Saturday, September 22, 2012

Pertanyaan Mengenai Iman Episode 77

Pertanyaan Mengenai Iman Episode 77

Antoine: Selamat datang, para pemirsa terhormat, ke episode baru dari program ‘Pertanyaan Mengenai Iman’. Kami juga menyambut tamu kita terhormat, Bapak Pendeta Zakaria Botros.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Terima kasih.

Antoine: Kami telah menerima banyak surat akhir-akhir ini, dan kami ingin berterima kasih kepada semua pemirsa yang telah membagikan pendapat mereka dengan kita semua, baik yang positif maupun yang negatif. Saya mendorong semua orang untuk menulis kepada kami. Kami menghormati pendapat Anda dan ingin mendengarnya dari Anda.
Ini ada sebuah surat yang panjang, yang kami terima dari internet. Saudara ini berkata,
“Dalam nama Allah, Maha Murah dan Maha Pengampun. Bapak Pendeta Zakaria Botros,
Pertama-tama, saya ingin mengucapkan terima kasih atas program yang indah ini, yang baru-baru saja saya tonton. Yang saya suka mengenai program ini adalah Anda menangani isu-isu dan berdiskusi dengan cara yang beradab, tanpa menggunakan kata-kata yang offensif.”
Apakah Anda mau memberikan komentar?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sangat menyenangkan untuk bertemu dengan seseorang yang berpikiran adil. Sekali lagi, yang kita lakukan disini adalah menunjukkan bahan-bahan dari buku-buku Islam. Kami hanya mengutip, tanpa menggunakan kata-kata offensif dari kami sendiri.
Saya ingin menunda tanggapan atas surat ini sampai ke episode selanjutnya. Saya akan mengevaluasi dan menanggapi isinya nanti. Saya senang dengan orang-orang yang berpikiran logis. Terima kasih kepada pengirim surat ini.

Antoine: Terima kasih kepada saudara ini.
Selanjutnya adalah sebuah komentar yang kita terima.
“Betapa beraninya kalian para Pengikut Isa Al-Masih membandingkan Allah dengan manusia dan memberikan karakteristik manusia kepadaNya. Benar-benar sudah cukup! Dengarkan perkataan Al Qur’an, ‘Tidak ada yang seperti Dia’.”
Orang ini mempunyai kekebasan untuk mengutarakan pendapatnya. Mohon berikan pandangan Anda.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Hebat! Kami berterima kasih kepadanya karena telah mengutarakan pendapatnya. Saya hanya ingin berkata bahwa kami bukan orang-orang kafir dan kita telah membahas isu ini di episode sebelumnya. Kami mempercayai satu Allah dan Al Qur’an bersaksi atas hal ini.
Ia berkata bahwa tidak ada yang seperti Allah, dan kita telah membandingkan Allah dengan manusia. Saya ingin agar dia dan semua pemirsa, memberitahu kepada kami apa pendapat mereka mengenai Surat ke 42 (Ash Shura), ayat 11. Dikatakan, “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia…” Tetapi ia tidak menyelesaikan ayatnya. “… Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” Maha Mendengar lagi Maha Melihat, seperti manusia. Ada dua perbandingan dalam ayat ini, yang mengatakan Ia (Allah) tidak boleh dibandingkan. Kedua adalah perbandingan dengan umat manusia – Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Jadi perbandingan terhadap manusia dapat ditemukan dalam Al Qur’an.

Antoine: Apakah Anda dapat menjelaskan ini dengan lebih lanjut?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya.

Antoine: Dalam hubungannya dengan perbandingan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tentu saja.
Di Surat ke 2 (Al Baqarah), ayat 115, dikatakan, “maka ke mana pun kamu menghadap, di situlah wajah Allah.” Artinya bahwa wajah Allah ada dimana saja. Jadi, Allah mempunyai sebuah wajah.
Qurtuby berkata, “Ekspresi, ‘wajah’, merupakan bahasa metafora, karena wajah merupakan ciri khas yang paling menonjol dan mempunyai makna yang tertinggi.”
Metafora? Metafora terdiri dari ibarat, kata-kata kiasan, dan kata-kata sindiran, oleh karenanya, ia telah membuat sebuah perbandingan dan telah menjadi ‘sesuatu yang seperti Dia’.

