Tuesday, November 1, 2011

Pertanyaan Mengenai Iman Episode 61


Antoine: Selamat datang, tamu kehormatan kami, di episode baru “Pertanyaan Mengenai Iman”.  Juga kepada tamu kehormatan Bapak Pendeta Zakaria Botros.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Dengan senang hati.

Antoine: Kami juga berterima kasih kepada semua teman-teman yang telah menulis surat kepada kami akhir-akhir ini.  Dari ini semua, kami akan membacakan 2 surat.  Kami menerima surat pertama dari Norwegia.  Ditujukan kepada keluarga besar program “Pertanyaan Mengenai Iman”.  Suratnya berisi:  “Salam sepenuh hati dari hati yang terdalam.  Saya berterima kasih untuk program yang sangat menarik dan penting ini.  Saya percaya setiap orang yang berpendidikan, rasional, dan logis akan mempertanyakan iman dan agama, untuk menemukan mana yang paling dekat dengan logika dan kemanusiaan.  Ini hanyalah sifat dasar kita:  Manusia mempunyai akal dan rasa ingin tahu.  Ia akan mencoba untuk mencari kebenaran, atau setidaknya bagian dari itu, seperti yang terjadi dengan saya.  Saya berpendidikan akademis.  Saya tidak mengambil sesuatu apa adanya, tetapi mempelajarinya dan membuktikan apakah itu benar.  Sekali lagi, saya berterima kasih atas program ini, dimana Anda menawarkan hal-hal yang baru.”  Kami berterima kasih, saudaraku.  Kami menantang seluruh pemirsa untuk menulis kepada kami.  Kami mau mengunjungi Anda secara pribadi dan mengirimkan bacaan-bacaan, terutama Kitab Suci.  Bicara mengenai Kitab Suci, saya teringat akan sebuah ayat di Kisah Para Rasul, dimana Rasul Pa’ul sampai di sebuah kota bernama Berea, saat ia berkata, “Sekarang disinilah orang-orang yang lebih luhur dibandingkan orang-orang Tesalonika, karena mereka telah menerima berita baik dengan keinginan yang menggebu-gebu, mempelajari Kitab Suci setiap hari untuk melihat apakah hal itu seperti adanya.”  Apa pendapat Anda?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sebenarnya, setiap orang seharusnya berpikir, karena Allah memberikan pikiran kepada manusia.  Saat manusia tidak menggunakan pikirannya, ia bermasalah besar.  Allah memberikan manusia pikiran, dan manusia bertanggung jawab untuk berpikir, bertanya, dan meneliti.  Saya sangat senang mendengar ada seseorang yang menulis dan berkata bahwa ia mempunyai pertanyaan.  Saya senang saat orang mulai bertanya-tanya.

Antoine: Kami bersyukur kepada Allah untuk semua teman-teman yang mengajukan pertanyaan dan ingin mengetahui kebenaran, keselamatan, dan kasih.  Dalam episode ini, kita mempunyai beberapa perkataan yang menarik.  Saat ini, kita akan membacakan sebuah surat yang datang dari Mesir:  “Diberkatilah teman-teman, dan para pekerja di program “Pertanyaan Mengenai Iman”, saya menawarkan Anda, dari hati yang terdalam, damai Isa, Raja Damai, supaya Ia berkuasa atas Anda dan program Anda yang menarik ini, dan membuat program Anda menjadi berkat dan langkah yang membawa orang ke jalan yang benar, bagi banyak jiwa dan hati yang kelaparan, lapar untuk mengenal Allah yang penuh kasih dan sayang, Gembala yang baik yang menawarkan keselamatan bagi siapa saja, dan sekarang menawarkannya kepada semua yang mau menerima dan percaya.  Kita ditawarkan hadiah paling berharga dari Allah, yaitu, diselamatkan dan menjadi ciptaan baru dalam Isa Al-Masih, seluruh kemuliaan bagiNya.”
Sebuah surat yang sangat memberikan dorongan!  Kami ingin agar sebagian besar orang yang menonton program ini mengerti tujuan utama kami, yaitu kasih dan damai; supaya orang mau datang untuk mengetahui keselamatan dalam Isa Al-Masih.  Karena Allah ingin agar semua umat manusia diselamatkan.  Surat ini ditulis kepada kita oleh seorang saudara dari Mesir yang mengingatkan kita bahwa “Jika seseorang ada dalam Isa Al-Masih, ia adalah ciptaan baru.”  Apa pendapat Anda?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Itu benar-benar tujuan dari program ini:  bahwa manusia, semua orang, apakah mereka orang Nasrani, Israel, atau Muslim, akan mengetahui kebenaran dan dibebaskan, dan mengenal sang Penyelamat, yaitu, Isa Al-Masih, agar diselamatkan dari dosa-dosanya, dan dari hukuman kekal di neraka dan menerima kehidupan yang lebih baik dalam Isa Al-Masih.

