua aliran besar sudah berkembang sejak munculnya Islam.
Aliran Sunni – aliran utama di dalam Islam
Kaum Sunni menganggap diri mereka sebagai penganut iman Islam yang asli karena mereka tidak hanya mengikuti Al-Qur'an tetapi juga meniru gaya hidup para nabi mereka (Sunnah). Setelah disingkirkannya infiltrasi intelektual (kaum Mutazila) keadaan menjadi berubah. Islam menjadi agama yang kaku dan legalistik, yang didasarkan kepada Syariat. Mereka membentuk Syariat berdasarkan Al-Qur'an, Sunnah, dan penalaran analog dan kesepakatan lima kelompok hukum. Mereka mengembangkan sebuah hukum yang membentuk setiap bagian dari kehidupan manusia secara lebih mendalam daripada prinsip-prinsip iman di dalam Islam. Kaum Sunni mencakup sekitar 84 persen dari seluruh umat Muslim, berjumlah sekitar satu miliar pengikut Muhammad, jumlah yang hampir sama dengan anggota Gereja Katholik.
Aliran Syi’ah – aliran Sekte Islam pertama
Dalam perkembangan Islam, para pengikut Ali – anak angkat Muhammad yang juga keponakan dan menantunya – memisahkan diri dari kaum Sunni bersama kedua puteranya: Hasan dan Husein. Alasan perpecahan ini bukan karena perbedaan doktrin tentang iman tetapi karena ketidakpuasan akan pembagian kekuasaan atas kerajaan Islam. Kaum Syi’ah menuntut bahwa Ali dan anak-anaknya seharusnya mengambil alih kepemimpinan Islam setelah kematian Muhammad. Ini menunjukkan bahwa Islam terlebih dahulu memandang dirinya sebagai sebuah tatanan negara dan bukan hanya sekedar agama saja. Kaum Syi’ah terus mengagungkan Ali dan kedua anaknya, sampai hampir menganggap mereka sebagai dewa dan mengembangkan hierarki keimaman sendiri yang terdiri dari para imam – tujuh untuk satu kelompok, atau dua belas untuk yang lainnya – yang mereka taati sepenuhnya. Para pemimpin mereka yang disebut sebagai para Ayatollah mengaku menerima wahyu langsung dari imam yang terakhir. Kaum Syi’ah mencakup 14 sampai 16 persen dari umat Islam, dengan sekitar 200 juta pengikut.
Selain kaum Syi’ah masih banyak lagi sekte, cara hidup, golongan, kelompok, kaum-kaum dan perkumpulan-perkumpulan di dalam Islam yang tidak pernah siap untuk bersatu, tetapi masing-masing berjuang untuk mempertahankan kebebasan mereka.
Gelombang Islamisasi ketiga
Setelah dua gelombang yang pertama dari penyebaran Islam ke Eropa gagal (tahun 732 dan 1683 M) karena dihalangi tentara Katholik, gelombang yang ketiga dimulai pada tahun 1973 setelah melonjaknya harga minyak secara tiba-tiba. Negara-negara Islam penghasil minyak menjadi negara yang relatif sangat kaya. Karena ada persentase yang tetap dari keuntungan bersih yang harus disumbangkan untuk Kebangkitan Islam, maka banyak ide dari kaum Muslim fundamentalis yang bisa mendapatkan dana. Hassan al-Banna pendiri dari persaudaran Muslim, pernah ber-khotbah demikian, “Seorang Muslim yang berdoa, berpuasa dan membayar infak belum bisa dikatakan sebagai seorang Muslim yang sejati. Hanya jika Syariat mengontrol negara di mana dia tinggal saja maka Islam bisa menjadi sempurna.” Persaudaraan Muslim yang dibentuknya terpecah menjadi lebih dari 15 kelompok di sebagian besar negara Islam. Mereka berusaha untuk melakukan reformasi atas Islam dan membuat negara-negara Islam yang liberal diatur oleh Syariat.
Pada saat yang sama, kaum Muslim fundamentalis memulai sebuah rencana yang terencana dengan sangat baik untuk menyebarkan Islam ke seluruh lima benua. Mesjid-mesjid bermunculan di mana-mana seperti jamur. Orang Kristen yang naif menerima orang Muslim ke dalam masyarakat multi-budaya mereka. Mereka tidak mau menyadari bahwa tidak pernah ada di dalam sejarah sebelumnya di mana begitu banyak orang Muslim tinggal di negara-negara yang penduduknya kebanyakan adalah kaum Protestan seperti di masa sekarang ini! Kita sedang hidup di tengah-tengah perang suci mereka – dan sama sekali tidak menyadarinya!
Orang Muslim yang bagaimana yang kita jumpai?
Umat Muslim tidak hidup dan berpikir dengan cara yang serupa. Setiap orang merupakan pribadi yang berbeda. Semua penggolongan yang dilakukan tidaklah memadai atau justru keliru. Sebenarnya tidak ada yang namanya suatu tipe khusus Muslim. Perbedaan talenta, tradisi, pendidikan dan keyakinan terangkum dalam setiap tipe. Sangat keliru kalau kita berbicara dengan menganggap bahwa mereka tergolong dalam satu golongan “Muslim”. Setiap orang yang mau memahami orang-orang Muslim memerlukan banyak waktu untuk memahaminya. Kita harus menanyakan kepada mereka masing-masing dari mana asalnya, apa yang dia pikirkan dan rasakan dan apa masalah yang dihadapinya. Untuk bisa menjadi sahabat bagi orang-orang Muslim kita membutuhkan kesabaran untuk memahami mereka. Juga sebaliknya! Pandangan-pandangan yang sudah kita miliki sebelumnya justru harus kita adaptasikan kepada kenyataan yang ada. Seorang Muslim bisa dengan cepat merasa dan memahami bahwa kita menghormati dia dan bukannya berusaha untuk mengeksploitasi dia, tetapi menerima dia sebagaimana adanya. Injil bisa bekerja sebagai kuasa Allah setelah ada kepercayaan yang terbangun. Doa yang terus menerus adalah rahasia untuk berkat yang tidak berkesudahan.
Meski pada kenyataannya setiap Muslim adalah pribadi yang berbeda, ada beberapa kategori yang bisa dikecualikan – dengan syarat tertentu – sebagai aspek pemersatu, sehingga kita bisa berbicara mengenai adanya golongan-golongan Muslim yang berbeda.
