”Hai Ahli Kitab… Janganlah kamu mengatakan ’Tuhan itu tiga’… Maha Suci Allah dari mempunyai anak“ (Qs 4:171)
”Kalian orang Kristen kok menyembah tiga Tuhan. Tidakkah itu mengada-ada, lalu menyebutkan sebagai Tuhan Tritunggal?
Padahal itu tidak pernah ada tertulis di Bible kalian. Bukankah itu penyesatan diri sendiri, dan bahkan memalsukan Tuhan?”
Demikian teguran yang umum dilontarkan oleh teman muslim terhadap Anda. Maksudnya mungkin baik, tetapi Anda merasa terganggu bahkan mungkin tersinggung, bukan karena kepercayaan Anda dirusuhi, melainkan justru karena kepercayaan Anda itu lain dari pada apa yang ditimpakan kepada Anda! Sungguh Anda tidak merasa menyembah Tuhan seperti yang dituduhkan. Maka Anda ingin cepat-cepat membalas, ”Anda ngawur! Kami tidak menyembah 3 Tuhan. Kalianlah yang mengada-ada. Sebab kami hanya mempunyai Tuhan yang esa, yaitu Dia satu-satunya yang menciptakan bumi dan alam semesta.”
Apa yang terjadi selanjutnya bisa ditebak: tudingan yang semrawut, debatan yang simpang- siur, dan tidak ada kesimpulan. Karena pihak yang satu mematoki mati angka ”tiga” bagi Tuhannya orang lain sejak abad ke-7, sementara pihak lain ini mendeklarasikan ketuhanannya yang ”satu” sejak abad manapun! Yang mematoki 3 merasa bahwa ”tiga itu tak dapat jadi satu, dan satu itu bukan tiga”…
Buanglah cara yang melelahkan dan sia-sia ini. Anda tidak akan sampai kemana-mana. Anda bersharing, bukan mempertentangkan atau membenturkan diri Anda kepada dirinya. Anda justru perlu heran darimana mereka meyakini bahwa Anda menyembah 3 Tuhan? Dan biasanya (pada awalnya) mereka akan menunjuk kepada Injil Anda sendiri. Kembali Anda tak perlu buru-buru meladeni tudingan ini. Sebab pada tahap ini dia belum dapat beranjak sedikitpun dari notion pengharaman Injil. Jadi untuk apa Anda terlalu dini merujukkan sesuatu yang ditolaknya mentah-mentah? Lebih baik Anda mengajaknya untuk mengklarifikasikan materi tudingannya berdasarkan narasumber yang paling dipercayainya sendiri, yaitu AlQurannya. Sudut pandang Alkitab baru bermanfaat diperkenalkan bilamana pihak-pihak yang berdialog mulai merasa siap menerima informasi sebagai informasi, bukan sebagai konfrontasi. Tanyakan sudut pandang mereka. “Jadi menurut Anda, apa yang dikatakan Quran tentang kesesatan Tritunggal itu?”
Bersama Anda, iapun memasuki rujukan Quran, ”sesungguhnya kafirlah orang-orang yang berkata bahwa: Allah salah satu dari yang tiga, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa…” (Qs 5:73)
“Dia tidak beristri dan tidak beranak” (Qs 72:3)
“Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri” (Qs 6:101)
“Maha Suci Allah dari mempunyai anak” (4:17)
”Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: Jadikan aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah”. (Qs 5:116)
Orang Nasrani berkata: ”Al-Masih itu putra Allah… Dilaknati Allahlah mereka.” (Qs 9:30)
”Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang rasul… dan ibunya seorang yang sangat benar keduanya memakan makanan.” (Qs 5:75).
“Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri” (Qs 6:101)
“Maha Suci Allah dari mempunyai anak” (4:17)
”Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: Jadikan aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah”. (Qs 5:116)
Orang Nasrani berkata: ”Al-Masih itu putra Allah… Dilaknati Allahlah mereka.” (Qs 9:30)
”Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang rasul… dan ibunya seorang yang sangat benar keduanya memakan makanan.” (Qs 5:75).
Allah tidak mempunyai anak dan tiada Tuhan bersamaNya, kalau sekiranya demikian niscaya tiap-tiap tuhan membawa makhluk yang diciptakannya dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain…” (Qs 23:9).