Antoine: Amin.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ini tujuan kami sejujur-jujurnya.

Antoine: Terima kasih.  Sekarang, kami ingin menanyakan kepada Anda mengenai artikel di media yang menyerang program “Pertanyaan Mengenai Iman.” Apa jawaban Anda terhadap serangan dan kritik yang diajukan oleh media tersebut?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sessungguhnya program “Pertanyaan Mengenai Iman” telah menjadi target atas serangan yang besar.  Sekitar 20 artikel aneh dari berbagai surat kabar dan majalah, saat semuanya sudah dikatakan dan sudah selesai; saya menjawab semuanya, dan saya akan terus menjawab mereka.  Saya mengirimkan jawaban kepada seluruh majalah dan surat kabar yang menyentuh topik ini di Mesir.  Menyedihkan sekali, tidak ada satupun dari mereka menerbitkan jawaban saya.  Tidak, tidak ada satupun.

Antoine: Para pemirsa yang menonton program ini berhak atas jawaban-jawaban tersebut.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Hanya sebuah surat kabar yang menerbitkannya, yaitu, “Sawt Al-Muhajir” yang diterbitkan di Amerika.  Dituliskan:  “Pendeta Zakaria Botros menjawab surat kabar Al-Umma and Al-Usbu`, begitu juga beberapa surat kabar lainnya.  Di halaman 3, diterbitkan semua jawaban saya.  Dengan mengutip fakta-fakta ini, program ini telah mempermalukan surat kabar-surat kabar tersebut karena mereka telah menolak salah satu hak saya; yaitu, untuk menerbitkan jawaban saya.  Dimana kebebasan pers?  Dimana kebebasan pendapat di Mesir?

Antoine: Hari ini, banyak jiwa yang telah menikmati kebebasan, karena mereka telah dibebaskan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Jawaban saya kepada Sawt Al-Umma:  “'Untuk apa kehiruk-pikukan ini?”  Ini sebuah ayat oleh puitikus Ahmad Shawqi!  Saya mengutipnya sekarang untuk menjawab surat kabar-surat kabar tersebut.  Jawaban saya adalah sebagai berikut:  
Para penerbit surat kabar dan majalah akhir-akhir ini telah memborbardir kami dengan artikel-artikel yang menyerang program ’Pertanyaan Mengenai Iman’ di saluran TV langsung.  Saya sekarang akan mendaftarkan beberapa artikel-artikel tersebut dalam urutan kronologis.
Surat kabar Al-Usbu`, 19 Januari 2004, dengan judul:  “Saluran Al-Hayat.”
Sekali lagi di minggu yang sama, di 19 April 2004, dengan judul:  “Cerita Mengenai Saluran Mencurigakan yang Menyerang Islam.”
Sekali lagi di 26 April 2004, dengan judul:  “Melawan Musuh-Musuhku.”
Islamic Network di internet, 19 April 2004, dengan judul:  “Yang Dicabut dan Ayat-Ayat yang Dicabut.”
Surat kabar Internet Arabia.com, 6 Mei 2004, dengan judul:  “Saudara, Mereka Mencaci Rasul yang Terhormat.”  Hasutan – Hanya Itu!
Surat kabar Al-Akhbar, 9 Mei 2004, ditulis dengan judul:  “Bukan Saluran Hidup (Hayat) tetapi Sebuah Saluran yang Menentang Kehidupan.”
Majalah Rose Al-Yusif, 11 Juni 2004, dengan judul:  “Botros (artinya Pendeta Zakaria Botros) Menyerang Rasul dengan Keliru.” Semua hanyalah hasutan!
Surat kabar Al-Arabi, 30 Juli 2004, dengan judul:  “Perang Pengikut Sekte Melalui Internet dan Saluran Satelit.” (Ini karena kita mempunyai ruang ngobrol di “pal talk” internet, dimana kita membuka diskusi untuk memberikan penjelasan.)
Surat kabar Al-Sha`b, 23 Oktober 2004, dengan judul:  “Saluran Al-Hayat Menghina Islam dan Rasulnya.” (Penghinaan, dari Kata-Kata Lainnya!  Catat Hasutannya)
Di Moroko, majalah Risalat Al-Umma, 12 November 2004, ditulis dengan judul:  “Bahaya dari Pendeta Zakaria dan Saluran Al-Hayat.”
Masih banyak lagi majalah dan surat kabar yang menulis topik yang sama di tanggal-tanggal tersebut.