1. Muslim konservatif dan fundamentalis yang takut kepada Allah
Di daerah pedesaan dan juga di universitas-universitas, di mesjid-mesjid dan di setiap bidang pekerjaan anda bisa menemukan adanya orang-orang Muslim yang ingin menjalani kehidupan sesuai dengan Al-Qur'an dan tradisinya. Tidak sedikit yang telah menghafalkan seluruh atau sebagian Al-Qur'an dalam bahasa Arab sejak mereka masih kanak-kanak. Mereka memakai “kacamata Al-Qur'an” untuk memahami dunia mereka. Selain Al-Qur'an dan aturan Syariat, tidak ada gaya hidup lain yang mereka terima. Penganut sekte-sekte, penganut agama lain dan semua penyembah berhala dianggap sebagai najis dan dikutuk oleh Allah. Makanan yang halal dan haram membuat dunia mereka terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pemakan babi dan kelompok orang-orang yang suci. Membeli daging di tempat di mana ketika binatang disembelih mereka tidak menyebut Bismillah adalah pelanggaran berat bagi orang-orang Muslim konservatif. Namun, kalau mereka memang terpaksa memakannya, maka hal itu tidak menjadi masalah untuk mereka.
Mereka yang setia kepada agama mereka tidak diper-kenankan untuk “berpikir atau berbicara secara kritis” tentang Al-Qur'an. Jika anda mempertanyakan salah satu ayat saja maka seluruh rangka dari cara pandang mereka akan runtuh. Karena itu, mereka harus membela kebenaran iman mereka setiap kali muncul perbedaan pandangan. Al-Qur'an adalah kehidupan mereka. Anda hanya bisa menjelaskan Injil kepada mereka dengan menggunakan istilah-istilah Al-Qur'an, dan mengisinya dengan makna dari Injil.
Herannya, ada banyak sekali murid-murid Islam yang konservatif. Jika mereka datang dari kampung mereka ke kota besar dan kemudian melihat adanya kehidupan yang bebas, yang penuh dosa, mereka merasa malu dengan sesama mereka itu, dan kembali kepada akar budaya mereka sendiri dan kemudian menjadi orang Muslim yang lebih fanatik daripada sebelumnya. Mereka berusaha untuk menegaskan apa yang selama ini menjadi dasar untuk kehidupan mereka dan mempertahankan keabsahan universal dari Al-Qur'an dengan cara yang sangat fanatik.
Ketika para fundamentalis menjadi kaum intelektual, maka mereka akan berusaha untuk mereformasi umatnya dengan cara damai ataupun kekerasan. Tidak sedikit dari kelompok itu yang siap untuk membunuh orang-orang Muslim liberal atau yang siap terlibat di dalam kelompok kekerasan untuk memaksakan pelaksanaan prinsip-prinsip Islam di negara mereka.
Jumlah kaum fundamentalis Muslim berbeda dari satu negara dengan negara lainnya. Mereka berjumlah sekitar 15 sampai 35 persen. Menurut pemilihan politik di banyak negara, mereka hanya meraih sekitar 10 sampai 20 persen dari keseluruhan suara. Mayoritas Muslim bukanlah kelompok radikal. Namun Al-Qur'an memerintahkan mereka untuk menerapkan Syariat di dalam negara Islam mereka sendiri, berapapun harga yang harus dibayar!
2. Muslim Liberal
Sebagaimana di negara-negara Kristen, mayoritas umat Muslim di negara-negara Islam adalah liberal, lembut dan cinta damai. Dengan tanpa harus bekerja keras mereka dapat berpenghasilan cukup untuk menafkahi keluarga mereka. Mereka tidak tertarik dengan banyak kegiatan. Mereka hanya berharap untuk dapat memiliki lemari es, TV yang besar, dan kalau memungkinkan, sebuah mobil atau motor. Bagi kebanyakan dari mereka, agama hanyalah urusan kedua atau cara untuk melancarkan bisnis.
Dalam kehidupan sehari-hari, Muslim liberal bersikap alim karena menurut mereka orang yang tidak hidup sesuai dengan budaya Islam tidak bisa lancar bisnisnya. Mereka banyak menggunakan ungkapan agamawi dalam per-cakapan mereka, membela Islam di depan umum atas tradisi mereka dan mendukung adat istiadat yang berlaku. Kalau salah satu anggota keluarga menjadi Kristen maka orang itu akan menciptakan kegemparan. Demi nama baik keluarga besar, maka orang yang menjadi Kristen itu akan dibenci, diancam, atau diusir. Mereka tidak akan membiarkan bau dari goyahnya kesetiaan terhadap Islam ini merusak citra nama mereka. Walaupun demikian, para anggota dari kelompok ini jarang ke tempat ibadah untuk berjemaah, dan kalaupun melakukannya hanya supaya dilihat orang lain saja. Mereka jarang membuka Al-Qur'an untuk memahaminya. Sikap masa bodoh terhadap agama sudah menjalar di antara mayoritas Muslim. Kelompok ini berjumlah sekitar 50 sampai 70 persen dari seluruh penduduk, tergantung di wilayah atau negara mana mereka hidup.
Kadangkala nasionalisme dan Islam dapat bersatu. Agama akan mendukung rasa nasionalisme dan sebaliknya. Namun, setelah negara itu meraih kemerdekaan, maka sikap materialistis akan mendominasi. Pekerjaan, makanan, dan keluarga segera menjadi lebih penting daripada agama.
Muslim Liberal menggarisbawahi pernyataan kemanusiaan di dalam Al-Qur'an dan tradisi. Larangan ter-hadap makanan, perintah Perang Suci (Jihad), status wanita di dalam Al-Qur'an dan hukuman yang kejam diabaikan dengan catatan bahwa peraturan yang demikian hanya berlaku bagi suku Bedouin di masa Muhammad. Sekarang, di jaman yang sudah maju ini, semua hukum itu tidak lagi relevan. Muslim liberal menjalani kehidupan sesuai dengan Islam yang sudah dipotong di sana-sini.
Kebanyakan pemerintahan Islam berjalan di jalan yang demikian. Mereka mengijinkan para pemimpin mesjid untuk mengawasi kewajiban-kewajiban Syariat secara pribadi. Semua prinsip mengenai Perang Suci atau hukuman yang kejam tetap berada di tangan pemerintah. Mereka berusaha untuk mengkompromikan Syariat dengan hak asasi manusia, dan menentang Islam fundamentalis di negara mereka. Serangan teroris di Mesir atau Aljazair tidak lain adalah perjuangan untuk mengimplementasikan seluruh Syariat. Inilah yang dengan segala upaya dihindari oleh Muslim liberal dalam pemerintahan mereka.