Dari sederetan ayat ini, terlihat dengan sendirinya titik pusat tuduhannya bahwa kaum Kristiani itu telah bersyirik dengan mempersekutukan Allah dan mentuhankan Allah (sebagai Bapa), Maryam (sebagai Ibu), dan Isa (sebagai putra Maryam), yang ketiga-tiganya disebut Tuhan.
Mereka mengharamkan 3 Tuhan, tetapi Anda datang dengan istilah yang lebih diharamkannya lagi, yaitu ”Tuhan Tritunggal.” Mana ada nama semacam itu dalam Bible? Sudah mensyirikkan 3 Tuhan, lalu ketiganya disatukan? Mana dapat disatukan? Sebab, ada peringatan Quran, ”kalau sekiranya demikian, niscaya tiap-tiap tuhan membawa makhluk yang diciptakannya dan akan saling mengalahkan” Tuhan Tritunggal jadi-jadian ini pasti sangat ditolak oleh Muslim.
Namun sekarang, adakah Tritunggal semacam itu yang dipercayai oleh Anda orang Kristiani? Tidak bukan? Kinilah saatnya Anda melontarkan kepada mereka dengan pernyataan kunci bahwa:
”Tritunggal yang ditolak oleh Alquran Anda adalah pula Tritunggal yang sama ditolak oleh kami orang-orang Kristiani.”
Mereka tentu tertegun sesaat—antara salah dengar dan tidak percaya—lalu menginginkan penjelasan Anda yang sejujurnya tentang Tri-tunggal versi Kristiani.
Penjelasan Tentang TRITUNGGAL
Perhatikan bahwa jenis Tritunggal yang disyirikkan Quran ternyata berkonsepkan tuhan-tuhan yang saling eksklusif. Lihat betapa masing-masing tuhan yang digambarkan itu saling mengklaim dan memperebutkan makhluknya dan wilayahnya (Qs 23:91). Lihat pula betapa cakupan Tuhannya juga terbatas pada yang finite-fisikal saja, dimana Qs 6:101 menggambarkan konsep ”anak” yang harus dihasilkan dari hubungan dengan istri. (relasi biologis). Dan lihat betapa AlMasih dan ibunya hanyalah makhluk—bukan ilahi—sebab keduanya memakan makanan (Qs 5:75). Dimanapun Quran tak pernah mengimplikasikan ”Anak” sebagai konsep rohani!
Perhatikan bahwa jenis Tritunggal yang disyirikkan Quran ternyata berkonsepkan tuhan-tuhan yang saling eksklusif. Lihat betapa masing-masing tuhan yang digambarkan itu saling mengklaim dan memperebutkan makhluknya dan wilayahnya (Qs 23:91). Lihat pula betapa cakupan Tuhannya juga terbatas pada yang finite-fisikal saja, dimana Qs 6:101 menggambarkan konsep ”anak” yang harus dihasilkan dari hubungan dengan istri. (relasi biologis). Dan lihat betapa AlMasih dan ibunya hanyalah makhluk—bukan ilahi—sebab keduanya memakan makanan (Qs 5:75). Dimanapun Quran tak pernah mengimplikasikan ”Anak” sebagai konsep rohani!
Tritunggal yang berlandaskan konsep duniawi ini—eksklusif dan fisikal—telah menghasilkan tiga Tuhan yang dipersekutukan (dalam substansi tri-theist, bukan mono-theist), yang dipastikan benar akan saling cakar-cakaran dan mengalahkan, dengan rumusan matematika dibenaknya Muslim:
1 Tuhan (1) + 1 Tuhan (2) + 1 Tuhan (3) = 3 Tuhan
1 Tuhan (1) + 1 Tuhan (2) + 1 Tuhan (3) = 3 Tuhan
Inilah ”Tritunggal” yang ditolak Islam!
Tetapi ini pula ”tritunggal” yang ditolak Kristiani!
Tritunggal Kristiani adalah substansi dan relasi 3 pribadi Ilahi yang amat berbeda konsepnya. Tuhan Tritunggal adalah entitas yang total saling inklusif dan infinite-spiritual, tidak terlukiskan dan tidak ada yang menyamai. Tak ada relasi biologis Tuhan Pencipta dengan siapapun dari ciptaannya.