Antoine: Apakah ada karakterisik manusia lainnya?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Maksud Anda selain wajah? Ya.
Di Surat ke 48 (Al Fath), ayat 10, dikatakan, “Tangan Allah di atas tangan mereka.”
Di Turmuzi, Tradisi Rasul 3001, dikatakan bahwa Umar Ibn El Khattab berkata bahwa rasul Allah berkata, “Allah menciptakan Adam dan kemudian Ia mengusap punggungnya dengan tangan kananNya… Jadi Allah mempunyai tangan kanan. …dan beberapa keturunannya mempermasalahkan hal ini. Ia berkata, ‘Aku menciptakan ini untuk Firdaus, dan mereka akan bertindak dengan perilaku orang-orang di Firdaus.’ Kemudian Ia mengusap punggungnya dan memberikan keturunan, dan berkata, ‘Aku menciptakan ini untuk api, dan mereka akan bertindak dengan perilaku orang-orang di api.’”
Kita tidak membahas apakah Allah menciptakan beberapa orang untuk di Firdaus dan yang lainnya di api. Yang penting disini adalah tangan yang mengusap punggung Adam adalah tangan Allah.
Di Sunan El Turmuzi, Hadis 3157: “Menuturkan Ibn Abbas bahwa rasul Allah berkata, ‘Allah-ku datang kepadaku, semoga Ia diberkati dan ditinggikan, dalam rupa yang terbaik. Ia menaruh tanganNya diantara pundakku, dan aku merasakan rasa dingin diantara dadaku.’”
Jadi Allah mempunyai sebuah tangan dan Ia menaruhnya diantara pundak, dan rasa dinginnya sampai ke bagian dada. Jadi, Allah mempunyai tangan.
Di Sahih Muslim, Hadis 4995, dikatakan: “Rasul Allah berkata bahwa Allah, semoga Ia ditinggikan dan dimuliakan, akan menggulung surga di hari kebangkitan, kemudian Ia akan menempatkannya di tangan kananNya. Kemudian Ia akan menggulung bumi dengan tangan kiriNya.”
Jadi, Allah mempunyai sepotong tangan kanan dan sepotong tangan kiri. Jadi, mengapa mereka berkata bahwa kita membandingkan Allah dengan manusia?
Di Sahih El Bukhari, Hadis 6862, dikatakan: “Menuturkan Abu Huraira bahwa rasul Allah berkata bahwa tangan Allah penuh, dan kepenuhannya tidak berkurang karena pengeluaran yang terus menerus. Di tangan yang satunya adalah timbangan, dan Ia menaikkan dan menurunkannya.
Disini Allah dibandingkan dengan seorang manusia yang mempunyai dua tangan. Ia bekerja dengan satu tangan, dan memegang timbangan dengan tangan yang satunya. Jadi apakah ini?

Antoine: Apakah ada perbandingan Allah yang lainnya?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, tentu saja.
Di Sahih El Bukhari, Hadis 6836, dikatakan: “Menuturkan Anas bahwa sang Rasul berkata, ‘Orang-orang akan dilemparkan ke api neraka dan akan terus berkata ‘Apakah ada yang lainnya?’ Sampai Allah dunia menempatkan kakiNya diatas mereka, dimana sisi yang berbeda akan saling berdekatan satu sama lain.’”
KakiNya? Jadi, Ia mempunyai wajah, tangan, dan kaki.
Di Surat ke 68 (Al Qalam), ayat 42, dikatakan, “Suatu hari, ketika tulang kering mereka akan dibaringkan dengan telanjang, dan mereka akan dipanggil untuk berlutut diatas dengkulnya, mereka tidak akan dapat melakukannya.”
Kata ‘tulang kering dibaringkan telanjang’ membutuhkan penjelasan.