3. Wanita Muslim
Setengah dari umat Muslim adalah wanita! Kita jangan memikirkan kaum pria saja ketika berbicara tentang Muslim. Wanita Muslim memainkan peranan yang penting di dalam Islam. Mereka sering lebih banyak mempengaruhi anak-anak di dalam keluarganya dibandingkan dengan suami mereka.
Namun, Al-Qur'an dengan jelas menuliskan:
Anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. (Surat Al 'Imran 3:36).
Kebenaran di dalam Islam ini memiliki latar belakang hukum. Al-Qur'an menegaskan:
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. (Surat An-Nisa 4:34).
Dalam pengadilan, kesaksian seorang laki-laki Muslim dihitung sama dengan kesaksian dua wanita Muslim (Surat Al-Baqara 2:282). Dalam pembagian warisan, seorang perempuan menerima hanya setengah dari jumlah yang diterima saudara laki-laki atau anak laki-lakinya, saudara perempuan menerima setengah dari jumlah yang diterima saudara laki-lakinya, dan anak perempuan menerima setengah dari bagian anak laki-laki (Surat An-Nisa 4:11, 176). Secara hukum perempuan bernilai hanya setengah dari laki-laki.
Seorang laki-laki diijinkan menikahi empat orang isteri (Surat An-Nisa 4:3) kalau ia bisa mengasihi mereka secara seimbang. Karena kebanyakan laki-laki jaman ini tidak memiliki penghasilan yang cukup untuk mencukupi kebutuhan empat isteri beserta anak-anaknya, maka pernikahan monogamilah yang lebih dipilih. Namun demikian, isteri-isteri dari seorang laki-laki mengalami penderitaan dan kecemburuan lebih dari yang bisa kita bayangkan.
Dalam keluarga Islam seorang laki-laki berhak untuk “mendidik” istrinya. Kalau istrinya memberontak, ia bisa memberikan “nasehat.” Kalau istrinya tetap keras kepala ia bisa melakukan pisah ranjang dan kalau ia tetap tidak berubah, laki-laki berhak untuk memukul isterinya sampai ia tunduk, tetapi ia tidak diijinkan mematahkan tulang istrinya (Surat An-Nisa 4:34).
Menurut Al-Qur'an (tidak diberlakukan dalam hukum di negara Turki, Mesir atau Tunisia dan beberapa negara Islam lainnya) seorang laki-laki berhak untuk menceraikan istrinya dengan alasan apapun. Setelah menjalani masa penantian selama tiga sampai empat bulan ia bisa melakukan menikahinya lagi, menceraikannya lagi dan menikahinya kembali di lain waktu. Setelah menceraikan istrinya untuk yang ketiga kali, isterinya itu harus menikah dengan laki-laki yang lain. Kalau kemudian laki-laki ini juga menceraikan perempuan itu maka suaminya yang terdahulu memiliki hak untuk menikahinya lagi (Surat Al-Baqara 2:229-230). Penderitaan kaum wanita yang berkelanjutan di beberapa negara Islam jauh lebih mendalam daripada yang bisa kita bayangkan dalam pikiran kita. Siapa yang terpanggil untuk berbicara kepada wanita Muslim dan membawa kepada mereka Injil kemerdekaan rohani dengan dasar pengampunan yang sempurna serta anugerah Roh Kudus?
Laki-laki Kristen dilarang berbicara sendirian dengan wanita Muslim, kecuali jika didampingi oleh istrinya. Jadi, wanita Kristen harus mengambil alih peranan dalam pelayanan yang terlupakan ini dan berbicara dengan kaum wanita serta para gadis Muslim tentang Kristus dan bersaksi tentang pengalaman mereka dengan Juruselamat mereka yang kudus. Ibu-ibu Muslim adalah yang orang bertanggung-jawab untuk membesarkan anak-anak mereka. Untuk alasan inilah maka penginjilan bagi kaum wanita Muslim, khususnya para ibu, memainkan peranan yang sangat menentukan dalam penjangkauan kaum Muslim di segala masa. Program TV dan buku-buku bagi kaum wanita yang ditulis oleh para wanita Kristen sangatlah dibutuhkan. Satu generasi yang lalu hanya kurang dari 25 persen wanita dan gadis Muslim yang bisa mengenyam pendidikan! Sekarang, gadis dan wanita Muslim yang terpelajar berjumlah sekitar 40 sampai 70 persen dari semua populasi mereka. Adakah di antara anda yang menyadari kesempatan baru ini dan menangkapnya dengan Injil?
Kaum wanita di dalam Islam seringkali lebih alim dan taat beribadah dibandingkan kaum prianya. Muhammad pernah dikabarkan pernah melihat neraka dan dia melihat bahwa 90 persen dari penghuninya adalah wanita, karena mereka tidak selalu taat kepada suaminya. Muhammad juga mengaku pernah melihat surga. Hanya 10 persen dari penghuninya adalah wanita karena memang hanya sedikit pria yang mengakui bahwa istri mereka adalah wanita yang takut kepada Allah dan selalu taat. Diskriminasi yang seperti ini mendorong para wanita untuk mentaati hukum Islam lebih daripada suami mereka, dengan harapan bisa mendapatkan kesempatan yang langka bagi wanita untuk masuk surga.
Siapa yang akan menunjukkan belas kasihan kepada wanita Muslim dan akan berusaha dengan setia untuk menemukan jalan yang bisa melepaskan mereka dari penderitaan di dunia ini dan di dunia yang akan datang di dalam nama Yesus?
4. Remaja Muslim
Setengah dari kaum Muslim berusia di bawah 18 tahun. Di beberapa negara Islam batas yang tidak kelihatan ini adalah di usia 16 tahun. Siapa pun yang pernah berpengalaman dalam penginjilan kepada kaum muda harus waspada terhadap kenyataan ini! Anak-anak, remaja, dan pemuda membutuhkan program yang berbeda dengan yang disiapkan untuk orang dewasa. Kenyataan statistik ini menuntut pemikiran dan penyusunan ulang dari beberapa strategi misi dan bahkan dalam jaringan doa.
Kaum muda di seluruh dunia menyukai sepakbola dan balap mobil. Siapa pun yang mengadakan perjalanan ke negara-negara Islam akan mendapat tanggapan yang antusias kalau berbicara tentang Beckenbauer, Rummenigge dan Schumacher. Becker dan Graf juga termasuk nama-nama yang sangat dikenal di antara kaum muda Muslim.