Sebagai ilustrasi perbandingan dengan meminjam model matematika di atas, dimana sedikitnya tercermin unsur inklusif dan infinite, maka rumusan ketritunggalan yang dimaksud lebih berupa:
Sebagai ilustrasi perbandingan dengan meminjam model matematika di atas, dimana sedikitnya tercermin unsur inklusif dan infinite, maka rumusan ketritunggalan yang dimaksud lebih berupa:
1 T ~ x 1 T ~ x 1 T ~ = 1 T ~
(notasi ~ = infinite/tak terhingga).
Yaitu suatu persenyawaaan ketigaan ilahi yang tak terbatas, dalam kesatuan Tuhan! Dalam ungkapan ringkas, kita mengistilahkannya sebagai ”satu Apa dalam tiga Siapa dan tiga Siapa dalam satu Apa.” Yang mana jelas tidak ada kaitannya dengan 3 oknum yang saling cakar-cakaran dan mengalahkan!
Lebih jauh lagi, ”3 Siapa” disini adalah Bapa—Anak/Firman (Yesus)—Roh Kudus, sama sekali bukanlah Allah & Maryam & AlMasih (Anak) seperti yang diimplikasikan oleh Quran dalam kaitan fisik biologis. Entah salahnya dimana (!) namun ternyata Roh Kudus ini tidak pernah muncul dalam Quran sebagai oknum yang turut ditegur dalam ”3 Tuhan.”
Akibatnya, Tritunggal yang ditolak Quran (karena beda subtansi dan relasi), kini malah ditolak lebih jauh lagi oleh kaum Kristiani karena juga mencakup perbedaan oknumnya dengan Alkitab! Ketiga oknum ilahi di dalam ke-tritunggal-annya akan kita bicarakan berikut ini dari segi yang sering disalahpahami…
Bapa
Sebutan Bapa adalah sebutan yang dikenakan kepada Tuhan yang Hidup, sumber segala kehidupan dan keberadaan. Dia dalam ”Zat-Nya” yang roh tak pernah tampak bagi manusia. Ia transenden tak ada yang serupa atau menyamaiNya. Dia ada bersama-sama dengan RohNya (Roh Kudus yang Hidup), dan KalimatNya (yang ber-Firman). Bila tidak demikian, Dia tidaklah hidup dan tidak berfirman Dialah Tuhan Maha Kasih yang merancang dan menjadikan apa yang ada, sekaligus merancang penyelamatan kembali umat manusia yang jatuh dalam kebinasaan. Maka Ia adalah Bapa Surgawi kita yang mengada dan yang memelihara. Ia Bapa yang personal, tidak jauh dari perbuatan tanganNya. Ia ada, melihat dan mendengar, dan tahu akan kita disegala waktu, kepada siapa kita dapat menyapa dan memohon—langsung tanpa ikatan waktu, tempat/kiblat, dan bahasa!
Sebutan Bapa adalah sebutan yang dikenakan kepada Tuhan yang Hidup, sumber segala kehidupan dan keberadaan. Dia dalam ”Zat-Nya” yang roh tak pernah tampak bagi manusia. Ia transenden tak ada yang serupa atau menyamaiNya. Dia ada bersama-sama dengan RohNya (Roh Kudus yang Hidup), dan KalimatNya (yang ber-Firman). Bila tidak demikian, Dia tidaklah hidup dan tidak berfirman Dialah Tuhan Maha Kasih yang merancang dan menjadikan apa yang ada, sekaligus merancang penyelamatan kembali umat manusia yang jatuh dalam kebinasaan. Maka Ia adalah Bapa Surgawi kita yang mengada dan yang memelihara. Ia Bapa yang personal, tidak jauh dari perbuatan tanganNya. Ia ada, melihat dan mendengar, dan tahu akan kita disegala waktu, kepada siapa kita dapat menyapa dan memohon—langsung tanpa ikatan waktu, tempat/kiblat, dan bahasa!