Qurtuby memberikan penjelasan atas hal ini. “Ketika Allah berkata bahwa orang-orang percaya mempunyai surga dengan Tuhan-nya, Ia berkata, ‘Ketika tulang kering dibaringkan dengan telanjang.’ Artinya hari kebangkitan.”
Bukhari berkata: “Menuturkan Abu Sa’id El Khudri bahwa ia mendengar sang Rasul berkata, ‘Allah akan membuka tulang keringNya, dimana setiap orang percaya, baik laki-laki maupun perempuan, akan telungkup dihadapanNya.’”
Allah akan membuka tulang keringNya. Jadi, Allah mempunyai tulang kering.
Asqalany memberikan komentar di ‘Sharh Sahih El Bukhari’, mengutip El Khataby, dengan mengatakan, “Banyak sheikh Muslim takut untuk mencari informasi mengenai tulang kering ini.”
Mereka tidak dapat mengatakan apapun juga. Apakah Allah mempunyai tulang kering? Apa artinya?

Antoine: Mungkin gambar?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tidak ada yang dapat memberitahu.

Antoine: Apakah Hadis memberikan tindakan manusia kepada Allah?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, tentu saja. Tindakan. Kita menyebutkan bagian-bagian tubuh, tetapi ada juga tindakan.
Di Sahih Muslim, buku Iman, Hadis 267, dikatakan: “Allah akan menyelesaikan penghakiman atas para penjaminNya, tetapi orang terakhir yang masuk ke surga akan tetap menghadapi neraka dan ia akan berkata, ‘Oh Tuhanku, palingkan wajahku dari neraka karena nyala apinya telah membakar wajahku.’ Kemudian Allah, yang diberkati dan ditinggikan, akan berkata, ‘Jika Aku melakukan itu bagimu, apakah engkau tidak akan minta yang lainnya?’ Ia akan berkata, ‘Aku tidak akan minta apapun lagi.’ Kemudian ia memberikan kepada Allahnya perjanjian dan persetujuan seperti yang Ia kehendaki, hanya supaya wajahnya dipalingkan dari api neraka. Kemudian Allah akan memalingkan wajahnya dari api neraka. Ketika ia berpaling menghadap ke surga dan melihatnya, ia menunduk dan berkata, ‘Oh Tuhanku, bawa aku ke gerbang surga.’ Jadi Allah datang dan berkata, ‘Jika aku membawamu maju, apakah engkau akan diam??’ Ia berkata, ‘Tuhanku, biarkan aku masuk ke surga.’ Ia terus memanggil-manggil Allah, sampai Allah tertawa. Allah, diberkati dan ditinggikan, tertawa kepadanya! Allah akan berkata kepadanya dengan tertawa, ‘Masuk ke surga.’”
Jadi, disini ada tawaan. Allah tertawa. Mereka memberikan tawaan kepada Allah.
Ada Tradisi Rasul yang berkata, “Singgasana bergetar dari tawaan Allah.”

Antoine: Apakah Allah bergerak?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya.
Di Musnad Ahmad, ia menyebutkan seorang perempuan dari Ansar bernama Asma’ Bint Yazid. Ia berkata, “Ketika Saad Ibn Ma’az meninggal dunia, ibunya menjerit. Kemudian sang Rasul berkata, ‘Dapatkah engkau berhenti menangis dan berkabung? Anakmu adalah yang pertama ditertawakan Allah dan singgasanaNya bergetar.’”
Allah terus tertawa sampai singgasanaNya bergetar. Allah tertawa! Mereka memberikan perilaku manusia kepada Allah.
Anda sedang menanyakan…