Kaum muda Islam masa kini belajar membaca dan menulis. Mereka menghendaki bahan bacaan yang menarik. Mereka lapar akan pengetahuan. Mereka ingin belajar mengenai apa saja. Mereka sangat yakin dengan ilmu pengetahuan dan berpikir bahwa mereka bisa menaklukkan dunia dengan nilai rapor yang baik. Dengan memberikan traktat, buku dan majalah yang cocok dengan pola pikir mereka, sebuah kursus Alkitab tertulis melalui surat menyurat bisa dengan mudah dimulai, di mana puluhan ribu orang akan ikut ambil bagian dalam waktu singkat.
Kebanyakan orang muda tidak menyelidiki hal tentang pengampunan dosa. Mereka tidak berpikir mengenai pertobatan atau pun iman. Mereka justru ingin menyelidiki semuanya: Yesus, Paulus, dan Yohanes sama menariknya dengan Marx, Lenin dan Mao. Rasa haus akan pengetahuan ini adalah pintu yang terbuka yang melaluinya kita bisa menawarkan Injil tanpa banyak rintangan. Banyak di antara para pencari ilmu pengetahuan ini akan dijamah dan diubahkan oleh kasih Yesus Kristus, kelemah-lembutan, kerendahan hati dan damai sejahtera-Nya.
Ada semakin banyak jumlah pelajar SMU dan mahasiswa universitas yang memiliki komputer sendiri atau menemukan akses kepada internet di kafe atau di rumah teman-teman mereka. Banyak kenajisan, pertentangan yang terjadi di antara kelompok-kelompok Muslim dan godaan-godaan dari kelompok-kelompok sekte mengalir melalui media ini. Tetapi siapa pun yang menawarkan program rohani untuk menolong bagi kaum pemuda akan dengan segera dikunjungi oleh ribuan pengunjung di situs-situs mereka dan bahkan dari negara-negara Islam yang tertutup juga. Yang sekarang secara khusus sedang dibutuhkan adalah materi yang berisi perbandingan antara Injil dan Islam, dan jawaban yang positif terhadap pertanyaan-pertanyaan yang rumit.
Menyediakan lagu-lagu Kristen yang baik yang bernadakan musik asli mereka juga termasuk di dalam kategori pelayanan ini. Lagu paduan suara dari Jerman atau himne romantik dari gereja Amerika yang membosankan tidak terlalu menarik kaum muda Muslim. Setiap kali Injil disajikan dalam irama melodi yang mengikuti sistem tangga nada setempat, yaitu pentatonik atau dua belas nada, akan bisa melihat bahwa orang yang tidak mengenal Alkitab pun tetap akan terbawa untuk ikut menyanyikan lagu yang baru ini. Rasa hormat yang mendalam terhadap pencipta dan rasa takut pada hakim dunia ini belum hilang, sekalipun adanya modernisasi.
Jarang sekali ada kesempatan sebesar ini untuk penginjilan di antara umat Muslim, karena kaum muda yang jumlahnya setengah dari seluruh orang Islam sedang belajar untuk membaca, menulis, dan berpikir, dan banyak di antara mereka yang secara antusias mengagumi pahlawan-pahlawan olah raga dan teknologi. Seorang gadis suku Bedouin di Hadramaut, yang tinggal di pinggiran padang pasir Rub al-Khali, ketika ditanya tentang jenis musik apa yang disukainya menjawab: “Lagu-lagu ABBA dari Swedia.”
5. Orang-orang Muslim yang Frustasi
Karena generasi Muslim yang sekarang belajar untuk berpikir, mereka mulai mempertanyakan budaya dan agama mereka secara obyektif. Kelemahan Islam tidak dapat lagi disembunyikan dari mereka.
Beberapa orang Muslim yang jengkel bertanya: “Mengapa tentara Arab yang 250 juta tidak bisa menghancurkan lima juta pasukan Israel dalam waktu 50 tahun terakhir ini? Ada yang salah di sini. Ada yang salah dengan kami!”
Yang lain mengatakan: “Istilah Islam memiliki makna yang penting. Salah satunya adalah: Membawa damai! Lalu kenapa setengah dari semua peperangan yang ada di dunia ini berhubungan dengan negara-negara Islam? Mengapa kita mengekspor terorisme, perang saudara, pertumpahan darah dan bukan perdamaian atau pembangunan?”
Ada yang menanyakan: “Negara Islam penghasil minyak dikuasai oleh sekelompok orang yang termasuk sebagai orang-orang terkaya di dunia ini! Tetapi lebih dari sepuluh negara Islam tergolong kepada negara yang termiskin dan hidup sengsara di bawah garis kemiskinan. Mengapa negara-negara Islam yang kaya tidak dengan murah hati mendukung umat Muslim yang membutuhkannya? Kalaupun mereka memberikan bantuan, mengapa bagian yang terbesar dari bantuan itu bocor di antara para pejabat tinggi pemerintah, sehingga hanya sedikit sekali yang sampai ke tangan orang yang membutuhkan?”
Seorang sopir berkebangsaan India yang bekerja pada seorang sheikh di Saudi Arabia ditanya apakah ia semakin menjadi Muslim yang saleh setelah sebelas tahun melayani sebagai penjaga dari dua tempat suci. Sopir yang Muslim itu langsung meledak: “Diam! Saya tidak mau mendengar lagi apapun tentang Islam! Saya tidak ingin berurusan dengan semuanya itu lagi! Kalau anda tidak tahu sendiri apa yang mereka bicarakan, minum-minum, dan lakukan ketika mereka sendirian pasti anda tidak akan percaya kepada saya.” Ketika ia ditanya tentang apa yang akan dilakukannya setelah tahu semuanya itu ia mengatakan, “Saya akan mempelajari komunisme dan iman Kristen untuk menguji yang mana di antara keduanya yang menawarkan dasar kehidupan yang lebih baik untuk saya. Itulah yang akan saya ikuti.”
Seorang lulusan dari Universitas Al-Azhar di Kairo ingin menyempurnakan dan memperbaiki pengucapan bahasa Arabnya dari suku-suku yang ada di Saudi Arabia. Ia mengajar literatur Islam di Universitas Riyadh. Kebanyakan mahasiswanya menentang dia karena ia memberikan pemahaman tentang pemikiran modern dalam kuliahnya, dan ia bukannya mengenakan jubah putih tetapi justru mengenakan celana gaya orang Barat. Ketika pertentangan meningkat dan beberapa mahasiswa mulai melemparkan batu-batu kecil ke arahnya ketika ia sedang mengajar, ia menjadi sangat marah, lari keluar dari ruang kuliah, bergegas ke asrama para guru, masuk ke kamarnya, mengambil Al-Qur'annya dan berusaha menenangkan gejolak di dalam dirinya dengan membaca surat-surat di dalam Al-Qur'an dengan suara keras. Tiba-tiba ia berhenti dan kemudian mengaku: “Pada saat itulah saya menyadari bahwa buku inilah yang menjadi rem pikiran kaum Muslim dan mem-belenggu pemikiran dan moral mereka.” Ia lalu mengambil Al-Qur'annya dan merobeknya dengan penuh kemarahan, lalu lari keluar dari asrama ke taman dan mencoba membakarnya.