Antoine: Ada surat kabar lainnya.  Saya pikir surat kabar Sawt Al-Umma.  Menerbitkan sebuah artikel dengan topik yang sama.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Satu artikel?  Sebenarnya banyak artikel.  Surat kabar Sawt Al-Umma menulis 10 artikel, tepatnya.  Itulah alasannya mengapa saya menuliskan surat saya kepada kepala editor dari surat kabar Sawt Al-Umma; ia menulis lebih banyak mengenai Saluran Al-Hayat dari pada yang lainnya.
Artikel pertamanya diterbitkan di 1 Maret 2004, dengan judul:  “Paus Shenouda Mengingkari Penginjilan Satelit.”  Kata Hasutan Yang Besar!  Semua artikel diterbitkan di tahun 2004.
Artikel kedua di 1 Maret 2004, dengan judul:  “Saluran Penginjilan dan Perselisihan Agama-Agama.”  Bukan “Dialog atau Percakapan Mengenai Agama-Agama.”  Hanya Untuk Sensasi Belaka!
Pada 27 September 2004, artikel ketiga dengan judul:  “Buku-Buku dari yang Dikucilkan”  Saya sungguh-sungguh tidak tahu dari mana mereka mendapatkan kata ‘dikucilkan’...  Buku-buku Pendeta Zakaria Botros yang dikucilkan ada di toko-toko buku di gereja-gereja Mesir.
Artikel keempat muncul di 4 Oktober, dengan judul:  “Yang Diasingkan oleh Gereja Mesir.”
Kelima, 11 Oktober:  “ Orang Mesir Non Arab Menuntut Paus untuk Menginvestigasi Kejahatan Zakaria.”
Keenam, 25 Oktober:  “Misteri Zakaria Botros.”
Ketujuh, 1 Nopember:  “Sandiwara Pendeta Zakaria Botros.”  Sekarang jadi sandiwara, bukankah begitu?
Kedelapan, 8 Nopember:  “Gereja Menolak Penyerangan Agama-Agama Lain.”  Sebuah omong kosong!  Siapa yang mengatakan penyerangan?  Kita hanya berdiskusi dan mengajukan pertanyaan.  Bagaimana lagi kita dapat mengadakan dialog agama?
Artikel kesembilan, 8 Nopember, dengan judul:  “Allah Mengabadikan Semua Buku-Buku Surgawi dari Perubahan.”
Artikel kesepuluh, 8 Nopember, dengan judul:  “Sandiwara Pendeta Zakaria Botros (Sekali Lagi) dan Munculnya Hasutan yang Pasif.”
Masalahnya adalah pada artikelnya yang terakhir dimana ia berkata, “Dengan ini kita telah menutup pintu untuk semua diskusi.”  Tetapi kita bahkan belum memulai diskusinya!  Semua yang kita dapatkan dari sisi mereka adalah penyerangan!  Betapa lancangnya Anda menutup pintu saat saya belum pernah diberi kesempatan untuk berbicara?  Oleh karena itulah saya menyiapkan jawaban ini dan mengirimkan kepadanya.  Tentu saja, ia tidak pernah menerbitkannya.  Pertama-tama, saya heran dengan kampanye tersebut… Saya katakan – Saya heran dengan kampanye-kampanye dari surat kabar Anda yang terhormat, begitu juga surat kabar dan majalah lainnya, yang menentang program kami, “Pertanyaan Mengenai Iman”, disiarkan dalam program Al-Hayat.  Setahun penuh berlalu tanpa mendengar jawaban atau diskusi dari para ahli agama Islam, ulama, maupun ahli hukum.  Jika para ahli dilarang untuk berbicara, kemudian mengapa para orang-orang surat kabar marah?  Apa yang mereka ributkan?  Mengapa para orang awam media meributkan soal agama?