Antoine: Gerakan. Ketika singgasananya bergetar, ada gerakan, ataukah ada arti yang lainnya?
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ada juga isu pergerakan dari satu tempat ke tempat lainnya.
Hadis Rasul 6856 dari Sahih El Bukhari, berkata: “Allah berlari.”
Bagaimana?
“Menuturkan Abu Huraira bahwa sang Rasul berkata, ‘Allah berkata, ‘Aku hanya seperti yang hambaKu pikirkan. Aku akan bersama dengannya jika ia mengingat Aku. Jika ia datang kepadaKu dengan berjalan, Aku akan pergi kepadanya dengan berlari.’”
Mereka memberikan berlari kepada Allah; bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya.
Dalam Hadis Rasul di Sahih Muslim, Hadis 1261, yang mengatakan: “Menuturkan Abu Huraira bahwa rasul Allah berkata, ‘Allah, diberkati dan ditinggikan, turun ke surga terendah setiap malam, dimana Ia tinggal sepertiga malam dan berkata, ‘Apakah ada seorang pemohon agar Aku jawab, atau seorang yang meminta agar Aku berikan kepadanya, atau seorang pencari pengampunan agar aku berikan pengampunan kepadanya?’”
Allah turun dari satu tempat ke tempat lainnya. Bukankah Ia Maha Hadir? Bukankah begitu?
Di Hadis 2304, Turmuzi berkata: “Menuturkan Oqba Ibn Muslim bahwa ada seorang laki-laki bernama Shafia El Asbahi. Shafia memberitahu dia bahwa ia pergi ke Medinah dan melihat orang-orang mengerumuni seorang tua. Ia bertanya siapakah orang tua itu dan diberitahu bahwa itu adalah Abu Huraira. Ia mendekat dan duduk disampingnya saat Abu Huraira berbicara kepada orang-orang. Ketika Abu Huraira berhenti berbicara, dan kerumunan itu sudah bubar, Shafia meminta Abu Huraira untuk menceritakan sesuatu yang telah ia dengar dari rasul Allah, yang ia mengerti dan telah diajarkan. Abu Huraira berkata, ‘Aku beritahu sebuah Hadis yang rasul Allah beritahukan kepadaku, dan aku mengerti serta memahaminya.’”
Kemudian dituliskan di Hadis bahwa, “Abu Huraira memahami dan pingsan untuk sementara, kemudian ia sadarkan diri. Ini terulang tiga kali, kemudian ia mengambil nafas yang panjang dan jatuh terjerembab untuk waktu yang cukup lama. Jadi Shafia memegangnya sampai ia sadarkan diri, kemudian ia berkata, ‘Rasul Allah mengatakan kepadaku bahwa di hari kiamat, Allah, diberkati dan ditinggikan, akan turun kepada budak-budakNya untuk menghakimi mereka.’”
Allah akan turun dan bergerak! Tidak ada yang seperti Dia! Ia tidak boleh dibandingkan atau diperbandingkan! Isu-isu ini membutuhkan penjelasan yang banyak.

Antoine: Ada perbandingan yang sama di Kitab Suci, tetapi perbandingannya rohaniah, bukan tubuh.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tidak dipungkiri bahwa ini ada di Kitab Suci, akan tetapi mereka menuduh kita mengatakan bahwa Allah dibandingkan dengan manusia, dan secara bersamaan, Al Qur’an dan Hadis penuh dengan perbandingan Allah terhadap manusia.
Apakah Anda mengerti yang saya katakan?