Beberapa guru yang mendengar pintu dibanting dan pembacaan Al-Qur'an yang keras, kemudian bergegas mendatanginya untuk menenangkannya. Tetapi mereka semua terpana ketika melihat kepulan asap Al-Qur'an yang telah terbakar itu. Semua orang tahu: orang yang melakukan pelanggaran seperti ini harus menerima hukuman bakar. Tidak ada seorang pun yang bersuara. Tetapi guru yang tadi menyadari perbuatannya, lari ke dalam kamarnya, meng-ambil uang dan paspornya, memanggil taksi, cepat-cepat ke bandara dan terbang melarikan diri dari perangkap kematian mumpung masih ada kesempatan.
Orang-orang seperti ini tidak memiliki hubungan dengan orang Kristen. Mereka menyadari sendiri kelemahan Islam dalam keterbelakangan negara mereka dan berusaha lepas dari kungkungan yang mengurung jiwa mereka. Para mahasiswa kedokteran, pangeran, sheikh dan umat Muslim biasa bisa dengan jelas melihat kontradiksi di dalam Al-Qur'an dan sangat rindu untuk menemukan jawaban dan pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan. Kita harus berdoa untuk dapat bertemu dengan orang-orang Muslim yang frustrasi seperti ini sebelum mereka jatuh ke tangan ajaran sesat. Mungkin sekitar lima persen dari seluruh umat Muslim tidak lagi merasa puas dengan agama mereka dan mencari seseorang untuk memberikan penerangan kepada mereka.
6. Kaum Ateis di antara orang-orang Muslim
Dalam sebuah program TV, seorang bintang Muslim ditanya mengenai agamanya. Ia secara spontan menjawab: “Hidup agama terbaik di dunia, yaitu Islam!” (Surat Al 'Imran 3:19,110; al-Fath 48:28; al-Saff 61:9; dll.).
Ketika ditanya lebih jauh lagi apakah ia percaya akan keberadaan Allah, ia mengatakan: “Tidak! Tentu saja tidak! Iman yang demikian hanya untuk orang tua yang hampir mati dan untuk anak-anak, tetapi kami adalah generasi yang aktif!” Orang yang mewawancarai sangat terkejut, dan lalu menanyakan bagaimana reaksinya jika umat Muslim diserang. Bintang film itu dengan jelas mengatakan: “Saya akan menjadi orang yang pertama mengambil senapan Kalashnikov dan mempertahankan Islam.” Ia masih menganggap dirinya orang Muslim meskipun ia tidak percaya akan keberadaan Allah, dan ia juga tidak bersembahyang! Islam bukan hanya suatu agama, tetapi juga suatu kebudayaan, negara, dan tatanan masyarakat.
Dalam sebuah kuliah tentang hubungan antara Islam dan Kristen, seorang pemuda Turki dengan keras menentang pembicaranya. Islam dalam anggapannya jauh lebih ramah, lebih halus, lebih humanistik dan lebih modern daripada yang dikatakan oleh pembicara itu. Ketika pemuda dari Turki itu diundang untuk menjelaskan pandangannya di depan mikrophone di hadapan orang-orang yang hadir saat itu, ia berbicara dengan penuh semangat untuk menjelaskan apa yang dimaksudkannya. Pembicara dalam kuliah itu kemudian menyadari latar belakang pemuda itu, dan menyelanya dengan bertanya: “Pernahkah anda membuka Al-Qur'an di dalam hidup anda?” “Belum pernah,” jawab pemuda Turki itu dengan sangat terkejut. Ketika ia ditanya berapa sering ia ikut serta dalam sembahyang berjamaah di mesjid, ia mengatakan bahwa ia tidak pernah melakukannya! Tetapi ia mempertahankan agamanya dengan sangat keras. Islam lebih daripada sekedar Al-Qur'an dan sembahyang. Pemuda itu adalah salah satu orang Muslim modern yang sudah kehilangan imannya – tetapi masih mempertahankan Islam yang tidak mereka pahami.
Seorang ahli kandungan wanita dari Bengali bernama Dr. Nasrin meminta agar dilakukan koreksi editorial dari Al-Qur'an mengenai hal yang berhubungan dengan posisi wa-nita dan perlakuan yang kejam terhadap para gadis remaja di dalam pernikahan mereka. Ia akhirnya harus melarikan diri ke Swedia karena para pria Muslim sangat mempertahankan hak-hak mereka dan – karena ia berani mempertanyakan Al-Qur'an! Dokter ini masih menganggap dirinya seorang wanita Muslim, namun melalui pengalamannya ia sudah tidak lagi percaya pada pewahyuan Al-Qur'an.
Para politikus Islam dan lulusan universitas yang tinggal di luar negeri seringkali lebih kritis terhadap Islam. Mereka menjalani kehidupan yang kosong dan sudah kehilangan imannya kepada Allah. Tetapi, demi kepentingan keluarga mereka berpartisipasi di dalam sembahyang saat mereka pulang ke tanah asal mereka. Mereka kelihatannya melakukan puasa pada bulan Ramadan dan secara terbuka membayar infak. Namun di dalam dirinya, mereka sudah mengambil jarak pada hukum Islam dan sedang mencari suatu wawasan yang baru di jaman yang modern ini. Penolakan mereka yang semakin meningkat ini terhadap Islam konservatif dikuatkan dengan pertemuan mereka dengan ahli-ahli ilmu pengetahuan, teknisi, dan tokoh-tokoh terkenal dari Timur dan Barat, karena mereka tahu bahwa sejumlah besar dari tokoh-tokoh itu bukan seorang Muslim, tetapi menjalani kehidupan yang terhormat.
Jumlah Islam atheis tidak banyak, sekitar satu persen, mungkin jumlahnya lebih di negara yang didominasi oleh paham komunis. Mereka dapat dikenali, seperti kaum sosialis di Turki, melalui serangan tajam mereka di koran-koran dan buku-buku terhadap Muhammad dan Islam.