Antoine: Mungkin mereka mempertahankan integritas tanah air atau menangkis percekcokan antar sekte!

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Mungkin.  Mereka yakin bahwa mereka menjawab dan membahas masalah ini karena diskusi di program Al-Hayat memulai percekcokan antar sekte.  Jawaban saya atas kemarahan berkepanjangan karena percekcokan antar sekte adalah:  Mengapa program ini harus memulai percekcokan antar sekte?  Mengapa?  Mereka berkata, “Karena Anda menyerang Islam.”  Tetapi sekali lagi, saya ulang:  Jika pendeta-pendeta ahli belum berbicara, kemudian bagaimana Anda tahu bahwa ini sebuah serangan terhadap agama Islam?  Saya sungguh-sungguh heran dengan negara ajaib ini, yang telah dirangkul oleh para jurnalis Arab.  Program ini sebenarnya hanya mempertanyakan hal-hal mengenai agama, bukan penyerangan terhadap agama manapun.

Antoine: Mereka menulis dalam artikel-artikel tersebut bahwa program ini adalah kampanye yang menghina Islam.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Itu yang mereka katakan.

Antoine: Itulah alasan mengapa mereka menyatakan bahwa isu-isu ini mengakibatkan kebencian.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Benarkah?  Sudah cukup jelas bahwa saya tidak menggunakan pedang dalam program ini.  Saya sendiri tidak menggunakan pedang maupun menggerakan pasukan tentara melawan Muslim.  Jadi mengapa, pertanyaan-pertanyaan lisan dibalas dengan menimbulkan kekerasan dan pertengkaran?  Mengapa?  Bukankah ini sebuah pengesahan dari para penulis sendiri sebagai teroris Muslim?  Kita hanya berbicara dan akan terjadi pertengkaran.  Mereka akan membunuh orang Mesir non-Arab.  Bukankah itu berarti bahwa para Muslim mengaku mereka teroris?  Apakah mereka tidak takut dianggap sebagai teroris oleh para petinggi Amerika yang sedang mengejar para teroris?  Bukankah ini bukti yang cukup bahwa Muslim adalah teroris?  Mereka membalas pertanyaan lisan dengan perang.  Baiklah, bukankah itu terorisme, atau apa?  Sejujurnya saya mempertanyakan kejujuran dari para jurnalis tersebut.  Apakah mereka patriot baik yang memperhatikan negara mereka, atau mereka dibayar oleh negara lain, dan oleh karenanya, membangkitkan emosi terorisme ini dan menggambarkan Muslim sebagai teroris?  Mereka seharusnya tahu lebih baik daripada itu!  Mereka yang menuduh Muslim sebagai teroris sebenarnya memperlengkapi negara-negara yang melawan teroris dengan kesempatan untuk memperhatikan.  Sekarang hati-hatilah, Mesir mempunyai teroris!  Orang-orang tersebut tidak tahu apa yang mereka lakukan; mereka bermain dengan api.  Seringkali saya memberikan undangan kepada ulama Muslim untuk bersedia mengunjungi kami di studio, menelepon, mengirimkan email, atau menuliskan surat, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.  Kita mempunyai hak untuk bertanya, dan kita akan bertanya.

Antoine: Tentu saja!

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Dan mereka harus menjawab.

Antoine: Apakah poin yang mereka angkat mengenai “Bicara apapun mengenai agama Anda sendiri, tetapi jangan menyakiti yang lain”.  Apakah ini membuat Anda menjawab dengan emosi yang sangat kuat atau keras?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Baiklah, saya beritahu Anda.  Pertama, saya tidak keras.  Kedua, saya tidak menyakiti agama orang lain.  Saya hanya mempertanyakan.  Jika mereka memaksa bahwa saya menyerang Islam… mereka harus membuktikannya.  Mereka harus mengutip apa hinaan yang saya keluarkan, sebagai contoh.  Bukankah saya benar?  Kita sedang melalukan dialog agama… dialog.  Menurut mereka, seperti apa seharusnya dialog agama itu?  Bertukar senyum, selamat datang, makan, dan minum, dan apa yang tidak… dan itu saja?  Itulah dialog agama?  Bukankah seharusnya untuk mendiskusikan isu-isu dan mencoba menemukan kebenaran?  Tetapi sekali lagi, bagaimana para pembela agama itu muncul secara tiba-tiba?  Dimana mereka saat Muslim menyerang orang Nasrani?  Banyak Muslim tua dan baru yang menyerang iman Nasrani; sekarang dimana para pembela itu berada saat itu?