Antoine: Beberapa waktu yang lalu, Anda berkata bahwa dalam Hadis dikatakan bahwa Allah berada di singgasana dan singgasananya bergetar.
Apakah di Hadis ada lagi yang mengatakan mengenai singgasana atau berkata bahwa Allah duduk di singgasana?
Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tentu saja.
Surat ke 20 (Ta Ha), ayat 5, menyebutkan ini. “Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas Arasy (singgasana).” Di terjemahan lainnya dikatakan, “…terangkat dari singgasanaNya”.
Dalam komentar Al Qurtubi atas ayat ini, ia berkata, “Jika kita berkata sang Pencipta diatas, mempunyai pengawasan dan daerah kekuasaan… – Seharusnya Ia tidak mempunyai pengawasan maupun daerah kekuasaan. – …oleh karenanya, mayoritas ulama dahulu kala dan para pemimpin sekarang yang termasyhur wajib mempertimbangkan Dia, diberkati dan ditinggikan, jauh diatas dari mempunyai pengawasan karena keharusan berada di suatu tempat atau daerah kekuasaan dan ini, sebaliknya, membutuhkan gerakan dan imobilitas (keadaan tidak bergerak). Yang pertama tidak menyangkal mempunyai pengawasan karena membicarakan dan menegaskan mengenai Allah yang ditinggikan… – Ia bisa ada disini dan disana dan datang dan pergi. – …seperti yang tertulis di bukuNya dan dilaporkan oleh rasul-rasulNya. Tidak seorangpun dari nenek moyang menyangkal bahwa Ia sungguh-sungguh duduk di singgasanaNya.”
Kata ‘sungguh-sungguh’ merupakan isu besar. Itu bukan sebuah metafora. Ia sungguh-sungguh duduk di singgasana, “…tetapi mereka tidak tahu bagaimana Ia duduk. Kenyataannya tidak diketahui.” Bagaimana Ia duduk? Kita tidak tahu. Jadi apa arti ‘duduk’? Kami mengambilnya sebagai hal yang metafora, tetapi disini dikatakan ‘sungguh-sungguh’ dan itu menyebabkan kebingungan.
Qurtubi menyimpulkan dalam artikelnya, dengan berkata, “Mempertanyakan hal ini merupakan suatu penyimpangan.” Bertanya merupakan penyimpangan. “Jangan menanyakan hal-hal yang dapat membahayakan engkau jika engkau mengetahuinya.”
Al Qur’an berkata bahwa singgasana Allah dipikul oleh para malaikat. Di Surat ke 69(1) (Al Haqqa), ayat 17, dikatakan, “Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka.”
Dalam komentarnya, Qurtubi berkata: “Menuturkan Ibn Abbas bahwa delapan baris malaikat, tidak ada yang mengetahui jumlahnya, kecuali Allah.”
Dan sang Rasul berkata, “Pemikul singgasana adalah empat dan di hari kiamat, Allah akan mendukung mereka dengan empat lainnya sehingga jumlahnya menjadi delapan.”
Di Hadis, dikatakan bahwa setiap malaikat akan mempunyai empat wajah; wajah seorang manusia, seekor singa, seekor kerbau, dan seekor elang. Masing-masing akan meminta persyaratan dari jenisnya. Dan ketika sang Rasul mendengar bahwa Umayya Ibn Abi El Salt berkata bahwa seorang manusia dan seekor kerbau ada dibawah kaki kananNya, seekor elang di sisi lainnya, dan seekor singa bersembunyi, sang Rasul berkata, “Benar, dan diatas punggung mereka adalah singgasana dan merekalah malaikatnya.”

Antoine: Ini mengingatkan saya pada sesuatu di Kitab Wahyu di Kitab Suci. Sangat mirip.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ini diambil dari situ.
Antoine: Diambil dari situ?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, dari Kitab Wayu, pasal 4, ayat 7, yang mengatakan:
“Makhluk yang pertama rupanya seperti singa, makhluk yang kedua seperti anak lembu, makhluk yang ketiga memiliki wajah seperti manusia, dan makhluk yang keempat seperti burung nasar yang sedang terbang.”
Ini disalin dari Kitab Suci karena Umayya Ibn Abi El Salt telah terpengaruh oleh Kitab Suci. Ia membacanya, dan menaruhnya di dalam puisi-puisinya, dan Muhammad mengambilnya dari puisi-puisinya tersebut, tanpa mengetahui bahwa itu dari Kitab Suci.