7. Kaum Mistik di dalam Islam
Kekosongan batin di dalam diri umat Muslim berayun seperti pendulum di antara fundamentalisme yang militan dengan ateisme yang tersembunyi. Hal itu menciptakan ketidakpuasan, rasa frustasi dan pencarian akan jalan baru yang bisa diandalkan. Salah satu dari trend ini bisa dilihat di dalam kaum Mistik Islam (sering disebut sebagai kaum Sufi dengan Tariqat mereka) yang dengan sengaja berpaling dari aturan yang sangat ketat dari para Mufti dan ahli-ahli hukum Islam. Para pencari kebenaran dari pengalaman keagamaan ini memisahkan diri dari kegiatan-kegiatan yang bersifat stereotip dengan melakukan penyucian diri tertentu dan melakukan pengulangan doa yang hanya menghancurkan jiwa. Di sana mereka tidak menemukan adanya sesuatu yang memuaskan jiwa dan roh mereka. Mereka memisahkan diri dari Islam yang resmi, dan bergabung dalam kelompok-kelompok serta berusaha membangun kehidupan keagamaan pribadi dan kesalehan yang tulus dari Al-Qur'an dan tulisan-tulisan non Islam.
Anda dapat menemukan kaum Sufi dan Tariqat mereka yang berbeda di Maroko, Sudan, Turki dan di Pakistan. Bahkan di Cina dan Indonesia, Islam terbagi dalam Islam mistik dan Islam legalistik. Di Maroko kita dapat melihat nisan-nisan bercat putih dari tokoh-tokoh kaum Sufi di perbukitan di sepanjang jalan-jalan utama. Wanita-wanita yang tidak bisa memiliki anak seringkali menggosokkan perut mereka ke batu nisan orang-orang yang dianggap suci agar mendapatkan kesuburan. Di Sudan, kaum dervis (orang Muslim yang hidup sebagai petapa) melompat, meloncat dan berguling di pasir untuk menunjukkan rasa antusias mereka terhadap Allah dan kerohanian mereka.
Di Mesir kaum Sufi sering duduk atau berdiri dalam lingkaran dan mengulang-ulang nama Allah atau salah satu sifat Allah: “huwa, huwa, huwa…” tidak ada habis-habisnya sampai mereka menjadi kesurupan atau mulai berkata-kata dalam bahasa asing. Di Turki murid dari kelompok itu mengatakan: “Kami dituntun untuk memanggil roh-roh dan mengusir mereka setelah mereka melayani kami.” Seorang gadis mengakui bahwa Setan mengunjunginya setiap hari Jumat. Sahabat-sahabatnya mencoba mengatakan kepada-nya bahwa dia pasti sedang mengkhayal, tetapi dia menjelaskan bahwa ketika dia sakit parah di masa kecilnya, ayahnya membawanya kepada seorang sheikh kaum Sufi yang menyembuhkannya dengan pengaruh spiritualnya. Sejak saat itu ia selalu diganggu oleh kunjungan roh jahat setiap minggu.
Di Pakistan sebuah kelompok mempraktekkan meditasi komunal. Setelah salah satu dari mereka menjadi Kristen, ayah dari orang itu membawa seorang pemimpin dari mesjid untuk membawa anaknya itu kembali kepada Islam. Tetapi ketika sheikh itu melakukan pelecehan seksual kepada anak yang murtad tersebut, ayah anak itu mengusir guru Al-Qur'an itu dari rumahnya karena hal yang seperti itu sama sekali tidak pernah terbayangkan bisa terjadi di dalam keluarganya.
Di Indonesia agama Hindu dengan roh yang tidak terhitung banyaknya bercampur aduk dengan Islam mistik, sedemikian rupa sampai-sampai dalam pesta-pesta suku di kampung-kampung mengadakan pertunjukan di mana roh-roh itu saling bertarung dengan cara yang bisa dilihat di angkasa. Menelan paku dan bola lampu yang kemudian lenyap ketika dimakan merupakan hal yang umum. Suara laki-laki bisa keluar dari mulut seorang wanita dan sebaliknya.
Kaum Sufi berusaha untuk menjadikan Allah berdiam di dalam diri mereka dan memenuhi mereka dengan kehadirannya. Yang lainnya bahkan berusaha masuk ke dalam Allah mereka sendiri melalui meditasi. Kelompok yang lain lagi berusaha untuk masuk ke dalam dunia malaikat dan roh-roh yang ada “di pihak” Allah mereka. Mereka semakin terikat dalam kekuasaan okultisme.
Karena Allah di dalam Islam teramat sangat jauh dari ciptaan-Nya, maka tidaklah heran jika orang-orang Muslim yang terhormat akan berusaha untuk menjembatani jarak itu dengan praktek-praktek keagamaan. Sayangnya roh-roh anti Kristen bertumbuh subur dalam kekosongan ini. Jumlah kaum Sufi dalam Islam semakin berkembang. Di beberapa negara jumlah mereka berkisar antara 10 sampai 20 persen dari populasi Islam yang terbagi dalam beberapa kelompok yang berbeda.
Beberapa ahli teologia Katholik meyakini bahwa kaum Sufi akan menjadi jembatan yang terbaik antara Kristen dan Islam. Namun, mereka mengabaikan fakta bahwa kaum mistik yang religius ini sangat percaya kepada kebenaran mereka sendiri sehingga mereka menganggap diri tidak perlu lagi untuk bertobat. Anak Allah kita yang disalibkan tetap menjadi batu sandungan bagi mereka. Kebaikan mereka justru memisahkan mereka dari keselamatan yang dari-Nya, yang sebenarnya sudah digenapi untuk mereka juga seperti sudah digenapkan untuk kita.
8. Para syuhada di dalam Islam
Kaum Sufi bisa dikatakan sebagai merpati di antara golongan Muslim yang frustrasi. Kaum teroris Muslim bisa disebut sebagai elang di antara mereka. Mereka mengeluh, “Semua doa, puasa dan sedekah tidak ada gunanya. Kita harus melakukan sesuatu sendiri. Kita harus mengorbankan kehidupan dan darah kita untuk membasuh rasa malu dari Islam dan mengalahkan ketidakadilan di dalam masyarakat Islam dengan kekerasan yang benar!”
Hassan al-Banna, pendiri dari persaudaraan Muslim, mengajarkan bahwa doa dan puasa tidak cukup untuk menjadi orang Islam yang sempurna. Ia mengatakan bahwa Muslim sejati harus mengalahkan rasa mindernya sampai ia siap untuk membunuh musuh-musuh Islam. Seratus perintah di dalam Al-Qur'an mengajak orang-orang Muslim untuk berpartisipasi di dalam peperangan bersenjata sebagai bukti ketaatan iman mereka.