Anak
Karena teman-teman Muslim dari sejak kecil dan setiap harinya terbiasa dibombardir dengan suara yang mengumandangkan ”Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan.” maka dibawah sadar mereka terjadi semacam penyempitan nalar terhadap ’ke-anak-an’ yang rohaniah. ’Anak’ disini samasekali bukanlah buah hubungan biologis dari Allah dengan Maryam (Maha Suci Allah dari mempunyai anak hubungan biologis), melainkan buah ’kelahiran inkarnatif’ dari Kalimat Allah melalui Maryam (the Word Incarnated). Karena disini ada unsur proses ’kelahiran.’ Maka istilah ”Anak” justru menjadi sebutan yang amat tepat menggambarkan relasi Ilahi.
Karena teman-teman Muslim dari sejak kecil dan setiap harinya terbiasa dibombardir dengan suara yang mengumandangkan ”Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan.” maka dibawah sadar mereka terjadi semacam penyempitan nalar terhadap ’ke-anak-an’ yang rohaniah. ’Anak’ disini samasekali bukanlah buah hubungan biologis dari Allah dengan Maryam (Maha Suci Allah dari mempunyai anak hubungan biologis), melainkan buah ’kelahiran inkarnatif’ dari Kalimat Allah melalui Maryam (the Word Incarnated). Karena disini ada unsur proses ’kelahiran.’ Maka istilah ”Anak” justru menjadi sebutan yang amat tepat menggambarkan relasi Ilahi.
Perlu diketahui teman Muslim bahwa sebutan ANAK itu bukan bikin-bikinan manusia (yang bagaimanapun, tidak mempunyai kapasitas untuk mengetahuinya terlebih dahulu). Namun sebutan itu diumumkan langsung dari mulut Tuhan sendiri (Matius 3:17) dan dari mulut malaikat (Gabriel dalam Lukas 1:32), yang didengar oleh manusia (Maria, juga orang2 yg ikut dalam peristiwa Yesus dibaptis). Itu sebabnya Yesus juga membahasakan diriNya sebagai Anak Tuhan dan Anak Manusia. Tidak ada pihak yang tercatat telah menolak sebutan itu. Tidak malaikat, nabi-nabi, atau setan-setan (Lukas 4:41) dan musuh-musuh Tuhan sekalipun (lihat pasal berikutnya tentang ANAK TUHAN). Jadi kenapa Islam sendiri harus mati-matian menyangkal sebuah ”anak biologis” padahal itu dipahami semua pihak lainnya sebagai suatu ”anak rohani”?
Konsepsi kelahiran atau ”keanakan” Isa, sesungguhnya telah diungkapkan oleh Quran, disebutkan sebagai ”Kalimat Allah yang disampaikanNya kepada Maryam.” Itu adalah Sang Kalimat, sosok Kalimat Allah yang tidak tampak, yang turun (nuzul) kepada Maryam agar jadi tampak sebagai Al Masih anak Maryam yang membawakan KalimatNya langsung kepada manusia. Dan ini amat mirip dengan pengertian Alkitab, bahwa ”keanakan” ini adalah Firman/Kalimat Tuhan yang ilahi yang turun masuk ke dunia (melalui Maria) menjadi manusia. Simak pewahyuan dalam Yohanes 1:1 dan 14.
”Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Tuhan, dan Firman itu adalah Tuhan… Firman itu telah menjadi manusia… sebagai Anak Tunggal Bapa.”
Disini tampak semua Zat-Nya Sang Anak dalam keilahian. Dan karena Anak ini adalah inkarnasi Firman yang gen-DNAnya (zat-Nya) datang dari surga, maka ia juga harus kembali ke sorga.
Roh Kudus
Roh Kudus adalah Roh Tuhan sendiri, yaitu Roh kehidupan dan kebenaran yang menjadikanNya sumber segala kehidupan dan kebenaran. Ia menolong manusia untuk masuk dalam kebenaran (Yohanes 16:13), memberi kekuatan, hikmat dan penghiburan. Roh Kudus itu Maha-ada, dimana-mana dan sudah ada sejak Tuhan itu ada. Ia senyawa-esa dengan Tuhan. Ia bukan ciptaan, bukan malaikat.