Antoine: Apakah Hadis membicarakan rupa Allah? Kita tahu bahwa gambar biasanya dilarang, tetapi apakah ada gambar Allah?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Islam meninggikan Allah diatas segalanya, walaupun begitu mereka mengatakan Ia mempunyai sebuah wajah. Anda lihat?
Di Musnad Ahmad, Hadis 16026 mengatakan: “Menuturkan Abdul Rahman Ibn Ayesh bahwa rasul Allah datang kepadanya di pagi hari, terlihat puas dan bersinar. Kami berkata, ‘O rasul Allah, kami melihat engkau puas dan bersinar.’ Ia berkata, ‘Mengapa tidak, jika Allah, Tuhanku, ditinggikan dan dihormati, datang kepadaku disaat malam dalam bayangan terindah dan berkata, ‘Muhammad.’ Aku berkata, ‘dalam pelayanan dan kesenanganmu.’ Sehingga ia menaruh tanganNya diantara pundakku dan perasaan dingin sampai ke dadaku.’”
Jadi ada sebuah bayangan dan tangan. Kami menyebutkan tangan sebelumnya.
Ini Hadis Tradisi yang mengatakan bahwa Allah dapat merubah gambarNya. Sebuah cerita yang sangat aneh.
Di Sahih Muslim, buku Iman, Hadis 267, ada sebuah cerita menarik yang dituturkan oleh Abu Huraira. Tidak ada orang yang tahu darimana Abu Huraira mendapatkannya, tetapi ia berkata ia mengutipnya dari sang Rasul.
“Orang berkata kepada rasul Allah, ‘O rasul Allah, apakah kita akan melihat Tuhan kita di hari kebangkitan?’ Rasul Allah berkata, ‘Apakah engkau kesulitan melihat bulan di waktu malam ketika sedang purnama?’ Mereka berkata, ‘Tidak, rasul Allah.’ Ia berkata, ‘Sungguh, engkau akan melihat Ia seperti itu. Allah akan mengumpulkan orang-orang di hari kebangkitan dan akan datang kepada mereka, diberkati dan ditinggikan, dalam gambaran yang berbeda dari yang mereka kenal.’”
Penampilannya akan berbeda dan mereka tidak akan mengenali Dia. Jadi sebelumnya, gambaran apa yang mereka kenal? Kita tidak tahu.
“Ia akan berkata, ‘Aku-lah Tuhan-mu.’ Mereka akan berkata, ‘Kami berlindung pada Allah dari Engkau. Kami akan tinggal disini sampai Allah kami datang kepada kami dan ketika Allah kami datang, kami akan mengenalNya.’ Sesudah itu, Allah akan datang kepada mereka dalam gambaranNya sendiri, yang dikenal oleh mereka, dan berkata, ‘Aku-lah Tuhan-mu.’ Mereka akan berkata, ‘Engkau-lah Allah kami.’ Dan mereka akan mengikuti Dia.”
Apa gambaran atau bentuk asliNya, dan apa yang berubah? Ada berapa gambaran yang Allah miliki? Apakah Ia dapat mempunyai gambaran yang berbeda-beda? Ini merupakan sebuah masalah karena mereka berkata, “Ia tidak dapat dibandingkan dan tidak ada apapun yang seperti Dia.”
Sebuah Hadis Rasul berkata bahwa Allah menciptakan Adam sesuai gambaranNya. Sahih Muslim, Hadis 4731, berkata: “Menuturkan Abu Huraira bahwa rasul Allah berkata, ‘Ketika seseorang dari engkau berkelahi dengan saudaranya, ia harus menghindari wajahnya karena Allah menciptakan Adam sesuai gambaranNya sendiri.’”

Antoine: Ini diambil dari Kitab Taurat.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Dalam Hadis sakral, dikatakan, “Ia menciptakannya sesuai gambaran Maha Pengampun.”
Dalam komentar El Nawawy, ia mengatakan, “Para ulama menahan penjelasan ini dan berkata bahwa mereka percaya hal itu adalah kebenaran.”
Jadi mereka tidak menjelaskannya. Mengapa? Ini membingungkan. Ia diciptakan sesuai gambaran Allah. Ini tidak dimengerti! Tidak diketahui!

Antoine: Ada ayat-ayat yang mengatakan…

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Jangan membahas dan jangan bertanya. Itu apa adanya.

Antoine: Apakah mereka takut melihat Allah, kalau-kalau mereka meninggal dunia, seperti di Kitab Taurat dan Kitab Para Nabi? Tidak ada seorangpun yang dapat memandang Allah.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya. Tidak ada anugerah atau kasih, hanya ketakutan.