Persaudaraan Muslim, yang mengalami penganiayaan keras dari pemerintah Mesir, telah terpecah menjadi lebih dari 50 organisasi teroris yang aktif. Ayatollah Khomeini di pihak kaum Syi’ah mengangkat obor Perang Suci (Jihad) dan mengirim pasukan bunuh diri ke berbagai negara sebagai para pembunuh, seperti para pembunuh di masa perang salib yang membuat seluruh dunia harus senantiasa waspada.
Hisbullah, Hamaas, al-Djihad dan kelompok-kelompok lain melatih para pengikut mereka untuk melakukan serangan bunuh diri tanpa syarat. Al-Qur'an mengungkapkan bahwa Allah sendiri akan menuliskan iman Islam ke dalam hati mereka dan bahwa Allah akan menguatkan mereka dalam melaksanakan misi yang seperti itu dengan rohnya sendiri (Surat al-Mujadila 58:22). Inilah satu-satunya ayat di dalam Al-Qur'an yang berbicara tentang hubungan antara orang Muslim dengan roh Allah! Para sahid di dalam Perang Suci diberi janji akan mendapatkan tempat yang sangat indah di dalam surga (Surat al-Baqara 2:154; Al 'Imran 3:157-158,161-171,193-195; al-Nisa 4:74; Muhammad 47:4-6; dll.). Sangatlah tidak adil kalau memanggil para pejuang itu, yang mati dalam misi bunuh diri, sebagai teroris, karena mereka melihat diri mereka sebagai orang-orang syuhada yang mengorbankan diri mereka bagi kejayaan Islam. Mereka diajarkan bahwa bukan merekalah yang membunuh musuh-musuh Islam itu, melainkan Allah sendiri. Allah yang akan menembak di dalam baku tembak mereka untuk melenyapkan musuh-musuh Islam (Surat al-Anfal 8:17).
Beberapa jurnalis dan kaum humanis menyebut kelompok minoritas yang fanatik itu sebagai kelompok ekstrimis yang sesat di dalam Islam. Mereka salah! Justru para syuhada inilah yang sungguh-sungguh melakukan secara literal apa yang ada di dalam Al-Qur'an dan menjalankan perintah Allah mereka, berapapun harga yang harus mereka bayar (Surat al-Baqara 2:191-193; al-Anfal 8:39; al-Tawba 9:12; dst.). Kaum humanistik dan orang-orang Muslim yang lunak disebut sebagai pengecut dan pengkhianat oleh Al-Qur'an. Perdamaian dengan orang-orang non Muslim tidak diperbolehkan, kecuali sebagai gencatan senjata saja jika mereka tidak memiliki uang dan senjata atau kalau situasinya tidak menguntungkan.
Banyak sekali kejadian yang terjadi dalam 50 tahun terakhir di dalam dan di sekitar Israel dalam perang tidak suci yang dilakukan orang-orang Muslim. Pembajakan pesawat, pengeboman hotel-hotel, tank yang dihancurkan oleh misi bunuh diri dan ancaman permanen dalam perang urat syaraf senantiasa menjadi perwujudan dari semuanya itu.
Ketika kelompok wisatawan dari Swiss dibunuh, dicincang dan wanita-wanitanya diperkosa di dekat pemakaman raja di Luxor para calon syuhada itu berseru, “Allahu akbar!” (Allah maha besar!). Teriakan yang sama bisa didengar di Indonesia ketika sekumpulan besar orang membakar ratusan gereja dan memperkosa gadis-gadis keturunan China. Di kepulauan Mindanao di Filipina, lebih dari 50.000 orang Kristen dibunuh selama perang untuk memerdekakan diri yang dilakukan oleh para syuhada Muslim sejak Perang Dunia II. Orang dalam jumlah yang sama atau bahkan lebih besar lagi juga kehilangan nyawanya di bagian utara Nigeria, karena orang-orang Kristen itu tidak mau tunduk kepada hukum Islam, yaitu Syariat.
Di negara Republik Federal Jerman, sekitar 32.000 orang kaum Islam fundamentalis menerima suaka karena kebanyakan mereka masuk dalam daftar pencarian orang dari pemerintahan Islam liberal di negara asal mereka. Mereka terus menerus berada di bawah pengawasan biro intelejen Jerman. Pembantaian, seperti yang terjadi di arena Olimpiade tahun 1972 di Munich, sangat mungkin terjadi kapan saja. Di dalam Al-Qur'an, Allah menantang agar para penganut yang setia berperang dan membunuh para musuh Islam (Surat al-Baqara 2:191-193; an-Nisa 4:89,91; al-Anfal 8:39; at-Tawba 9:5 dll). Orang-orang Yahudi dan Kristen harus diserang menurut Surat Pertobatan (Surat at-Taubah 9:28-29), karena mereka dianggap tidak percaya kepada Allah yang sejati, tidak mengikuti Syariat dan penganut agama yang salah! Islam, menurut Al-Qur'an, adalah roh penghancur.
Singkat Kisah
Siapa pun yang ingin menawarkan Injil Kristus kepada orang-orang Muslim harus membuang ide bahwa semua orang Muslim percaya dan berpikir dengan pola pikir yang sama! Siapa pun yang mau melayani mereka harus terlebih dahulu mendengar dan bertanya dari mana asal mereka dan apa pendapat mereka tentang politik, agama dan masa depan mereka.
Siapa saja yang kekurangan hikmat di dalam percakapan yang demikian harus meminta Yesus akan tuntunan-Nya untuk menemukan orang-orang Muslim yang hatinya sudah dipersiapkan oleh Roh Kudus. Kasih yang setia tetap merupakan bahasa yang terindah yang bisa dipahami semua manusia. Orang-orang yang menolong warga negara asing untuk menyelesaikan masalah mereka dengan pemerintah pada saat yang sama akan menuntun mereka untuk lebih menghargai dan mengerti orang Kristen.
Kita tidak boleh takut kepada roh Islam, karena berkat dari Yesus Kristus jauh lebih kuat dari pada kutuk Muhammad. “Sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia.” (1 Yohanes 4:4). Kita juga jangan sampai tersandung karena tidak mempersiapkan diri di dalam pembicaraan dengan orang-orang Muslim dan justru harus senantiasa menyiapkan diri kita dengan baik. Beberapa organisasi siap untuk mendukung orang-orang yang bersedia untuk melayani dalam pelayanan ini dengan buku-buku dan kursus pelatihan.