Roh Kudus adalah Roh Tuhan sendiri, yaitu Roh kehidupan dan kebenaran yang menjadikanNya sumber segala kehidupan dan kebenaran. Ia menolong manusia untuk masuk dalam kebenaran (Yohanes 16:13), memberi kekuatan, hikmat dan penghiburan. Roh Kudus itu Maha-ada, dimana-mana dan sudah ada sejak Tuhan itu ada. Ia senyawa-esa dengan Tuhan. Ia bukan ciptaan, bukan malaikat.
Pemahaman Muslim tentang Roh Kudus amat simpang siur dengan banyak penafsiran yang berbeda-beda. Namun ini tidak mengherankan karena Muhammad tahu persis bahwa ia tidak mendapat karunia untuk memahami roh. Tuhan telah berwahyu kepadanya:
”Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: Roh itu termasuk urusan Tuhanku dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS 17:85).
Walau sudah diperingatkan Tuhan bahwa pengetahuan tentang Roh amatlah marginal. Namun pakar islam telah berani memberi penafsiran yang memastikan bahwa Roh Kudus itu adalah makhluk Jibril, atau bahkan ditafsirkan sebagai ”zat” yang ditiupkan oleh Jibril! (lihat catatan kaki dari AlQuran terjemahan Departemen Agama untuk QS 2:87). Tetapi tentu saja pemastian ini adalah asumtif (penganggapan), sebab tak ada ayat dasar manapun dari Quran yang pernah menyamakan keduanya.
[Catatan: ”Siapakah Jibril?” Sebab sangat aneh bahwa [1]. Jibril itu tidak pernah memperkenalkan dirinya sebagai Rohulqudus atau sebaliknya. [2]. Jibril tidak pernah memperkenalkan nama dan jati dirinya sebagai Jibril kepada Muhammad. [3]. Nama Jibril muncul begitu saja dalam Quran, tanpa perkenalan yang sepatutnya, kontras berlawanan dengan etiket elegan dan sempurna yang pernah diintroduksikannya dalam Injil: ”Akulah Gabriel yang melayani Tuhan, dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau” (Lukas 1:19). [4]. Selama belasan tahun Muhammad tidak pernah tahu siapa nama roh pembawa-wahyu itu, dan karenanya ia tidak pernah menyebutnya sebagai Jibril kecuali hanya menamainya dengan pelbagai sebutan diseputar kata ”ruh” (ada yang disebut ”ruh” saja, atau ruh-Ku/ruh-Nya/ruh Kami/ruh dari Kami/Ruhulqudus/Ar-Ruh Al-Amin). Padahal roh pembawa-wahyu ini dikatakan selalu intim/dekat berbicara kepada Muhammad. Bahkan sesekali menampakkan diri kepadanya. [5]. Kelak setelah Muhammad berinteraksi banyak dengan orang Yahudi di Medina, ia baru berkesempatan menyebut nama yang sekian lama tersembunyi bagi dirinya: JIBRIL]
Membandingkan Jibril vs Roh Kudus
Diseluruh Quran ada 29 ayat yang mencatat sebutan ruh, dari Allah, namun hanya memuat 3 ayat berkenaan dengan sebutan nama Jibril, yaitu QS 2:97,98, dan 66:4 (yang lain hanyalah terjemahan/tafsiran tambahan yang mengatasnamakan Jibril dan hanya ada 4 ayat dimana istilah Ruhulqudus disebutkan secara spesifik (QS 2:87, 253; 5:110; 16:102). Jadi setiap Anda bisa dengan mudah membandingkan kedua himpunan ayat yang spesifik ini untuk menyimpulkan apakah sosok Jibril itu pasti sama identik dengan sosok Rohulqudus (atau kalau-kalau ada kepastian bahwa Rohulqudus itu adalah ”zat” yang ditiupkan Jibril mengacu catatan kaki QS 2:87 yang disebut di atas?)
Diseluruh Quran ada 29 ayat yang mencatat sebutan ruh, dari Allah, namun hanya memuat 3 ayat berkenaan dengan sebutan nama Jibril, yaitu QS 2:97,98, dan 66:4 (yang lain hanyalah terjemahan/tafsiran tambahan yang mengatasnamakan Jibril dan hanya ada 4 ayat dimana istilah Ruhulqudus disebutkan secara spesifik (QS 2:87, 253; 5:110; 16:102). Jadi setiap Anda bisa dengan mudah membandingkan kedua himpunan ayat yang spesifik ini untuk menyimpulkan apakah sosok Jibril itu pasti sama identik dengan sosok Rohulqudus (atau kalau-kalau ada kepastian bahwa Rohulqudus itu adalah ”zat” yang ditiupkan Jibril mengacu catatan kaki QS 2:87 yang disebut di atas?)