Antoine: Jika Allah mempunyai sebuah gambaran, apakah Hadis menyebutkan sesuatu mengenai dapat memandang Allah?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tentu saja.
Di Sahih El Bukhari, Hadis 6882, dikatakan: “Menuturkan Jarir, ‘Kami sedang duduk dengan sang Rasul dan ia melihat bulan purnama di malam hari serta berkata, ‘Engkau manusia akan melihat Tuhan-mu seperti engkau melihat bulan purnama ini.’’”
Di Hadis 6883 dari Sahih El Bukhari, sang Rasul berkata, “Engkau pasti akan melihat Tuhan-mu dengan matamu sendiri.”
Di Sahih El Bukhari juga dikatakan, “Tidak ada yang akan menghalangi orang melihat Tuhan-nya, kecuali penutup kebesaran di wajahNya, di surga Eden.”
Di Sahih Muslim, Hadis 266, dikatakan, “sang Rasul berkata, ‘Ketika orang-orang surga masuk, tabir akan disingkapkan dan mereka tidak akan diberikan sesuatu yang lebih baik kepada mereka, dibandingkan dari memandang Tuhan-nya.’”

Antoine: Jadi pada hari kebangkitan orang akan melihat wajah Allah, berbicara denganNya dan mempunyai hubungan pribadi denganNya?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Berbicara denganNya?

Antoine: Ya, berbicara denganNya.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ada sebuah Hadis yang sangat aneh mengenai hal ini.
Di Sunan El Turmuzi, Hadis 2462, dikatakan, “Menuturkan Said Ibn El Mussayab bahwa ia bertemu Abu Huraira, yang berkata, ‘Aku minta Allah membawa aku dan engkau bersama-sama ke pasar surga.’ Said berkata, ‘Apakah ada pasar di situ?’ Mereka akan diperbolehkan sehari, sepadan hari Jum’at di bumi, untuk mengunjungi Allah dan Ia akan menunjukkan kepada mereka singgasanaNya dan membawa mereka ke taman di surga dan menyediakan podium bagi mereka untuk duduk. Di pertemuan tersebut, Allah akan berkata kepada setiap orang secara individu, mengatakan, ‘O ini dan itu, anak dari ini dan itu, apakah engkau ingat ketika berkata ini dan itu?’ Ia akan berkata, ‘Bukankah Engkau mengampuni aku, Allah?’ Jadi Ia mengampuninya, kemudian, diberkati dan ditinggikan, akan berkata, ‘Pergilah ke hal-hal yang telah Aku persiapkan bagimu dari kehormatan. Ambil yang engkau mau.’ Jadi mereka datang ke pasar yang penuh dengan para malaikat, dan di dalamnya ada hal-hal yang belum pernah dilihat mata atau didengar telinga atau masuk ke hati siapapun.”
Ekspresi ini disalin dari Surat 1 Korintus, pasal 2, ayat 9. “ tidak pernah dilihat oleh mata, yang tidak pernah didengar oleh telinga…”
“Ketika mereka pergi ke rumah-rumah mereka, istri-istri mereka akan bertemu dengan mereka dan berkata, ‘Sangat indah. Engkau lebih indah dibandingkan saat engkau meninggalkan kami.’ Kemudian mereka akan berkata, ‘Kami duduk dengan Tuhan Maha Besar hari ini.’”

Antoine: Bukankah ini semua adalah gambaran Allah dalam bentuk daging?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ya, mereka menggambarkanNya sebagai seorang manusia dengan tangan, mata, wajah, tangan, tulang kering, dan seterusnya.
Jadi, bagaimana mereka mengkritik perkataan bahwa Allah muncul dalam daging?
Mereka menggambarkanNya sebagai seorang manusia, berbicara kepada orang dan turun dari satu tempat ke tempat lainnya!
Jadi pertanyaannya adalah, bagaimana mereka mengendalikan isu ini? Kita membutuhkan jawaban dari para ahli hukum.