Antoine: Dapatkah Anda memberikan beberapa contoh?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Mereka yang menyerang kita?  Tentu saja; ada banyak.  Contohnya, misionaris Muslim Ahmad Didat, Al-Shaykh al-Sha`rawi, Dr. Mahmud… Mustafa Mahmud, Dr. Imara, dan masih banyak lagi di saluran satelit Arab dan siaran lokal, begitu juga di mesjid-mesjid sekitarnya.  Hukum positif di negara-negara Arab, ayat-ayat Al Qur’an dan Tradisi Rasul… yang menghina Nasrani dan mendesak Muslim untuk membunuh mereka.

Antoine: Anda katakan menghina orang Nasrani?  Ada ayat-ayat yang mendesak Muslim untuk melakukan dialog dengan orang-orang dari Buku dan menunjukkan hormat kepada mereka, terutama kepada orang Nasrani.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ini adalah ayat-ayat Mekah, yang semuanya telah dicabut oleh ayat-ayat Medinah.  Ayat yang paling menonjol mengenai hal ini ada di Surat ke 9 (At Touba) ayat 29:  “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (yaitu agama Islam).”  “Perangilah orang-orang yang tidak beriman” Apa yang telah dilakukan para pembela di masa pemusnahan Nasrani sejak saat kolonialisasi Islam di Mesir dibawah `Amru Ibn Al-`As.  Bukan “penaklukkan” Islam, tetapi lebih “kolonialisasi Islam “.  Dimana mereka di akhir-akhir ini, saat terjadi malapetaka di Al-Kushh dan Abu-Qurqas, dimana rumah-rumah orang Nasrani dihancurkan dan gereja-gereja dibakar…  Seperti Gereja Al-Khanka contohnya?

Antoine: Ini semua adalah kekejaman.  Kami menghimbau siapapun untuk berdamai satu sama lain, dan mereka dapat melakukannya.  Suatu kesalahan untuk menyerang orang damai.  Itu bertentangan dengan hukum Isa Al-Masih, Raja Damai.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sangat benar.  Kita mencoba mencari tahu motif yang mengakibatkan para Muslim melakukan kekejama tersebut.  Itu sebuah pertanyaan yang terus hidup.  Saya pribadi melihat bahwa dibalik perilaku tersebut ada perilaku Al Qur’an sendiri terhadap orang Nasrani.  Al Qur’an memberikan hak kepada mereka untuk menyerang orang Nasrani.

Antoine: Permisi!  Tetapi saya tidak percaya bahwa semua Muslim mempercayainya.  Mengenai pembatalan, di Eropa mereka berkata bahwa ayat-ayat tersebut belum dibatalkan.  Jadi bagaimana?  Bagaimana mereka menterjemahkan atau membuat Al Qur’an?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Semua ulama Muslim telah mengakui masalah pembatalan ini.  Ini adalah fakta yang sudah terbukti bahwa 62% atau lebih dari ayat-ayat Al Qur’an telah dibatalkan.  Mereka menerimanya.  Maksud saya, seluruh 124 ayat-ayat damai dari masa Mekah, telah dicabut dan tidak berlaku diganti oleh ayat-ayat pedang.  Seluruh 124 ayat.

Antoine: Saya bertanya-tanya apakah ada masa dimana terjadi dialog yang harmonis dan damai, di permulaan Islam.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Di permulaan Islam, di saat-saat awal Muhammad tinggal di Mekah, Islam masih lemah.  Tetapi setelah Muhammad pergi ke Medinah, dan mulai berperilaku seperti seorang pemimpin militer, keadaan berubah total.  Jadi saya mengacu kepada para Muslim yang menyerang orang Nasrani seperti ayat-ayat Al Qur’an.  Ayat-ayat seperti “Siapapun yang mengingini hal lain selain agama Islam tidak akan pernah diterima,” atau ayat yang saya sebutkan sebelumnya dari Surat ke 9 (At Touba).  Saya bertanya:  bukankah ini waktunya untuk mempertimbangkan hidup dengan damai diantara orang lain, dan untuk menguatkan prinsip “Agama milik Allah, tetapi tanah air milik semua”?  Bukankah seharusnya kita bergerak di bisnis yang melakukan dialog logis untuk mencapai kebenaran dengan kasih, tanpa kemarahan?  Dan bagaimana dengan kebebasan berpikir?  Biarkan semuanya berpikir.  Itulah mengapa saya sangat gembira mendengar ada surat-surat dari teman-teman yang mulai berpikir.  Ia berkata kita semua harus berpikir karena kita adalah manusia yang diciptakan untuk menggunakan pikirannya untuk berpikir, untuk mencapai kebenaran bagi mereka sendiri.  Amin.