Bahwa ada sebagian karya yang sama diantara kedua sosok itu—yaitu menurunkan ayat-ayat Tuhan—tentu tidak otomatis menjadikan kedua sosok itu identik. Sebab kedua sosok itu bisa sama-sama menjadi agen pewahyu, walau berbeda sesamanya. Bukankah misalnya Isa dan Yahya yang sama-sama nabi dan sama-sama meneruskan wahyu itu tidak menjadikan Isa identik dengan Yahya? Bukankah Tuhan sendiri (sebagai sosok ketiga) juga berwahyu langsung kepada nabiNya (misalnya kepada Musa dan Isa). Dan toh Tuhan tidak dapat diidentikkan sebagai Jibril? Mahasuci Dia daripada diserupakan.
Dalam Alkitab, Gabriel jelas menyatakan dirinya BUKAN Roh Kudus! Gabriel berkata langsung kepada Maria muka dengan muka:
“Roh Kudus akan turun atasmu…”
“Roh Kudus akan turun atasmu…”
Gabriel tidak berkata ”Aku akan turun atasmu” (Lukas 1:35). Alkitab menjelaskan bahwa Tuhan sendirilah yang memberitakan firmanNya dengan Roh KudusNya. Tuhan sendirilah yang berbicara langsung atau yang mengilhamkan kata-kataNya. Sedangkan Malaikat Gabriel hanyalah agen pewahyu yang diutus sesekali oleh Tuhan untuk meneruskan berita-berita adhoc khusus secara menampakkan diri (dalam dimensi yang bisa disaksikan, termasuk mimpi).
Roh Kudus adalah oknum integral dari Tuhan sejak semula. Ia keluar dari Bapa sama seperti Yesus yang juga keluar dari Bapa, menjadikan diriNya Tuhan Tritunggal yang Esa! (Kejadian 1:1-2; Yoh 15:26, 8:42). Roh Kudus itu adalah ilahi, bukan ciptaan seperti yang “dipastikan” oleh penafsir tertentu sebagai malaikat Jibril. Ia itu Maha Hadir, ada dimana-mana dalam satu waktu. Sedangkan makhluk ciptaan tidak mungkin maha ada, melainkan hanya dapat hadir disatu tempat dalam satu waktu. Itu sebabnya malaikat itu diciptakan dalam jumlah besar untuk mendampingi manusia per manusia, lihat QS 13:10-11; 50:17-18 dll.
Daud berkata dalam Mazmurnya: “Kemanakah aku dapat pergi menjauhi Roh-Mu… jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana. Jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, disitupun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku.” (Mzm 139:7-10; lihat pula Kis 2:1-4).
Iman Kristianitas adalah mutlak monotheistik bukan tritheist seperti yang dituduhkan secara keliru. Siapakah diantara penganut Alkitab yang dapat dituduh tidak mengimani monotheisme yang terpampang dalam Kitab yang dianutnya? Semisal di Kitab Ulangan 6:4; Yesaya 44:6; Markus 12:29; Yakobus 2:19; Surat Paulus di 1 Timotius 1:17, dll.?
KESIMPULAN TERHADAP TUDUHAN
1.Tritunggal yang ditolak Quran adalah Tritunggal yang lebih ditolak lagi oleh Alkitab, karena disamping sama-sama menolak substansi-tritheist dan relasi-biologis, Alkitab justru lebih jauh menolak pula oknum-tritunggal yang diklaim Quran!
1.Tritunggal yang ditolak Quran adalah Tritunggal yang lebih ditolak lagi oleh Alkitab, karena disamping sama-sama menolak substansi-tritheist dan relasi-biologis, Alkitab justru lebih jauh menolak pula oknum-tritunggal yang diklaim Quran!