Antoine: Terima kasih.
Sebelum kita menutup episode hari ini, dapatkah Anda membagikan kata-kata dari Kitab Suci?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Tentu saja.
Kita telah sampai ke bagian dimana Isa Al-Masih berkata, “Kamu telah mendengar Firman yang disampaikan kepada nenek moyang kita, ‘Jangan bersumpah palsu, melainkan bayarlah apa yang sudah kamu sumpahkan itu kepada Tuhan.’ Tetapi Aku berkata kepadamu, jangan engkau bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah Arasy Allah; atau demi bumi, karena bumi adalah tempat tumpuan kaki-Nya; atau demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota tempat Raja Agung tinggal; ataupun demi kepalamu, karena kamu tidak dapat memutihkan atau menghitamkan sehelai pun dari rambutmu itu. Jadi, hendaklah kamu katakan ‘Ya’ jika ya, dan ‘Tidak’ jika memang tidak. Selebihnya dari itu berasal dari si jahat.”
Ini hukum kesempurnaan. Orang yang bersumpah atas nama Allah menguncang surga dan bumi. Isa Al-Masih berkata, “hendaklah kamu katakan ‘Ya’ jika ya, dan ‘Tidak’ jika memang tidak. Selebihnya dari itu berasal dari si jahat.”
Anda sering mendengar orang yang bersumpah atas nama Allah. Mereka tidak mempunyai pengendalian diri dari bersumpah atas nama Allah. Hendaklah kamu katakan ‘ya’ jika ya, dan ‘tidak’ jika memang tidak. Selebihnya dari itu berasal dari si jahat. Itulah mengapa para Pengikut Isa Al-Masih harus cermat dalam segala hal. Allah ada dalam hatinya dan memberinya pengendalian diri.
Saya ingin memberikan nasihat ini kepada para pemirsa. Terimalah Allah dalam hidup Anda dan Ia akan memberikan Anda pengendalian diri dalam segala hal, dan Anda akan menikmati keberadaanNya.

Antoine: Amin. Terima kasih.
Kita berdoa supaya Allah memberikan mereka anugerah untuk merasakan ini.
Kami berterima kasih kepada para pemirsa terhormat yang telah menonton acara ini. Berhati-hatilah, sampai kita berjumpa kembali.
Jangan lupa untuk menulis kepada kami dan kami akan menjawab Anda dan mengirimkan Anda Kitab Suci gratis.
Sampai berjumpa. Allah memberkati.
Amin.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Amin.

Texts being used:
The Indonesian Bible text used for New Testament is “The Indonesian (1912 Translation) – Greek Diglot New Testament” – “Kitab Suci Injil Dwibahasa Indonesia (Terjemahan 1912) – Yunani” version. © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 2000.
The Indonesian Bible text used for Old Testament is “The New Translation, 1974” – “Alkitab Terjemahan Baru (TB), 1974” version. © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 1974.
The Indonesian Al Qur’an text used is taken from

http://Quran.al-islam.com/

Indonesian version:

http://Quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSora=1&nAya=1&nSeg=1&l=eng&t=ind

Notes on this episode:
(1) For that particular text, should be Surah 69 instead of 68. We use Surah 69 – Untuk text tersebut, seharusnya Surat ke 69, bukan Surat ke 68. Kita menggunakan Surat ke 69.

3 comments:

  1. luar biasa.....sukses terus untuk Bpk. Pdt. Zakaria B,,, semoga makin banyk org yg percaya dan memperoleh hidup yg kekal melalui yesus kristus..

    ReplyDelete
  2. cuma bisa tertawa liat ini

    coba anda pelajari ilmu nahwu dansorof dlam bhasa arab cba juga anda pelajari kitab imriti dan alfiah dan beberapa kitab lainnya untuk mnterjemahkan bbrapa hadist lalu bacalah firman allah dlm alquran dgan seksama jgan bbca potongan potongan ayat saja
    bisa jadi anda salah mnterjemahkan

    saya mau tanya kepada anda bpk zakar ups maaf saya panggil anda separu nama sih jadi salah pengertian dah
    mksudnya zakaria
    asaya mau tanya
    kitab anda ada berapa versi????????
    dan yang mana yang paling asli dari tuhan anda
    apakah tuhan anda sering berubah pkiran?????

    ReplyDelete
    Replies
    1. saudara unayah jgnlah mulutmu mengucapkan yg tidak pantas.. Kalau saudara tanyakan alkitab ada berapa versi saya boleh katakan alkitab itu mempunyai versi sebanyak segala bangsa di dunia ini.. Tuhan Memberkati kamu

      Delete