Antoine: Apa yang Anda pikirkan mengenai tuduhan dan hinaan yang ditujukan kepada orang-orang Anda?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Saya mendiskusikan subyek, isu-isu pribadi tidak memprihatinkan saya… Sama sekali.  Saya orang yang berprinsip dan saya berbicara mengenai prinsip-prinsip.  Inilah topik yang saya diskusikan.  Hai, teman, jalan mana menuju ke surga?  Nasib kekal adalah hal yang paling penting di dunia ini.  Kasih saya kepada para saudara Muslim membuat saya takut akan nasib kekal mereka.  Dimana ia akan menghabiskan kekekalannya?  Inilah alasan saya berdiskusi dan bertanya kepadanya:  Dimana Anda akan menghabiskan kekekalan Anda?  Jalan mana menuju ke surga.  Pikirkan, karena Anda harus menentukan pilihan, dan Anda akan menuai hasil apapun yang Anda tabur.  Akan tetapi, Isa Al-Masih berkata, “Diberkatilah engkau ketika mereka menghina engkau, dan mengatakan semua perkataan jahat mengenai engkau dengan tidak benar karena Aku.”  Saya tidak peduli.  Saya menerima berkat ketika mereka menghina saya, berbicara melawan saya, dan memperlakukan saya dengan kejam.  Saya menerima lebih banyak berkat.

Antoine: Semoga Alah memberkati Anda dan semua teman-teman Anda juga.  Apakah Islam memperbolehkan pertanyaan mengenai iman?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Baiklah, saya akan katakan kepada Anda.  Dalam Islam, seperti yang Anda ketahui dengan baik, ada ayat-ayat yang bertentangan.  Anda dapat mengutip sebuah ayat dan kemudian yang sebuah lagi agak bertentangan darinya.  Apakah Anda mengikuti?  Seperti pembatalan, contohnya.  Ada sebuah ayat yang berkata, “Jangan menanyakan hal-hal yang membuat engkau gelisah jika dibukakan kepadamu” Jangan bertanya.  Tetapi saat kita mencari di Biografi Kenabian dan Al Qur’an sendiri, kita temukan bahwa Muhammad sendiri seringkali mengajukan pertanyaan:  “Mereka akan bertanya kepadamu mengenai ruh.  Mereka akan bertanya kepadamu mengenai dua tanduk.  Mereka akan bertanya kepadamu mengenai tahapan-tahapan bulan.  Mereka akan bertanya kepadamu mengenai gunung-gunung.”… dan seterusnya.  Jadi orang mengajukan pertanyaan-pertanyaan saat itu.  Mengapa mereka tidak mengijinkan pertanyaan sekarang?

Antoine: Sebelum kita mengakhiri program ini, kita akan mendengar beberapa perkataan indah dari mulut Isa Junjungan Yang Ilahi.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Ah, sangat indah.  Saya ingin membagikan ayat-ayat dari Kitab Suci kepada Anda.  Dari Kitab Injil Matius, pasal 5.  Pasal 5, 6, dan 7.  Kotbah Isa di gunung.  Saya akan membacakannya keras-keras, dan kita akan merenungkannya, ayat demi ayat, di akhir setiap episode.  Dengan begitu, kita dapat menikmati perkataan Isa sendiri.

Antoine: Setiap hari Anda akan membacakannya bagi kita, dan di hari selanjutnya Anda akan memberikan renungan mengenai ayat tersebut kepada kami.  Dapatkah Anda melakukan itu, kami mohon?