2.Sekalipun istilah/nama “Tritunggal” tidak ada dalam Alkitab, namun konsep keberadaan Tuhan yang tritunggal itu bukanlah karangan-karangan manusia, melainkan jelas bertaburan di seluruh Alkitab. Bandingkan bahwa Quran juga tidak pernah mencantumkan seluruh 99 nama-nama Allah, melainkan hanya 72. namun Muslim dapat mengakui bahwa ke-27 nama yang tidak tercantum itu juga melekat dalam diri Allah!
3.Anak Tuhan bukanlah buah hubungan biologis dari Tuhan yang Maha Suci seperti yang dituduhkan. Ia adalah Kalimatullah. The Word Incarnated. Firman Tuhan yang ilahi turun (nuzul) masuk ke dunia menjadi manusia Yesus. Itu sebabnya setiap kalimat yang diucapkan Yesus adalah selalu Firman. Ia tidak usah menunggu, dan tidak pernah mendengar bisikan firman dari Jibril atau siapa lainnya, seperti halanya dengan Muhammad.
4.”Anak Tuhan” adalah sebutan dari mulut Tuhan sendiri, dan diterima baik oleh Yesus, para malaikat, nabi, bahkan oleh setan dan Iblis. Sebutan itu bukan diada-adakan oleh Paulus dan para padri yang sesat seperti yang dituduhkan.
5.Roh Kudus adalah Roh Tuhan sendiri dari kekal hingga kekal. Roh Kudus dan Firman (Yesus) sama-sama keluar dari diri Tuhan, menyatakan diriNya yang Tritunggal. Bandingkan dengan Quran dimana Allah SWT juga ”mempersekutukan” diriNya dengan KalimatNya (Firman Allah yang tidak diciptakan Allah, melainkan ”bagian” dari Allah—yang tidak sama dengan Allah—yang telah ada sejak semula disisi Allah. QS 43:4; 85:22)? Bandingkan pula dengan Allah SWT yang juga mengindikasikan ”kejamakan” diriNya ketika ia berkata: ”Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang memiliki timur dan barat sesungguhnya Kami benar-benar Mahakuasa” (Qs 70:40).
6.Roh Kudus bukan malaikat Gabriel—pelayan Tuhan yang diutus sewaktu-waktu sebagai pemberita. Malaikat yang makhluk, tidak bisa maha ada, walau bisa kemana saja. Bandingkan beda kehadiran Jibril dan Roh Kudus dalam terjemahan Quran (yang berbeda-beda) yang mencatat adanya Jibril yang berseru kepada Maryam diluar Maryam (Qs 19:24) dengan Rohulqudus yang ada di dalam Maryam (Isa dalam kandungannya Maryam, yang selalu diperkuat oleh Rohulqudus Qs 5:110; 4:171). Bila dalam satu waktu yang sama, Jibril dan Rohulqudus (yang makhluk itu masing-masing berada diluar dan didalam diri Maryam, maka dapatkah keduanya dimutlakkan sama dan identik?)
7.Dimanapun, Kristianitas tidak pernah mempertuhankan 3 Tuhan dan menjadikan Maryam itu ”istri Tuhan” dan sekaligus Tuhan. Kristianitas mutlak beriman kepada keesaan Tuhan (monotheist), dimana Bapa hanya dapat dikenal melalui Anak dalam penerangan Roh Kudus.
8.Bahkan Paulus yang dicap sebagai Bapak penyesat ”tritunggal” tetap menegaskan Tuhan itu esa: ”Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.” (1 Timotius 1:17).
9.Karena tuduhan ”3 Tuhan” yang tritheist itu tidak kena-mengena sedikitpun! Dengan Kristianitas maka sebaiknya kita kembalikan kepada teman yang empunya tuduhan untuk menjawab pertanyaan yang ditimbulkannya sendiri: ”Ahli Kitab (Kristen dan Yahudi) manakah yang dituduh menyembah TUHAN ITU TIGA? Siapakah tuhan-tuhan yang tiga itu? Dan Tuhan manakah yang dituduh ber-Anak karena beristri?”
Dilanjutkan dengan BAB 2: BINCANG-BINCANG SOAL ISU: ”YESUS ITU ANAK ALLAH”
Sumber: ISMAEL… Saudaraku, Bincang-bincang tentang Tudingan dan Salah Paham, Umar Tariqas, Reach Catalog-Jakarta-Cape Town
No comments:
Post a Comment