Anda bisa menemukan jawaban-jawaban yang menolong anda untuk ditujukan kepada kelompok-kelompok Muslim yang berbeda dari Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan dari sumber-sumber sekuler, dari Al-Qur'an, serta dari pengalaman anda sendiri. Tuhan bisa membuka pintu hati seorang Muslim dan memberikan kepada anda kata-kata yang benar untuk orang tertentu pada saat yang tepat melalui pertolongan Roh Kudus.
K U I S
Pembaca yang kekasih!
Apabila anda sudah mempelajari buklet ini dengan seksama, anda akan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan mudah. Setiap orang yang menjawab 90 persen dari semua pertanyaan di dalam ke delapan buklet dari seri ini, akan mendapatkan sertifikat dari kantor pusat kami di
Studi Lanjutan
Cara-cara yang dapat membantu untuk berbicara dengan orang Muslim tentang Yesus Kristus
sebagai dorongan untuk masa depan pelayanannya bagi Kristus.
Apakah tiga agama besar yang melatar belakangi dan memberi pengaruh kepada munculnya Islam?
Bagaimanakah hubungan antara orang Yahudi dan orang Kristen di Semenanjung Arabia, khususnya di Yaman?
Apakah arti istilah “Ahli Kitab” dalam Al-Qur'an bagi Muhammad?
Siapakah yang dianggap oleh Muhammad sebagai orang Muslim yang pertama?
Mengapa Muhammad mengambil Musa dan bukannya Kristus, Anak Maria yang lembut, sebagai teladan baginya?
Mengapa Muhammad menyatakan orang Yahudi sebagai musuh yang paling berbahaya untuk orang Muslim? Bagaimana cara dia mengatasi mereka?
Dari antara tiga gereja internasional yang ada, yang manakah yang memberikan pengaruh terbesar bagi munculnya Islam?
Gambaran apa yang dimunculkan oleh gereja Ortodoks di dalam pikiran orang Muslim dan mengapa gereja ini bisa dikatakan sebagai “Gereja yang menderita selama 1.370 tahun”?
Mengapa banyak orang Muslim menganggap Gereja Katolik sebagai gereja yang berperang? Bagaimana anda bisa menjelaskan hal ini dengan peristiwa sejarah yang terulang-ulang?
Mengapa Gereja Protestan sama sekali tidak memiliki pengaruh apapun di dalam pembentukan Islam? Dan mengapa orang-orang Muslim memandang kaum Kristen Injili dengan penuh kecurigaan?
Berapa banyak gereja Kristen independen yang ada di dunia sekarang ini dan apakah persamaan umum yang terdapat dalam mereka semua?
Apa yang pada dasarnya membedakan semua orang Kristen dari Islam?
Siapakah kaum Sunni dan berapa persentase orang-orang Muslim yang mengikuti arus utama di dalam Islam ini?
Siapakah kaum Syi’ah dan berapa banyak pengikut doktrin ini?
Kapan gelombang ketiga dari penyebaran Muslim dimulai? Apakah kekuatan penunjangnya dan apa tujuannya?
Mengapa setiap orang Muslim berbeda dengan orang Muslim lainnya? Bagaimana kita bisa memahami perasaan, pemikiran, kepercayaan dan tindakan mereka?
Apakah sikap yang khusus yang ada di antara kelompok konservatif dan fundamentalis Muslim dan berapa proporsi orang Muslim yang mengikuti prinsip-prinsip mereka?
Bagaimana kita bisa mendekati kaum Muslim fundamentalis dan mengapa?
Berapa banyak di antara orang-orang Muslim yang termasuk kelompok liberal dan gaya hidup yang bagaimana yang mereka ikuti?
Mengapa ada ketegangan yang tinggi dan bahkan perang saudara di antara kelompok fundamentalis dengan pemerintahan Islam liberal?
Apa yang harus diputuskan oleh hamba Tuhan ketika mereka melihat bahwa setengah dari orang-orang Muslim adalah wanita? Siapa yang bisa menjangkau mereka?
Apakah masalah utama yang dihadapi para wanita di dalam Islam?
Tantangan apa yang harus dihadapi oleh hamba Tuhan ketika menemukan bahwa setengah dari semua orang-orang Muslim berusia di bawah 18 tahun dan di beberapa negara Islam bahkan berusia di bawah 16 tahun?
Bagaimana kita bisa menjangkau kaum remaja dan kaum pemuda di dalam dunia Islam?
Apa kepentingan yang terdapat di dalam kenyataan bahwa lima persen dari semua orang-orang Muslim tergolong ke dalam kelompok yang frustrasi oleh agama Islam mereka? Apa alasan utama di balik rasa frustrasi mereka? Bagaimana kita bisa menemukan mereka?
Mengapa seseorang menjadi ateis tetapi tetap saja menganggap diri mereka sebagai seorang Muslim? Apakah Islam lebih dari sekedar agama saja?
Apakah alasan-alasannya sehingga 10 sampai 20 persen dari orang-orang Muslim menjadi kaum Mistik? Bagaimana mereka membedakan diri dengan orang-orang Muslim lainnya? Apa yang sedang mereka coba buktikan?
Apakah ciri-ciri yang baik dan kebaikan dari kaum Mistik di dalam Islam? Apa yang menghalangi mereka menerima Kristus sebagai Juruselamat mereka?
Mengapa teroris Muslim menyebut diri mereka sebagai “Syuhada”? Bagaimana sampai mereka mengatakan bahwa hanya mereka sajalah orang-orang Muslim yang sungguh-sungguh setia?
Apa yang diharapkan oleh para “Syuhada” itu sesudah mereka mati akibat serangan bunuh diri yang mereka lakukan?
Apakah tujuan umum dari buklet ini?
Mengapa kita tidak perlu takut menjangkau orang-orang Muslim?
Apakah lima sumber yang bisa kita pakai di mana kita bisa mendapatkan jawaban yang berguna dalam percakapan kita dengan orang-orang Muslim?
Setiap peserta kuis ini boleh menggunakan buku apa saja yang tersedia dan bertanya kepada siapa saja yang layak dipercaya dan dikenalnya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Kami menantikan jawaban tertulis anda termasuk alamat lengkap anda di atas selembar kertas atau melalui email anda. Kami berdoa kepada Yesus, Tuhan yang hidup, agar Ia memanggil, mengutus menuntun, menguatkan, melindungi dan menyertai anda di dalam kehidupan anda setiap hari!
Rekan anda dalam melayani Dia,
Abd al-Masih dan saudara-saudaranya di dalam Tuhan
Kirimkan jawaban anda kepada:
GRACE AND TRUTH
P.O.Box 1806
70708 Fellbach
GERMANY
atau melalui e-mail ke:
info@grace-and-truth.net
No comments:
Post a Comment