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Kitab Injil menurut Matius, pasal 5:  “Ketika Isa melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke bukit.  Setelah Ia duduk, datanglah para pengikut-Nya kepada-Nya.  Lalu mulailah Ia mengajar mereka, kata-Nya,  “Berbahagialah mereka yang tidak punya apa-apa di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.  Berbahagialah mereka yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.  Berbahagialah mereka yang lemah lembut, karena mereka akan mewarisi bumi.  Berbahagialah mereka yang lapar dan haus untuk melakukan kehendak Allah, karena mereka akan dipuaskan.  Berbahagialah mereka yang berbelas-kasihan, karena mereka akan menerima belas kasihan juga.  Berbahagialah mereka yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.” Tentu saja, kita akan merenungkan semua ini.

Antoine: Terima kasih banyak.  Dan terima kasih banyak kepada para pemirsa juga.  Silahkan menulis surat kepada kami, apapun yang Anda suka, dan kirimkan ke alamat di layar.  Anda juga dapat menulis kepada kami melalui website.  Sampai bertemu lagi di episode selanjutnya, semoga Allah berkenan.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Jika waktu memungkinkan, saya ingin mengangkat doa sekarang dan memohon agar Allah memberkati para pemirsa.  Allah yang penuh kasih dan sayang, yang memberikan kita kesempatan untuk menikmati sesi yang indah ini, sesi kasih, untuk dapat memberitakan roh kasih kepada saudara-saudara kami, supaya mereka juga dapat hidup dalam kasih dan kedamaian.  Kami berterima kasih untuk perkataanMu yang hidup dalam Kitab Suci, untuk berkat, kegembiraan besar dan sukacita yang Engkau berikan kepada anak-anakMu.  Allah, aku minta Engkau memberikan berkat kepada setiap pemirsa saat ini.  Buka hati kami untuk mengenal Engkau.  Buka pikiran kami untuk menikmati Engkau.  Berikan kami berkat khusus, dan sertai program ini, Allah, untuk menjadi berkat bagi semua orang yang menonton dan mendengarnya, agar menerima kehidupan kekal dalam Engkau.  Kami Mohon Allah, jangan menghalangi siapapun dari berkat ini.  Engkaulah yang berkata, “Aku berdiri di pintu dan mengetuk.  Jika seseorang mendengar suaraKu dan membuka pintu, Aku akan masuk kepadanya dan makan dengannya, dan ia dengan Aku”, sekarang ketuklah hati kami dengan kasihMu yang besar dan berkatMu yang berkelimpahan.  Aku mohon kepadaMu, Allah, untuk menarik perhatian orang-orang kepada Engkau sendiri, dan supaya semua orang mengenal jalanMu.  Ajarkan kepada mereka kebenaran yang membebaskan, seperti yang tertulis, “Dan engkau akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan membebaskan engkau.”  Terima kasih, Guru.  Saya harap semua pemirsa akan mengangkat hatinya dan berkata, “Allah, aku membuka hatiku kepada Engkau.  Datanglah ke hidupku, aku mohon, dan terangi pikiranku.  Ubah hatiku dan ubah hidupku, supaya aku dapat mengikuti Engkau di sisa hari hidupku.  Amin.”  Semoga Allah memberkati Anda dengan berkat rohani.

Antoine: Amin, dan terima kasih banyak.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Terima kasih, Pak.

Antoine: Sampai bertemu lagi.

Bpk. Pdt. Zakaria B.: Sampai bertemu lagi, semoga Allah berkenan.


Texts being used: 
The Indonesian Bible text used for New Testament is “The Indonesian (1912 Translation) – Greek Diglot New Testament” – “Kitab Suci Injil Dwibahasa Indonesia (Terjemahan 1912) – Yunani” version.  © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 2000.
The Indonesian Bible text used for Old Testament is “The New Translation, 1974” – “Alkitab Terjemahan Baru (TB), 1974” version.  © LAI (Lembaga Alkitab Indonesia – Indonesian Bible Society), 1974.
The Indonesian Al Qur’an text used is taken from
http://Quran.al-islam.com/
Indonesian version:
http://Quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSora=1&nAya=1&nSeg=1&l=eng&t=ind
Notes on this episode:
For verses that is not clearly defined, the translation is done directly as the text said, not taken from the quote in the Bible – Untuk ayat-ayat yang tidak direferensikan secara jelas, terjemahan dilakukan secara langsung seperti apa kata text, bukan diambil langsung sesuai dengan teks dari Kitab Suci.


No comments:

Post a Comment